Anda di halaman 1dari 41

ASPEK LEGAL PENYELENGGARAAN

KOMPETENSI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


(SESUAI PERSPEKTIF ATURAN PERUNDANGAN)

Dewan Pengurus Pusat Ikatan Penata Anestesi Indonesia


IKATAN PENATA ANESTESI INDONESIA
Jakarta, 30 Agustus 2016
KULIAH ITS PKU, 10 OTOBER 2023
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT DAN PENGAJUAN DUPAK

H. TRI BUDI SANTOSO,AMK.An,. SKM.,M.Si


RS Ortopedi Surakarta, Bag Anestesi
tribudi999.tbs@gmail.com
Hp: 0813292367999
ASUMSI / PERKIRAAN KEBUTUHAN PENATA ANESTESI
DI INDONESIA s/d TAHUN 2020

N Jenis Rumah Sakit Jumlah Jumlah Kebutuha Kebutuhan


O Kamar Operasi PenataAnestesi Penata Anestesi
Rumah (Asumsi 3 Shiff)
Sakit
1 Rumah Sakit Type A 55 8 440 1.320
2 Rumah Sakit Type B 282 6 1.692 5.076
3 Rumah Sakit Type C 715 4 1.464 5.856
4 Rumah Sakit Type D 488 2 976 2.928
5 Rumah Sakit Non Kelas 587 2 1.174 3.522
Jumlah Kebutuhan Penata Anestesi = 21.426 orang
Jumlah Penata Anestesi Teregistrasi di MTKI s/d 6500 orang
2020= 2000 orang
PENGADAAN
TENAGA KESEHATAN (uu no.36/2014... Pasal 17)

a Dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan pendayagunaan Tenaga


Kesehatan.

b Dilakukan melalui pendidikan tinggi bidkes


PENDIDIKAN TINGGI BIDANG KESEHATAN

MEMPERHATIKAN:
1. keseimbangan antara kebutuhan
penyelenggaraan Upaya
PENYELENGGARAAN Kesehatan HASILKAN
Pendidikan NAKES
Tenaga 2. keseimbangan antara kemampuan BERMUTU
Kesehatan produksi dng sumber daya yg ada
3. IPTEK
Sejarah Pendidikan Penata Anestesi
SMA Akademi
SPK Anestesi

(POLTEKKES) AKPERNES
Prodi Anestesi PAMPERNES

(POLTEKKES JOGJA)
D IV
D IV KAR Keperawatan Anestesiologi
(D3 + Pengalaman) SMA
SMK
(D3 + Pengalaman)
gelar Sarjana Terapan (ST.Kep.An).
Program Pendidikan Seharusnya
Domain Utama
SMA Skill Tindakan
Anestesi
Program Studi (> SKS )
D-IV Keperawatan
Anestesiologi
Komplemen dasar
Keperawatan
SMK Kesehatan
Permendikbud No.154 Thn 2014
Nomenklatur Pendidikan Tinggi
Program pendidikan
D-IV Keperawatan Anestesiologi
Durasi 4 tahun = 8 semester

1 2 3 4 5 6 7 8

Kuliah/tatap muka & Pemantapan Praktik


Lapangan

Magang (Orientasi)
1 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknakes
2 UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
Permen PAN&RB No 11 ttg JABATAN FUNGSIONAL PA
3 UU N0 12 tahun 2012 ttg Pendidikan Tinggi

4 UU NOMOR 36 TAHUN 2014 Tentang Tenaga Kesehatan


Perpres No.119 th 2020 ttg TUNJANGAN JABATAN PA
5
Permendikbud No.73 Tahun 2013 Penerapan

DASAR
6
KKNI Bidang Pendidikan Tinggi
7 Kepmenkes No.230/Menkes/SK/2010 tentang
Kurikulum

HUKUM 8
Permenkes No. 519/Menkes/SK/I2011 tentang
Pedoman Pelayanan Anestesi dan Reaminasi di RS
Permenkes No.83 tahun 2019 tentang Registrasi
9 Tenaga Kesehatan.

10 Permenkes No.18/Menkes/Per/V2016 tentang Izin Dan


Penyelenggaraan Praktik Penata Anestesi

11 Permenpan No.10&11 Tentang Jabatan Fungsional PA &APA

Kepmenkes No. 0072/2020 Standar Kompetensi


12 Penata Anestesi
KOMPETENSI
KOMPETENSI PENATA ANESTESI

Elemen-elemen kompetensi terdiri atas : • Knowledge


• Skills
1. Landasan kepribadian. • Attitudes
2. Penguasaan ilmu dan keterampilan.
3. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut
tingkat keahlian ber-dasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai.

11
2
19
9 • Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI),
(KKNI) adalah
penjenjangan capaian pembelajaran yang menyetarakan, luaran
bidang pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman
8 kerja dalam rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan
struktur pekerjaan di berbagai sektor
7 • Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian
pembelajaran yang disepakati secara nasional,
6 disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan
dan/ atau pelatihan yang diperoleh melalui
5 pendidikan formal, nonformal, informal, atau
4
pengalaman kerja
• KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia
3 terkait dengan sistem pendidikan dan pelatihan nasional yang
dimiliki Indonesia
2 • KKNI terdiri dari 9 (sembilan) jenjang kualifikasi,
kualifikasi dimulai dari
Kualifikasi – 1 sebagai kualifikasi terendah dan Kualifikasi – 9
sebagai kualifikasi tertinggi
1
Pencapaian Level pada KKNI Melalui Berbagai Jalur

: S

I N UN N K N
N
A MI

DU GS ER
S3 A

JA RS TIH
KU LA

F
K
DI ADE

B A US A

ST I JA
I 9

PE

RI
TA DA N
N D K

:
P E AR A S1
L 8 T
GE
7
D1
O
6

Z-
U 4

th
M
P 3

y-
:
PR IF U

th
A AN
SE SI N
OF I K R PI I

2 D
I M
PR

R T N Y AL

D
IN ESIO

ES AT

O L A I AN
OF

I:

T
O GA HL S

X-
1 N A SU

th
E
P KE HU
K
Illustrasi dari PII
SEBUTAN :
S3 S3T SPESIALIS 2
9
S2 S2T SPESIALIS 1 AHLI AHLI
8
PROFESI
7
S1 DIV/
DIV/ S1T
S1T
6 TEKNISI/ TEKNISI/
DIII
DIII ANALIS ANALIS
5
DII
DII 4
DI
DI
3
SMU SMK OPERATOR OPERATOR
2
1
Visi Pendidikan Indonesia 2035

Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar


seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera,
dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai
budaya Indonesia dan Pancasila

Sumber: Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 17
Perekonomian Gambaran
Indonesia pasar kerja
yang berubah Indonesia yang
berbeda- beda
1
3
Bagaimana Pendidikan
PENATA ANESTESI
di Indonesia
2
4
NEW NORMAL LIFE
Perubahan
sosiokultural Visi
dan demografi Indonesia
Indonesia 2045

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 9


Pandemi virus COVID-19 telah mendorong terjadinya perubahan struktural yang
sangat cepat

Melaksanakan pembelajaran jarak jauh


Sekolah-sekolah di seluruh dunia harus cepat beradaptasi dengan sistem digital untuk memfasilitasi pembelajaran jarak
jauh
Pendidikan
Institusi banyak mendapat tekanan finansial
Banyak sekolah dan universitas mendapatkan tekanan finansial – salah satunya karena orang tua dan siswa meminta rabat
dan mendorong institusi untuk menurunkan biaya kuliah

Mempercepat akses digital di semua industri


Karena konsumen dan pelaku usaha semakin bergantung kepada teknologi, industri perlu mempercepat proses digitalisasi untuk
tetap relevan dan meningkatkan efisiensi

Tekanan lebih besar untuk memperbaharui keterampilan (misalnya: cyber security)


Dunia Kerja Para pekerja dari berbagai industri perlu dengan cepat menyesuaikan diri dengan cara kerja baru dan memperbaiki
keterampilan mereka untuk tetap kompetitif

Lokalisasi peluang kewirausahaan


Para pelaku wirausaha akan menjadi pendorong penting pemulihan ekonomi dalam menciptakan cara-cara yang inovatif
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Sumber: analisa Kearney


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1
9
Kompetensi Penata Anestesi
Pada NEW NORMAL LIFE
HARUS Multi Dimensi & Terintegrasi
Meliputi:
•Pengetahuan (Knowledge)
•Ketrampilan (Skills)
•Sikap (Attitude)

Yang Diperlukan Untuk Menghadapi


Situasi Riil Dalam Menerapkan
Keahlian / Profesi Yang Dilaksanakan
1.Mampu mempersiapkan pasien baik secara fisik maupun
mental dengan memberikan informed consent untuk tindakan
anestesi.
2.Mampu memilih dan menerapkan tehnik anestesi yang
sesuai dengan analisa data pasien dan dapat menggunakan
alat-alat anestesi dan monitoring yang terbaru.
3.Mampu memilih dan memberikan obat-obat anestesi atau
obat tambahan untuk pelaksanaan anestesi, serta memelihara
keseimbangan fisiologis dan mengoreksi gangguan yang
mungkin timbul akibat pemberian obat anestesi atau
tindakkan pembedahan.
4.Mampu mengatasi nyeri akibat pembedahan dan melakukan
penanggulangan keadaan gawat darurat.
5.Mampu membuat dan mendokumentasikan penilaian dan
evaluasi pre anestesi, intra anestesi dan pasca anestesi.
6.Bertanggung jawab pada pekerjaan profesional sebagai
penata anestesi secara mandiri dan organisasi
LULUSAN /PENATA
ANESTESI
Tujuan
Uji Kompetensi Standar
Kompetensi

Legal Aspek:
Standar
UU Sisdiknas
UU Dikti KB Pelayanan
Permenkes
K
Pendidikan Profesi
Berkelanjutan(CPD) UJI
KOMPETENSI Kognitif

Peningkatan Afektif

Mutu Tenaga
Kesehatan Psikomotor
Alur Registrasi Penata Anestesi melalui Uji Kompetensi

SERTIFIKASI

Uji Kompetensi REGISTRASI LISENSI


(exit exam)

STR SIP
Serkom

Perguruan Pemerintah
KTKI Daerah
Tinggi *
Undang-Undang No.36 Tahun 2014
TENAGA KESEHATAN
No. KELOMPOK TENAGA KESEHATAN JENIS TENAGA KESEHATAN No. KELOMPOK TENAGA KESEHATAN JENIS TENAGA KESEHATAN
17 Fisioterapis
I PSIKOLOGI KLINIS 1 Psikologi Klinis
18 Okupasi Terapis
II PERAWAT 2 Perawat VIII TENAGA KETERAPIAN FISIK
19 Terapis Wicara
III BIDAN 3 Bidan 20 Akupuntur
4 Apoteker 21 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
IV KEFARMASIAN
5 Tenaga Teknis Kefarmasian
22 Teknik Kardiovaskuler
6 Epidemiolog Kesehatan 23 Teknisi Pelayanan Darah

7 Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku IX TENAGA KETEKNISIAN MEDIS 24 Refraksionis Optisien/Optometris
25 Teknisi Gigi
8 Pembimbing Kesehatan Kerja 26 Penata Anestesi
V TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT 9 Tenaga Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 27 Terapis gigi dan mulut
28 Audiologis
29 Radiografer
10 Tenaga Biostatistik dan Kependudukan
30 Elektromedis

11 Tenaga Kesehatan Reproduksi dan Keluarga 31 Ahli Teknologi Laboratorium Medik


X TENAGA TEKNIS BIOMEDIS
32 Fisikawan Medik
12 Tenaga Sanitasi Lingkungan 33 Radioterapis
VI TENAGA KESEHATAN LINGKUNGAN 13 Entomolog Kesehatan 34 Ortotik Prostetik
14 Mikrobiolog Kesehatan 35 Tenaga Kesehatan Tradisional Ramuan
TENAGA KESEHATAN
15 Nutrisionis XI
VII TENAGA GIZI TRADISIONAL
16 Dietisien 36 Tenaga Kesehatan Tradisional Keterampilan
26
27
Yang Perlu Clear Tentang PENATA ANESTESI

PMK NO.18 Tahun 2016


Pasal 24
Semua nomenklatur Perawat
Anestesi dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor
519/Menkes/Per/III/2011 tentang
Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
Intensif Di Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 224) harus dibaca dan
dimaknai sebagai Penata
PERAWAT PENATA ANESTESI
29
PENATA ANESTESI

30
Peran & Kedudukan PA Dalam Fasyankes
Dr Operator Dr Anestesi

Tugas

Keperawatan Pasien Tugas


Pelayanan
Anestesi

Perawat Penata
Kamar Bedah
Anestesi
Pra, Intra dan Pasca Anestesi

32
PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPROFESIAN
Penata Anestesi
(Sesua Pasal 10 - 11 PMK No.18 tahun 2016)

Bagian Kesatu
Wewenang
Pasal 10
Penata Anestesi dalam menjalankan praktik keprofesiannya
berwenang untuk melakukan pelayanan asuhan kepenataan
anestesi pada:
a. praanestesi;
b. intraanestesi; dan
c. pascaanestesi.
Pasal 11
(1) Pelayanan asuhan kepenataan praanestesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 huruf a yaitu melakukan pengkajian penatalaksanaan pra anestesia yang
meliputi:
a. persiapan administrasi pasien;
b. pemeriksaan tanda-tanda vital;
c. pemeriksaan lain yang diperlukan sesuai kebutuhan pasien baik secara inspeksi,
palpasi, maupun auskultasi;
d. pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien;
e. analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien;
f. evaluasi tindakan penatalaksanaan pelayanan pra anestesia, mengevaluasi
secara mandiri maupun kolaboratif;
g. mendokumentasikan hasil anamnesis/ pengkajian;
h. persiapan mesin anestesia secara menyeluruh setiap kali akan digunakan dan
memastikan bahwa mesin dan monitor dalam keadaan baik dan siap pakai;
i. pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari untuk memastikan
bahwa semua obat-obatan baik obat anestesia maupun obat emergensi tersedia
sesuai standar rumah sakit; dan
j. memastikan tersedianya sarana prasarana anestesia berdasarkan jadwal, waktu,
dan jenis operasi tersebut.
(2) Pelayanan asuhan kepenataan intraanestesi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b,
terdiri atas:
a. pemantauan peralatan dan obat-obatan sesuai
dengan perencanaan teknik anestesia;
b. pemantauan keadaan umum pasien secara
menyeluruh dengan baik dan benar; dan
c. pendokumentasian semua tindakan yang
dilakukan agar seluruh tindakan tercatat baik dan
benar.
(3) Pelayanan asuhan kepenataan pascaanestesi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf c meliputi:
a. merencanakan tindakan kepenataan pasca tindakan anestesia;
b. penatalaksanaan dalam manajemen nyeri sesuai instruksi dokter spesialis
anestesi.
c. pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural;
d. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika regional;
e. pemantauan kondisi pasien pasca pemberian obat anestetika umum;
f. evaluasi hasil kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural;
g. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesia
regional;
h. evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesia
umum;
i. pelaksanaan tindakan dalam mengatasi kondisi gawat;
j. pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan yang
dipakai; dan
k. pemeliharaan peralatan agar siap untuk dipakai pada tindakan anestesia
selanjutnya.
Bagian Kedua
Pelimpahan Wewenang
kepada Penata Anestesi
(Pasal 12-16 PMK No.18 tahun 2016)

Selain wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal


10 dan Pasal 11, Penata Anestesi dapat melaksanakan
pelayanan:
a. di bawah pengawasan atas pelimpahan wewenang
secara mandat dari dokter spesialis anestesiologi
atau dokter lain; dan/atau
b. berdasarkan penugasan pemerintah sesuai
kebutuhan.
PENATA ANESTESI adalah
setiap orang yang telah lulus
pendidikan bidang keperawatan
anestesi atau Penata Anestesi
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Peraturan Menteri Kesehatan


No.18 Tahun 2016
Tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik
Penata Anestesi
Peluang Karir Penata Anestesi

ASN/NON ASN/TNI/POLRI

PNS

PPPK
JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PENATA
ANESTESI
MENTERI KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai