Anda di halaman 1dari 35

PERKEMBANGAN DESAIN &

TEKNOLOGI
FOAM BITUMEN
UNTUK MATERIAL DAUR ULANG
STRUKTUR PERKERASAN JALAN
”Perkerasan dapat didefinisikan sebagai lapisan yang relatif stabil yang
dibangun di atas tanah asli atau tanah dasar yang berfungsi untuk menahan
dan mendistribusikan beban kendaraan serta sebagai lapisan penutup
permukaan”.

Distribusi Beban
Melalui Struktur
Perkerasan

Hal-2
STRUKTUR PERKERASAN JALAN
1. Tanah Dasar (Subgrade)
merupakan badan jalan yang disiapkan sedemikian rupa sehingga cukup
padat, kedap air, stabil, tidak retak pada saat musim panas dan tidak licin
saat hujan.
2. Lapis Pondasi (Base Coarse)
merupakan pondasi dari struktur perkerasan yang menentukan kekuatan
struktur dan distribusi beban, sehingga membutuhkan material yang lebih
baik dari tanah dasar.
3. Lapis Permukaan (Surface coarse)
merupakan lapisan yang mempunyai kontak langsung dengan beban
(roda kendaraan) lapisan ini akan mengalami tekanan, geser dan bahkan
torsi sekaligus sehingga lapisan ini selain harus kuat, juga harus stabil
dan memiliki daya tahan yang cukup baik.

Hal-3
KONSTRUKSI TIPIKAL
Posisi dalam Struktur Material Digunakan

Lapis Permukaan Aspal/Beton/Seal (pengikat)

Lapis Pondasi Atas Stabilisasi aspal atau semen atau


agregat butir (granular)

Lapis Pondasi Stabilisasi aspal atau semen atau


Bawah agregat butir (granular)

Tanah Dasar Tanah Stabilisasi/selected materials/


tanah asli

Hal-4
KERUSAKAN JALAN
1. Kerusakan Struktural
mencakup kegagalan perkerasan atau kerusakan dari
satu atau lebih komponen perkerasan yang
mengakibatkan perkerasan tidak dapat lagi
menanggung beban lalu lintas.

Jenis-jenis kerusakan jalan menurut Manual


Pemeliharaan Jalan adalah retak (cracking),
perubahan bentuk (deformation), cacat permukaan
(surface disintegration), pengausan (polished
aggregates), kegemukan (bleeding) dan lainnya.

Hal-5
KERUSAKAN JALAN
2. Kerusakan Fungsional
kondisi kerusakan dimana kenyamanan
dan keamanan dari pengguna jalan
terganggu sehingga Biaya Operasi
Kendaraan (BOK) akan meningkat.
Kerusakan ini dapat berdiri sendiri
secara terpisah dan dapat pula diikuti
dengan kerusakan struktural yang lain.

Hal-6
PAVEMENT EVALUATION concept

4.50

ITP awal =
3.50
ITP desain
ITP sisa

IPt (kondisi kritis)


2.50
IP

ITP kritis = ITP runtuh =


1,50 1,00

1.50

IPf (kondisi runtuh)

0.50
1E+04 1E+05 1E+06 1E+07 1E+08
November 15, 2023 N (SS) Hal-7
JENIS PENINGKATAN JALAN
1. Peningkatan Non Struktural
adalah meningkatkan kemampuan perkerasan jalan
untuk melayani pengguna jalan pada suatu waktu
tertentu seperti meningkatkan keamanan dan
kenyamanan , sehingga akan mengurangi Biaya
Operasi Kendaraan (BOK) bagi para pengguna jalan.
Indikator yang dipakai untuk mengukur kondisi
fungsional jalan adalah ketidak-rataan permukaan
perkerasan atau Roughness yang biasanya dinyatakan
dengan IRI (International Roughness Index) atau bisa
juga dalam PSI ( Present Serviceability Index ).

Hal-8
JENIS PENINGKATAN JALAN
2. Peningkatan Struktural
adlh peningkatan struktural perkerasan
dalam menanggung beban lalu lintas dan
juga melindungi lapis pondasi dan tanah
dasar.
Indikator utk mengukur kondisi struktural
jalan adalah Lendutan Perkerasan atau
Deflection.

Hal-9
Alat Falling Weight Deflectometer

Alat Falling Weight Deflectometer (FWD)

Hal-10
METODA PENINGKATAN JALAN
1. OVERLAY
adalah peningkatan kekuatan struktural lapisan perkerasan jalan dengan
menambahkan lapisan baru diatas lapisan perkerasan lama.

Hal-11
METODA PENINGKATAN JALAN
2. INLAY
adalah peningkatan kekuatan struktural lapisan perkerasan jalan dengan
menggantikan lapisan perkerasan lama dengan lapisan perkerasan baru.

Hal-12
MATERIAL PERKERASAN
DAUR ULANG (1/2)

Tiga Jenis Material dalam Daur Ulang:


1. Bahan Garukan Perkerasan Lama
(Reclaimed)
2. Material Baru (Agregat dan Aspal)
3. Bahan Peremaja

Hal-13
MATERIAL PERKERASAN
DAUR ULANG (2/2)
• Material yang digunakan untuk daur ulang adalah bahan
garukan aspal dan bila diperlukan ditambahkan aspal
dan agregat baru.
• Bahan garukan aspal ini mengandung aspal dan agregat
lama.
• Untuk mencapai hasil yang baik pada umumnya aspal
dan agregat lama perlu diperbaharui baik sifat-sifatnya
maupun gradasinya.
• Untuk aspal biasanya diperlukan bahan peremaja baru
seperti Flux Oil, bahan peremaja atau modifier lainnya

Hal-14
RECLAIMED MATERIALS
Perkerasan lentur yang ada dapat dipecahkan
atau digaruk dengan hot milling, cold milling dan/
atau grader.

Produksi hasil garukan disebut reclaimed materials


atau bahan daur ulang dari campuran beraspal
dimana didalam bahan daur ulang perkerasan
lama ini terdapat agregat (lama) dan aspal (lama).

Hal-15
MATERIAL BARU
Penambahan aspal dan agregat baru terhadap bahan garukan
perkerasan mempunyai dua tujuan yaitu meningkatkan jumlah kadar
aspal untuk memenuhi kebutuhan campuran dan mencampurkannya
dengan aspal lama yang secara proporsional dengan bahan garukan
aspal yang merupakan bagian dari campuran, untuk menghasilkan
spesifikasi yang diinginkan.

Agregat baru kualitasnya harus baik sebagaimana yang disyaratkan


untuk memenuhi spesifikasi suatu campuran yang diinginkan, jumlah
agregat baru yang ditambahkan tergantung pada gradasi yang ada
(existing grading) dan gradasi yang diinginkan (improved grading)

Hal-16
GRADASI RENCANA MATERIAL DAUR ULANG

Hal-17
KURVA DISTRIBUSI
UKURAN BUTIRAN
SISTEM PELAKSANAAN
PERKERASAN DAUR ULANG
• Umumnya pekerjaan daur ulang perkerasan dilakukan dengan
proses pencampuran dingin ( Cold Recycling Process ).
• Metoda daur ulang juga dapat dibagi menjadi beberapa jenis
tergantung kepada sistem yang dipakai dalam pelaksanaannya,
yaitu :

1. Surface Recycling (Daur Ulang Permukaan)


2. In Place Recycling (Daur Ulang di Tempat / di Lapangan)
3. In Plant Recycling (Daur Ulang di Asphalt Mixing Plant)

Hal-19
SURFACE RECYCLING

• Metoda ini merupakan cara untuk mengganti ulang


lapisan permukaan perkerasan yang lama, dengan
ketebalan kurang dari 25 mm.
• Beberapa jenis peralatan yang digunakan sekarang ini
untuk daur ulang lapisan permukaan perkerasaan
meliputi heater planners dan heater scarifiers, cold
planning dan mesin cold milling serta hot millers.

Hal-20
IN PLACE RECYCLING (1/2)
• Cara ini seperti pembangunan ulang yang umumnya dikerjakan dengan cara
dingin yaitu menggunakan kembali agregat lama tanpa memanaskan.
• Cara ini terdiri dari penggarukan lapisan permukaan (surface) dan lapisan
bawah (base) dari perkerasan aspal dengan kedalaman lebih dari 25 mm
dimana lapisan perkerasaan lama dihancurkan ditempatnya.
• Untuk mencapai gradasi yang direncanakan, agregat baru ditambahkan
pada bahan perkerasan yang sudah hancur (reclaimed) bila diperlukan.
• Bahan penstabilisasi seperti aspal keras, aspal emulsi, semen, kapur dan
bahan peremaja kimia lainnya dapat ditambahkan setelah proses pulverisasi.
• Pencampuran di tempat dengan menggunakan stabilisator dan alat
pulvimixer. Akhirnya bahan perkerasan dibentuk pada kemiringan yang baik
dan kemudian dipadatkan.

Hal-21
IN PLACE RECYCLING (2/2)

Hal-22
IN PLANT RECYCLING
• Proses In-Plant dipertahankan sebagai pilihan yang tetap harus
dipertimbangkan apalagi jika menggunakan campuran baru, yaitu
dengan menambahkan bahan baru untuk memperbaiki kinerjanya
(aspal baru ataupun agregat baru).
• Cara ini digunakan dimana lapisan perkerasan digaruk dan
dipindahkan dari jalan tersebut. Material garukan kemudian
dipecahkan dan dianalisis sifat-sifat campurannya.
• Agregat dan aspal keras dengan atau tanpa suatu bahan peremaja
ditambahkan pada bahan garukan melalui satu dari dua tipe aspal
plant yaitu batch plant dan drum dryer mixer continuous plant.
• Hasil dari hot mix ini kemudian dihamparkan pada jalan dengan
menggunakan cara dan alat konvensional yang pada akhirnya
dipadatkan dengan rollers.

Hal-23
FOAM BITUMEN (1/4)
• Foam Bitumen atau Foam Asphalt atau Expanded Asphalt adalah
campuran antara udara, air dan aspal, yang dicampur dengan
komposisi tertentu.
• Foam Bitumen diperoleh dengan cara menginjeksikan air, sekitar
2%@3% (by weight) kepada aspal panas , didalam foaming
chamber ( lihat gambar )
• Bitumen yang biasa digunakan adalah bitumen yang biasa dipakai
untuk campuran panas atau hot mix, yaitu Pen 60/70 .
• Dalam prosesnya, pembusaan akan segera terbentuk pada saat
partikel air mengalami kontak dengan aspal panas, maka volume
aspal akan membesar hingga mencapai batas maksimum. Setelah
batas ini tercapai (20@50 detik), busa akan menghilang, yang diikuti
dengan penurunan volume.

Hal-24
PROSES PEMBENTUKAN FOAM BITUMEN

Hal-25
FOAM BITUMEN (2/4)
• Foam Bitumen dinyatakan dalam DUA parameter, yaitu : Rasio
Ekspansi (Expantion Ratio) dan Umur Paruh (Half Life).
• Kedua parameter tersebut sangat bergantung kepada jumlah air
yang diinjeksikan kedalam bitumen, akan tetapi sifatnya saling
berlawanan yaitu : semakin banyak air yang ditambahkan –
perkembangan volume semakin besar – tetapi waktu
penggelembungan semakin pendek.
• Rasio Ekspansi adalah rasio antara volume yang dibentuk oleh
Foam Bitumen terhadap volume awal dari non-foamed bitumen,
perkiraan nya adalah 15 @ 20 kali dari volume awal.
• Umur Paruh adalah waktu dimana Foam Bitumen dapat mereduksi
volumenya hingga mencapai 50% dari volume awal. Umur Paruh
diukur dalam detik, nilainya antara 10 @ 15 detik.

Hal-26
KURVA “EXPANTION RATIO” dan “HALF LIFE”

Hal-27
FOAM BITUMEN (3/4)
• Foam Bitumen dapat digunakan sebagai Bahan Stabilisasi untuk
semua jenis material.
• Agar material hasil Stabilisasi mempunyai Workabilitas dan Retained
Strength yang tinggi, maka Foam Bitumen harus digabung dengan
penambahan filler lainnya, misalnya : kapur atau semen.
• Penggunaan filler semen atau kapur, tetap akan menghasilkan
material yang lebih fleksibel (Ramanujam, 2000).
• Penggunaan filler semen atau kapur, juga dapat meningkatkan
Stiffness dari material Foam Bitumen, walaupun prosesnya
berlangsung tidak dengan cepat, melainkan secara bertahap
(Summers, 2008).

Hal-28
Hal-29
Hal-30
Hal-31
FOAM BITUMEN (4/4)
• Foam Bitumen telah digunakan di Afrika selatan sebagai Bahan
Stabilisasi untuk semua jenis material ( Theyse, 2008 )
• Material daur ulang memakai Foam Bitumen digunakan sebagai
lapis pondasi, membuat field test, dan dilakukan kajian terhadap
sifat struktural dari lapis pondasi tersebut, seperti ITS, UCS, ITT
Stiffness.
• Foam Bitumen juga telah digunakan di Yunani, untuk mengatasi
masalah ”premature cracking” pada lapis yang menggunakan
”cement-treated materials” ( Loizos, et al., 2006 ).
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa material daur ulang yang
memakai Foam Bitumen akan mengalami kenaikan Stiffness
Modulus. Tetapi pada tahap awal, lapis overlay diatasnya, harus
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban lalu lintas.

Hal-32
PENUTUP
• Material Daur Ulang menggunakan Foam Bitumen dapat
memberikan beberapa keuntungan : material dapat
simpan/ditimbun, proses berlangsung cepat, dapat menghindari
retak penyusutan, ...
• Implementasi Foam Bitumen telah dilakukan di Indonesia, antara
lain dijalan PANTURA, dengan hasil yang memuaskan.
• Penelitian terhadap Foam Bitumen juga dilakukan oleh Puslitbang
Jalan & Jembatan, baik didalam laboratorium, maupun penelitian
skala penuh, dilapangan.
• Penelitian dilapangan, dalam jangka waktu yang cukup lama,
sebaiknya terus dilakukan, untuk mengamati ”performance” dari
perkerasan daur ulang tersebut, dan melakukan evaluasi struktural
maupun evaluasi fungsional, secara ”destructive” / ”non-destructive”

Hal-33
Hal-34
Hal-35

Anda mungkin juga menyukai