7
MANAJEMEN
PROYEK
5
8
BAB 7
METODE EARNED VALUE (EV)
1. PENDAHULUAN
Dalam penentuan kinerja proyek dengan cara Earned Value atau Nilai Hasil, informasi yang
ditampilkan berupa indikator dalam bentuk kuantitatif, yang menampilkan informasi progress
biaya dan jadwal proyek. Indikator ini menginformasikan posisi kemajuan proyek dalam
jangka waktu tertentu serta dapat memperkirakan proyeksi kemajuan proyek pada periode
selanjutnya. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. BCWS (Budgeted Cost of Work Shedule), menggambarkan anggaran rencana
sampai pada periode tertentu terhadap volume rencana proyek yang akan
dikerjakan.
2. BCWP (Budgeted Cost of Work PerformeQ, menggambarkan anggaran rencana
proyek pada periode tertentu terhadap apa yang telah dikerjakan pada volume
pekerjaan actual
3. ACWP (Actual Cost of Work Peformed) menggambarkan anggaran aktual yang
dihabiskan untuk pelaksanaan pekerjaan pada keadaan volume pekerjaan aktual.
Berbekal ketiga indikator tersebut, pengukuran kinerja biaya dan waktu unruk metode Earned
Value menggunakan 3 jenis kurva S sebagai nilai kumulatif biaya dengan fungsi waktu, yang
terintegrasi dalam satu tampilan yang terdiri atas nilai kumulatif biaya: BCWS, BCWP dan
ACWP.
Kemudian dilakukan analisis terhadap penyrmpangan yang terjadi pada biaya dan
waktdadwal dengan cara mengukurnya, diuraikan di bawah ini
1. Penyimpangan Jadwal/Waktu
a. SV (Schedule Variance) = BCWP – BCWS
SV > 0, progres aktual > rencana: terjadi percepatan proyek terhadap
rencana (schedule underrun)
SV < 0, progres aktual < rencana: terjadi keterlambatan proyek terhadap
rencana (schedule overrun)
59
b. SPI (Schedule Performance Index) = BCWP / BCWS
SPI > 1, progress actual > rencana : terjadi percepatan proyek terhadap
rencana (schedule underrun)
SPI < 1, progress actual > rencana : terjadi keterlambatan proyek terhadap
rencana (schedule overrun)
2. Penyimpangan Biaya
a. CV (Cost Variace) = BCWP – ACWP
CV > 0, biaya volume aktual > biaya aktual (cost underrun)
V < 0, biaya volume aktual < biaya actual (cost overrun)
b. CPI (Cost Performance Index) = BCWP / ACWP
CPI >1, biaya volume aktual > biaya aktual (cost underrun)
CPI < 1, biaya volume aktual < biaya aktual (cost overrun)
Dengan menghitung indeks-indeks seperti di atas akan terlihat bahwa proyek akan terlambat
atau lebih cepat dan biaya yang harus dikeluarkan akan berlebih atau kurang dari yang
dianggarkan, maka kemajuan proyek untuk waktu yang akan datang perlu diramalkan
dengan cara seperti di bawah ini.
Ketiga hal di atas adalah indikator yang dapat dihitung pada baseline/milestone yang telah
ditentukan, sehingga nilai-nilai yang didapat menunjukkan progres proyek yang pada periode
tersebut dafl progres proyek dari segi biaya dan waktu untuk penyelesaian pada masa yang
akan datang.
60
1. Penilaian Kinerja Proyek
Penggunaan konsep earned value dalam penilaian kinerja proyek dijelaskan beberapa istilah
yang terkait dengan penilaian ini adalah Cost Variance, Schedule Variance, Cost
Performance Index, Schedule Performance Index, Estimate at Completion, dan Variance at
Completion.
CV = BCWP – ACWP
SV = BCWP – BCWS
61
Faktor efisiensi biaya yang telah dikeluarkan dapat diperlihatkan dengan
membandingkan nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (BCWP)
dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam periode yang sama (ACWP). Rumus
untuk CPI adalah :
Proyek konstruksi memiliki tingkat kompleksitas proyek yang tinggi. Terkadang terjadi
progres yang terlambat ataupun pembengkakan biaya. Pengendalian pada umunnya
memisahkan antara sistem akuntansi untuk biaya dan sistem jadwal proyek konstruksi.
Sistem akuntansi biaya menghasilkan laporan kinerja dan prediksi biaya proyek, sedangkan
sistem jadwal menghasilkan laporan status penyelesaian proyek. Kedua laporan tersebut
saling
62
melengkapi, tetapi dapat memberikan inforrnasi yang berbeda mengenai kondisi proyek
sehingga dibutuhkan suatu sistem yang mampu mengintegrasikan antara informasi waktu
dan biaya (Crean dan Adamezyk, 1982). Untuk kepentingan tersebut. Konsep nilai hasil
dapat digunakan sebagai alat ukur kinerja yang mengintegrasikan antara aspek biaya dan
aspek waktu.
Konsep eraned value digunakan di amerika serikat pada akhir abad ke-20 di industry
manufaktur. Amerika Serikat mulai mengembangkan konsep inisekitart ahun 1960 (Abba,
2000). Terdapat 35 kriteria yang disebut Cost/Schedule System Criteria (Cl SCSC) yang
dipertimbangkan sebagai alat pengendalian finansial yang memerlukan kealrlian analitis
dalam menggunakannya. Pada tahun 1995 hingga 1998 Eamed Value Managemenl (EVM)
menjadi suatu standar pengelolaan proyek (ANSVEIA 748-A). Sehingga EVM tidak hanya
digunakan oleh Departemen Pertahanan, tetapi juga digunakan oleh kalangan industri
lainnya seperti NASA dan Departemen Energi Amerika Serikat.
Perbedaan Konsep Nilai Hasil dengan manajemen biaya tradisional dijelaskan oleh
Flemming dan Koppelman (1994). Manajemen biaya tradisional menyajikan dua dimensi,
yaitu hubungan anrtara biaya aktual dengan biaya rencana (Gambar 7.2.a). Pada
manajemen biaya tradisional, status kinerja tidak dapat diketahui. Sebaliknya, Konsep Nilai
Hasil memberikan dimensi yang ketiga, yaitu besarnya pekerjaan secara fisik yang telah
diselesaikan atau disebut eamed value/percent complete. Pada Gambar 7.2.b terlihat bahwa
biaya aktual lebih rendah, tetapi tidak dapat menunjukkan bahwa kineda yang dilakukan
telah sesuai dengan target rencana.
Gambar 8.2 Perbandingan Manajemen Biaya Tradisional dengan Konsep Nilai Hasil
Menurut Flemming & Koppel (Sumber: Soemardi dkk, 2007)
63
1. Untuk meningkatkan efektifitas dalam memantau dan mengendalikan kegiatan
proyek
2. Dapat dikembangkan untuk membuat prakiraan atau proyeksi keadaan masa
depan proyek.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahrva konsep ini menyajikan tiga dimensi, yaitu
penyelesaian fisik dari proyek (the percent complete) yang mencerminkan rencana
penyerapan biaya (budgeted cost), biaya aktual yang sudah dikeluarkan (actual cost), serta
apa yang didapatkan dari biaya yang sudah dikeluarkan atau yang disebut Nilai Hasil
(Earned Value). Dari ketiga dimensi tersebut, dengan konsep nilai hasil dapat antam kinerja
biaya dengan waktu yang berasal dari perhitungan varian biaya dan waktu (Flemming dan
Koppelman, 1994).
1. Organisasi;
2. Perencanaan, penjadwalan, dan penganggaran;
3. Sistem akuntansi;
4. Analisis dan pengelolaan laporan
5. Revisi dan perbaikan data.
64
Aspek-aspek tersebut kemudian dijabarkan menjadi 32 kriteria seperti pada Tabel 7.4.
Tabel 8.4 Penerapan Earned Value Management System menurut Standar ANSUEIA 748-A
Untuk mengetahui gambaran potensi penggunaan konsep EVMS tersebut pada pengelolaan
proyek-proyek konstruksi di Indonesia, telah dilakukan survei terhadap 14 kontraktor di
Jakarla dan Bandung yang terdiri dari 6 kontraktor dengan kualifikasi besar (B), 6 kontraktor
menengah (M) dan 2 kontraktor kecil (K) (Soemardi dkk, 2006). Pada setiap responden
dilakukan wawancara komprehensif mengenai praktik perencanaan dan pengendalian aspek
biaya dan waktu. Jawaban para responden yang dikaji memrnjukkan bahwa secara umum
kontraktor-kontraktor tersebut belum siap dalaln menerapkan konsep manajemen proyek
yang bersifat terpadu. (Soemardi dkk, 2007) Dari hasil penilaian kesesuaian pengelolaan
proyek terhadap kriteria eanted value, kontraktor kecil mempunyai nilai kesesuaian yang
paling rendah, dimana aspek paling lemah dari kontraktor adalah dari aspek organisasi dan
65
aspek revisi dan perbaikan data. Untuk aspek organisasi, kontraktor kecil belum mempunyai
system yang terintegrasi antara WBS dan OBS. Untuk aspek revisi dan perbaikan data
kontraktor kecil belum ada pengelolaan dari perubahan – perubahan saat pelaksanaan
proyek yang seharusnya berpengaruh terhadap acuan penilaian kinerja dan anggaran biaya.
Pada kontraktor menengah hamper separuh kriteria Earned Value yang belum diterapkan
dalam system pengelolaan proyek. Aspek terlemah dari kontraktor menengah adalah aspek
revisi dan perbaikan data. Sementara itu, kontraktor besar sudah baik dalam menerapkan
kriteria Earned Value. Aspek terlemah dari kontraktor besar adalah dari aspek analisis dan
pengelolaan laporan di mana kontraktor besar, seperti juga pada semua kontraktor
responden lainnya, belum membuat analisis kinerja proyek berdasarkan formula dari konsep
eanted value. Kinerja proyek pada umumnya hanya dilakukan melalui analisis varian saja
baik dari segi waktu dan biaya.
66
6. RINGKASAN
1. Analisis varians merupakan metode pengendalian yang luas penggunaannya, baik
untuk biaya maupun jadwal' Mekanismenya adalah membandingkan perencanaan
(estandar) dengan kenyataan hasil pelaksanaan. Misalnya pengeluaran dengan
anggaran, kemajuan pekerjaan dengan jadwal, atau jadwal induk.
2. Metode pengendalian yang mengaitkan anggaran dengan persentase penyelesaian
pekerjaan dikenal sebagai konsep nilai hasil atau earned value concept dengan
elemen BCWP, ACWP, dan BCWS.
3. Dengan memakai 3 elemen tersebut dapat dievaluasi angkaangka varians terpadu,
yaitu varians yang mengaitkan jadwal dengan biaya, seperti varians biaya terpadu
(BCWP - ACWP) dan varian jadwal terpadu (BCWP - BCWS).
4. Dapat juga dihitung indeks kinerja, yaitu Indeks Kinerja Biaya (Cpt) = BCWP/ACWP
dan Indeks Kinerja Jadwal (SPI) = BCWP/BCWS.
67