KELOMPOK 10
DO:
Rontgen Cardiomegali, Oedem
Pulmo, Pneumonia
TD : 138/97 mmHg
N : 87x/menit
S : 36,5 C
RR : 25x/menit
Diagnosa Keperawatan :
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan
dengan Sekresi yang Tertahan (D.0001)
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan
Ketidakseimbangan antara Suplai dan
Kebutuhan Oksigen (D.0056)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. A S
Ruang : Zamrud R.B 2.24
BAB III
PEMBAHASAN
Jurnal yang kami angkat pada kasus ini berjudul “Pengaruh Penerapan Batuk Efektif dalam mengatasi
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)”.
Pada kasus yang saya ambil adalah seorang Laki- laki berumur 72 tahun yang sesak nafas sudah 1 tahun. Di
riwayatnya pasien seorang perokok dan lingkungan rumahnya anak laki-lakinya sering merokok dengan teman-
temannya saat itu pasien selalu sesak jika ada asap rokok di sekitar rumah. Pasien mengalami batuk berdahak dan
tidak dapat mengeluarkan sekretnya sehingga pasien merasa sesak nafas. Dalam jurnal yang ada Penyakit paru
obstruktif kronik merupakan satu dari 4 penyakit tidak menular utama yang menyebabkan kematian di indonesia
(WHO, 2019). Hasil penelitian sebelum dilakukan tindakan teknik batuk efektif 100% responden suara nafas ronchi
dan 68,75% frekuensi nafas normal. Setelah dilakukan Tindakan sebanyak 81,25 responden suara nafas
vesikuler dan 87,50 % responden dengan frekuensi nafas normal.
Teknik Batuk Efektif merupakan aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas, Tujuan Batuk
Efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi retensi sekresi. Teknik Batuk Efektif
dilaksanakan terutama pada klien dengan masalah keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas dan
masalah resiko tinggi infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang berhubungan dengan akumulasi secret pada
jalan napas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun atau adanya nyeri setelah
pembedahan thoraks atau pembedahan abdomen bagian atas sehingga klien merasa malas untuk melakukan
batuk. (Muttaqin, 2008:242).
Diperkuat dengan hasil penelitian menurut Nurmayanti tahun (2019) berjudul “Pengaruh Fisioterapi Dada, Batuk
Efektif dan Nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah pada pasien PPOK” menyatakan bahwa
ada pengaruh penerapan teknik batuk efektif pada pasien penyakit paru obstruksi kronik dengan dilakukan latihan
pernafasan terdiri dari latihan dan praktik pernafasan yang dimanfaatkan untuk mencapai ventilasi yang lebih
terkontrol, efisien dan mengurangi kerja pernafasan.
Penanganan farmakologis dan tindakan suportif untuk membantu vasodilatasi dan bersihan jalan napas dengan
fisioterapi dada disertai minum air hangat pada Jurnal Penelitaian yang dilakukan oleh Fadli, F., Sarinengsih, Y., &
Tsamrotul, N. (2022) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fisioterapi dada disertai minum air
hangat terhadap bersihan jalan napas pada balita ISPA di UPTD Puskesmas Citarik. Jenis penelitian menggunakan
Pre Experimental Designs dengan jenis Static Group Comparison dengan Populasi 424 balita. Sampel berjumlah 54
balita berusia 3-5 tahun dengan kelompok intervensi 27 responden dan kelompok kontrol 27 responden. Teknik
pengumpulan data dengan lembar observasi bersihan jalan napas. Analisa yang digunakan univariat dan bivariat
dengan uji Mann-Whitney U Test. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh fisioterapi dada disertai minum air
hangat terhadap bersihan jalan napas pada balita ISPA di UPTD Puskesmas Citarik (P-value = 0.00), dengan hasil
sebagian besar bersihan napas pada balita dengan ISPA bersih. Fisioterapi dada disertai air minum hangat
bermanfaat membantu mengatasi permasalahan bersihan jalan napas pada balita yang mengalami ISPA.
Berdasarkan kasus dan jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tindakan batuk efektif terhadap
bunyi nafas dan frekuensi nafas pada pasien Penyakit paru obstruksi kronik. Diharapkan perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif dapat
menerapkan teknik batuk efektif ini untuk mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Begitu juga pada tindakan Posisi Semi Fowler pada Jurnal Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah L., Nurhudaya
(2022) pada pasien TB RO dengan bersihan jalan napas tidak efektif menggunakan intervensi pemberian posisi
semi fowler di RSUD Labuang Baji Makassar. Metode: Studi kasus dengan menggunakan metode deskriptif
mengambarkan proses keperawatan kepada salah satu masalah yaitu asuhan keperawatan pada pasien TB RO
dengan bersihan jalan napas tidak efektif. Hasil: Setelah dilakukan proses asuhan keperawatan selama 3 hari
didapatkan hasil frekuensi pernapasan dari 26x/menit menjadi 24x/menit, SpO2: 98%, pasien merasa nyaman dan
tidak mengeluh sesak napas. Kesimpulan: Pemberian posisi semi fowler dapat menurunkan frekuensi napas dan
mengurangi sesak nafas pada pasien TB RO. Dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif
pemberian posisi semi fowler tidak dapat berjalan sendiri, perlu adanya intervensi lain yaitu batuk efektif dan
kolaborasi pemberian mukolitik.
“ JIKA KAU INGIN MEMPERBAIKI HIDUP TAPI BINGUNG DARI MANA, ”
MAKA MULAILAH DENGAN MEMPERBAIKI SHOLATMU
TERIMAKASIH
ArtBiman
Power
yu
Point