Asas-Asas Hukum
03 06 Peranan PPATK
Perbankan
Pengertian Hukum Perbankan dan
Fungsi Perbankan DiIndonesia
Asas Demokrasi
Asas Kepercayaan Asas Kerahasiaan Asas Kehati –
Ekonomi
hatian
Jenis-jenis Bank menurut UU No.
10 Tahun 1998
Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah
(Pasal 6-12) kegiatan usaha secara konvensional atau (Pasal 13-15)
bank yang menerima simpanan
berdasarkan prinsip syariah, yang memberikan
hanya dalam bentuk deposito
jasa dalam lalu lintas pembayaran kepada
berjangka, tabungan, atau
masyarakat. Bank Umum memiliki sifat jasa
bentuk lain yang sejenis.
yang bersifat umum dan sering disebut sebagai
Bank Komersial.
Kewajiban Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dalam penerapan Program
APU PPT (Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme) mencakup penilaian risiko yang melibatkan identifikasi dan
Kewajiban Penyedia pemahaman atas risiko TPPU/TPPT, serta manajemen dan mitigasi
Jasa Keuangan risiko melalui kebijakan, prosedur, dan pengawasan yang efektif.
Direksi dan Dewan Komisaris memiliki peran aktif dalam pengawasan
kebijakan dan prosedur, sementara PJK harus memiliki sistem
pengendalian internal, sistem informasi manajemen, dan sumber daya
manusia yang memadai. Dalam mengidentifikasi Transaksi Keuangan
Mencurigakan (TKM), PJK melakukan pemantauan dan analisis
transaksi nasabah, dan jika ditemukan transaksi mencurigakan,
dilakukan pelaporan sesuai prosedur yang berlaku. Semua upaya ini
bertujuan untuk memastikan bahwa tindakan pencegahan TPPU/TPPT
sesuai dengan tingkat risiko yang telah diidentifikasi dan untuk
menjaga integritas sistem keuangan.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memiliki peran yang sangat strategis
dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang (TPPU). PPATK didirikan
sebagai lembaga independen yang bertujuan mengawasi dan memerangi penyalahgunaan transaksi
keuangan yang sering digunakan untuk mencuci uang hasil kejahatan. Tugas utama PPATK adalah
pencegahan dan pemberantasan TPPU, yang mencakup penerimaan laporan transaksi
mencurigakan, analisis data, dan pelaporan kepada penegak hukum. PPATK juga memiliki fungsi-
fungsi lain, termasuk pengelolaan data dan informasi, pengawasan terhadap kepatuhan pelapor,
serta penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan anti pencucian uang. PPATK memiliki
kewenangan untuk meminta data dan informasi dari instansi pemerintah dan swasta, menetapkan
Peranan PPATK pedoman identifikasi transaksi mencurigakan, mengkoordinasikan upaya pencegahan dengan
instansi terkait, memberikan rekomendasi kepada pemerintah, dan mewakili Indonesia dalam
forum internasional terkait pencegahan TPPU. Selain itu, PPATK juga berperan dalam menetapkan
pedoman pelaporan, mengkategorikan pengguna jasa berpotensi melibatkan diri dalam TPPU,
melakukan audit kepatuhan, memberikan peringatan, dan merekomendasikan pencabutan izin
usaha bagi pelapor yang melanggar kewajiban pelaporan. Semua upaya ini merupakan bagian dari
strategi pencegahan dan pemberantasan TPPU untuk menjaga integritas sistem keuangan dan
mengatasi kejahatan finansial.
Perlindungan pelapor dan saksi tindak pidana pencucian uang (TPPU)
adalah elemen penting dalam peradilan pidana karena mereka dapat Perincian Tentang
menghadapi ancaman. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 mengatur
Perlindungan Pelapor dan
perlindungan ini, dan teknisnya dijalankan oleh Kepolisian. Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
Saksi
memperkuat landasan hukum perlindungan ini dan menugaskan
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk
melaksanakannya. Namun, ada beberapa kendala dalam
implementasinya. Dalam kasus TPPU, LPSK dapat berkolaborasi
dengan berbagai instansi peradilan pidana dan bekerja sama dengan
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU. Ini penting untuk
menjaga integritas sistem peradilan dan melawan kejahatan keuangan.
Studi Kasus
Kelompok 11
Conclusions