I
RUMEN AKREDITASI RS KOMISI
KARS). TANGGAL 19 – 20 MEI 2022
Gambaran Umum
Tanggung jawab RS dan staf yg terpenting adalah memberikan asuhan dan pelayanan pasien yg efektif dan
aman. Hal ini membutuhkan komunikasi yg efektif, kolaborasi, dan standardisasi proses utk memastikan bhw
rencana, koordinasi, dan implementasi asuhan mendukung serta merespons setiap kebutuhan unik pasien dan
target.
Asuhan tsb dpt berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan
bedah, pengobatan, terapi suportif, atau kombinasinya, yg berdasar atas pengkajian awal dan pengkajian ulang
pasien.
Area asuhan risiko tinggi (termasuk resusitasi, transfusi, transplantasi organ/jaringan) dan asuhan utk risiko
tinggi (Risti) atau kebutuhan populasi khusus yg membutuhkan perhatian tambahan.
Asuhan pasien dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PP1. dengan banyak disiplin dan staf klinis lain.
Semua staf yg terlibat dalam asuhan pasien harus memiliki peran yg jelas, ditentukan oleh kompetensi dan
kewenangan, kredensial, sertifikasi, hukum dan regulasi, keterampilan individu, pengetahuan, pengalaman, dan
kebijakan RS, atau uraian tugas wewenang (UTW). Beberapa asuhan dpt dilakukan oleh pasien/ keluarganya
atau pemberi asuhan terlatih (caregiver). Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan
diintegrasikan oleh semua PPA dapat dibantu oleh staf klinis lainnya.
Asuhan pasien terintegrasi dilaksanakan dengan beberapa elemen:
a. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai pimpinan klinis/ketua tim PPA (clinical leader).
b. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional, dibantu a.l. dengan panduan praktik
klinis (PPK), panduan asuhan PPA lainnya, alur klinis/clinical pathway terintegrasi, algoritma, protokol, prosedur,
standing order, dan catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT).
c. Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case Manager menjaga kesinambungan pelayanan.
d. Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan Bersama PPA harus memastikan:
1) Asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yg unik berdasar atas pengkajian;
2) Rencana asuhan diberikan kepada tiap pasien;
3) Respons pasien terhadap asuhan dipantau; dan
4) Rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasarkan respons pasien.
Fokus Standar Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP) meliputi:
a. Pemberian pelayanan yg seragam;
b. Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan pelayaann risiko tinggi;
c. Pemberian makanan dan terapi nutrisi;
d. Pengelolaan nyeri; dan
e. Pelayanan menjelang akhir hayat.
a. Pemberian Pelayanan Untuk Semua Pasien
12
PAP 1.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
2. Asuhan yg seragam dan terintegrasi D 1) Bukti pelaksanaan asuhan seragam diberikan kepada 10 TP
diberikan kepada setiap pasien setiap pasien. 5 TS
meliputi poin a - e dalam maksud dan 2) Asuhan pasien yang seragam sesuai butir a) – e) di 0 TT
tujuan. maksud dan tujuan : a) Akses untuk mendapatkan asuhan
dan pengobatan tidak bergantung pada kemampuan pasien
untuk membayar atau sumber pembayaran. b) Akses untuk
mendapatkan asuhan dan pengobatan yg diberikan oleh PPA
yg kompeten tidak bergantung pada hari atau jam yaitu 7
(tujuh) hari, 24 (dua puluh empat) jam. c) Kondisi pasien
menentukan
sumber daya yg akan dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhannya. d) Pemberian asuhan yg diberikan kepada
pasien, sama di semua unit pelayanan di RS misalnya
pelayanan anestesi. e) Pasien yg membutuhkan asuhan
keperawatan yg sama akan menerima tingkat asuhan
keperawatan yg sama di semua unit pelayanan di RS.
19
PAP 1.1.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
4. Prosedur dan tindakan telah dilakukan D 1) Bukti prosedur dan tindakan yang dilakukan sesuai 10 TP
sesuai instruksi dan PPA yg memberikan dengan instruksi PPA . 2) Bukti alasan dilakukan 5 TS
instruksi, alasan dilakukan prosedur atau prosedur atau tindakan serta hasilnya 0 TT
tindakan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien. (Lihat
serta hasilnya telah didokumentasikan di juga SKP 2 EP 1).
dalam rekam medis pasien.
W *DPJP, *PPJA.
5. Pasien yg menjalani tindakan D Bukti dalam rekam medis dilakukan pengkajian pada 10 TP
invasif/berisiko di rajal telah dilakukan pasien rawat jalan yang menjalani tindakan invasif/berisiko, 5 TS
pengkajian dan didokumentasikan dalam termasuk pencatatan efek samping dll. 0 TT
rekam medis.
W *DPJP
*Kepala/staf unit pelayanan diagnostik antara lain Unit
Laboratorium, Unit Radiologi
20
Asuhan Pasien : 1 Pengkajian
▪ Pengkajian – IAR Pasien
▪ Pemberian Pelayanan (‘Periksa
MANAJEMEN
▪ Pencapaian Hasil Asuhan Pasien Pasien”)
→ IAR
PPA 2 Pemberian
Profesion Asuhan Pelayanan/
al Implementasi
Pasien Rencana
Pemberi
Asuhan Monitoring
(PAP 1.1, 1.2, PP GU, 1, 2,
UNIT
AKP 3, 3.1., PAB 3.1, 3.2, 4, 7,
7.3, PKPO 4, 6, KE 7, TKRS 8)
MPP Hasil
Manajer
Asuhan (TKRS 9)
Pelayanan
Pasien 22
Maksud dan Tujuan PAP 1.1. Proses pelayanan dan asuhan pasien (PAP) bersifat dinamis dan
melibatkan banyak PPA dan berbagai unit pelayanan. Agar proses PAP menjadi efisien,
penggunaan SDM dan sumber lainnya menjadi efektif, dan hasil akhir kondisi pasien menjadi lebih
baik maka diperlukan integrasi dan koordinasi. Kepala unit pelayanan menggunakan cara untuk
melakukan integrasi dan koordinasi pelayanan serta asuhan lebih baik (misalnya, pemberian
asuhan pasein secara tim oleh para PPA, ronde pasien multidisiplin, formulir catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), dan manajer pelayanan pasien/case manager.
Instruksi PPA dibutuhkan dalam pemberian asuhan pasien misalnya instruksi pemeriksaan di lab
(termasuk Patologi Anatomi), pemberian obat, asuhan keperawatan khusus, terapi nurtrisi, dan
lain2. Instruksi ini harus tersedia dan mudah diakses sehingga dapat ditindaklanjuti tepat waktu
misalnya dengan menuliskan instruksi pada formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi
(CPPT) dalam rekam medis atau didokumentasikan dalam elektronik rekam medik agar staf
memahami kapan instruksi harus dilakukan, dan siapa yg akan melaksanakan instruksi tersebut.
Setiap RS harus mengatur dalam regulasinya:
a) Instruksi seperti apa yg harus tertulis/didokumentasikan (bukan instruksi melalui telepon atau
instruksi lisan saat PPA yang memberi instruksi sedang berada di tempat/RS), antara lain:
(1) Instruksi yang diijinkan melalui telepon terbatas pada situasi darurat dan ketika dokter
tidak berada di tempat/di RS.
(2) Instruksi verbal diijinkan terbatas pada situasi dimana dokter yang memberi instruksi
sedang melakukan tindakan/prosedur steril.
b) Permintaan pemeriksaan lab (termasuk pemeriksaan Patologi Anatomi) dan diagnostik imajing
tertentu harus disertai indikasi klinik
c) Pengecualian dalam kondisi khusus, misalnya di unit darurat dan unit intensif
d) Siapa yg diberi kewenangan memberi instruksi dan perintah catat di dalam berkas rekam
medik/system elektronik rekam medik sesuai regulasi RS.
Prosedur diagnostik dan tindakan klinis, yang dilakukan sesuai instruksi serta hasilnya
didokumentasikan di dalam rekam medis pasien. Contoh prosedur dan tindakan misalnya
endoskopi, kateterisasi jantung, terapi radiasi, pemeriksaan Computerized Tomography (CT),
dan tindakan serta prosedur diagnostik invasif dan non-invasif lainnya. Informasi mengenai
siapa
yang meminta dilakukannya prosedur atau tindakan, dan alasan dilakukannya prosedur
atau tindakan tersebut didokumentasikan dalam rekam medik.
Di rawat jalan bila dilakukan tindakan diagnostik invasif/berisiko, termasuk pasien yang dirujuk
dari luar, juga harus dilakukan pengkajian serta pencatatannya dalam rekam medis.
Standar PAP 1.2. Rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan
didokumentasikan
Elemen Penilaian PAP 1.2.
1. PPA telah membuat rencana asuhan untuk setiap pasien setelah diterima sebagai
pasien ranap dalam waktu 24 jam berdasarkan hasil pengkajian awal. Rencana
2. asuhan dievaluasi secara berkala, direvisi atau dimutakhirkan serta
didokumentasikan dalam rekam medis oleh setiap PPA.
3. Instruksi berdasarkan rencana asuhan dibuat oleh PPA yg kompeten dan
berwenang,
4. dengan cara yg seragam, dan didokumentasikan di CPPT.
Rencana asuhan pasien dibuat dgn membuat sasaran yg terukur dan di
5. dokumentasikan.
DPJP telahasuhan
Terlaksananya melakukan evaluasi/review
secara berkala
terintegrasi dan dan verifikasi
membuat hariandengan
notasi sesuai untuk memantau
kebutuhan.
Maksud dan Tujuan PAP 1.2. Rencana asuhan merangkum asuhan dan pengobatan/
tindakan yg akan diberikan kepada seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu rangkaian
tindakan yang dilakukan oleh PPA untuk menegakkan atau mendukung diagnosis yg disusun
dari hasil pengkajian. Tujuan utama rencana asuhan adalah memperoleh hasil klinis yg optimal.
Proses perencanaan bersifat kolaboratif menggunakan data yang berasal dari pengkajian awal
dan pengkajian ulang yang di buat oleh para PPA (dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, dan lain-
lainnya)
Rencana asuhan dibuat setelah melakukan pengkajian awal dalam waktu 24 jam terhitung
sejak
pasien diterima sebagai
yang objektif dan pasien
memilikirawat inap.yang
sasaran Rencana
dapatasuhan yang baik
diukur untuk menjelaskan
memudahkan asuhan
pengkajian
ulang serta mengkaji atau merevisi rencana asuhan. Pasien dan keluarga dapat dilibatkan
dalam proses perencanaan asuhan. Rencana asuhan harus disertai target terukur , misalnya:
a) Detak jantung, irama jantung, dan tekanan darah menjadi normal atau sesuai dgn rencana yg
ditetapkan;
b) Pasien mampu menyuntik sendiri insulin sebelum pulang dari RS;
c) Pasien mampu berjalan dengan “walker” (alat bantu untuk berjalan).
Berdasarkan hasil pengkajian ulang, rencana asuhan diperbaharui utk dapat menggambarkan
kondisi pasien terkini. Rencana asuhan pasien harus terkait dgn kebutuhan pasien. Kebutuhan ini
mungkin berubah sbg hasil dari proses penyembuhan klinis atau terdapat informasi baru hasil
pengkajian ulang (contoh, hilangnya kesadaran, hasil laboratorium yang abnormal). Rencana
asuhan dan revisinya didokumentasikan dlm rekam medis pasien sbg rencana asuhan baru.
DPJP sbg ketua tim PPA melakukan evaluasi / reviu berkala dan verifikasi harian untuk memantau
terlaksananya asuhan secara terintegrasi danmembuat
dan membuat notasi sesuai dgn kebutuhan.
Catatan: satu rencana asuhan terintegrasi dengan sasaran2 yg diharapkan oleh PPA lebih baik dp
rencana terpisah oleh masing2 PPA. Rencana asuhan yg baik menjelaskan asuhan individual,
objektif, dan sasaran dapat diukur utk memudahkan pengkajian ulang serta revisi rencana asuhan.
PAP 1.2.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. PPA telah membuat rencana D Bukti dalam rekam medis PPA membuat rencana asuhan untuk 10 TP
asuhan untuk setiap pasien setelah setiap pasien setelah diterima sebagai pasien ranap dalam waktu 5 TS
diterima sebagai pasien ranap dalam 24 jam berdasarkan hasil pengkajian awal. 0 TT
waktu 24 jam berdasarkan hasil
pengkajian awal. W *PPA.
2. Rencana asuhan dievaluasi D 1) Bukti dalam rekam medis ttg rencana asuhan dievaluasi 10 TP
secara berkala, direvisi atau secara berkala, direvisi atau dimutakhirkan oleh setiap PPA. 5 TS
dimutakhirkan serta 2) Sesuai di maksud - tujuan : DPJP sbg ketua tim PPA 0 TT
didokumentasikan dalam rekam melakukan evaluasi / reviu berkala dan verifikasi harian. Lihat EP
medis oleh setiap PPA. e).
W *PPA.
3. Instruksi berdasarkan rencana D Bukti dalam rekam medis ttg instruksi dibuat oleh PPA yg 10 TP
asuhan dibuat oleh PPA yg kompeten dan berwenang, dengan cara yg seragam, dan 5 TS
kompeten dan berwenang, dengan didokumentasikan di CPPT, di kolom Instruksi sesuai Std PAP 0 TT
cara yg seragam, dan 1.1. EP b).
didokumentasikan di CPPT.
W *PPA. 28
PAP 1.2.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
4. Rencana asuhan pasien dibuat D Bukti dalam rekam medis tentang rencana asuhan pasien 10 TP
dgn membuat sasaran yg terukur dengan sasaran sesuai kebutuhan dan kondisi pasien. 5 TS
dan di dokumentasikan. 0 TT
W *PPA
5. DPJP telah melakukan D Bukti dalam rekam medis DPJP telah melakukan evaluasi/review
evaluasi/review berkala dan berkala dan verifikasi harian untuk memantau terlaksananya
verifikasi harian untuk memantau asuhan secara terintegrasi dan membuat notasi sesuai dengan
Terlaksananya asuhan secara kebutuhan. Dan memberi tandatangan di CPPT kolom reviu dan
terintegrasi dan membuat notasi verifikasi.
sesuai dengan kebutuhan.
W *DPJP
*PPJA
*Staf Klinis
29
Contoh
Rencana Asuhan Terintegrasi
KARS, Nico A. Lumenta 23
DPJP
Gambaran kegiatan Clinical Leader, sbg “motor” integrasi asuhan
1. Secara rutin saat visit pasien tiap pagi DPJP membaca CPPT semua info (24
jam), dari semua PPA, terkait asesmen, perkembangan pasien, pelaksanaan
pelayanan, juga dari form lain a.l. “Nurse’s note”, Form gizi, dll.
2. Melakukan review, interpretasi, sintesis dari rencana dan pelaksanaannya
3. Menyusun skala prioritas
4.Memberi catatan / notasi pd CPPT utk a.l. perhatian, koreksi,
arahan, instruksi dsb sebagai wujud integrasi !!
5.Atau bila asuhan sudah sesuai dgn rencana & sasaran, cukup
memberi paraf (= verifikasi) pada setiap lembar CPPT, beri paraf pd
pojok kanan bawah tiap akhir 24 jam (setiap hari)
24
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Kolaborasi PPA
REVIEW &
melalui CPPT VERIFIKASI DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA (Tulis Nama, beri Paraf,
Profesional Termasuk Pasca Bedah Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf pada (Instruksi ditulis dgn rinci (DPJP harus
akhir catatan) dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap 30’
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 • Lapor DPJP
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Kolaborasi pemberian DP
A : Nyeri akut arthritis gout anti inlamasi & analgesic Clinic JP
al
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 Inte Leader
Paraf.. gr a
Asuh si -
*Lapor 2 jam lagi skala Std PA an
nyeri P 2. 1.
EP 5
*Foto Ro Lutut hari ini bila
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri mereda/toleransi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. cukup
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari.
Paraf …
Dst….
Paraf
DPJP
Catatan/Notasi DPJP……+paraf DPJP tiap hari
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam Starkes 2022. DPJP
PPJA
PPA
Apoteker
Tugas
Mandiri,
Tugas
Kolaboratif,
Tugas
PPA
Delegatif
Kompetensi
Profesi & Lainnya Dietisien
Kompetensi
utk
Berkolaborasi (Nico Lumenta,KARS, 2022)
Interprofesion
al
b. Pelayanan Pasien Risiko Tinggi (Risti)dan Penyediaan
Pelayanan Risiko Tinggi
3. Pimpinan RS telah mengidentifikasi risiko tambahan yg dapat mempengaruhi pasien dan pelayanan risiko
tinggi.
PAP 2.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. Pimpinan RS telah melaksanakan R RS menetapkan pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi 10 TP
tanggung jawabnya utk memberikan sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan sarana 5 TS
pelayanan pada pasien berisiko prasarana yg dimiliki. 0 TT
tinggi dan pelayanan berisiko tinggi
meliputi a) - c) dlm maksud dan D Bukti Pimpinan RS telah melaksanakan tanggung jawabnya
tujuan. untuk pasien berisiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi yang
meliputi:
a) Identifikasi pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi
sesuai dengan populasi pasiennya meliputi a) s/d n) , disertai
penetapan risiko tambahan yang mungkin berpengaruh pada
pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi
b) Menetapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical
pathway dan rencana perawatan secara kolaboratif
c) Melatih staf untuk menerapkan prosedur, panduan praktik
klinis (PPK), clinical pathway dan rencana perawatan.
46
PAP 2.2.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
3. RS telah melaksanakan kegiatan D 1) Bukti pelaksanaan kegiatan sesuai program 10 TP
sesuai program dan tersedia leaflet 2) Bukti leaflet atau alat bantu kegiatan edukasi memuat materi 5 TS
atau alat bantu kegiatan (brosur, edukasi tentang pelayanan kesehatan warga lanjut usia di 0 TT
leaflet, dan lain-lainnya). masyarakat.
W *Kepala/staf PKRS,
*Ketua/anggota Tim Terpadu Geriatri,
*Pasien/keluarga.
4. RS telah melakukan evaluasi dan D Bukti tentang evaluasi dan laporan meliputi : 10 TP
membuat laporan kegiatan pelayanan 1) Pencatatan kegiatan dengan indikator antara lain lama rawat 5 TS
secara berkala. inap, status fungsional, kualitas hidup, rehospitalisasi dan kepuasan 0 TT
pasien.
2) Bukti pelaporan kegiatan secara berkala kepada pimpinan
RS
W *Pimpinan RS
*Ketua/anggota Tim terpadu Geritari
47
Maksud dan Tujuan PAP 2.1 dan PAP 2.2. Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan
multi penyakit/gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan
yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara tepadu dengan pendekatan multi disiplin yg
bekerja sama secara interdisiplin. Dengan meningkatnya sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan
maka usia harapan hidup semakin meningkat, sehingga secara demografi terjadi peningkatan
populasi lanjut usia. Sehubungan dengan itu RS perlu menyelenggarakan pelayanan geriatri
sesuai dengan tingkat jenis pelayanan geriatri:
a) Tingkat sederhana (rawat jalan dan home care)
b) Tingkat lengkap (rawat jalan, rawat inap akut dan
home care)
c) Tingkat sempurna (rawat jalan, rawat inap akut dan home care klinik asuhan siang)
d) Tingkat paripurna (rawat jalan, klinik asuhan siang, rawat inap akut, rawat inap kronis, rawat
inap
psychogeriatri, penitipan pasien Respit care dan home care)
Standar PAP 2.3. Rumah sakit menerapkan proses pengenalan perubahan
kondisi pasien yang memburuk.
50
Maksud dan Tujuan PAP 2.3. Staf yg tidak bekerja di daerah pelayanan kritis/intensif
mungkin tidak mempunyai pengetahuan dan pelatihan yg cukup untuk melakukan pengkajian,
serta mengetahui pasien yg akan masuk dalam kondisi kritis. Padahal, banyak pasien di luar
daerah pelayanan kritis mengalami keadaan kritis selama di ranap. Seringkali pasien
memperlihatkan tanda bahaya dini (contoh, tanda2 vital yg memburuk dan perubahan kecil
status neurologis) sebelum mengalami penurunan kondisi klinis yg meluas shg mengalami
kejadian yg tidak diharapkan.
Ada kriteria fisiologis yg dapat membantu staf untuk mengenali sedini-dininya pasien yg
kondisinya memburuk. Sebagian besar pasien yang mengalami gagal jantung atau gagal
paru sebelumnya memperlihatkan tanda2 fisiologis di luar kisaran normal yg merupakan
indikasi keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning system
(EWS). Penerapan EWS membuat staf mampu mengidentifikasi keadaan pasien memburuk
sedini- dininya dan bila perlu mencari bantuan staf yg kompeten. Dengan dmk, hasil asuhan
akan lebih baik. Pelaksanaan EWS dapat dilakukan menggunakan sistem skor oleh PPA yg
Standar PAP 2.4. Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit.
W *Staf klinis
53
PAP 2.4.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
3. Di seluruh area RS, BHD diberikan D Bila ada, bukti laporan pelaksanaan BHD / BHL, termasuk 10 TP
segera saat dikenali henti jantung- evaluasi terhadap pelaksanaan sebenarnya resusitasi atau 5 TS
paru dan BHL (bantuan hidup lanjut) terhadap simulasi pelatihan resusitasi di rumah sakit. 0 TT
diberikan kurang dari
5 menit. W *Tim code Blue, *Staf klinis.
S *Peragaan BHD
*Peragaan aktivasi code blue.
4. Staf diberi pelatihan pelayanan D Bukti pelaksanaan pelatihan bagi staf tentang pelayanan 10 TP
BHD/BHL sesuai dengan ketentuan resusitasi berupa : TOR, undangan, daftar hadir, materi, 5 TS
RS. laporan, evaluasi, sertifikaL 0 TT
W *Staf klinis
*Staf RS
*Diklat
54
Maksud dan Tujuan PAP 2.4. Pelayanan resusitasi diartikan sebagai intervensi klinis pada pasien yg
mengalami kejadian mengancam hidupnya seperti henti jantung atau paru. Pd saat henti jantung atau
paru maka pemberian kompresi pd dada atau bantuan pernapasan akan berdampak pd hidup atau
matinya pasien, setidak2nya menghindari kerusakan jaringan otak. Resusitasi yg berhasil pd pasien
dgn henti jantung-paru bergantung pd intervensi yg kritikal/penting spt kecepatan pemberian BHD, BHL
yg akurat (code blue) dan kecepatan melakukan defibrilasi. Pelayanan spt ini harus tersedia utk semua
pasien selama 24 jam setiap hari. Sangat penting utk dapat memberikan pelayanan intervensi yg
kritikal, yaitu tersedia dgn cepat peralatan medis terstandar, obat resusitasi, dan staf terlatih yg baik
untuk resusitasi. BHD harus dilakukan secepatnya saat diketahui ada tanda henti jantung-paru dan
proses pemberian BHL kurang dari 5 (lima) menit. Hal ini termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan
sebenarnya resusitasi atau terhadap simulasi pelatihan resusitasi di RS. Pelayanan resusitasi tersedia
di seluruh area RS termasuk peralatan medis dan staf terlatih, berbasis bukti klinis, dan populasi pasien
yg dilayani.
Standar PAP 2.5. Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai
dengan panduan klinis serta prosedur yg ditetapkan RS.
2. Sebelum pasien ranap diberi D Bukti dalam rekam medis tentang instruksi pemberian makanan 10 TP
makanan, terdapat instruksi pasien sesuai dengan status gizi dan kebutuhan pasien. 5 TS
pemberian makanan dalam rekam 0 TT
medis pasien yg didasarkan pada *PPA, *Nutrisionis/dietisien.
status gizi dan kebutuhan pasien. W
3. Untuk makanan yang disediakan D 1) Makanan dari luar rumah sakit dapat diadakan sesuai 10 TP
keluarga, edukasi diberikan mengenai ketentuan RS 5 TS
batasan2 diet pasien dan 2) Bukti pemberian edukasi tentang batasan-batasan diet 0 TT
penyimpanan yang baik untuk pasien dan penyimpanan yang baik untuk mencegah
mencegah kontaminasi. kontaminasi bila makanan disediakan oleh keluarga,
W * Staf klinis, *Nutrisionis/dietisien , *Pasien/keluarga .
60
PAP 3.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
4. Memiliki bukti pemberian terapi D 1) Bukti dalam rekam medis tentang pemberian terapi gizi 10 TP
gizi terintegrasi (rencana, pemberian terintegrasi pada pasien risiko gizi mencakup rencana, 5 TS
dan evaluasi) pada pasien risiko pemberian dan evaluasi terapi gizi 0 TT
gizi. 2) Bukti terapi gizi terintegrasi berupa pendokumentasian IAR
oleh Dietisien direviu-verifikasi oleh DPJP
(Lihat juga Std AKP 3 pada maksud dan tujuan poin e) )
W *PPA,
*Staf klinis,
*Nutrisionis/dietisien.
5. Pemantauan dan evaluasi terapi D Bukti dalam rekam medis tentang hasil evaluasi dan 10 TP
gizi dicatat di rekam medis pasien. monitoring terapi gizi. 5 TS
0 TT
W *PPA
*Staf klinis
*Nutrisionisampai denganietisien
Pasien/keluarga
61
Maksud dan Tujuan PAP 3. Makanan dan terapi nutrisi yg sesuai sangat penting bagi kes
pasien dan penyembuhannya. Pilihan makanan disesuaikan dgn usia, budaya, pilihan, rencana
asuhan, diagnosis pasien termasuk juga a.l. diet khusus seperti rendah kolesterol dan diet DM.
Berdasarkan pengkajian kebutuhan dan rencana asuhan, maka DPJP atau PPA lain yg
kompeten memesan makanan dan nutrisi lainnya utk pasien. Pasien berhak menentukan
makanan sesuai dgn nilai yg dianut. Bila memungkinkan pasien ditawarkan pilihan makanan yg
konsisten dgn status gizi. Jika keluarga pasien atau ada orang lain mau membawa makanan utk
pasien, maka mereka diberikan edukasi ttg makanan yg merupakan kontraindikasi terhadap
rencana, kebersihan makanan, dan kebutuhan asuhan pasien, termasuk informasi terkait
interaksi antara obat dan makanan. Makanan yg dibawa oleh keluarga atau orang lain disimpan
dgn benar utk mencegah kontaminasi. Skrining risiko gizi dilakukan pd pengkajian awal. Jika
pada saat skrining ditemukan pasien dgn risiko gizi maka terapi gizi terintegrasi diberikan,
dipantau, dan dievaluasi.
d. Pengelolaan Nyeri
69
“ Instrume n Akreditas i KARS
Pelayanan dan Asuha n Pasien (PAP) ”
Terim kasih
a