TUJUAN BI • Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. • Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. • Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia bertugas untuk mengelola tiga bidang yaitu Moneter, Sistem Pembayaran, dan Stabilitas Sistem Keuangan.. TUGAS BI • Mengelola tiga bidang yaitu 1. Moneter, 2. Sistem Pembayaran, dan 3. Stabilitas Sistem Keuangan.. FUNGSI BI 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan Moneter 2. Stabilitas Sistem Keuangan 3. Sistem Pembayaran dan pengelolaan rupiah UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7 (1) • Kestabilan Rupiah yang dimaksud mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama kestabilan nilai Rupiah adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi. • Dimensi kedua terkait dengan kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lain. Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang (free floating). Namun, peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. (2) • Stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal, sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. (3) • Sistem Pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana, guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. • Sistem Pembayaran lahir bersamaan dengan lahirnya konsep 'uang' sebagai media pertukaran (medium of change) atau intermediary dalam transaksi barang, jasa dan keuangan. • Pada prinsipnya, sistem pembayaran memiliki 3 tahap pemrosesan yaitu otorisasi, kliring, dan penyelesaian akhir (settlement). WEWENANG BI • Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, BI berwenang: – Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas peyelenggaraan jasa sistem pembayaran. – Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya. – Menetapkan penggunaan alat pembayaran. TUGAS OJK • DPR mengesahkan UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengalihkan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan dari Bank Indonesia ke OJK.
• Undang-Undang ini membagi ruang lingkup pengaturan
dan pengawasan mikroprudensial lembaga keuangan sebagai kewenangan OJK, sementara pengaturan dan pengawasan makroprudensial menjadi tanggung jawab BI dengan sasaran stabilitas sistem keuangan. • Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK menyebutkan bahwa OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel dan mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi kepentingan konsumen maupun masyarakat. • Pasal ini memperjelas tujuan dibentuknya OJK yang tidak hanya melakukan pengawasan prudential (kehati-hatian) bagi semua lembaga jasa keuangan di Indonesia, melainkan juga melakukan pengawasan market conduct sebagai upaya perlindungan konsumen bagi pengguna produk dan jasa keuangan. TUGAS UTAMA OJK • tugas utama OJK adalah melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap: 1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; 2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; 3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. FUNGSI OJK • OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan (PERBANKAN) yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan sebagaimana diamanatkan dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Wewenang OJK 1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank (pendirian, pembukaan kantor,kegiatan usaha) 2. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank (Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, kinerja bank, pengujian kredit, standar akuntansi bank) 3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati- hatian bank (M. resiko, tatakelola bank, anti pencucian uang, kejahatan perbankan/terorisme) 4. Pemeriksaan bank Pengawasan Makroprudensial vs Mikroprudensial Pengawasan MAKROprudensial • Mengacu pada stabilitas sistem keuangan secara menyeluruh terhadap industri jasa keuangan. • Dalam melakukan pengawasan makroprudensial, pengawasan terhadap lembaga jasa keuangan tidak dilakukan secara individu namun dilakukan secara agregat. • Di samping itu, pengawasan makroprudensial tidak mengawasi lembaga jasa keuangan atau industri jasa keuangan secara “an sich” semata, melainkan dikaitkan dengan variabel-variabel makroekonomi ataupun variabel-variabel moneter. Pengawasan MIKROprudensial • lebih fokus pada kinerja individu lembaga jasa keuangan termasuk konglomerasinya, apakah setiap individu lembaga jasa keuangan dan/ atau konglomerasinya sudah sehat, stabil, dan memiliki kinerja yang bagus. • Dalam hal ini, pengawasan mikroprudensial memiliki peran yang penting bagi setiap individu lembaga jasa keuangan mengingat kelangsungan usaha setiap lembaga jasa keuangan harus dipantau secara terus-menerus dan sistematis. • Kewajiban bagi setiap lembaga jasa keuangan adalah untuk menjaga tingkat kesehatan keuangan masing-masing agar secara keseluruhan atau agregat dapat mendukung terciptanya stabilitas sistem keuangan. Pengawasan Mikroprudensial • Dengan demikian, fungsi pengawasan mikroprudensial yang dilakukan oleh OJK terdiri dari: 1. Pengaturan terhadap seluruh industri jasa keuangan; 2. Pengawasan terhadap seluruh industri jasa keuangan; dan 3. Perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro