Anda di halaman 1dari 7

Pertemuan 14

Kasus Pelanggaran Kode


Etik
Ahmad Shofi Mubarok, S.Psi., M.Psi., Psi.
Pengantar
• Banyak pelanggaran kode etik yang terjadi, ada yang tidak sengaja
namun ada pula yang melakukannya dengan sengaja.
• Pada dasarnya HIMPSI sudah membuat kode etik psikologi yang
berfungsi mengatur dan mengikat para anggotanya agar tidak
melanggar hak asasi manusia, namun kode etik masih harus tunduk
pada hukum perundangan yang berlaku.
• Beberapa kode etik dibuat setelah adanya kasus yang terjadi kemudian
dibahas oleh HIMPSI.
Kasus 1
• Suatu ketika klien A datang pada psikolog karena mengalami trauma
pada roda kendaraan setelah kecelakaan yang dialaminya. Kemudian
setelah melalui proses asesmen, sebelum konselor mengungkapkan
metode intervensi/penangan terhadap kasus tersebut, klien A meminta
psikolog untuk memberikannya metode hipnotis. Padahal dengan
metode tersebut pada kasus A, hanya akan bertahan sementara saja,
namun A masih terus bersikeras agar psikolog menggunakan hipnotis.
1. Menurut anda, siapa pihak yang berhak menentukan jenis intervensi,
apakah psikolog/konsultan atau permintaan klien?
2. Jika Anda berada di posisi konselor, apa yang akan anda lakukan?
Kasus 2
• Seorang psikolog X sedang terburu-buru karena ada janji diminta
menghadiri seminar di luar kota namun ternyata ada calon klien datang. X
menerima klien tersebut dan mendengarkan keluhan permasalahannya.
Kemudian karena X dikejar waktu, ia mengungkapkan informed consent
secara lisan mengenai sesi, metode dan biaya dan klien setuju hingga
sepakat akan datang dua hari lagi. Namun hingga tiga hari kemudian
klien tidak datang, maka X menghubungi klien tersebut, ternyata kliennya
telah pergi ke psikolog lain.
1. Apakah informed consent boleh dilakukan secara lisan?
2. Menurut anda, apa saja syarat atau kriteria klien yg bisa diberikan
inform consent?
Kasus 3
• Suatu keluarga terdiri dari ayah X, ibu Y, dan anak laki-laki Z
melakukan family therapy ke konselor karena Z diketahui sekolah
telah menghamili pacarnya. Pada saat sesi konseling individu, Z
menyatakan pada konselor bahwa ia terinspirasi dari X yang ketahuan
selingkuh dengan janda tetangga ketika Y tidak di rumah. Dengan
konsep modeling, Z menerapkan hal itu pada pacarnya.
1. Menurut anda apakah konselor harus menjaga kerahasiaan klien dari
keluarganya?
2. Bila anda menjadi konselor pada kasus tersebut, apa yang akan anda
lakukan?
Kasus 4
• Klien A seorang janda anak 1 memiliki permasalahan keluarga yang
kompleks. Ia datang ke psikolog Y karena insomnianya dirasa parah.
Setelah beberapa sesi, ia sudah sembuh dari insomnianya. A merasa
nyaman dan tertarik pada Y, bahkan hingga menyatakan ingin dilamar
sedangkan Y hanya ingin sebatas profesional saja. Kemudian A datang
lagi sambil mengeluhkan keluarganya yang sudah tidak mau menerima
dirinya dan hanya Y yang bisa dipercaya olehnya.
1. Bagaimana sikap yang benar ketika menghadapi klien agar
profesional?
2. Bila anda menjadi Y, apa yang akan anda lakukan?

Anda mungkin juga menyukai