Anda di halaman 1dari 23

AUDIT ATAS PNBP DAN

PERJALANAN DINAS

Elsa Diana Agatha 190221100211


Nabela Khoiriyah 190221100215
Rahmad Rizky A 190221100216
Nawairah 190221100217
AUDIT
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
P E N E R I M A A N N E G A R A B U K A N PA J A K

Menurut UU no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan


Pajak, PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak
berasal dari penerimaan perpajakan.
DASAR HUKUM

Dasar hukum yang mengatur Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat


dikelompokkan menjadi:
a) Dasar hukum yang berkaitan dengan Penerimaan Negara Bukan
Pajak, Jenis-jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
b) Dasar hukum yang berkaitan dengan penentuan tarif PNBP;
c) Dasar hukum yang berkaitan dengan penatausahaan, penggunaan dan
pertanggungjawaban PNBP;
d) Dasar hukum yang menyangkut organisasi Departemen/Instansi
Pemerintah yang mengelola PNBP
SUBJEK DAN OBJEK PNBP

Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, obyek dan subyek PNBP dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:
a) Jenis-jenis PNBP yang berlaku di semua departemen dan lembaga non departemen, meliputi:
1. Sisa anggaran belanja pegawai, belanja modal dan sebagainya;
2. Hasil penjualan barang/kekayaan negara;
3. Hasil penyewaan barang/kekayaan negara;
4. Hasil penyimpanan uang negara (jasa giro);
5. Ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi);
6. Denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah;
7. Hasil penjualan dokumen lelang.

b) Jenis-jenis PNBP yang terdapat pada departemen teknis yang bersangkutan, meliputi penerimaan negara yang
dipungut oleh masing masing departemen/lembaga pemerintah non departemen yang berkaitan dengan
penyelenggaraan tugas-tugas dan pemberian kemudahan kemudahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Oleh
karena itu, jenis PNBP pada masing-masing departemen/lembaga pemerintah non departemen berbeda satu dengan
lainnya.
P E N G E N A A N TA R I F

Tarif atas PNBP ditetapkan dengan memperhatikan dampak pengenaan


terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan
kegiatan pemerintah sehubungan dengan jenis PNBP yang
bersangkutan dan aspek keadilan dalam pengenaan beban pada
masyarakat. Penilaian atas besarnya tarif dengan memperhatikan hal-
hal tersebut di atas dilakukan oleh Pemerintah bersama DPR.
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Menurut Pasal 36 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003 Keuangan Negara, pengakuan dan
pengukuran belanja berbasis akrual diberlakukan selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima)
tahun. Selama ketentuan tersebut belum dilaksanakan, pengakuan dan pengukuran belanja
berbasis kas. Artinya belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara atau entitas pelaporan.
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN BELANJA

• Disajikan sebagai pengeluaran belanja pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada lembar muka laporan
keuangan yaitu belanja dengan klasifikasi menurut jenis belanja yaitu Belanja Operasi, Belanja Modal, dan
Belanja Lain-Lain/Tak Terduga (berdasarkan PSAP Nomor 02);
• Disajikan sebagai kelompok Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi dan Aktivitas Investasi Aset Non
Keuangan pada Laporan Arus Kas; dan
• Diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) antara lain rincian belanja menurut organisasi,
rincian belanja menurut fungsi dan klasifikasi belanja, rincian belanja menurut program dan kegiatan yang
disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, rincian belanja menurut urusan
pilihan dan rincian belanja menurut belanja langsung dan belanja tidak langsung dengan dilengkapi narasi,
bagan, grafik, daftar, dan skedul atau bentuk lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan
posisi keuangan entitas pelaporan.
P E N D A PAT A N

Standar Akuntansi Pemerintah membagi pendapatan menjadi 3, yaitu:


1. Pendapatan–LRA berkaitan dengan “Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah”.
2. Pendapatan-LO “Hak pemerintah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode pelaporan yang
bersangkutan”.
3. pendapatan transfer “Pendapatan berupa penerimaan uang atau hak untuk menerima uang oleh entitas pelaporan dari
suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan”.
TUJUAN-TUJUAN DAN LINGKUP AUDIT

1. Apakah setiap jenis PNBP yang telah dimuat dalam rencana penerimaan pada setiap departemen/lembaga pemerintah
non departemen mempunyai landasan hukum dan telah dipungut sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan dan
disetorkan ke kas negara dengan tertib;
2. Apakah realisasi PNBP mencapai target yang telah ditetapkan dalam DIKS
3. Apakah semua PNBP pada setiap departemen/lembaga pemerintah non departemen telah ditatausahakan dan
dilaporkan serta dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
JENIS PEMERIKSAAN

Pemeriksaan PNBP diarahkan pada jenis pemeriksaan


keuangan dan diutamakan pada pemeriksaan atas hal-hal
yang berkaitan dengan keuangan.
LINGKUP PEMERIKSAAN

Lingkup Pemeriksaan
1. Biro Keuangan Departemen Keuangan;
2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan;
3. Direktorat Jenderal pada Departemen Teknis yang bersangkutan;
4. Biro Keuangan pada Departemen Teknis yang bersangkutan;
5. Lembaga/Satuan Kerja Unit Penghasil/Unit Pelaksana Teknis (UPT);
6. Biro Lelang, Biro Informasi dan Hukum pada Direktorat Jenderal Piutang Lelang

Pemeriksaan diarahkan pada kegiatan yang meliputi:


a) Perencanaan,
b) Penetapan,
c) Pemungutan dan Penyetoran,
d) Penatausahaan,
e) Pelaporan dan pertanggungjawaban
PENGGUNAAN PNBP

Sebagian dana dari suatu jenis PNBP dapat dipergunakan untuk kegiatan
tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut oleh instansi yang
bersangkutan. Kegiatan tertentu yang dapat menggunakan PNBP
meliputi;
a) Penelitian dan pengembangan teknologi;
b) Pelayanan kesehatan;
c) Pendidikan dan pelatihan;
d) Penegakan hukum
e) Pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu;
f) Pelestarian sumber daya alam.
AUDIT PERJALANAN DINAS
P E RJ A L A N A N D I N A S

Perjalanan Dinas merupakan perjalanan yang dilakukan untuk kepentingan Negara dalam wilayah Republik
Indonesia.(PMK No.113 Tahun 2012)

Perjalanan Dinas sebagaimana diatur dalam PMK meliputi:

1. Perjalanan Dinas Jabatan


Perjalanan Dinas Jabatan adalah perjalanan dinas melewati batas kota dan/atau dalam kota dari tempat kedudukan
ke tempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke tempat kedudukan semula di dalam negeri.
Perjalanan dinas jabatan dilaksanakan sesuai perintah atasan pelaksana Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang
dituangkan dalam surat tugas.
Biaya perjalanan dinas jabatan terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
a) uang harian (uang makan, uang transpor lokal, uang saku)
b) biaya transpor pegawai
c) biaya penginapan
d) uang representasi (khusus Pejabat Negara, Pejabat Eselon I dan II)
e) sewa kendaraan dalam kota
f) biaya menjemput/mengantar jenazah biaya pemetian jenazah dan biaya pengangkutan jenazah termasuk yang
berhubungan dengan pengurusan jenazah
2. Perjalanan Dinas Pindah.
Perjalanan Dinas Pindah adalah perjalanan dinas dari tempat kedudukan yang lama ke tempat kedudukan yang
baru berdasarkan Surat Keputusan Pindah.

Biaya perjalanan dinas pindah terdiri atas komponen sebagai berikut:


a) biaya transpor pegawai;
b) biaya transpor keluarga;
c) biaya pengepakan dan angkutan barang;
d) uang harian.
JENIS PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Tiket Perjalanan


Salah satu cara paling akurat memeriksa, apakah suatu perjalanan dinas memang benar dilakukan atau
hanya fiktif melalui pemeriksaan tiket penerbangan. Beberapa hal yang perlu dilakukan atas pemeriksaan tiket
pesawat adalah sebagai berikut:
1) Periksa apakah tiket yang digunakan sesuai dengan nama dan tanggal keberangkatan pegawai yang
bersangkutan.
2) Periksa apakah dalam tiket disertakan boarding pass,
3) Periksa apakah harga tiket sesuai dengan harga pasar biaya perjalanan dalam negeri, jika itu perjalanan
dalam negeri.
4) Jika memungkinkan, periksa manifest penerbangan sesuai dengan jadwal dan keberangkatan yang
bersangkutan
Pemeriksaan Tarif Uang Harian dan Lama Keberangkatan

Sesuai dengan Permenkeu No. 113/PMK.05/2012 bahwa setiap perjalanan dinas berhak mendapatkan:

a) Uang Harian, berupa uang saku dan uang makan.

b) UangTransport

c) Uang Penginapan

d) UangRepresentasi

e) Uang Kendaraan dalam kota


Pemeriksaan Pejabat Penerima di Lokasi Tujuan

Pejabat penandatangan visum adalah pejabat yang berwenang dan mengetahui kedatangan dan proses
pemulangan pegawai yang melakukan perjalanan dinas. Upaya pemeriksaan dapat dilakukan beberapa hal
berikut:

1) Periksa siapakah nama pejabat yang menandatangani visum kedatangan pegawai tersebut.

2) Periksa apakah pejabat yang bertanda tangan relevan dengan acara atau kegiatan yang dilakukan untuk
perjalanan dinas.

3) Periksa apakah pejabat yang bersangkutan memang ada di tempat tujuan pada saat tanggal di
tandatanganinya visum.

4) Periksa keaslian tanda tangan.

5) Periksa keaslian stempel.


FRAUD PERJALANAN DINAS

Jenis-jenis fraud biaya perjalanan dinas menurut IIA (2007) dalam Asikin
(2018), yaitu:

a. Mischaracterized Expenses

b. Overstated Expenses

c. Fictitious Expenses (biaya fiktif)

d. Multiple Reimbursements (bukti ganda perjalanan dinas)


B E N T U K P E N Y I M PA N G A N P E R J A L A N A N D I N A S

Ada beberapa modus operandi penyimpangan perjalanan dinas, yang telah dapat diidentifikasi antara lain:

(1)perjalanan dinas fiktif,

(2)perjalanan dinas tumpang tindih,

(3)perjalanan dinas dilaksanakan kurang dari waktu dalam surat penugasan,

(4)pembentukan “dana taktis”/non budgeter dengan SPJ perjalanan dinas,

(5)perjalanan dinas sebagai sumber tambahan penghasilan yang tidak sah,

(6)perjalanan dinas diberikan kepada yang tidak berhak,

(7)Sumber pendanaan perjalanan dinas dari 2 atau lebih sumber,

(8)mark up biaya perjalanan dinas, dll.


A L A S A N P E N Y I M PA N G A N P E R J A L A N A N D I N A S

Namun lepas dari itu semua itu, memang ada beberapa penyebab/alasan terjadinya penyimpangan perjalanan dinas,
antara lain:

(1) Rendahnya tingkat penghasilan;

(2) Adanya tuntutan pembentukan “dana taktis”, untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak ada anggarannya;

(3) Tuntutan adanya “biaya politis” bagi para anggota DPRD;

(4) Kesengajaan pelaku perjalanan dinas untuk melakukan memperoleh tambahan penghasilan dari perjalanan
dinas yang tidak dilaksanakan;

(5) Lemahnya Sistem Pengendalian Intern;

(6) Political will dari Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, pegawai pemerintah dan DPRD yang rendah;

(7) Lemahnya penegakan hukum.


TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai