Anda di halaman 1dari 10

RASIONALISME &

EMPIRISME
PENGERTIAN RASIONALISME
• Sebuah paham atau aliran atau ajaran atau doktrin filsafat yang menyatakan bahwa
kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang melalui iman,
dogma, atau ajaran agama
AJARAN POKOK RASIONALISME
• Mengenai proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental yang tidak
dapat disangkal mengenai apa yang ada beserta strukturnya dan mengenai alam semesta
pada umumnya.
• Realitas serta beberapa kebenaran tentang realitas dapat dicapai tanpa menggunakan metode
empiris.
• Pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas, mendahului pengalaman
apapun.
• Rasio adalah sumber utama ilmu pengetahuan.
• Kebenaran tidak diuji melalui verifikasi indrawi tapi melaui kriteria konsistensi logis.
• Alam semesta(realitas mengikuti hukum-hokum alam yang rasional
PEMBAGIAN RASIONALISME
• Bidang agama lawan dari otoritas, biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama
• Bidang filsafat lawan dari empirime, sebagai teori pengetahuan
TOKOH PENGGAGAS
RASIONALISME
• Rene Descartes (1596-1650)
• Nicolas Malebranche (1638-1775)
• De Spinoza (1632-1677)
• G.W. Leibniz (1946-1716)
• George Wilhelm Fredrich Hegel ( 1770-1831)
PENGERTIAN EMPIRISME
• Kata Empirisme berasal dari kata Yunani Empirikos, artinya pengalaman. Manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya dan sesuai kata Yunaninya, pengalaman
yang dimaksud adalah pengalamn inderawi. Dengan inderanya manusia dapat melihat
sesuatu yang semata-mata fisik walaupun masih sangat sederhana
KELEMAHAN EMPIRISME
• 1. Indera terbatas
2. Indera menipu
• 3. Objek yang menipu.
4. Berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini, indera (mata) tidak mampu melihat
seekor kerbau secara keseluruhan.
TOKOH EMPIRISME
• Francis Bacon (1210 – 1292 M)
• Thomas Hobbes (1588 – 1679 M)
• John Locke (1632 – 1704 M)
• David Hume (1711 – 1776 M)
• Herbert Spencer(1820 – 1903 M)
• Kritisisme Immanuel Kant sebenarnya telah memadukan dua pendekatan
dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran
substansial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio
tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak
membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu
tolak ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata, tapi
“tidak-real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.
• Melalui pemahaman tersebut, rasionalisme dan
empirialisme harusnya bergabung agar melahirkan suatu
paradigm baru bahwa kebenaran empiris harus rasional
sebagaimana kebenaran rasional harus empiris.

Anda mungkin juga menyukai