Anda di halaman 1dari 8

Analisis Kebijakan Hukum Responsif

Pada Undang-Undang Informasi dan


Transaksi Elektronik

-Siti Kamila Khaerunnisa (61120059)


Kemajuan yang begitu pesat di bidang Teknologi
Informasi (TI) telah memberikan sumbangan
yang besar bagi berkembangnya dunia informasi
dan Transaksi Elektronik. Akan tetapi, tidak dapat
dipungkiri, kemajuan yang begitu dahsyat
tersebut di satu sisi membawa berkat bagi
kemanusiaan tetapi di sisi yang lain juga dapat
membawa mudarat bagi kemanusiaan. Kemajuan
di bidang informasi dan Transaksi Elektronik
telah menempatkan manusia dalam posisi yang
makin paripurna dalam mengemban misi
kekhalifahan di muka bumi tetapi juga dapat
berpotensi menggelincirkan posisi kemanusiaan
pada titik terendah ketika penggunaan informasi
dan Transaksi Elektronik dimanfaatkan secara
tidak bertanggung jawab dengan menyerang
kehormatan dan nama baik orang lain.
Apabila tumbuh marak berbagai bentuk
kejahatan tetapi tidak ada hukum yang
mengatur dan bersifat memaksa, maka
kejahatan-kejahatan tersebut akan
membunuh masyarakat dimana
kejahatan itu berada. Akan tetapi,
membuat ketentuan hukum terhadap
bidang yang berubah dengan cepat
sungguh bukan perkara yang mudah,
sehingga diperlukan perubahan
paradigma model hukum baru seiring
dengan dinamika perkembangan dan
kemajuan dunia siber (cyberspace).
Karakteristik aktivitas di dunia siber yang
bersifat lintas batas yang tidak lagi tunduk
pada batasan-batasan teritorial dan hukum
tradisional memerlukan hukum baru, sebab
Pasal-Pasal tertentu dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) dianggap
tidak cukup memadai untuk menjawab
persoalan-persoalan hukum yang muncul
akibat aktivitas di dunia siber. Meskipun
aktivitas internet sepenuhnya beroperasi
secara virtual, namun sesungguhnya masih
tetap melibatkan masyarakat (manusia)
yang hidup di dunia nyata (real/physical
world). Oleh karenanya, sebagaimana
halnya di dunia nyata, aktivitas dan
perilaku manusia di dunia siber
(cyberspace) pun tidak dapat dilepaskan
dari pengaturan dan pembatasan oleh
hukum
Perubahan UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
dengan UU No. 19 Tahun 2016 merupakan
langkah yang diambil pemerintah dalam rangka
menyempurnakan aturan yang sudah ada. Salah
satu penyempurnaan substansi tersebut adalah
memperkuat peran pemerintah dalam
melakukan pencegahan dan pemutusan akses
terhadap sebuah situs. Selain itu, tujuan
diperbaruinya UU ITE adalah untuk
memberikan kepastian hukum dan pelindungan
hukum kepada masyarakat dalam menggunakan
media internet.
● Pengaturan pemutusan akses informasi elektronik dalam UU
No. 19 Tahun 2016 menyebutkan bahwa penyebaran konten
melalui media elektronik dapat menjadikan opini publik yang
mengarah pada konflik sosial yang berkepanjangan.

● Oleh karena itu, pemutusan akses informasi elektronik yang


berisikan berita bohong dan ujaran kebencian perlu dilakukan
oleh pemerintah dalam rangka
memberikan pelindungan hukum kepada masyarakat.
Pemutusan akses elektronik terhadap konten tersebut perlu
dilakukan dengan cepat akan tetapi tepat sasaran. Hal ini
dilakukan dalam rangka menjaga penegakan hukum tidak
melanggar HAM, Pembatasan tersebut sudah diberikan di
dalam undang-undang.
Dampak negatif lain dari perkembangan teknologi
informasi yaitu berupa tindak pidana atau
kejahatan, yang tidak dapat ditangani secara
konvensional. Pembuktian kejahatan dengan alat
bukti yang terdapat dalam Pasal 184 ayat (1)
KUHAP, yaitu keterangan saksi, keterangan ahli,
surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa, kurang
memadai. Dengan berlakunya beberapa UU dan
diperkuat dengan UU ITE, alat bukti di
persidangan diperluas dengan mengakomodasi alat
bukti elektronik. Pasal 5 ayat (1) UU tersebut
menyatakan, bahwa “Informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum yang sah”.
Selanjutnya dalam ayat (2) dinyatakan bahwa;
“Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti
yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku
di Indonesia”.
SEKIAN, TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai