Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PNEUMONIA DI RUANG

ZAMRUD RSU PERMATA MEDIKA KEBUMEN

RELATIONSHIP EDUCATION MEDICAL


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA
REGULER B

KELOMPOK 10

MUHAMMAD IKHWAN ALFARID [ 202202264 ]


ANGGA MAHADITA ARKADIA [ 202202167 ]
LASIDI [ 202202205 ]
CHANDI REZA ROSANDI [ 202202272 ]
DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan akut
parenkim paru yang yang biasanya timbul
dari suatu infeksi melalu saluran pernafasan
bawah akut dan disertai juga dengan gejala
sesak nafas dan batuk yang mana bisa
disebabkan oleh infeksius bakteri, virus,
mycoplasma, dan subtansi benda asing,
berupa radang paru-paru yang disertai
dengan konsolidasi dan eksudasi untuk
melihatnya bisa melalui gambaran radiologi
(Mathis, 2018).
CDC 2020
Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu bakteri
Streptococcus pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan pneumonia
yang disebabkan karena virus umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus,
rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe Acute Respiratory Syndrome
termasuk SARS Cov-2 yaitu virus penyebab covid 19 (CDC, 2020)

Menurut Nurarif (2017)


ETIOLOGI
Bakteri: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptococcus aureus,
streptokokus hemolyticus, mycobacterium tuberkolusis, bacillus friendlander,
hemophilus influinzae
Virus: Respiratory syncytial virus, adeno virus, virus
sitomegalitik, virus influenza.
Jamur: Histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans.
Aspirasi: Makanan, BBM (bahan bakar minyak) biasanya minyak tanah,
cairan amnion, benda asing.
PATOFISIOLOGI

1) Zona luar (edama): alveoli yang tersisi


dengan bakteri dan cairan edema;
2) Zona permulaan konsolidasi (red
hepatization): terdiri dari PMN dan
beberapa eksudasi sel darah merah;
3) Zona konsolidasi yang luas (grey
hepatization) : daerah tempat terjadi
fagositosis yang aktif dengan jumlah
PMN yang banyak;
4) Zona resolusi E: daerah tempat terjadi
resolusi dengan banyak bakteri yang mati,
leukosit dan alveolar makrofag.
(Damayanti and Ryusuke 2017)

Patogenesis pneumonia oleh bakteri pneumococcus


PATHWAY
PNEUMONIA
Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan
pathway, diagnosa yang mungkin muncul yaitu

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi


yang tertahan (D.0001)
MASALAH
KEPERAWATAN Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas (D.0005)
PASIEN PNEUMONIA
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN SLKI INTERVENSI SIKI
1 Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan Batuk Efektif (I.01006)
berhubungan dengan sekresi yang selama 3x24jam diharapkan Bersihan Observasi :
tertahan (D.0001) Jalan Nafas (L01001) • Identifikasi kemampuan batuk
Gejala dan tanda mayor. Meningkat dengan kriteria hasil:
• Monitor adanya retensi sputum
Subyektif :
Obyektif : • Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
• Batuk tidak efektif • Monitor input dan output cairan
• Tidak Mampu Batuk Terapeutik :
• Sputum berlebih • Atur posisi semi fowler atau fowler
• Mengi, wheezing, ronkhi kering • Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
Gejala dan tanda minor. • Buang sekret pada tempat sputum
Subyektif: Keterangan:
1 : Meningkat Edukasi :
• Dipsnea
• Sulit bicara 2 : Cukup Meningkat • Jelaskan tujuan dan posedur batuk efektif
• Ortopnea 3 : Sedang • Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik,
Obyektif: 4 : Cukup Menurun ditahan selama 2 detik,kemudian keluarkan dari mulut
• Gelisah 5 : Menurun dengan bibir mecucu selama 8 detik
• Sianosis nyeri • Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
• Bunyi nafas menurun • Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas
• Frekuensi nafas berubah yang ke 3
• Pola nafas berubah Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, K/P
2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (I.01011)
upaya nafas(D.0005) keperawatan selama 3x24jam Tindakan :
diharapkan pola nafas (L.01004) Observasi
Gejala dan tanda mayor Monitor pola napas
Meningkat dengan kriteria hasil : Monitor bunyi napas tambahan
Subyektif :
Monitor sputum
 Dispnea
Terapeutik
Objektif : Kriteria hasil Skala Pertahankan kepatenan jalan napas
 Penggunaan otot bantu 1 2 3 4 5 dengan head-tilt dan chin-lift
 Fase ekspirasi memanjang Dispnea 1 2 3 4 5 Posisikan semi-fowler atau fowler
Berikan minum hangat
 Pola nafas abnormal Ortopnea 1 2 3 4 5 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Gejala dan tanda minor Penggunaan otot Lakukan penghisapan lendir kurang
1 2 3 4 5
Subjektif : bantu nafas dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Ortopnea penghisapan endotrakeal
Objektif : Keluarkan sumbatan benda padat
 Pernapasan pursed-lip dengan forsep McGil
Berikan oksigen, jika perlu
 Pernapasan cuping hidung Edukasi
 Diameter thoraks anterior-posterior meningkat Anjurkanasupan cairan 2000ml/hari,
 Ventilasi semenit menurun jika tidak kontaindikasi
Ajarkan tekhnik batuk efektif
 Kapasitas vital menurun Kolaborasi
 Tekanan ekspirasi menurun Kolaborasi pemberian bronkodilator,
 Tekanan inspirasi menurun ekspektoran, mukolitik, jika perlu
 Ekskursi dada berubah
BAB II
LAPORAN KASUS
DATA SUBYEKTIF
Identitas Pasien
Nama : Tn. A S
Umur : 68 tahun
Tanggal Lahir : 15-05-1954
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Dk Widoro Payung 5/3 Kedawung Pejagoan
Status Bangsa : Suku Jawa
Diagnosa Medis : CHF, Pneumonia
Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien datang melalui IGD RS Permata Medika Kebumen pada tanggal 29 Oktober 2022 pukul
12.00 WIB dengan keluhan sesak nafas 7 hari SMRS, batuk berdahak, lemes, mual, dan
muntah. Pada saat di IGD TD: 134/97mmHg N: 91x/menit RR: 27x/menit, S: 36,7 ºCSpO2: 95%.
Pasien disarankan untuk rawat inap dan dipindah keruang rawat zamrud R.B 2.24 pada tgl 29
Oktober 2022 pukul 15.45 WIB. Pasien dilakukan tindakan nebulizer di IGD.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30 Oktober 2022 pukul 10.00 WIB pasien
mengatakan masih sesak, merasa lemas dan batuk berdahak. TD : 138/97 mmHg N : 87x/menit
RR : 25x/menit S : 36,5ºC, kesadaran composmentis.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sudah pernah dirawat dengan keluhan yang sama 1 tahun yang lalu. Pasien
juga merupakan perokok aktif sebelum sakit.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama
DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 138/97 mmHg
N : 87 x/menit
S : 36,5ºC
RR : 25 x/menit
Spo2 : 95 %
Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultrasi)
Dada : Jantung dan paru-paru menggunakan tekhnik (IPPA)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak pada ICS IV-V mid clavicula sinistra
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordis pada ICS 5 garis mid clavikula sinistra.
Perkusi : Terdengar suara pekak, intercosta 2 garis parasternal dektra, intercosta 2 garis
parasternal sinistra, sampai intercosta 4 garis parasternal sinistra, dan intercosta 5 garis mid
klavikula sinistra.
Auskultasi : Terdengar S1-S2 terpisah, regular.
Paru-paru
Inspeksi :Simetris kanan dan kiri, pada saat inspirasi dan ekspirasi tidak ada retraksi dinding
dada kanan dan kiri, tidak ada otot bantu nafas.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, teraba gerak dada kanan dan kiri simetris.
Perkusi:sonor.
Auskultasi :Suara nafas Ronchi, RR= 25x/ menit
Hasil Pemeriksaan Radiologi
Rongent Thorax Ap Tanggal 29 Oktober 2022
Cardiomegali, Oedem Pulmo, Pneumonia
ANALISA DATA
Nama Klien : Tn. A S
Ruang : Zamrud R.B 2.24

NO DATA FOKUS MASALAH PENYEBAB DIAGNOSA KEP


1 DS :Pasien mengatakan sesak nafas, Bersihan Jalan Nafas Tidak Sekresi yang Tertahan Bersihan Jalan Tidak Efektif berhubungan
batuk berdahak Efektif dengan Sekresi yang Tertahan (D.0001)
DO :
 terpasang O2 canul nasal 3 lpm
 Suara Paru terdengar Ronchi
 Terdapat sputum
2 DS: Intoleransi Aktivitas Ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan
Pasien mengatakan lemas, sesak saat Antara Suplai dan Ketidakseimbangan Antara Suplai dan
aktivitas
Kebutuhan Oksigen Kebutuhan Oksigen (D.0056)

DO:
 Rontgen Cardiomegali, Oedem
Pulmo, Pneumonia
 TD : 138/97 mmHg
 N : 87x/menit
 S : 36,5 C
 RR : 25x/menit
Diagnosa Keperawatan :
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan
dengan Sekresi yang Tertahan (D.0001)
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan
Ketidakseimbangan antara Suplai dan
Kebutuhan Oksigen (D.0056)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. A S
Ruang : Zamrud R.B 2.24
BAB III
PEMBAHASAN
Jurnal yang kami angkat pada kasus ini berjudul “Pengaruh Penerapan Batuk Efektif dalam mengatasi
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)”.
Pada kasus yang saya ambil adalah seorang Laki- laki berumur 72 tahun yang sesak nafas sudah 1 tahun. Di
riwayatnya pasien seorang perokok dan lingkungan rumahnya anak laki-lakinya sering merokok dengan teman-
temannya saat itu pasien selalu sesak jika ada asap rokok di sekitar rumah. Pasien mengalami batuk berdahak dan
tidak dapat mengeluarkan sekretnya sehingga pasien merasa sesak nafas. Dalam jurnal yang ada Penyakit paru
obstruktif kronik merupakan satu dari 4 penyakit tidak menular utama yang menyebabkan kematian di indonesia
(WHO, 2019). Hasil penelitian sebelum dilakukan tindakan teknik batuk efektif 100% responden suara nafas ronchi
dan 68,75% frekuensi nafas normal. Setelah dilakukan Tindakan sebanyak 81,25 responden suara nafas
vesikuler dan 87,50 % responden dengan frekuensi nafas normal.
Teknik Batuk Efektif merupakan aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas, Tujuan Batuk
Efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi retensi sekresi. Teknik Batuk Efektif
dilaksanakan terutama pada klien dengan masalah keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas dan
masalah resiko tinggi infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang berhubungan dengan akumulasi secret pada
jalan napas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun atau adanya nyeri setelah
pembedahan thoraks atau pembedahan abdomen bagian atas sehingga klien merasa malas untuk melakukan
batuk. (Muttaqin, 2008:242).
Diperkuat dengan hasil penelitian menurut Nurmayanti tahun (2019) berjudul “Pengaruh Fisioterapi Dada, Batuk
Efektif dan Nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah pada pasien PPOK” menyatakan bahwa
ada pengaruh penerapan teknik batuk efektif pada pasien penyakit paru obstruksi kronik dengan dilakukan latihan
pernafasan terdiri dari latihan dan praktik pernafasan yang dimanfaatkan untuk mencapai ventilasi yang lebih
terkontrol, efisien dan mengurangi kerja pernafasan.
Penanganan farmakologis dan tindakan suportif untuk membantu vasodilatasi dan bersihan jalan napas dengan
fisioterapi dada disertai minum air hangat pada Jurnal Penelitaian yang dilakukan oleh Fadli, F., Sarinengsih, Y., &
Tsamrotul, N. (2022) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fisioterapi dada disertai minum air
hangat terhadap bersihan jalan napas pada balita ISPA di UPTD Puskesmas Citarik. Jenis penelitian menggunakan
Pre Experimental Designs dengan jenis Static Group Comparison dengan Populasi 424 balita. Sampel berjumlah 54
balita berusia 3-5 tahun dengan kelompok intervensi 27 responden dan kelompok kontrol 27 responden. Teknik
pengumpulan data dengan lembar observasi bersihan jalan napas. Analisa yang digunakan univariat dan bivariat
dengan uji Mann-Whitney U Test. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh fisioterapi dada disertai minum air
hangat terhadap bersihan jalan napas pada balita ISPA di UPTD Puskesmas Citarik (P-value = 0.00), dengan hasil
sebagian besar bersihan napas pada balita dengan ISPA bersih. Fisioterapi dada disertai air minum hangat
bermanfaat membantu mengatasi permasalahan bersihan jalan napas pada balita yang mengalami ISPA.
Berdasarkan kasus dan jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tindakan batuk efektif terhadap
bunyi nafas dan frekuensi nafas pada pasien Penyakit paru obstruksi kronik. Diharapkan perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif dapat
menerapkan teknik batuk efektif ini untuk mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Begitu juga pada tindakan Posisi Semi Fowler pada Jurnal Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah L., Nurhudaya
(2022) pada pasien TB RO dengan bersihan jalan napas tidak efektif menggunakan intervensi pemberian posisi
semi fowler di RSUD Labuang Baji Makassar. Metode: Studi kasus dengan menggunakan metode deskriptif
mengambarkan proses keperawatan kepada salah satu masalah yaitu asuhan keperawatan pada pasien TB RO
dengan bersihan jalan napas tidak efektif. Hasil: Setelah dilakukan proses asuhan keperawatan selama 3 hari
didapatkan hasil frekuensi pernapasan dari 26x/menit menjadi 24x/menit, SpO2: 98%, pasien merasa nyaman dan
tidak mengeluh sesak napas. Kesimpulan: Pemberian posisi semi fowler dapat menurunkan frekuensi napas dan
mengurangi sesak nafas pada pasien TB RO. Dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif
pemberian posisi semi fowler tidak dapat berjalan sendiri, perlu adanya intervensi lain yaitu batuk efektif dan
kolaborasi pemberian mukolitik.
“ JIKA KAU INGIN MEMPERBAIKI HIDUP TAPI BINGUNG DARI MANA, ”
MAKA MULAILAH DENGAN MEMPERBAIKI SHOLATMU

TERIMAKASIH

ArtBiman
Power
yu
Point

Anda mungkin juga menyukai