Anda di halaman 1dari 33

AKUNTANSI MANAJEMEN

LINGKUNGAN

1
Akuntansi Lingkungan (Environment Accounting) adalah biaya-
biaya lingkungan yang dimasukkannya ke dalam praktik akuntansi
perusahaan atau lembaga pemerintah. Sedangkan, menurut
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United
States Environment Protection Agency (US EPA), akuntansi
lingkungan merupakan fungsi yang menggambarkan biaya-biaya
lingkungan yang harus diperhatikan oleh pemangku kepentingan
perusahaan di dalam pengidentifikasian cara-cara yang dapat
mengurangi atau menghindari biaya-biaya pada waktu yang
bersamaan dengan usaha memperbaiki kualitas lingkungan.

2
3
Konsep ini mengandung tiga hal penting. Pertama, perbaikan kinerja
ekologi dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling melengkapi.
Kedua, perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang
hanya sebagai amal dan derma, tetapi juga sebagai persaingan
(competitiveness). Ketiga, ekoefisiensi adalah suatu pelengkap dan
pendukung pengembangan yang berkesinambungan (sustainable
development).

4
5
Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kualitas
lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan
perusahaan. lingkungan perusahaan adalah objek di luar perusahaan yang
terdiri dari:

6
7
1) Biaya Pencegahan Lingkungan (environmental prevention costs),
adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah
diproduksinya limbah dan/atau sampah yang dapat merusak
lingkungan.
2) Biaya Deteksi Lingkungan (environmental detection costs), adalah
biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa
produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi
standar lingkungan yang berlaku atau tidak.
3) Biaya Kegagalan Internal Lingkungan (environmental internal failure
costs), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena
diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan
luar.
4) Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (environmental external failure),
adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan serta melepas limbah
atau sampah ke dalam lingkungan.

8
Ronald Hilton membagi jenis biaya lingkungan:
1)Biaya lingkungan Private vs Sosial.
2)Biaya Lingkungan Terlihat (Visible ) vs Tersembunyi (Hidden)

Biaya lingkungan private terlihat (visible) adalah yang terukur dan telah
diidentifikasi dengan jelas isu-isu lingkungan terkait. Biaya lingkungan
private tersembunyi (hidden) adalah yang disebabkan oleh isu-isu
lingkungan tetapi belum begitu diidentifikasi oleh sistem akuntansi.

a) Strategi Akhir dari pipa (End of pipe strategy).


b) Strategi Proses perbaikan (Process improvement strategy
c) Strategi pencegahan (Prevention strategy)
9
Environmental Management Accounting (EMA) menurut The
International Federation of Accountants adalah manajemen lingkungan dan
performansi ekonomi melalui pengembangan dan implementasi sistem
akuntansi yang berhubungan dengan lingkungan dan prakteknya secara
tepat. Hal ini dapat mencakup pelaporan dan audit pada beberapa
perusahaan, secara umum EMA meliputi LCC, full cost accounting, benefit
assessment, dan perencanaan strategis untuk manajemen lingkungan.
Fokus Environmental Management Accounting untuk suatu perusahaan
berbeda-beda, tergantung pada tujuannya, informasi apa yang hendak
dicapai dalam penerapan EMA, misalnya untuk manajer suatu departemen
akan berfokus terhadap informasi mengenai EMA yang diterapkan untuk
departemennya saja, atau misalnya perusahaan ingin mendapatkan
informasi mengenai pelaksanaan EMA dalam satu siklus hidup sebuah
produk (Life Cycle Analysis).

10
EMA adalah kerangka yang komprehensif dalam membahas akuntansi
lingkungan. Dalam hubungan dengan akuntansi lingkungan, ada
konsensus utama:
a) Dampak lingkungan terhadap finansial perusahaan (MEMA) dan
b) Dampak lingkungan terhadap sistem lingkungan (PEMA).

11
Physical Environmental Management Accounting (PEMA) menyediakan
informasi untuk pengambilan keputusan manajemen yang berfokus pada
dampak perusahaan terhadap lingkungan alam yang dinyatakan dalam
satuan fisik seperti kilogram.Ada tiga dimensi dari EMA yaitu:

12
Keuntungan yang dapat dicapai oleh usaha/kegiatan
yang menerapkan EMA

13
Data dan informasi yang diperoleh dengan melakukan EMA di
perusahaan dapat memberikan keuntungan untuk kegiatan-kegiatan
pro-lingkungan

14
Biaya Produksi Rp. 20.000, diproduksi 1.000 unit
Jenis Biaya Rp %
Biaya Pencegahan :    
-          Pelatihan 60  
-          Desain produk 180  
-          Pemilihan peralatan 40 1,4
280
Biaya Pemeriksaan :    
-          Pemeriksaan proses 240  
-          Pemeriksaan bahan 80 1,6
320
Biaya gagal internal :    
-          Biaya produk rusak atau cacat 400  
-          Biaya pemeliharaan peralatan 200 3
600
Biaya gagal eksternal :    
-          Biaya lingkungan alam (polusi udara, air) 200  
-          Biaya lingkungan ekonomi ( kerugian valas) 200  
-          Biaya lingkungan social (huru-hara, pemogokan) 200  
-          Biaya lingkungan politik (pungutan liar) 200  
-          Biaya lingkungan budaya (narkoba) 200  
-          Biaya kebersihan 200  
-          Biaya penataan lahan 200  
-          Biaya klaim kerusakan 400 9
1.800 15
Total 3.000 15
Jenis Biaya Biaya Per Unit

Biaya produksi per unit (20.000/1.000 unit) 20

Biaya pencegahan (280/1.000 unit) 0,028

Biaya pemeriksaan (320/1.000 unit) 0,032

Biaya gagal internal (600/1.000 unit) 0,60

Biaya gagal eksternal (1.800/1000 unit ) 0,180

Total biaya produksi 23

16
Perhitungan Laba-Rugi Berbasis Biaya Lingkungan
(Harga per unit Rp 25, biaya pemasaran dan administrasi 10% dari penjualan)
  Ada Biaya Tidak Ada Biaya
Keterangan Lingkungan (Rp) Lingkungan (Rp)

Pendapatan atas penjualan 25.000 25.000


Biaya produksi per unit (20.000/1.000 unit) = 20 20.000 20.000
Biaya pencegahan (280/1.000 unit) = 0,028 280 0
Biaya pemeriksaan (320/1.000 unit) = 0,032 320 0
Biaya gagal internal (600/1.000 unit) = 0,06 600 0
Biaya gagal eksternal ( 1800/1000 unit) = 0,18 1.800 0
Laba Kotor 2.000 5.000
Biaya pemasaran dan administrasi 10 % x 2.500 2.500
25.000
Laba (rugi) operasi (500) 2.500

Jika perusahaan tidak membayar biaya lingkungan, maka ia memperoleh laba


operasi Rp 2.500, dan jika ia membayar biaya lingkungan ia menderita
kerugian Rp 500. Oleh sebab itu perusahaan harus mengelola biaya lingkungan
serendah-rendahnya agar tidak menderita kerugian

17
Teori triple bottom line dimana teori ini memberi
pandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin
mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka
perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P”.
Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga
harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan
kesejahteraan masyarakat (people) dan turut
berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan (planet) (Yusuf wibisono, 2007).

18
Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap
kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam
perusahaan adalah mengejar profit dan mendongkrak harga saham
setinggi-tingginya. karena inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang
paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat ditempuh
untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas
dan melakukan efiisensi biaya.Peningkatan produktivitas bisa diperoleh
dengan memperbaiki manajemen kerja mulai penyederhanaan proses,
mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan
pelayanan. Sedangkan efisiensi biaya dapat tercapai jika perusahaan
menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah
mungkin

19
People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat penting
bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi
keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka
dari itu perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan
manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Dan perlu juga disadari
bahwa operasi perusahaan berpotensi memberi dampak kepada
masyarakat. Karena itu perusahaan perlu untuk melakukan berbagai
kegiatan yang dapat menyentuh kebutuhan masyarakat

20
Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh
bidang dalam kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup selalu berkaitan dengan
lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup dan seluruh
peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan.

21
Dalam era globalisasi peursahaan tidak hanya mementingkan aspek ekonomi
saja, tetapi harus memperhatikan aspek sosial dan ekonomi. Oleh karena
itu, setiap perusahaan berusaha untuk memenuhi kegiatan yang berkaitan
dengan memperhatikan kepentingan sosial dan lingkungan. Seperti
penelitian Sandra (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang berkelanjutan
bukan hanya mengejar keuntungan financial, bukan hanya peningkatan nilai
pemegang saham. Namun yang paling baik adalah dicapai melalui kerangka
kerja yang luas di bidang ekonomi, sosial, lingkungan dan nilai-nilai etika
serta tujuan bersama yang melibatkan interaksi antara perusahaan dan
berbagai pemangku kepentingan.

22
Konsep disampaikan oleh Solihin (2008) menyatakan bahwa pengenalan
konsep sustainability development memberi dampak besar kepada
perkembangan konsep triple bottom line selanjutnya. Sebagai contoh the
organization for economic cooperation and development (OECD
merumuskan”kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta
adanya perilaku korporasi yang tidak semata-mata menjamin adanya
pengembalian kepada para pemegang saham, upah bagi karyawan dan
pembuatan produk serta jasa bagi para pelanggan melainkan perusahaan
bisnis juga harus memberi perhatian terhadap berbagai hal yang dianggap
penting serta nilai-nilai masyarakat”.

23
Konsep TBL mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih
mengutamakan kepentingan stakeholder (semua pihak yang terlibat dan
terkena dampak dari kegiatan yang dilakukan perusahaan) daripada
kepentingan shareholder (pemegang saham). Tidak dapat diingkari, masih
banyak perusahaan yang melihat program ini sebagai suatu program yang
menghabiskan banyak biaya dan merugikan. Bahkan, beberapa
perusahaan menerapkan program ini karena “terpaksa” untuk
mengantisipasi penolakan dari masyarakat dan lingkungan sekitar
perusahaan. Selain sisi internal perusahaan, hambatan lainnya dari sisi
eksternal karena belum adanya dukungan regulator dan profesi akuntansi
tentang penyajian pelaporannonfinansial.

24
Michael Porter, dalam tulisannya yang berjudul Strategy and Society: The
Link Between Competitive Advantage and Corporate Social Responsibility
(Harvard Business Review, Desember 2006), telah melakukan riset dan
mengemukakan bahwa konsep sosial harus menjadi bagian dari strategi
perusahaan. Strategi perusahaan terkait erat dengan program tanggung
jawab sosial. Perusahaan tidak akan menghilangkan program tanggung
jawab sosial itu meski dilanda krisis, kecuali ingin mengubah strateginya
secara mendasar. Sementara pada kasus program tanggung jawab
dipotong lebih dulu.

25
Faktor yang mempengaruhi pengungkapan triple bottom line
dalam penelitian dapat dianalisa dari 3 sisi yaitu:
1)Karaktristik perusahaan
2)Struktur kepemilikan
3)Good corporate governance.

26
Leverage dan Pengungkapan Triple Bottom Line.
Bahwa perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi beresiko
memiliki biaya monitoring yang tinggi pula. Sehingga manajemen secara
konsisten mengungkapkan untuk tujuan monitoring agar memastikan
kepada kreditor kemampuan untuk membayar.

Profitabilitas dan Pengungkapan Triple Bottom Line.


Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan,
sehingga perusahaan dapat bertahan selama-lamanya. Sehingga besar
kecilnya suatu perusahaan itu dinilai dari profit yang dihasilkan. Sebagai
bentuk pertanggung jawaban dari agen yang memegang kendali pada
perusahaan maka perusahaan pasti melakukan pengungkapan ekonomi,
sosial dan lingkungan serta pelaporannya.

Likuiditas`dan Pengungkapan Triple Bottom Line.


Likuiditas perusahaan adalah faktor utama penting bagi pengungkapan
yang dilakukan perusahaan, karena investor, kreditor dan pemangku
kepentingan lainnya sangat memperhatikan status going concern
perusahaan.

27
Jenis Industri dan Pengungkapan Triple Bottom Line.
Perusahaan pada jenis industri yang sejenis mempengaruhi penuh kebijakan
pengungkapan informasi dan informasi yang disampaikan cenderung serupa,
baik isi dan pengungkapannya. Jenis industri dikategorikan berdasarkan low
profile dan high profile.

Kepemilikan Asing dan Pengungkapan Triple Bottom Line.


Hubungan pengungkapan triple bottom line di Indonesia dengan
kepemilikan asing adalah untuk menjamin bagaimana kepercayaan yang
diberikan oleh prinsipal yaitu investor asing dipertanggungjawabkan oleh
maanajemen yang bersangkutan. Dalam penelitian indah (2009)
menyebutkan bahwa kepemilikan asing tak berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial atau triple bottom line, padahal
dalam fakta sekarang banyak investor yang mensayaratkan adanya laporan
sosial pada perusahaannya.

28
Kepemilikan manajemen dan Pengungkapan Triple Bottom
Line.
Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajemen, semakin tinggi pula untuk
melakukan program tanggung jawab sosial perusahaan. Rawi (2010) juga
mengatakan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap
pengeluaran program tanggungjawab sosial dengan tujuan meningkatkan
nilai perusahaan.

Kepemilikan Institusional dan Pengungkapan Triple Bottom


Line.
Persentase saham institusional menyebabkan tingkat monitor lebih efektif.
Oleh karena itu, semakin tinggi kepemilikan institusi, maka untuk program
tanggungjawab sosial dan lingkungan semakin luas. Monitor yang ketat
yang dilakukan oleh prinsipal dalam hal ini dilakukan untuk meminimalkan
biaya agensi yang terjadi.

29
Ukuran dewan komisaris dan Pengungkapan Triple Bottom Line.
Sandra (2011) menyatakan bahwa dari konsep teori legitimasi, adanya
direktur independen dalam komposisi dewan perusahaan dapat memperkuat
pandangan publik terhadap legitimasi perusahaan. Masyarakat menganggap
dan menilai tinggi suatu perusahaan jika memiliki independen direktur yang
seimbang atau banyak dalam dewan perusahaan, karena kondisi seperti ini
menandakan lebih efektifnya pengawasan dalam aktivitas managemen
perusahaan.

Ukuran komite audit dan Pengungkapan Triple Bottom Line.


Dalam pelaksanaan good corporate governance banyak aspek yang dapat
dilakukan oleh manajemen sebagai pelaku utama dalam melakukan
mekanisme perusahaan. Salah satu aspek dari pelaksanaan good corporate
governance adalah pembentukan komite audit. Dasar pembentukan komite
audit juga berdasarkan atas keputusan Ketua Bapepam Nomor
Kep-29/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa komite
audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang di mana
sekurang-kurangnya satu orang berasal dari anggota komisaris independen
dan dua orang lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.

30
Wujud nyata Triple Bottom Line ini diistilahkan menjadi Corporate
Social Responsibility (CSR: tanggung jawab sosial perusahaan). CSR
berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development), di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan
dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya
tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan
atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial
dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.
Secara tegas dapat dikatakan bahwa pembangunan
berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, dunia
usaha, masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan.

31
1) Perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang
hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat
dari perilaku buruk perusahaan
2) Kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan
karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja di
lingkungan dimana perusahaan bekerja
3) Perusahaan mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang
membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya dalam hal penyediaan
lapangan pekerjaan
4) Perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar
sehingga dapat beroperasi secara lancar.

32
33

Anda mungkin juga menyukai