Anda di halaman 1dari 13

Menganalisis dan Membangun Riset

Laporan Keuangan Sektor Publik


tentang CSR

Mata Kuliah: Riset Akuntansi Keuangan dan CSR


Dosen : Dr. Asriani, SE., MSA., Ak., CA

Amanda Putri Utami (001104332022)


Rismawati (00304332022)

Pascasarjana Magister Akuntansi


Universitas Muslim Indonesia
Pendahuluan

Latar Belakang

Aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan memerlukan biaya yang disebut

sebagai biaya sosial (social cost). Biaya sosial yang terjadi harus diukur dan disajikan

pada laporan keuangan. Hal tersebut selaras dengan tujuan laporan keuangan, yaitu

menyajikan informasi akuntansi sebagai wujud pertanggungjawaban perusahaan

(manajemen) kepada para pemakai (user). Prinsip tata kelola perusahaan yang baik

(good corporate governance) juga mengharuskan perusahaan untuk melaporkan

kinerja keuangannya baik pada shareholders maupun stakehoders.


Latar Belakang

Pembahasan sebagai hasil analisis disajikan dalam beberapa bahasan, yaitu

konsep CSR (didalamnya juga menjelaskan tentang aktivitas dan biaya sosial),

akuntansi CSR, serta pengukuran dan penyajian biaya sosial dalam laporan

keuangan. Hasil yang disajikan dari analisis paper ini diharapkan mampu

mengkonfirmasi pentingnya pemahaman atas dimensi teoritis dan praktis dalam

mengakuntansikan CSR sebagai investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan

keberlanjutan usahanya, serta mampu memberikan kontribusi pemahaman atas

pengukuran dan penyajian biaya sosial dalam laporan keuangan.


Pembahasan

Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR merupakan pendekatan untuk mengintegrasikan kepedulian lingkungan sosial

dalam kegiatan operasi perusahaan berdasarkan prinsip kesukarelaan. Terdapat sinergi

yang meliputi aspek keuangan, sosial, dan lingkungan dalam pengimplementasian CSR

sehingga diharapkan konsep pembangunan berkelanjutan dapat terwujud. Pendekatan

CSR timbul sebagai wujud kesadaran sosial perusahaan, bahwa setiap aktivitas

perusahaan (baik aktivitas operasional maupun non operasional) tidak dapat dipisahkan

dari lingkungan sekitar.


Corporate Social Responsibility (CSR)

Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan, termasuk program
dan kebijakan perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci, yaitu

a. Good corporate governance: etika bisnis, manajemen sumber daya manusia, jaminan sosial

bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

b. . Good corporate responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community

development), perlindungan hak asasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan

penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.


Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility
(CSR)

Menurut Susanto, CSR dilihat dari segi implementasinya dapat dibagi atas tiga tahapan atau kategori yaitu:

a. Social obligation, pada kategori ini implementasi CSR sekadar untuk memenuhi persyaratan minimal yang

ditentukan oleh pemerintah dan ada kesan terpaksa.

b. Social reaction, pada tahap ini sudah muncul kesadaran oleh perusa- haan akan pentingnya CSR, namun

tetap saja memiliki kelemahan karena dilakukan setelah masyarakat mengalami eksternalitas yang cukup

lama tanpa ada kebijakan dari perusahaan.


Kolaborasi Stakeholder dalam Pelaksanaan
CSR

Terdapat enam hal dalam proses kolaborasi antarstakeholders, yaitu:

1) Managing aims, merupakan suatu alasan utama terjadinya sebuah kolaborasi,

2) Compromise, merupakan syarat yang dibutuhkan untuk mengatasi perbedaan cara kerja,

kultur, gaya kerja individu, norma, dan nilai organisasi.

3) Communication, merupakan hal yang menentukan dalam keberhasilan kolaborasi, bahasa

merupakan pintu pemahaman utama antar pihak yang berkolaborasi.


Konsep Corporate Social
Responsibility (CSR)

4) Democracy and Equality, yang tergambar dalam tiga aspek demokrasi yaitu: pertama siapa yang

harus dilibatkan dalam kolaborasi; kedua, proses kolaborasi yaitu kesejajaran dan penghargaan

atas setiap orang; ketiga, adalah akuntabilitas dan keterwakilan dalam bentuk

pertanggungjawaban terhadap organisasi dan konstituen.

5) Power and Trust, yang dimaknai sebagai pembagian peran yang didasari oleh kemampuan dari

masing-masing pihak yang berkolaborasi.

6) Determination, Commitment, dan Stamina, yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kolaborasi

yang tidak seimbang. Komitmen akan menjadi kuat ketika tujuan dari kolaborasi mewakili dari

kepentingan semua pihak.


Teori Legitimasi

Legitimasi merupakan hal yang penting dalam

perkembangan perusahaan kedepannya. Menurut Dowling dan

Pletter, perusahaan perlu memperoleh legitimasi dari seluruh

stakeholders dikarenakan adanya batasan- batasan yang dibuat

dan ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan

reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis

perilaku organisasi dengan memperlihatkan lingkungan.


Dengan menyatakan bahwa teori legitimasi memfokuskan pada kewajiban perusahaan

untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang sesuai dalam

lingkungan masyarakat dimana perusahaan itu berdiri, dimana perusahaan memastikan

aktifitas yang dilakukan diterima sebagai sesuatu yang sah. Lebih lanjut lagi Deegan

menjelaskan tentang teori legitimasi organisasi di negara berkembang terdapat dua hal:

Pertama, kapabilitas dalam menempatkan motif maksimalisasi keuntungan membuat

gambaran lebih jelas tentang motivasi perusahaan memperbesar tanggung jawab sosialnya.

Kedua, legitimasi organisasi dapat memasukkan faktor budaya yang membentuk tekanan

institusi yang berbeda dalam konteks yang berbeda.


untuk menghadapi kegagalan kinerja perusahaan (seperti kecelakaan yang

serius atau skandal keuangan) organisasi mungkin melakukan hal sebagai berikut:

1. Mencoba untuk mendidik stakeholdernya tentang tujuan organisasi untuk

meningkatkan kinerjanya.

2. Mencoba untuk mengubah persepsi stakeholder terhadap suatu kejadian (tetapi

tidak merubah kinerja aktual organisasi).

3. Mengalihkan perhatian dari masalah yang menjadi perhatian (mengosen- trasikan

terhadap beberapa aktivitas positif yang tidak berhubungan dengan kegagalan-

kegagalan).

4. Mencoba untuk merubah ekspektasi eksternal tentang kinerjanya.


Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility
(CSR)

Pengukuran dan penyajian biaya sosial dalam laporan keuangan menjadi penting, karena:

1. sebagai pertanggungjawaban manajemen perusahaan dalam melaporkan aktivitas


sosial yang dijalankan pada stockholders, dan

2. sebagai media komunikasi kepada stakeholers, bahwa perusahaan telah


mengimplementasikan program CSR.

Anda mungkin juga menyukai