INTRODUCTION
ROSI
KOROSI
KOROSI
3
TERMOSINAMIKA
KONSEP
TERMODINAMIKA
KOROSI
KONSEP
TERMODINAMIKA
KOROSI
Energi bebas Gibbs (G) adalah konsep termodinamika yang sangat relevan dalam
pemahaman termodinamika korosi. Dalam konteks korosi logam, energi bebas Gibbs
digunakan untuk mengevaluasi apakah korosi akan terjadi atau tidak. Energi bebas
Gibbs didefinisikan sebagai:
ΔG = ΔH - TΔS
Di mana:
Dalam konteks korosi, jika ΔG negatif (ΔG < 0), itu menunjukkan bahwa reaksi korosi
adalah spontan dan akan terjadi secara alami. Dengan kata lain, jika energi bebas Gibbs
negatif, logam akan cenderung mengalami korosi dalam lingkungan korosifnya.
Namun, jika ΔG positif (ΔG > 0), itu menunjukkan bahwa reaksi korosi tidak akan
terjadi secara spontan. Ini berarti logam tidak akan mengalami korosi pada kondisi
tertentu. Oleh karena itu, pemahaman termodinamika ΔG membantu dalam menilai
apakah korosi akan terjadi atau tidak, terutama dalam pemilihan material yang tahan
korosi dan desain perlindungan korosi.
7
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI ENERGI
TERMODINAMIKA
BEBAS GIBBS
KOROSI
Faktor-faktor yang memengaruhi energi bebas Gibbs dalam konteks korosi meliputi
suhu, tekanan, konsentrasi elektrolit, dan potensial elektrokimia. Analisis
termodinamika ini membantu insinyur dan ilmuwan dalam mengembangkan strategi
perlindungan korosi yang efektif dan memilih material yang tepat untuk aplikasi
tertentu.
8
POTENSIAL SEL DAN
RANGKAIAN EMF
TERMODINAMIKA
KOROSI
Potensial sel dan rangkaian EMF (Elektromotorik) memainkan peran penting dalam
pengendalian korosi. Dengan memahami dan mengelola potensial sel serta rangkaian
EMF yang berkaitan dengan korosi, kita dapat mengambil langkah-langkah pencegahan
yang efektif
9
POTENSIAL SEL DAN
RANGKAIAN EMF
TERMODINAMIKA
KOROSI
Berikut adalah cara potensial sel dan rangkaian EMF digunakan dalam pengendalian
korosi:
1. Pelindung Katoda (Cathodic Protection): Salah satu metode pencegahan korosi yang
paling umum adalah pelindung katoda. Dalam metode ini, sebuah logam yang lebih
mudah terkorosi (anoda) digunakan bersama dengan logam yang harus dilindungi
(katoda). Potensial sel antara anoda dan katoda diatur sedemikian rupa sehingga anoda
lebih aktif secara elektrokimia daripada katoda. Sebagai akibatnya, korosi lebih banyak
terjadi pada anoda, sementara katoda terlindungi. Ini dapat dicapai dengan
menggunakan anoda korban (sacrificial anode) atau arus katodik.
10
POTENSIAL SEL DAN
RANGKAIAN EMF
TERMODINAMIKA
KOROSI
Berikut adalah cara potensial sel dan rangkaian EMF digunakan dalam pengendalian korosi:
2. Anoda Korban (Sacrificial Anodes): Dalam pengendalian korosi dengan anoda korban, logam
yang lebih mudah terkorosi (misalnya, seng atau magnesium) ditempatkan bersama dengan
logam yang harus dilindungi. Anoda korban akan mengorosi lebih cepat daripada logam yang
harus dilindungi, dan ini melindungi logam yang lebih berharga dari korosi. Potensial sel yang
dihasilkan oleh anoda korban membantu mengendalikan korosi.
3. Aplikasi Listrik (Impressed Current): Metode ini melibatkan penggunaan arus listrik eksternal
untuk mengubah potensial sel dan mengurangi korosi. Biasanya, ini melibatkan penggunaan
elektroda besi tahan karat atau lainnya yang dihubungkan ke sumber daya listrik eksternal untuk
menjaga potensial katoda di tingkat yang cukup rendah untuk mencegah korosi.
11
POTENSIAL SEL DAN
RANGKAIAN EMF
TERMODINAMIKA
KOROSI
Berikut adalah cara potensial sel dan rangkaian EMF digunakan dalam pengendalian korosi:
5. Pemilihan Material yang Tahan Korosi: Potensial sel juga digunakan dalam pemilihan material
untuk aplikasi tertentu. Memilih logam atau paduan yang memiliki potensial sel yang lebih
positif daripada lingkungan yang mereka hadapi dapat mengurangi risiko korosi.
12
POTENSIAL SEL DAN
RANGKAIAN EMF PADA
TERMODINAMIKA
PENGENDALIAN KOROSI
KOROSI
Potensial sel dan rangkaian EMF (Elektromotorik) memainkan peran penting dalam
pengendalian korosi. Dengan memahami dan mengelola potensial sel serta rangkaian
EMF yang berkaitan dengan korosi, kita dapat mengambil langkah-langkah
pencegahan yang efektif.
13
CARA POTENSIAL SEL DAN
RANGKAIAN EMF DIGUNAKAN
TERMODINAMIKA
1. Pelindung Katoda (Cathodic Protection): Salah satu metode pencegahan korosi yang paling umum adalah
pelindung katoda. Dalam metode ini, sebuah logam yang lebih mudah terkorosi (anoda) digunakan bersama
dengan logam yang harus dilindungi (katoda). Potensial sel antara anoda dan katoda diatur sedemikian rupa
sehingga anoda lebih aktif secara elektrokimia daripada katoda. Sebagai akibatnya, korosi lebih banyak
terjadi pada anoda, sementara katoda terlindungi. Ini dapat dicapai dengan menggunakan anoda korban
(sacrificial anode) atau arus katodik.
2. Anoda Korban (Sacrificial Anodes): Dalam pengendalian korosi dengan anoda korban, logam yang lebih
mudah terkorosi (misalnya, seng atau magnesium) ditempatkan bersama dengan logam yang harus dilindungi.
Anoda korban akan mengorosi lebih cepat daripada logam yang harus dilindungi, dan ini melindungi logam
yang lebih berharga dari korosi. Potensial sel yang dihasilkan oleh anoda korban membantu mengendalikan
korosi.
14
CARA POTENSIAL SEL DAN
RANGKAIAN EMF DIGUNAKAN
TERMODINAMIKA
3. Aplikasi Listrik (Impressed Current): Metode ini melibatkan penggunaan arus listrik eksternal untuk
mengubah potensial sel dan mengurangi korosi. Biasanya, ini melibatkan penggunaan elektroda besi tahan
karat atau lainnya yang dihubungkan ke sumber daya listrik eksternal untuk menjaga potensial katoda di
tingkat yang cukup rendah untuk mencegah korosi.
4. Pengukuran Potensial Elektrokimia: Pengukuran potensial elektrokimia antara logam yang harus dilindungi
dan lingkungan korosifnya adalah langkah penting dalam pemantauan dan pengendalian korosi. Jika potensial
sel positif (terhadap referensi elektrokimia yang sesuai) dijaga, korosi dapat ditekan.
5. Pemilihan Material yang Tahan Korosi: Potensial sel juga digunakan dalam pemilihan material untuk
aplikasi tertentu. Memilih logam atau paduan yang memiliki potensial sel yang lebih positif daripada
lingkungan yang mereka hadapi dapat mengurangi risiko korosi.
15
ENERGI POTENSIAL STANDAR
Energi potensial standar (juga dikenal sebagai potensial elektrokimia standar atau potensial elektroda standar) adalah ukuran potensial elektrokimia yang
terkait dengan reaksi redoks (reduksi-oksidasi) pada suhu dan tekanan standar (biasanya 25°C dan 1 atm). Dalam konteks termodinamika korosi, energi
potensial standar digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana suatu reaksi redoks korosi akan terjadi secara spontan.
Potensial elektrokimia standar untuk suatu reaksi redoks dapat dinyatakan sebagai E°, dan biasanya disebut sebagai "potensial standar sel" (standard cell
potential). Potensial standar sel adalah selisih potensial elektrokimia standar antara elektroda katoda dan elektroda anoda dalam reaksi redoks korosi.
Untuk reaksi korosi, biasanya perbedaan potensial antara logam yang akan mengalami korosi dan elektroda referensi standar diukur sebagai potensial
elektroda standar.
Potensial elektrokimia standar untuk reaksi ini dapat diukur menggunakan elektroda referensi standar, seperti elektroda hidrogen (dalam skala elektrode
referensi hidrogen) atau elektroda Ag/AgCl (dalam skala elektrode referensi Ag/AgCl). Potensial standar sel untuk reaksi ini akan menjadi nilai positif
tertentu, menunjukkan bahwa reaksi korosi besi dalam air adalah reaksi spontan, dan besi akan teroksidasi menjadi ion besi (Fe² ⁺) dalam kondisi standar.
16
TERMODINAMIKA
TERMOSINAMIKA KO
KOROSI
ROSI
Termodinamika dari material padat, reaksi-reaksi kimia dan elektrokimia dari logam,
dengan lingkungannya dalam larutan berair dapat digambarkan dengan
menggunakan diagram pourbaix. Diagram ini menunjukkan daerah pasif dan daerah
kebal dalam hubungan potensial-pH sistem pada suhu dan tekanan tertentu. Gambar
2.2 merupakan diagram Pourbaix untuk besi. Diagram ini berguna untuk mempelajari
spesies besi dalam air karena total konsentrasi besi adalah rendah dan cenderung
terdisosiasi. Reaksi setengah selnya :
Fe3+(aq) + e- → Fe2+(aq) E0 = +0,77 V
17
TERMODINAMIKA
TERMOSINAMIKA KO
KOROSI
ROSI
Apabila pengaruh pH tidak diperhitungkan (potensial tetap), akan digambarkan dengan garis
horizontal dimana dalam gambar 2.2 akan memisahkan antara Fe2+ dan Fe3+. Fe(OH)3(s) akan
terbentuk dari Fe3+ dimana pembentukannya bergantung pada pH, dengan Fe3+(aq) berada pada
pH rendah dan Fe(OH)3 berada pada pH tinggi. Sementara itu, jika Fe(OH)3(s) bereaksi dengan ion
H+ akan menyebabkan adanya pembentukan ion Fe2+ sehingga potensialnya dapat dihitung
Persamaan 2.3 menunjukkan bahwa potensial turun secara linear dengan meningkatnya pH, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.2. Daerah potensial dan pH yang berada di atas garis menunjukkan
Gambar 2.2 Diagram pourbaix unsur besi dalam kondisi dimana spesies teroksidasi, Fe(OH)3, adalah stabil. Agen pengoksidasi diperlukan untuk
air (Honeycombe, 1995).
mengoksidasi dan mengendapkan ion Fe2+ dalam media asam daripada dalam media basa.
18
TERMOSINAMIKA KO
R E A K S I YA N G T E R J A D I S E C A R A
K E S E L U R U H A N D A PAT D I T U L I S K A N
SEBAGAI BERIKUT :
ROSI
(Talbot, 1998).
19
DAFTAR PUSTAKA
Honeycombe, R.W.K, (1995), Steels Microstructure and Properties, Second Edition, Edward Arnold, London
Jones, Denny A., (1996), Principle and Prevention of Corrosion, Second edition, 477-570
Scendo, M., (2007), Inhibitive action of the purine and adenin for copper corrosion in sulphate solution, Corrosion Science 49: 2985-3000
Shreir, L., Jarman, R. A., (1994), Corrosion; Metal/Environtment Reactions, third edition, Reed educational and professional publishing Ltd,
Oxford, 5
Talbot, David; Talbot, James, (1998), Corrosion Science and Technology, CRC Press LLC, USA
Thretwey, Kenneth R dan John Camberlein, (1991), Korosi untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasa Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
THANK YOU