PERJALANAN DINAS
Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, obyek dan subyek PNBP dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:
a) Jenis-jenis PNBP yang berlaku di semua departemen dan lembaga non departemen, meliputi:
1. Sisa anggaran belanja pegawai, belanja modal dan sebagainya;
2. Hasil penjualan barang/kekayaan negara;
3. Hasil penyewaan barang/kekayaan negara;
4. Hasil penyimpanan uang negara (jasa giro);
5. Ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi);
6. Denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah;
7. Hasil penjualan dokumen lelang.
b) Jenis-jenis PNBP yang terdapat pada departemen teknis yang bersangkutan, meliputi penerimaan negara yang
dipungut oleh masing masing departemen/lembaga pemerintah non departemen yang berkaitan dengan
penyelenggaraan tugas-tugas dan pemberian kemudahan kemudahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Oleh
karena itu, jenis PNBP pada masing-masing departemen/lembaga pemerintah non departemen berbeda satu dengan
lainnya.
P E N G E N A A N TA R I F
Menurut Pasal 36 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003 Keuangan Negara, pengakuan dan
pengukuran belanja berbasis akrual diberlakukan selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima)
tahun. Selama ketentuan tersebut belum dilaksanakan, pengakuan dan pengukuran belanja
berbasis kas. Artinya belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara atau entitas pelaporan.
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN BELANJA
• Disajikan sebagai pengeluaran belanja pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada lembar muka laporan
keuangan yaitu belanja dengan klasifikasi menurut jenis belanja yaitu Belanja Operasi, Belanja Modal, dan
Belanja Lain-Lain/Tak Terduga (berdasarkan PSAP Nomor 02);
• Disajikan sebagai kelompok Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi dan Aktivitas Investasi Aset Non
Keuangan pada Laporan Arus Kas; dan
• Diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) antara lain rincian belanja menurut organisasi,
rincian belanja menurut fungsi dan klasifikasi belanja, rincian belanja menurut program dan kegiatan yang
disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, rincian belanja menurut urusan
pilihan dan rincian belanja menurut belanja langsung dan belanja tidak langsung dengan dilengkapi narasi,
bagan, grafik, daftar, dan skedul atau bentuk lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan
posisi keuangan entitas pelaporan.
P E N D A PAT A N
1. Apakah setiap jenis PNBP yang telah dimuat dalam rencana penerimaan pada setiap departemen/lembaga pemerintah
non departemen mempunyai landasan hukum dan telah dipungut sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan dan
disetorkan ke kas negara dengan tertib;
2. Apakah realisasi PNBP mencapai target yang telah ditetapkan dalam DIKS
3. Apakah semua PNBP pada setiap departemen/lembaga pemerintah non departemen telah ditatausahakan dan
dilaporkan serta dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
JENIS PEMERIKSAAN
Lingkup Pemeriksaan
1. Biro Keuangan Departemen Keuangan;
2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan;
3. Direktorat Jenderal pada Departemen Teknis yang bersangkutan;
4. Biro Keuangan pada Departemen Teknis yang bersangkutan;
5. Lembaga/Satuan Kerja Unit Penghasil/Unit Pelaksana Teknis (UPT);
6. Biro Lelang, Biro Informasi dan Hukum pada Direktorat Jenderal Piutang Lelang
Sebagian dana dari suatu jenis PNBP dapat dipergunakan untuk kegiatan
tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut oleh instansi yang
bersangkutan. Kegiatan tertentu yang dapat menggunakan PNBP
meliputi;
a) Penelitian dan pengembangan teknologi;
b) Pelayanan kesehatan;
c) Pendidikan dan pelatihan;
d) Penegakan hukum
e) Pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu;
f) Pelestarian sumber daya alam.
AUDIT PERJALANAN DINAS
P E RJ A L A N A N D I N A S
Perjalanan Dinas merupakan perjalanan yang dilakukan untuk kepentingan Negara dalam wilayah Republik
Indonesia.(PMK No.113 Tahun 2012)
Sesuai dengan Permenkeu No. 113/PMK.05/2012 bahwa setiap perjalanan dinas berhak mendapatkan:
b) UangTransport
c) Uang Penginapan
d) UangRepresentasi
Pejabat penandatangan visum adalah pejabat yang berwenang dan mengetahui kedatangan dan proses
pemulangan pegawai yang melakukan perjalanan dinas. Upaya pemeriksaan dapat dilakukan beberapa hal
berikut:
1) Periksa siapakah nama pejabat yang menandatangani visum kedatangan pegawai tersebut.
2) Periksa apakah pejabat yang bertanda tangan relevan dengan acara atau kegiatan yang dilakukan untuk
perjalanan dinas.
3) Periksa apakah pejabat yang bersangkutan memang ada di tempat tujuan pada saat tanggal di
tandatanganinya visum.
Jenis-jenis fraud biaya perjalanan dinas menurut IIA (2007) dalam Asikin
(2018), yaitu:
a. Mischaracterized Expenses
b. Overstated Expenses
Ada beberapa modus operandi penyimpangan perjalanan dinas, yang telah dapat diidentifikasi antara lain:
Namun lepas dari itu semua itu, memang ada beberapa penyebab/alasan terjadinya penyimpangan perjalanan dinas,
antara lain:
(2) Adanya tuntutan pembentukan “dana taktis”, untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak ada anggarannya;
(4) Kesengajaan pelaku perjalanan dinas untuk melakukan memperoleh tambahan penghasilan dari perjalanan
dinas yang tidak dilaksanakan;
(6) Political will dari Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, pegawai pemerintah dan DPRD yang rendah;