Anda di halaman 1dari 31

Nama : Muhammad Dian Fery Firmanda

NPM : 1510503010
Kelas : Teknik Sipil 01
Mata Kuliah : Perkerasan Jalan Raya
Dosen Pengampu : DR. Sudarno ST.,MT.

TUGAS RESUME PERKERASAN JALAN RAYA 1


Pelaksanaan pengolahan tanah daras untuk jalan.

1. Tanah dasar
 Tanah dasar merupkan pondasi dari perkerasan jalan, tanah dasar merupakan kontruksi
terahkir yang menerima beban dari kendaraan.
 Tanah dasar yang baik adalah tanah yang berada di lokasi itu sendiri atu didekatnya.
 Sifat masing-masing jenis tanah tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air, kondisi
lingkungan.

Masalah yang sering di jumpai di tanah dasar.

 Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas.
 Perubahanbentuk yang besar akan mengakibatkan jalan tersebut rusak
 Tanah-tanah dengan plastisitas tinggi cenderung untuk mengalami hal ini.
 Lapisan-lapisan tanah lunak yang terdapat di bawah tanah dasar harus diperhatikan. Daya
dukung tanah dasar yang ditunjukkan oleh nilai CBR nya dapat merupakan indikasi dari
perubahan bentuk yang dapat terjadi.
 Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan macam tanah yang sangat
berbeda.
 Penelitian yang seksama atas jenis dan sifat tanah dasar sepanjang jalan dapat mengurangi
akibat tidak seragamnya daya dukung tanah dasar.
 Perencanaan tebal perkerasan dapat dibuat berbeda-beda dengan membagi jalan menjadi
segmen-segmen berdasarkan sifat tanah yang berlainan.

Tanah lempung

Tanah lempung merupakan tanah lunak yang mempunyai sifat berubah kondisinya jika
terkena air. Sehingga tanah lempung disebut juga tanah yang memiliki kembang – susut yang
potensial.

Semen

Semen yang sering dipakai untuk bahan stabilisasi adalah Portland Cement (PC) yaitu
campuran bahan-bahan yang sebagian besar berisi kapur- (CaO), silika (SiO2), Alumina (Al2O3)
dan oksida besi (Fe2O3).

Kapur

Batu kapur umumnya terbentuk dari endapan secara organik atau kimiawi. Yang terbentuk
dari endapan kulit kerang hean laut yang lama semakin banyak dan berlapis – lapis sehingga
membentuk batu kapur.
1
Stabilitas tanah

Sdalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah,
atau dapat pula stabilisasi tanah adalah usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis
tanah agar memenuhi syarat teknis tertentu. Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran tanah
dengan tanah lain untuk memperoleh gradasi yang diinginkan, atau pencampuran tanah dengan
bahan tambah buatan pabrik, sehingga sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik.

Tipe – tipe stabilitas tanah

1. Stabilisasi mekanis
2. Stabilisasi dengan bahan tambah

Stabilitas mekanis

Stabilisasi mekanis atau stabilisasi mekanikal dilakukan dengan cara mencampur atau
mengaduk dua macam tanah atau lebih yang bergradasi berbeda untuk memperoleh material yang
memenuhi syarat kekuatan tertentu.

Stabilitas dengan bahan tambahan

Bahan tambah (additives) adalah bahan hasil olahan pabrik yang bila ditambahkan ke dalam
tanah dengan perbandingan yang tepat akan memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, seperti : kekuatan,
tekstur, kemudahan dikerjakan (workability) dan plastisitas. Contoh-contoh bahan tambah adalah :
kapur, semen portland, abu terbang (fly ash), aspal (bitumen) dan lain-lain.(Hardiyatmo,Hary C).

Kesimpulan

Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat
teknis tanah, atau dapat pula stabilisasi tanah adalah usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-
sifat teknis tanah agar memenuhi syarat teknis tertentu

Dari stabilisasi tanah diharapkan daya dukung subrade dapat ditingkatkan sehingga tanah dasar
tersebut mempunyai sifat yang lebih baik dari kondisi sifat tanah semula yaitu:

 Berat isinya meningkat


 Kekuatan gesernya bertambah besar
 Porositasnya berkurang
 Kohesinya bertambah besar
 Tidak terjadi penurunan
 Deformasi yang terjadi semakin kecil
 Daya dukungnya semakin meningkat

2
Nama : Muhammad Dian Fery Firmanda
NPM : 1510503010
Kelas : Teknik Sipil 01
Mata Kuliah : Perkerasan Jalan Raya
Dosen Pengampu : DR. Sudarno ST.,MT.

TUGAS RESUME PERKERASAN JALAN RAYA 2


Pelaksanaan kontruksi bahan butir untuk lapisan pondasi bawah

Lapis pondasi bawah

Lapisan pada susun perkerasan yang terletak dibawah lapis pondasi di atas tanah dasar yang
berfungsi menyebarkan tegangan dari lapisan diatas pada tanah dasar.

Agregat kasar

Agregat kasar ( tertahan ayakan 4,75) partikel keras dan awet.

1. Agregat kasar A mempunyai paling sedikit dua bidang pecah.


2. Agregat kasar B mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
3. Agregat kasar C terdiri dari kerikil.

Persaratan gradasi pondasi agregat

Agregat lapis pondasi harus bebas dari bahan – bahan yang tidak di kehendaki atau harus
memenuhi persyaratan yang sudah di buat.

Persyaratan hasil pelaksanaan lapis pondasi agregat

3
Untuk memperoleh homogenitas campuran dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
langsung dari instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan
pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-
komponen campuran dengan proporsi yang benar.

Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan dengan grader,
loader atau backhoe kecuali dengan alat khusus pulvi mixer.

Hasil pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi harus memenuhi persyaratan toleransi dimensi
sebagaima diuraikan berikut ini

Persyaratan hasil pelaksanaan lapis pondasi agregat

 Untuk memperoleh homogenitas campuran dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
langsung dari instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan
pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari
komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar.

 Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan m elakukan pencampuran di lapangan dengan


grader, loader atau backhoe kecuali dengan alat khusus pulvi mixer.

 Hasil pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi harus memenuhi persyaratan toleransi dimensi
sebagaima diuraikan berikut in i

Toleransi elevasi permukaan

Ketebalan lapis pondasi agregat

Penyimpangan kertaan permukan

Pengukuran kerataan permukaan di gunakan dengan alat mistas sepanjang 3 m sejajar


sumbu jalan dan melintang sepanjang lokasi pekerjaan. Pengukuran kerataan di lakukasn setelah
bahan yang lepas di bersihkan.

Toleransi kerataan permukaan

4
Peralatan

Peralatan dan mesin – mesin untuk perkerjaan sebelum di mulai hasir laik pakai dan harus di
rawat selama pekerjaan agar hasil memuaskan.

Peralatan processing harus direncanakan, dipasang, dioperasikan dan dengan kapasitas


sedemikian sehingga dapat mencampur agregat, air secara meratas ehingga menghasilkan campuran
yang homogen, seragam yang diperlukan untuk pemadatan.

Bilamana instalasi pencampur digunakan maka instalasi pencampur terrsebut harus


dikalibrasi terlebih dahulu untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar.

Lapis pondasia gregat harus dipadatkan dengan alat pemadat seperti, alat pemadat roda besi
dengan penggetar, alat pemadat roda besi, alat pemadat roda karet. Alat pemadat roda besi dengan
penggetar hanya boleh digunakan pada awal pemadatan

Alat penghampar

Alat penghampar agregat harus menggunakan alat mekanis yang mampu menyebarkan
bahan lapis pondasi agrergat dengan lebar toleransi permukaan yang diinginkan serta tidak
menimbulkan segregasi.

Alat pemadat

Alat pemadat roda besi bergetar, roda besi tanpa bergetar dan roda karet.di gunakan untuk
memadatkan agregat yang kadar air nya suadah optimum untuk roda besi bergetar hanya boleh saat
awal pemadatan.

Alat pengankut

Dump truk saat memabawa material ahrus ditutup terpal agar tidak memggagu kendaraan
orang lain. Bahan harus di gelar dalam keadan air optimum untuk pemadatan dengan pengilas.

Perkersan perkerasan lain

Mistar untuk pengecekan kerataan dan alat perata manual di gunakan untuk bagian yang
susah di jangakau oleh mesin.

Santar opresianal prosedur lapis pondasi agregat

Lapis pondasi agregat adalah suatau lapisan pada struktur perkerasan jalan yang terletak
antar lapis permukaan dan lapis tanah dasar yang telah di siapkan. Lapis pondasi agregat terdiri dari
kelas a dan kelas b.

Dimulai dari spesipikasi , gambar kerja atau disen, rancangan campuran kerja atau job mix formula,
serta telah mendapat persetujuan dari direksi pekerjaan.

1. Penyedian agregat
Bahan agregat harus memenuhi persyartan dan persetujuab dari direksi pekerja

5
2. Pemakian perlengkapan keselamatan kerja
Pemakian keselamatanpakaian kerja baik pekerja mauapun lingkungan kerja.

3. Pemasangan rambu lalulintas sementara.


Pemasanagnrambu lalulintas di lakukan apabila pekerjaan pondasi lapis agregat
merupakan peningkatan dari ruas jalan lama.

4. Pencampuran agregat harus dilakuan di instalasi pemecah batu


Pencampuran agregat harusdilakuan di tempat intsatali pemacah batu yang sudah dia
tur untuk memenuhi persaratan yang suadah dibuat.

5. Pengankutan agregat
Harus di angkut dengan dum truk dan di tutup.
6. Penghamparan
Agregat harus di hampar secara merata dan dalam keadaan kadara air yang merata
juga. Tanpa memnyebabkan segregasi.

7. Perataan
Harus diratakan dengan grider apabiala saat pengahamparan tidak merta.

8. Pemadatan
Setalah rata langsung di padatkan. Dimulai dari tepi menuju ketengah secara
menanjang. Dari rendah ke tinggi sampai bekas roda mehilang. Jika ada bagian yang belum
terpadatkan maka harus di padatkan dengan alat manual.

9. pemeriksaan.
Mencakup toleransi dimensi dan kepadatan

10. Perbaiakan.
Apabila terjadi kerusakan atau belum memenuhi peryaratan makan kontraktor harus
memperbaiki sesuai dengan permintaan.

11. Pembersihan dan pembongkaran lalulintas.


Apabiala hasil sudah memenuhi persyaratan makan tahap terakhir adalah
pembongkaran dan pembuakaan laluintas.

Kesimpulan

 Pekerjaan lapis pondasi bahan berbutir merupakan bagian dari konstruksi jalan.
 Tujuan mempelajari lapis pondasi untuk mengetahui daya dukung lapis perkerasan jalan
yang nantinya akan digunakan sebagai prasarana transportasi perpindahan orang dan bahan.

6
Nama : Muhammad Dian Fery Firmanda
NPM : 1510503010
Kelas : Teknik Sipil 01
Mata Kuliah : Perkerasan Jalan Raya
Dosen Pengampu : DR. Sudarno ST.,MT.

TUGAS RESUME PERKERASAN JALAN RAYA 3


Pelaksanaan bahan konstruksi bahan lapis atas
Lapisan perkerasan diman letaknya berada di lapis bawah dan permukaa dinamakan lapis
lapis pondasi atas (base course). Yang menerima pembebanan yang berat dan paling menderita
akibat muatan. Oleh karena itu harus terbuat dari bahan yang atau material yang berkualitas dan
pengerjaanya harus cermat.

Fungsi base course antara lain:

1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkannya ke
lapisan di bawahnya.
2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
3. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan CBR >
50% Plastisitas Index (PI) < 4%. Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas
tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan sebagai base course.

Jenis lapis pondasi atas yang digunakan di Indonesia antara lain:

1. Agregat bergradasi baik, dapat dibagi atas batu pecah kelas A, batu pecah kelas B dan batu
pecah kelas C.

2. Batu pecah kelas A mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas B, dan batu
pecah kelas B lebih kasar dari batu pecah kelas C.

3. Pondasi macadam

4. Pondasi telford

5. Penetrasi macadam (lapen)

Lapisan penetrasi macadam (lapen) merupakan lapisan perkerasan yang terdiri dari
agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan agregat seragam yang di ikat
oleh aspal dengan cara di semprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas
lapen ini biasanya diberi leburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan bervareasi
dari 4 – 10 cm.

6. Aspal beton pondasi (asphalt concrete base/ asphalt treated base)

7
Lapis penetrasi (lapen)

• Lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka
dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan lapis diatasnya dan
dipadatkan lapis demi lapis.

• Diatas lapen ini diberi taburan aspal dengan agregat penutup.

• Tebal lapisan satu 4-10 cm. lapisan ini dipakai sebagai lapisan permukaan structural

Pondasi telford
Jenis pondasi ini terbuat dari batu belah ukuran 15-25 cm dengan batu pengunci. Batu belah
tersebut diatas diatur pada bagian lapisan pasir tebal setelabal 10 cm dengan tujuan lapisan pasir
dipakai untuk keperluan kemungkinan drainase. Batu belah di atur secara manual dan di usahakan
tidak berongga.

Pondasi makadam
Pondasi makacadam terbuat dari batu kali dengan ukuran 15-20/23-30 sebagai lapis pondasi
pertama. Di semprotkan cairan aspal. Setelah itu diatas nya di beri batu pecah dengan ukuran 5-7
cm.

Stabilisasi yang terdiri dari:

• Stabilisasi agregat dengan semen (cement treated base)

• Stabilisasi agregat dengan kapur (lime treated base)

• Stabilisasi agregat dengan aspal (asphalt treated base)

Hot mix
Perkerasan dengan kualitas tinggi, biasanya digunakan campuran panas atau hot mix, contoh:
aspal beton (AC), hot rolled asphalt (HRA), hot rolled sheet (HRS), split mastic asphalt (SMA),
butonic mastic asphalt (BMA)
Lataston ( lapis tipis aspal beton “ hot rolled sheets” RHS)
Lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi menerus. Material pengisi
(filter) dan aspal panas dengan perbandingan tertentu yang dicampurkan dan dipadatkan dalam
keadaan panas. Tebal padat 2,5-3 cm. Lapis ini digunakan sebagai lapis permukaan structural.
Laston (lapis aspal beton)
Lapis yang terdiri dari campuran aspal keras (AC) dan agregat yang mempunyai gradasi
menerus dicampur, dihampar, dan dipadatkan pada suhu tertentu. Lapis ini digunakan sebagai lapis
permukaan yang structural dan lapis pondasi , (asphalt concrete base/ asphalt trade base).
Kesimpulan
Lapisan perkerasan diman letaknya berada di lapis bawah dan permukaa dinamakan lapis lapis
pondasi atas (base course). Terbuat dari berbagai variasi batu yang bertujuan jika dipadatkan akan
saling menguci yang kemudian di semprotkan aspal agar terkunci dengan kuat.

8
Nama : Muhammad Dian Fery Firmanda
NPM : 1510503010
Kelas : Teknik Sipil 01
Mata Kuliah : Perkerasan Jalan Raya
Dosen Pengampu : DR. Sudarno ST.,MT.

TUGAS RESUME PERKERASAN JALAN RAYA 4


Proses pencampuran agregat di mesin pencampur/Processing Plant (APP)

Material pembuatan agregat berasal dari alam sekitar kita berupa batu- batu alam yang
tedapat disekitar kita. Biasanya material pembuat agregat ditambang secara tradisional atau sudah
menggunakan alat atau mesin. Wilayah yang sering di tambang untuk bahan pembuat agregat
biasanya di gunung-gunung, sungai, bukit, yang memiliki potensi untuk di tambang.

Akan tetapi penambangan bahan agregat dapat menimbulkan kerusakan lingkungan jika
penambangan dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangang lingkungan hidup.
Meskipun memakai cara tradisionalpun pasti akan menimbulkan kerusakan alam. Apalagi jika
daerah tambang itu berupa bukit atau batu yang berlapis bisa jadi habis dan menjadi datar. Bahkan
bisa jadi mennyerupai kolam karena ditambang sampai dalam.

Stone cuser plant

P : 400 x 600 , S : 250 x 1000 ( cap 40 - 60 ton/ hari)

P : 600 x 900 , S : 250 x 12000 ( cap 80 - 100 ton / hari )

Contoh gambar stone cuser plant

9
Cara pembuatan agregat

Pembuatan agregat pertama kali bahan dari pertambangan di bawa menuju tempat pemecah
batu dengan dump truck. Setelah itu pastikan material besih dari barang atau benda yang tidak di
ijinkan. Setelah dimasukan ke mesin pemecah maka batu atau bahan agregat tesebut akan di tekan
dengan tekanan tertentu sehingga menghasilkan batu pecah. Bila belum sesuai dengan yang di
kehendaki maka batu agregat tersebut masuk lagi kedalam mesin pemecah dan akan keluar menuju
ayakan. Di ayakan tersebut agregat akan terpisah secara tersendiri. Dan jadilah agregat dengan
ukuran tersendiri.

Sebelum agregat di bawa menuju lokasi proyek,biasanya dicampur dulu dengan semen air
dan ukuran agregat yang bermacam-macam. Proses itu dilakukan secara mekanik menguungakan
mesin yang sudah di atur untuk pintu bukaanya agar agregat bisa memenuhi syarat yang dijinkan.
Sebelum agregat di bawa mengunakan dump truk agregat di keringakan terlebih dahulu agar saat
penghamparan dapat meresap sempurna dan padat setelah di hampar dan dicampuri air dan di gilas
dengan tandem loler.

10
Nama : Muhammad Dian Fery Firmanda
NPM : 1510503010
Kelas : Teknik Sipil 01
Mata Kuliah : Perkerasan Jalan Raya
Dosen Pengampu : DR. Sudarno ST.,MT.

TUGAS RESUME PERKERASAN JALAN RAYA 5


Asphalt Mixing Plant

Proses pencampuran aspal di Asphalt Mixing Plant (AMP)

Contoh gambar Asphalt Mixing Plant

Cold Bin

Cold bin merupakan bagian dari AMP yang berfungsi sebagai tempat disimpannya material.
ukuran material masing-masing cold bin yaitu 3/4’’, 3/8’’, pasir dan abu batu. Cold bin memiliki
pintu untuk tempat keluarnya material dengan bukaan pintu yang telah diatur, adapun tujuan dari
diaturnya tinggi bukaan pintu disesuaikan dengan persentase komposisi agregat sesuai Job Mix
Formula untuk jenis campuran aspal panas.

Penyesuaian tinggi pintu dilakukan dengan mencoba mengetahui berat agregat yang keluar
dalam waktu 3 detik yang kemudian dikonvers ke produksi AMP maksimum perjam yaitu 60
ton/jam. Namun setelah ditentukan tinggi pintunya maka dikontrol kembali ketika proses produksi
mulai berjalan dengan melihat overflow yang terjadi, jika terlalu banyak overflow yang terjadi
maka tinggi pintu akan diturunkan.

Conveyer

Conveyer merupakan tempat penyalur material yang keluar dari pintu cold bin ke drayer.
Atau sebagai jalan penghubung untuk memindahkan materila.

Drayer

Material yang di bawah oleh conveyer kemudian masuk ke drayer. Drayer berfungsi untuk
memanaskan agregat, dengan suhu maximum 1600C. Agregat didalam drayer diputar dan

11
dipanaskan dengan menggunakan api dari bahan bakar minyak. Untuk AMP ini memiliki 2 jenis
pembakaran di drayer, dengan menggunakan bahan bakar minyak dan menggunakan bahan bakar
batu bara.

Menurut para ahli kualitas, campuran aspal yang menggunakan minyak sebagai bahan bakar
lebih baik di banding dengan menngunakan bahan bakar batu bara. Hal ini disebabkan abu
pembakaran batu bara yang mempengaruhi mutu campuran aspal. perlu diketahui ketika agregat
masuk ke drayer terdapat tabung yang mengarah ke atas dan berlabuh ke dust kolektor, Ini
fungsinya mengambil kembali debu batu yang terbang ketika masuk ke drayer, abu batu yang berat
masuk ke dust kolektor dan seterusnya masuk bersama material yang telah dipanaskan di drayer
menuju ke elvator sedangkan abu batu yang ringan masuk kedalam cerobong asap pembuangan
sebagai polusi. Menyangkut tentang polusi, ada cara mengendalikan asap polusi yang diterapkan di
AMP ini, yaitu dengan menyiramkan air ke dalam cerobong asap guna meminimalisir efek polusi
asap yang keluar dari cerobong.

Elevator

Setelah agregat dari drayer selanjutnya agregat masuk kedalam elevator, yang mana fungsi
elevator adalah menyalurkan agergat dari drayer ke screen.

Screen

Setelah dari elevator, agregat selanjutnya masuk ke screen untuk dipisahkan kembali sesuai
ukuran masing-masing agregat yaitu 3/4’’, 3/8’’, pasir dan abu batu. Maka dapat kita ketahui sendiri
fungsi dari screen itu sendiri. Di awal tadi kita telah menyinggung overflow, di screen ini lah
tempat keluarnya agregat yang berlebihan dengan istilah terjadinya overflow.

Agregat yang berlebihan keluar melalui pipa yang berada pada screen sesuai agregat
masing-masing, untuk agregat 3/8”, pasir dan abu batu disatukan dalam 1 pipa, untuk ¾” tersendiri
dan agregat lebih besar ¾” atau bukan agregat misalnya kayu dll menggunakan pipa tersediri.

Hot Bin

Setelah terkumpul sesuai ukuran masing-masing agregat di screen selanjutnya agregat


tersebut ke Hot Bin yang berfungsi menampung agregat sementara dengan dipanaskan kembali
dengan suhu mencapai 1550C sebelum agregat itu ke penimbang. Dalam Hot bin terdapat 4 bin
sesuai ukuran masing-masing. Untuk bin 1 untuk agregat ¾”, bin 2 untuk agregat 3/8”, bin 3 untuk
abu batu, dan bin 4 untuk agregat 1”.

Timbangan

Setelah dari hot bin maka selanjutnya agregat ke penimbangan. Ini dimaksudkan untuk
sebelum di mix agregat tersebut ditimbang sesuai presentase campuran aspal per 500 Kg. Untuk di
hot bin jumlah total timbangan agregat kurang dari 500 Kg karena ada aspal yang akan
ditambahkan di mixer.

Mixer

Setelah agregat ditimbang maka selanjutnya agregat ke mixer untuk dicampur dengan aspal.
Berbicara tentang aspal, aspal bersumber dari tangki aspal melewati pipa (kettel) ke penimbang
12
tersendiri untuk aspal, kemudian ke mixer. Kondisi fisik aspal sebelum di mix belum cair, maka
untuk itu aspal dipanaskan di tangki aspal sampai cair dengan suhu 1500C.

Untuk bahan tambah campuran yaitu filler, di masukkan ke mixer melalui elevator tersendiri
dan selanjutnya ke timbangan sendiri dan langsung ke mixer untuk tercampur bersama aspal dan
agregat yang lain.

Pugmill

Setelah tercampurnya aspal, filler dan agregat maka selanjutnya campuran aspal tersebut ke
pugmill. Pugmill itu sendiri berfungsi sebagai tempat pembuangan aspal ke dum truck. Dengan
ideal 1 kali bukaan pugmill berat campuran aspal yang dihasilkan 500 Kg dengan suhu 1500C.

Proses pencampuran sapal di Asphalt Mixing Plant (AMP)

Agregat yang sudah bersih dari segala macam hal yang tidak dinginkan di masukan ke cold
aggregat feeding system dengan alat berat dan di pisah sesuai dengan spesisifikasi. Setealah itu
agregat di bawa menuju alat penyaringan. Selanjutnya agregat di bakar di drying drum yang
minyaknya dari coel buner agar benar besih dan dapat mereakat sempurna ketika di campur dengan
aspal . setelah itu di bawa ke tempat penyaringan agar abu batu terpisah dengan agregat di dust
colletion system.

Agregat yang sudah disaring selanjutnya menuju mixing tower. Di mixing tower agregat di
saring lagi sesuai dengan gradasi masing-masing. Setelah terkumpul dengan gradasi masing-
masing. Maka pintu bukaan di buka sesui job mixing yang telah di renranakan. Setelah agregat
tercampur sesuai dengan campuran yang di kehendaki , campuran agregat di campur aspal dari
biutmen supplyi sytem di campur dengan suhu yang panas sampai semua gradasi agregat tercampur
aspal merata.

Sesudah semua tercampur merata campuran aspal di masukan ke dalam dump truck dan di
tutup terpal siap di bawa ke proyek untuk di hamparkan.

Semua tindakan di atas dilakukan oleh seseorang yang di kendalikan di control room.

Kesimpulan

Proses pengolahan agregat di mesin pencampur/Processing Plant (APP) merupakan hal yang
penting dalam pelaksanaan perkerasan jalan.

Proses pengolahan agregat dengan mesin dapat mempercepat pekerjaan perkerasan jalan
sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek relatif lebih efisien

13
Nama : Muhammad Dian Fery Firmanda
NPM : 1510503010
Kelas : Teknik Sipil 01
Mata Kuliah : Perkerasan Jalan Raya
Dosen Pengampu : DR. Sudarno ST.,MT.

TUGAS RESUME PERKERASAN JALAN RAYA 6


REKAYASA CAMPURAN (MIX DESIGN)
Dalam campuran aspal dan agregat, aspal berfungsi sebagi pengikat antara agregat satu dan yang
lain. Perkerasan pencampuran aspal di alam akan terbuka dan terpengaruh oleh perubahan cuaca.
Jika aspal di beririkan sedikit makan akan tidak sempurna atau awet sedangkan jika di beri aspal
banyak tidak baik juga untuk perkerasan jalan. Untuk itu perlu takaran yang pas.

Beberapa metode pencampuran aspal

1. Metode ruang kosong


Metode ini mendasarkan pada ruang kosong yang ada dalam campuran agregat yang sudah
didapatkan dengan mengingat bahwa suatu bahan itu dapat mengalami perubahan volume,
maka dalam campuran agregat itu di sisihkan ruang kosong.1.2-7% dan sebelebih ruang itu
disediakan untuk aspal. Atas daras prinsip ini maka jumlah aspal yang di perlukan akan di
dapatkan.
2. Metode luas permukaan
Metodeini berdasarkan atas prinsip bahwa seluruh aspal yang ada kan digunakan untuk
menyelubungi seluruh luas permukaan butir agregat. Untuk itu perlu ditentukan luas
permukaa agregat sebagai bahan jalan ( secara empiris)
3. Percobaan di laboratorium
Kadar aspal dapat juga di lakukan di percobaan laboratorium.

Mix design adalah prosedur kegiatan untuk menentukan proporsi (dalam batas-batas spesifikasi)
material yang merupakan kompromi campuran supaya tercapai kinerja yang optimum. Prosedur mix
design termasuk mempertimbangkan faktor ekonomi dan lingkungan.

MIX DESIGN

 Kandungan aspal cukup, untuk menjamin campuran tahan terhadap ‘fatigue


cracking’ dan ‘durability’.
 Stabilitas dan stiffness cukup, untuk menjamin ketahanan terhadap deformasi akibat
beban kendaraan.
 Kandungan void cukup, untuk memberikesempatan pemadatan akibat beban
kendaraan tanpa terjadi flushing, bleeding atau loss of stability.
 Cukup mudah dikerjakan, sehingga efektif saat dihamparkan tanpa tejadi segregasi.
 Skid resistance cukup (untuk campuran wearing course).

14
PENDEKATAN MIX DESIGN (1)

Pendekatan RESEP

• Berdasarkan pada pengalaman yang telah dicobakan dan diujikan selama bertahun-tahun.
• Hanya terbatas untuk kondisi traffic dan iklim yang sama.
• Mungkin tidak cocok untuk jenis material tertentu.
• Standar spesifikasi menjelaskan:

 Tipe dan gradasi agregat

 Jenis aspal (Pen dan SP)

 Proporsi antara aspal dan agregat

 Metode dan prosedur pelaksanaan

(pencampuran, penghamparan dan pemadatan)

PENDEKATAN MIX DESIGN (2)

Pendekatan DISAIN ENGINEERING

 Mutu agregat dan aspal diuji agar diyakinkan masuk spesifikasi.


 Beberpa jenis agregat dicampur (blend) agar memenuhi spesifikasi gradasi.
 Dibuat beberapa benda uji campuran padat dengan berbagai kadar aspal.
 Dipelajari proporsi volumetricnya.
 Dilakukan pengujian kinerja campuran padat
 Kinerja campuran dibandingkan dengan spesifikasi untuk menentukan kadar aspal
optimum.

MIX DESIGN Pendekatan DISAIN ENGINEERING

Sumber material

 Diusahakan menggunakan agregat lokal. Bila agregat lokal tidak memenuhi


spesifikasi maka dapat menggunakan agregat lain dari sumber terdekat. Tentu hal
ini akan menaikkan biaya konstruksi.
 Menggunakan aspal dan sumber terdekat yang memenuhi spesifikasi.

Spesifikasi dan gradasi agregat

o Mutu agregat harus baik sehingga kalau dicampur dengan aspal dan kemudian
dipadatkan dapat menghasilkan mutu campuran yang baik.
o Persyaratan agregat tergantung dari jenis campuran yang diinginkan, misal agregat
untuk material wearing course harus mempunyai ketahanan abrasi yang tinggi karena
gerusan roda kendaraan, namun agregat untuk material base course tidak
memerlukan ketahanan abrasi sebaik untuk material wearing course.

15
Spesifikasi dan gradasi agregat

 Gradasi agregat juga merupakan fungsi tipe campuran. Campuran LPA cenderung
memerlukan agregat dense graded atau continuously graded, sedangkan agregat
untuk wearing course bisa menggunakan agregat gap graded.
 Agregat dengan gradasi dense dapat diestimasi berdasarkan kurva grading. Fuller
mengusulkan persamaan untuk gradasi agregat yang padat. Agregat dengan gradasi
Fuller biasanya mempunyai sifat ‘mudah dikerjakan’ (workable) dan siap
dipadatkan, namun biasanya kadar rongga udaranya (void content) sangat rendah.
Sehingga kepadatan campuran perlu diturunkan untuk meningkatkan VMA (void in
mineral agregate).

Spesifikasi dan gradasi agregat

 Cooper et al mengusulkan modifikasi persamaan Fuller yang memungkinkan untuk


disesuaikan (adjusted) dengan tetap mempertahankan proporsi filler (< 0.0075mm)

Persamaan Fuller
𝑑
p = 100𝑥 𝐷

Cooper et al (1992)
100−𝑓(𝑑−0,075 )
P= ( 𝑑−0,075 )

P = total % lolos saringan tertentu

d = ukuran sieve opening (ukuran terbesar

D = ukuran terbesar gradasi

F = filler (< 0.0075mm)

n = ekponen antara 0 dan 1

Grade dan kadar aspal

 Pemilihan grade aspal tergantung dari pertimbangan traffic dan iklim dimana
campuran akan digunakan. Aspal pen rendah (aspal keras) lebih dipertimbangkan
digunakan untuk campuran wearing course pd beban kendaraan berat pd iklim panas.
Sedangkan aspal lunak untuk iklim dingin.
 Di Indonesia sering digunakan aspal pen 70/100. Untuk wilayah dingin dapat
menggunakan aspal pen lebih tinggi.
 Kadar aspal tergantung pada gradasi dan tipe agregat. Agregat dengan gradasi
terbuka, filler content tinggi dan agregat dengan absorpsi tinggi relatif membutuhkan
aspal lebih banyak.

Estimasi kadar aspal


16
𝑉𝑀𝐴 − 𝑉𝑣
B= 𝑥 𝐺𝑏
𝐺𝑠𝑐
B= proporsi berat aspal per 100 proporsi berat agregat.

Gb= specific gravity aspal

Gsc= bulk specific gravity campuran padat

VMA= void in mineral agggregate

Vv= void content yang ditargetkan

Metode MARSHALL

Prosedur

o Penyelidikan properties agregat


o Pencampuran gradasi agregat (Blending aggregates)
o Penyelidikan properties aspal
o Penyiapan benda uji Marshall
o Pengujian stabilitas dan flow
o Plot hasil pengujian pada limit spesifikasi
o Menentukan Job mix formula

Metode MARSHALL
Penyelidikan properties agregat

· Abrasi, soundness, durabilitas


· Gradasi
· Specific gravity

Pencampuran gradasi agregat (Blending aggregates).Biasanya agregat dari quarry terdiri atas

 Agregat kasar (> 2.36mm)


 Agregat halus atau pasir
 Filler (< 0.0075mm)

Ketiga jenis agregat tersebut perlu dicampur supaya memenuhi spesifikasi gradasi Penyelidikan
properties aspal

o Penetrasi (untuk mengetahui keras/ lunak aspal)


o Viskositas (untuk menentukan suhu pencampuran dan pemadatan)
o Specific gravity (untuk keperluan perhitungan properties campuran)

Penyiapan benda uji Marshall (1)

 Campuran disiapkan dengan beberapa kadar aspal (misal 5 jenis kadar aspal). Setiap
variasi kadar aspal dibuat minimum 3 benda uji.

17
 Aspal dan agregat dipanaskan. Suhu aspal mencapai suhu workable untuk
pencampuran (140 – 180 C), kira2 viskositas 2 poises atau 0.2 Pa.s atau 170±20
centistoke.
 Aspal dan agregat dicampur dengan mixer atau manual dengan tangan.
 Campuran dipadatkan menggunakan Marshall hammer (35, 50 atau 75 kali
tumbukan setiap sisi).
 Ukuran benda uji: diameter ±100mm, tinggi ±63mm.

Penyiapan benda uji Marshall (2)

 Campuran didinginkan kemudian dikeluarkan dari mould.


 Benda uji diukur bulk specific gravity (Gmb), diukur/dihitung maximum specific
gravity atau rice density (Gmm).
 Hitung volume of voids (Vv) dan void in mineral aggregate (VMA).

VIM= Vv = [ 1 – ( Gmb/ Gmm )] x 100

VMA = 100 – [ (Gmb x Ps)/ Gsb ]

Ps = % berat agregat dalam campuran

Gsb = bulk specific gravity agregat

Uji Marshall

Pengujian Marshall (Stabilitas dan flow). Benda uji direndam dalam waterbath suhu 60 C
selama 30menit. Pengujian dilakukan dengan deformation rate 50mm/minute. Catat maksimum load
(stabilitas) dalam kN (konversi ke kg) dan deformasi saat maximum load (flow) dalam mm.

Plot hasil pengujian pada limit spesifikasi

 Hasil tes untuk setiap jenis kadar aspal dirata-rata (minimal dari 3 sampel).
 Kemudian hasil tersebut diplot pada kurva KEPADATAN (T/M3), STABILITAS
(N atau Kg), FLOW (mm), AIR VOID (%), VMA (%), dan VFWA (%)
 Plot limit spesifikasi pada kurva-kurva hasil tersebut
 Akan didapat range kadar aspal untuk setiap kurva. Tentukan kadar aspal optimum
yang merupakan kompromi dari seluruh range kadar aspal pada semua kurva.

18
Contoh Spesifikasi campuran aspal

Spesifikasi Campuran HSWC (High Stiffness Wearing Course)

Properti Spesifika si Unit


VIM 3-5 %
VFMA 75-85 %
Densitas - Gr/cc
Stabilitas Min 1400 Kg
Flow 2-4.5 Mm
Marshall Quotient (MQ) Min 200 Kg/mm
Sumber: Heavy loaded improvement project-II, Bina Marga, 1998

Spesifikasi Campuran HRA

Properti Spesifika si Unit


VIM 4-10 %
VFMA - %
Densitas 2.15- 2.35 Gr/cc
Stabilitas Min 450 Kg
Flow - Mm
Marshall Quotient (MQ) Min 200 Kg/mm

Menentukan Job mix formula

Tentukan JMF (Job mix formula) yang merupakan kompromi kombinasi optimum antara jenis aspal
dan agregat tertentu. Hal terpenting dalam JMF adalah gradasi agregat dan kadar aspal.

19
20
21
Perhitungan komposisi campuran aspal

MB= % aspal (terhadap berat total campuran)

MA= % agregat (terhadap berat total campuran) VB = % volume aspal

Mb = Berat aspal, kg VA = % volume agregat

Ma = Berat agregat, kg VV = % volume void

Gb = Specific gravity aspal

Ga = Specific gravity kombinasi agregat

γm = Kepadatan campuran padat, T/m3

γw = Kepadatan air (1 T/m3) MA + MB = 100%

Vb = Volume aspal, m3 Va + Vb + Vv = 1 m3

Va = Volume agregat, m3

Vv = volume void, m3

Vb = Mb / (Gb γw)

VMA = Vv + Vb

Va = Ma / (Ga γw)

Mb = (Mb / 100) γm

Ma = (Ma / 100) γm

22
Mb
MB  x100
Ma  Mb
Ma
M  x100
Ma  Mb
A

M A  M B 100
100
 max  w
MB MA

Gb Ga

Contoh Perhitungan Properti campuran aspal

Diketahui dari hasil pengukuran

Kadar aspal= 5% (dari berat total campuran)

Bk= berat spesimen= 1141 g

Bj= berat spesimen pada kondisi SSD= 1148 g

Ba= berat spesimen dalam air= 653 g

SG aspal= 1.013

SG eff agg kasar (CA)= 2.65

SG eff agg medium (MA)= 2.57

SG eff agg halus (FA)= 2.68

SG eff Filler (FF)= 2.114

Komposisi= CA: MA: FA: FF= 33.5: 23.5: 39: 4

Diketahui dari pengujian Marshall

Stability proving ring = 107

Flow= 2.05 mm

Perhitungan density (kepadatan) campuran

Volume spesimen= Bj – Ba= 1148 – 653= 495 cc

Bulk density= Bk/ (Bj-Ba)= 1141/ 495= 2.30 gr/cc

23
Perhitungan SG agregat
100
SGagg 
%CA % MA % FA % FF
  
GCA GMA GFA GFF

100
33.5 23.5 39 4
  
2.65 2.57 2.68 2.114

2.615

Perhitungan VIM, VMA dan VFWA

SG agg= 2.615

Vol total % void= VIM= 100- VB-VA= 5.09%

VMA= 100 – VA= 16.44

VFWA= (11.35/ 16.44)x100%= 69.03 %

VMA = 100 – [ (Gmb x Ps)/ Gsb ]

Volume % aspal=VB= (%aspal x density bulk

spesimen)/SG aspal VIM= 5.09 VMA=16.44

VB= 11.35
Volume % aggl=VA= (%agg x density bulk

spesimen)/SG agg Vagg=83.56

Contoh Perhitungan Properti campuran aspal

Cara lain mencari VIM


100 w 100 *1
  2.423 gr / cc
MB MA 5 95
 
Gb Ga 1.013 2.615

100( max   m ) 100 * (2.423  2.30)


VIM  Vv    5.08%
 max 2.423

24
Contoh Perhitungan Properti campuran aspal

Perhitungan Stabilitas, Flow dan Marshall Quotient (MQ)

Stabilitas= stab prov ring x kalibrasi alat x koreksi tinggi

= 107 x 37.96 x 0.4536

= 1842 kg

Flow = 2.05 mm

MQ = stab/flow = 898 kg/mm

25
Nama : Muhammad Dian Fery Firmanda
NPM : 1510503010
Kelas : Teknik Sipil 01
Mata Kuliah : Perkerasan Jalan Raya
Dosen Pengampu : DR. Sudarno ST.,MT.

TUGAS RESUME PERKERASAN JALAN RAYA 7


Pelaksanaan konstruksi jalan
Status jalan terbagi menjadi jalan nasional, propinsi, kabupaten, kota dan desa. Penurunan
kualitas atau pelayanan jalan Akibat dilalui kendaraan yang berulang setiap hari, jalan
mengalamidegradasi. Apabila tidakdilakukan tindakan berupa pemeliharaan yang memadai jalan
akan mengalami kerusakan.

Dari rusaknya jalan tersebut mengakibatkan teganggunya ekonomi masyarakat, kenyamanan


dan keamanan terganggu, jarak tempuh menjadi semakin lama.

Kontruksi jalan terdiri dari badan jalan, saluran kiri kanan, gorong-gorong, tebing kiri
kanan, dan bangunan pelengkap lainya.

 Badan jalan
- Tubuh jalan
- Bahu jalan
- Perkerasan
- Lapis pondasi
- Lapis penutup/aus

 Saluran / selokan samping


- Menampung air dari permukaan jalan
- Mengalirkan air dan dibuang ke sungai, lembah dll

 Gorong – gorong
- Mengalirkan air dibawah badan jalan

 Tebing kiri / kanan jalan


 Perlengkapan jalan
- Menjadi tugas Perhubungan Darat; pada jalan yang sudah ada
- Pada pembangunan jalan baru, pembuatan dan pengadaan perlengkapan jalan adalah
tugas pemilik Proyek / Kontraktor

 Tubuh jalan
 Bagian jalan yang mendukung bahu dan perkerasan jalan
 Terdiri dari tanah, pasir, batu atau lainnya
 Berupa timbunan atau galian
 Lapis pondasi kontruksi jalan
 Lapisan pondasi bawah; berfungsi meneruskan beban ke tanah dasar dan
mencegah butiran tanah naik dan masuk ke pondasi atas

26
 Lapis pondasi atas; terdiri dari satu atau beberapa lapis, berfungsi memikul
beban roda kendaraan dan meneruskannya ke pondasi bawah
 Lapis aus; berfungsi menerima beban langsung dari roda kendaraan dan
melindungi lapis pondasi serta mencegah air masuk ke pondasi
 Median
o Lajur pemisah antara dua jalur lalulintas yang berlawanan arah
o Pada jalan yang sudah tinggi dan padat lalulintasnya
o Berfungsi sebagai pemisah
o Ruang untuk untuk Penempatan perlengkapan jalan
o Menghindari sorotan lampu kendaraan dari arah yang berlawanan
 Saluran samping
· Berfungsi menampung air dari permukaan jalan atau dari tebing jalan
kemudian dialirkan dan dibuang ke sungai atau lembah
· Mencegah air masuk ke badan jalan, yang bisa mengubah kandungan air
tanah dan merusak badan jalan
 GORONG-GORONG
 Bangunan yang mengalirkan air dibawah badan jalan yang berasal dari
sungai-sungai kecil atau dari saluran samping
 TEBING KIRI KANAN JALAN
 Daerah datar hampir tidak ada; kecuali timbunan yang tinggi
 Daerah bukit/gunung disisi badan jalan terdapat tebing
 Jalan diatas timbunan; tebing dikedua sisi badan jalan
 Jalan pada galian; tebing diluar badan jalan
 Jalan pada lereng tebing; satu sisi berada di badan jalan, sisi lainnya diluar
badan jalan
 PERLENGKAPANJALAN
 Rambu-rambu jalan
 Patok km, hm
 Papan penunjuk arah
 Pagar pengaman
 Marka jalan
 Lampu penerangan

PELAKSANA KONSTRUKSI JALAN

UU No 18 th 1999 tentang Jasa Konstruksi dalam pelaksanaan konstruksi terdapat tiga


pihak; Pemilik Proyek (Pengguna Jasa) Kontraktor sebagai pelaksana (Penyedia Jasa/Pelaksanaan
Konstruksi) Konsultan sebagai pengawas pelaksanaan (Penyedia Jasa/Pengawas Konstruksi)
Kontraktor memperoleh pekerjaan melalui tender atau pemilihan/penunjukan langsung.
Ppk merupakan pemilik proyek sedangkan konsultan dan kontraktor berkerjasama dengan
ppk secara kontraktual. Konsultan dan kontraktok berkerjasama secara langsung di lapangan.

SPESIFIKASI
Tiga jenis persyaratan dalam dokumen kontrak yang harus dipatuhi oleh pengguna jasa
maupun penyedia jasa;
27
Syarat – syarat Umum Kontrak
Syarat – syarat Khusus Kontrak
Syarat – syarat Teknik atau disebut Spesifikasi ( Teknis )

Syarat – syarat Umum Kontrak


· Klausal-klausal yang akan digunakan dalam pelaksanaan kontrak
· Mengikat kedua belah pihak antara pemilik dan pelaksana kontrak Seperti halnya;
· Cara pembayaran pekerjaan
· Penyelesaian perselisihan
· Pemutusan kontrak
· Pekerjaan tambah
· Dan lain – lain

Syarat – syarat Khusus Kontrak


· Penjelasan khusus terhadap syarat – syarat umum kontrak Seperti halnya;
· Penjelasan batasan memperoleh penyesuaian harga dalam kontrak
· Tidak dikenakan penyesuaian harga bila periode kontrak kurang dari 365 hari kalender
· Nama pemilik proyek yang dimasukkan dalam Surat Perjanjian Kontrak dan sebagainya

Spesifikasi Teknis
Semua aturan dan ketentuan tentang persyaratan;
1. Bahan – bahan yang dipakai
2. Mutu hasil pekerjaan serta cara pengujiannya
3. Dimensi yang tercantum dalam gambar
4. Cara pengukuran hasil pekerjaan dan toleransi yang diizinkan
5. Cara pembayaran dan lain – lain yang diberlakukan untuk setiap item pekerjaan
6. Kontraktor harus mengikuti spesifikasi teknik yang dibuat oleh pemilik proyek dan
petunjuk dari direksi
7. Mengatur ketentuan mengenai penyerahan sementara pekerjaan (PHO) dan penyerahan
akhir (FHO)

PROGRAM MUTU (QUALITY ASSURANCE)


Program mutu harus disusun oleh penyedia jasa dan disetujui oleh direksi lapangan pada
saat rapat persiapan (pra) pelaksanaan kontrak (Pre Construction Meeting / PCM) dan dapat direvisi
sesuai dengan kebutuhan.

Program mutu sekurang-kurangnya berisi;


a. Informasi mengenai pengadaan
b. Organisasi proyek, pengguna jasa dan penyedia jasa
c. Jadual pelaksanaan pekerjaan
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan
e. Prosedur instruksi kerja
f. Pelaksanaan kerja

28
Prosedur pelaksanaan dari tiap-tiap jenis pekerjaan meliputi;
a. Standar pekerjaan
b. Prosedur kerja
c. Daftar inspeksi
d. Persyaratan testing

Prosedur instruksi kerja mencakup antara lain;


a. Urutan kegiatan pelaksanaan
b. Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan
c. Pemantauan proses kegiatan
d. Pemeliharaan yang diperlukan
e. Penilaian hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi

PENGENDALIAN MUTU & CACAT


Tiga tahap pengendalian mutu;
1. Pengendalian mutu bahan baku (tanah, pasir, batu, semen, aspal, dll)
2. Pengendalian mutu bahan olahan (campuran beton, campuran aspal, dll)
3. Pengendalian mutu pekerjaan terpasang (timbunan tanah, pondasi beton, lapisan hotmix
dll)
Pengendalian mutu wajib dilakukan oleh penyedia jasa selama pelaksanaan pekerjaan sesuai
ketentuan dokumen kontrak (Spesifikasi Teknis)

PENGENDALIAN SPESIFIKASI POLA 2 – 3 – 5


Berlingkup – 2 :
- Dimensi (tebal, lebar, panjang dsb)
- Kualitas (kuat tekan, kepadatan dsb)
Bertahap – 3 :
- Bahan baku.
- Bahan olahan.
- Pekerjaan jadi.
Berstruktur – 5 hal :
- Nama/jenis Pemeriksaan.
- Metode pemeriksaan.
- Frekuensi pemeriksaan.
- Spesifikasi pemeriksaan.
- Toleransi hasil.
Direksi teknis wajib memeriksa mutu hasil pekerjaan dan memberitahu penyedia jasa dan
dapat memerintahkan penyedia jasa untuk menguji hasil pekerjaan yang dianggap terdapat cacat
mutu
Bila ternyata hasil pengujian terdapat cacat mutu; biaya pengujian dan perbaikan menjadi
tanggung jawab penyedia jasa itu pun berlaku untuk pengujian yang tidak di temukan kecacatan.
Setiap kali pemberitahuan cacat mutu oleh direksi teknis, penyedia jasa harus memperbaiki
sesuai waktu, jika penyedia jasa tidak dapat memperbaiki tepat waktu maka dapat meminta pihak
ketiga untuk memperbaiki dan biaya di tanggung penyedia jasa.

29
Cacat mutu harus diperbaiki sebelum penyerahan pertama pekerjaan dan selama masa
pemeliharaan jika belum di perbiaki maka dapat memperpanjang masa pemeliharaan.

MASA PELAKSANAAN KONTRAK


MASA MOBILISASI (MOBILIZATION PERIOD)
MASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI (CONSTRUCTION PERIOD)
MASA PEMELIHARAAN (MAINTENANCE PERIOD)

Surat Perjanjian Kerja / Kontrak


Lampiran Surat Perjanjian Kerja / Kontrak;
Surat penunjukan penyedia jasa
Surat penawaran
Syarat – syarat Umum Kontrak
Syarat – syarat Khusus Kontrak
Syarat – syarat Teknis (Spesifikasi Teknis)
Gambar – gambar
Daftar kuantitas dan harga
Addendum dokumen lelang (kalau ada)
Surat – menyurat dari proses tender sampai penetapan pemenang

MASA MOBILISASI
o Mobilisasi Personil
o Mobilisasi Peralatan
o Penyiapan Base Camp dan Jalur Masuk
o Penyusunan Organisasi Proyek
o Membuat Jadual Pelaksanaan (Time Schedule)
o Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting/PCM)
o Membuat Jadual Pelaksanaan (Time Schedule)
o Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting/PCM)

Rapat Pra Pelaksanaan/ Pre Construction Meeting


o Menyamakan persepsi dari ketiga pelaksana kegiatan tentang kontrak baik dari segi
teknis maupun administrasi
o Tanggal penyerahan lapangan
o Tanggal mulai survai lapangan tentang kemungkinan adanya perbedaan kondisi fisik
o Tanggal mulai / selesai pekerjaan rekondisi
o Tanggal pengajuan MC (Monthly Certificate)
o Pembuatan Shop Drawing
o Dan lain sebagainya

REKAYASA LAPANGAN
A. Meneliti gambar-gambar asli;
1. Kontraktor mempelajari gambar asli untuk dikonsultasikan dengan Direksi
Pekerjaan

30
2. Memastikan dan memperbaiki setiap kesalahan atau perbedaan yang terjadi (lebar
jalan lama, lokasi pelebaran, struktur drainase)
3. Kesepakatan pihak Kontraktor dan Direksi Pekerjaan dalam menentukan perubahan
dalam gambar
4. Perubahan kuantitas dalam Daftar Kuantitas dan Harga oleh Direksi Pekerjaan sesuai
data survai lapangan yang dikumpulkan oleh Kontraktor
B. Survai lapangan oleh Kontraktor;
a. Selama periode mobilisasi pada saat mulainya Kontrak
b. Survei lapangan yang lengkap terhadap kondisi fisik dan struktur
c. Menyiapkan dan menyerahkan laporan lengkap dan detail dari hasil survai
kepada Direksi Pekerjaan, sesuai tanggal yang ditentukan dalam PCM
d. Tanggal penyerahan merupakan tonggak yang sangat penting bagi dimulainya
pekerjaan dalam kontrak dengan lebih dini dan berhasil
C. Revisi oleh Direksi Pekerjaan;
A. Revisi minor terhadap rancangan perkerasan dan/atau jembatan
B. Detil peningkatan bahu jalan
C. Detil setiap perbaikan alinyemen yang diperlukan; jika ada
D. Detil setiap pelebaran jalur lalulintas (carriageway); jika ada
E. Detil perbaikan selokan atau drainase
F. Detil struktur drainase
G. Detil pekerjaan pengendalian lereng, pasangan batu kosong, pekerjaan stabilitas
timbunan atau galian
H. Detil marka jalan
I. Detil rambu jalan, patok pengaman dan rel pengaman dlsb
J. Detil pekerjaan pengembalian kondisi jembatan
K. Detil pekerjaan pengendalian lereng, pasangan batu kosong, pekerjaan stabilitas
timbunan atau galian
L. Detil marka jalan
M. Detil rambu jalan, patok pengaman dan rel pengaman dlsb
N. Detil pekerjaan pengembalian kondisi jembatan
MASA PELAKSANAAN KONTRAK
MASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
 Mengerjakan semua pekerjaan fisik
 Membuat laporan-laporan
 Melakukan kegiatan PHO (Provisional Hand Over)
MASA PEMELIHARAAN
 Melakukan kegiatan dan pekerjaan sesuai catatan dalam PHO
 Menyelesaikan masalah administrasi
 Melakukan FHO (Final Hand Over)
PEKERJAAN BADAN JALAN
Pada jalan yang sudah ada (existing) pekerjaan galian maupun timbunan relatif kecil atau
hampir tidak ada. Terjadi timbunan / galian hanya kalau ada pelebaran. Bobot pekerjaan ada di
pekerjaan perkerasan / aspal. Pekerjaan galian dan timbunan yang besar terdapat pada pekerjaan
pembuatan jalan baru. Bobot pekerjaan pada galian dan timbunan bisa mencapai 60% - 70% untuk
jalan tol
31

Anda mungkin juga menyukai