Anda di halaman 1dari 13

STUDI KASUS

TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG
• Kasus 1: Putusan MA Nomor 791K/PID.SUS/2010
• Terdakwa dalam kasus ini Yudi Hermawan bin Hadi
Samsudin
• Pasal yang didakwakan:
1. Pasal 3 UU Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 25 Tahun 2003
huruf a, b, c dan huruf d
2. Pasal 6 Ayat (1) huruf a, b, c, c, d, e dan f UU
Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 25 Tahun 2003 huruf a, b, c dan
huruf d
Lanjutan

Analisis kasus ini , bahwa masih menggunakan ketentuan UU Nomor 15


Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 25 Tahun
2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dimana ketentuan
tindak pidana pencucian uang menggabungkan definisi tindak
pidana pencucian uang dalam Pasal 3 dan 6
Konsep tindak pidana awal (predicate crime) yang tidak perlu
dinyatakan telah terbukti dapat langsung menetapkan terdakwa telah
melakukan tindak pidana pencucian uang telah diterapkan dalam
kasus ini, majelis halim yang memeriksa perkara ini tetap
berpendapat bahwa judex facti salah menerapkan hukum karena
dalam pertimbangannya judex facti tidak membuktikan lebih dulu
tindak pidana asal (predicate crime) tidak berdasarkan alasan hukum
yang benar. Dikarenakan ketentuan Pasal 3 UU Nomor 15 Tahun
2002 mensyaratkan bahwa terdakwa cukup mengetahui atau patut
menduga bahwa harta yang ditempatkan merupakan hasil tindak
pidana.
Lanjutan

Dakwaan pertama adalah tindak pidana korupsi


Dakwaan kedua adalah adalah tindak pidana pencucian uang

Dengan demikian, hukumannya atas kedua tindak pidana tersebut juga dapat
diakumulasi.

Jenis dakwaan terakhir adalah dakwaan yang berbentuk “alternatif


kumulatif”, dalam dakwaan ini dapat dijatuhkan pidana salah satu atau
kedua-duanya dari dakwaan yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum.
Kasus 2: Putusan Nomor 25/PID/2013/PT.DKI

Terdakwa : Ir. Toto Kuntjoro Kusuma Jaya bin Teguh Santoso

Pasal yang didakwakan:


1. Pasal 6 Ayat (1) huruf a, b, c, d, e dan f UU Nomor 15 Tahun
2002 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 25 Tahun
2003 huruf a, b, c dan huruf d tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang
2. Pasal 3 ayat (1) Huruf (c) UU Nomor 15 Tahun 2002
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 25 Tahun 2003
huruf a, b, c dan huruf d tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
Analisis kasus ini bahwa masih menggunakan ketentuan UU Nomor 15
Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 25 Tahun
2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dimana ketentuan
tindak pidana pencucian uang menggabungkan definisi tindak
pidana pencucian uang dalam Pasal 3 dan 6

Dakwaan pertama adalah tindak pidana korupsi


Dakwaan kedua adalah adalah tindak pidana pencucian uang

Dengan demikian, hukumannya atas kedua tindak pidana tersebut juga dapat
diakumulasi.

Jenis dakwaan terakhir adalah dakwaan yang berbentuk “alternatif


kumulatif”, dalam dakwaan ini dapat dijatuhkan pidana salah satu atau
kedua-duanya dari dakwaan yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum.
.
• Kasus 3: Putusan MA Nomor 31 PK/PID.SUS/2011

• Terdakwa: Bonatua Sinaga, SE

• Pasal yang didakwakan:

1. Pasal 3 huruf (a) UU Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah


diubah dengan UU Nomor 25 Tahun 2003 huruf a, b, c dan huruf
d tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Atau:

2. Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


Lanjutan

Analisis kasus ini bahwa masih menggunakan ketentuan UU Nomor 15


Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 25 Tahun
2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dimana ketentuan
tindak pidana pencucian uang menggabungkan definisi tindak
pidana pencucian uang dalam Pasal 3 Ayat 1 huruf (a) dan Pasal
372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Dari dakwaan yg diajukan dalam kasus ini “alternatif”, maka


seharusnya dakwaannya bisa “kumulatif”, dengan dakwaan pertama
penggelapan dan dakwaan kedua pencucian uang, hal ini
dikarenakan “predicate crime” adalah penggelapan dan tindak
pidana pencucian uang adalah hasil dari tindak pidana penggelapan,
sehingga hukuman maksimum yang diberikan berupa gabungan
kedua tindak pidana tersebut.
Lanjutan

Dengan menggunakan dakwaan alternatif spt pada kasus ini, maka tindak
pidana pencucian uang sulit untuk dijadikan pengenaan hukum terhadap
terdakwa, hal ini dikarenakan jika satu dakwaan telah terpenuhi dalam hal
ini dakwaan kedua berupa penggelapan sebagaimana dimaksud Pasal 372
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, maka tindak pidana pencucian uang
tidak dapat lagi diterapkan dengan dakwaan alternatif tersebut.
Kasus 4 : Putusan Nomor 133 PK/PID.SUS/2010
Terdakwa : Paimin Landung
Pasal yang didakwa:

Pertama
Primair: Pasal 46 Ayat (1) jo Ayat (2) Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo.
Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1)
KUHP, atau
Subsider: Pasal 378 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo.
Pasal 64 Ayat (1) KUHP; atau
Lebih subsider Pasal 372 KUHP jo. Pasal Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP
Lanjutan

Kedua:
Pasal 3 Ayat (1) jo. Ayat (2) jo. Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2002 tentang Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP
jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP

Analisis kasus ini merupakan tindak pidana di bidang perbankan dimana


terdakwa melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyrakat yang
tidak memiliki izin dari Bank Indonesia, sehingga dikenakan dakwaan
kesatu Pasal 46 Ayat (1) jo Ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 64 ayat
(1) KUHP, dan subsider Pasal 378 KUHP atau Lebih subsider lagi
Pasal 372 KUHP
Lanjutan

Selain Pasal tersebut, didakwa dengan bentuk dakwaan alternatif kumulatif,


yaitu Pasal 3 Ayat (1) jo. Ayat (2) jo. Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2002 tentang Pencucian Uang sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1
KUHP jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP

Anda mungkin juga menyukai