dalam
Perusahaan Manufaktur
Wahyudi, S.Pd
SMK Kelas XII Akuntansi Keuangan dan Lembaga
Tahun 2023
Laporan Keuangan
Perusahaan Manufaktur
Laporan Keuangan
Merupakan alat untuk mengukur seberapa
optimal strategi perusahaan dalam
mendapatkan Laba atau Rugi yang telah
dilakukan dalam satu periode dan menentukan
strategi untuk di masa depan perusahaan
Laporan Keuangan
Perusahaan Manufaktur
1. Biaya Overhead Pabrik PerDepartemen Penyusunan Anggaran BOP Per Departemen dan Alokasi BOP
Departemen Pembantu ke Departemen Produksi
2. BOP Sesungguhnya dengan Metode Harga Pokok Perhitungan BOP dengan Metode Harga Pokok Pesanan dan Mencatat
Pesanan Selisih BOP
3. Perhitungan Harga Pokok Produk Satu Perhitungan Unit Ekuivalen Produk yang dihasilkan, Perhitungan
Departemen Produksi dengan Metode Harga harga pokok tiap unit produk yang dihasilkan, dan Pencatatan Biaya
Pokok Proses Tanpa Persediaan dalam Proses Produksi
4. Perhitungan Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok Rata-Rata dan First In First Out (FIFO)
Persediaan Barang dalam Proses Pada Awal
Periode
5. Penyusunan Laporan Harga Pokok Pesanan dan Metode Harga Pokok Pesanan dan Metode Harga Pokok Proses
Harga Pokok Produksi
6. Laporan Laba Rugi dan Neraca Laporan Laba Rugi dan Neraca
1. BOP Per
Departemen
1. Penyusunan Anggaran BOP Per Departemen • Penaksiran BOP Langsung departemen atas dasar kapasitas tahun
anggaran (Gaji Mandor Departeemen Produksi, Biaya Depresiasi
Mesin, dll
2. Mencatat Selisih BOP • Selisih BOP dapat dibebankan kepada akun harga
pokok penjualan atau ikhtisar laba rugi
2.1.a. Penetapan Tarif Biaya BOP
Biaya Bahan Baku (BBB)
Contoh Soal:
Dalam tiga Periode Produksi Normal Rata-rata Rp 30.000.000, Sementara rata-rata pemakaian BOP
yang sesungguhnya pada periode saat ini Rp 40.000.000, Dari data Tersebut BOP yang dibebankan
Produk:
X 100% = 75%
Rp 30.000.000
Rp 40.000.000
Apabila dalam Pelaksanaan Produksi harga pokok bahan baku yang digunakan suatu produk pesanan
sebsar Rp 20.000.000, 75%
maka BOP
x Rp yang dibebankan
20.000.000 kepada produk tersebut adalah:
= Rp 15.000.000
2.1.b. Penetapan Tarif Biaya BOP
Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
Contoh Soal:
Dalam Kegiatan Produksi normal rata-rata pemakaian BTKL untuk satu periode sebesar Rp
60.000.000, sementara untuk bBOP Sesungguhnya pada periode-periode saat ini menunjukan rata-rata
Rp 30.000.000, Maka BOP yang dibebankan terhadap Produk:
Rp 30.000.000
X 100% = 50%
Rp 60.000.000
Apabila dalam Produksi BTKL untuk menyelesaikan produk Nomer 001 berjumlah Rp 20.000.000,
Maka BOP yang dibebankan ke Produk Pesanan:
50% x Rp 20.000.000 = Rp 10.000.000
2.1.c. Penetapan Tarif Biaya BOP
Jam Kerja Langsung (JKL)
Contoh Soal:
Dalam Kegiatan Produksi normal rata-rata JKL digunakan 20.000 Jam, Sementara rata-rata BOP yang
sesungguhnya pada periode saat ini Rp 15.000.000. Maka BOP yang dibebankan terhadap produk:
Rp 15.000.000
Tarif BOP Per JKL= = Rp 750
20.000
Apabila dalam Produksi BTKL untuk menyelesaikan produk Nomer 001 digunakan tenaga kerja
langsung 10.000 Jam, Maka BOP yang dibebankan ke Produk Pesanan:
10.000 x Rp 750.000 = Rp 7.500.000
2.1.a. Pencatatan BOP-
Mencatat BOP Sesungguhnya
BOP Sesungguhnya dicatat pada debit akun-akun yan terkait pada saat terjadi
atau pada saat Pengakuan, Contoh:
Jurnal Umum
Tanggal No. Bukti Akun No. Debit Kredit
Akun
Produk jadi yang selesai diproses Produk dalam Proses Akhir Periode
Unit Ekuivalen Biaya Bahan
Baku
CONTOH:
Data Produksi Perusahaan Manufaktur Tahun 2019 pada jumlah produk masuk proses dalam
bulan Agustus sebanyak 12.000 unit, sedangkan Jumlah Produk selesai diproses sebanyak
10.000 unit, barang akhir prosr bulan agustus untuk tingkat penyelesaian BBB 100% dan
Biaya Konversi 50%,, Sebanyak 2.000 Unit. Maka Unit Ekuivalennya yaitu:
CONTOH:
1. Dari data BBB untuk BTK pada produk jadi yang selesai diproses 10.000 unit sudah
mencapai keseluruhan 100%, sehingga biaya BTK ini sama dengan 100% x 10.000 unit =
10.000 unit
(Sudah diketahui untuk Biaya Tenaga Kerja pada Produk Jadi selesai diproses)
2. Dan untuk Produk dalam Proses Akhir Periode sebanyak 2.000 unit dan dikenakan Biaya
Konversi 50% untuk hasil produk jadi, Maka Perhitungan Unit Ekuivalennya:
Produk Jadi selesai diproses + (Biaya Konversi x Produk dalam Proses Akhir Periode)
= 10.000 unit + (50% x 2000 Unit) = 11.000 unit
3.1.c. Perhitungan unit ekuivalen
produk
CONTOH: yang dihasilkan pada BOP
1. Dari data BBB untuk BTK pada produk jadi yang selesai diproses 10.000 unit sudah
mencapai keseluruhan 100%, sehingga biaya BTK ini sama dengan 100% x 10.000 unit =
10.000 unit
(Sudah diketahui untuk Biaya Tenaga Kerja pada Produk Jadi selesai diproses)
Karena Biaya Konversi 50% untuk hasil produk jadi, Maka Perhitungan Unit Ekuivalennya:
Produk Jadi selesai diproses + (Biaya Konversi x Produk dalam Proses Akhir Periode)
= 10.000 unit + (50% x 2000 Unit) = 11.000 unit
3.2 Perhitungan Harga Pokok Tiap
unit Produk yang dihasilkan
Jawaban:
Diketahui BBB dan Pembantu sebesar Rp 90.000.000 dapat menghasilkan Produk
Selesai sebanyak 13.000 Unit dan Produk dalam Proses akhir periode dengan
persentase 100% x 2000 unit. Sehingga Unit Ekuivalen Produk yang dihasilkan
15.000 unit. Maka untuk perhitungan BBB dan Pembantu tiap unit yaitu:
Jawaban:
Diketahui BTK sebesar Rp 28.000.000 dapat menghasilkan Produk Selesai
sebanyak 13.000 Unit dan Produk dalam Proses akhir periode dengan persentase
50% x 2000 unit dengan total 1000 unit. Sehingga Unit Ekuivalen Produk yang
dihasilkan 14.000 unit. Maka untuk perhitungan BTK dan Pembantu tiap unit
yaitu:
= Rp 2.000
Rp. 28.000.000
14.000
3.2.c. BOP
Jawaban:
Diketahui BOP sebesar Rp 21.000.000 dapat menghasilkan Produk Selesai
sebanyak 13.000 Unit dan Produk dalam Proses akhir periode dengan persentase
50% x 2000 unit. dengan total sebanyak 1.000 unit. Sehingga Unit Ekuivalen
Produk yang dihasilkan 14.000 unit. Maka untuk perhitungan BOP tiap unit yaitu:
Rp 21.000.000 = Rp 1.500
14.000
3.3 Pencatatan Biaya Produksi
• Jurnal Akun BBB dan Pembantu
BDP- BBB Rp 90.000.0000
Persediaan BBB dan Pembantu Rp 90.000.0000
• Jurnal BOP
BDP- BOP Rp 21.000.0000
Akun-akun yang kredit Rp 21.000.0000
3.3 Pencatatan Biaya Produksi
• Jurnal Akun harga produk selesai, contoh:
Penghitungan Biaya:
BBB dan Pembantu 13.000 x Rp 6.000 = Rp 78.000.000
BTK 13.000 x Rp 2.000 = Rp 26.000.000
BOP 13.000 x Rp1.500 = Rp 19.500.000
Jumlah Rp 123.000.000
• Jurnal:
Persediaan Produk Jadi Rp 123.000.000
BDP- BBB dan Pembantu Rp 78.000.000
BDP- BTK Rp 26.000.000
BDP-BOP Rp 19.500.000
3.3 Pencatatan Biaya Produksi
• Jurnal untuk mencatat harga pokok barang dalam proses akhir periode:
Persediaan barang dalam proses Rp 15.500.000
BDP- BBB dan Pembantu Rp 12.000.000
BDP- BTK Rp 2.000.000
BDP-BOP Rp 1.500.000
4. Perhitungan Harga Pokok Proses
dengan Persediaan Barang dalam
Proses Pada Awal Periode
Departemen Produksi
= Rp 5.000
Perhitungan Biaya Produksi
Harga Pokok Produk Selesai = Jumlah Produk selesai diproses x HPR tiap Unit
20.000 X Rp 5.000 = Rp
100.000.000
#Jurnalnya:
Persediaan Produk Jadi Rp 100.000.000
BDP- BBB Rp 44.000.000
BDP- BTK Rp 36.000.000
BDP- BOP Rp 20.000.000
Jurnal Pencatatan HDP Akhir
Jurnalnya:
Periode
Persediaan Barang Dalam Proses Rp 18.000.000
BDP- BBB Rp 11.000.000
BDP- BTK Rp
4.500.000
BDP- BOP Rp 2.500.000
4.1.a. Contoh Soal HPR - 2
1. PerhitunganDepartememen
HPP Departemen 1&2
a) Perhitungan Dep 1
Jumlah Satuan Harga Pokok Dep 1
Produk diterima dari Dep 1 Bulan Agt 2022 11.000 Unit Rp 75.000.000
HPR Dep 1:
HPR = 91.000.000 = Rp 6.500
14.000
b) Perhitungan Dep 2
Jenis Produk yang dihasilkan Per Biaya BDP Biaya Produksi Biaya Produksi Rata-rata
Biaya Unit Awal Periode yang ditambah (HPR) yang ditambahkan
Bulan Agt
2) Produk dalam proses akhir periode sebanyak 1.000 unit dengan tingkat penyelesaian 100% dan Biaya Konversi 60%
Perhitungan:
Unit Ekuivalen - BBB : 100% X 1.000 Unit = 1.000 unit
Unit Ekuivalen - BTK : 60% X 1.000 Unit = 600 unit
Unit Ekuivalen - BOP : 60% X 1.000 Unit = 600 unit
Perhitungan Unit Ekuivalen Produk yang
dihasilkan
Perhitungan Unit Ekuivalen Produk yang dihasilkan sebagai berikut:
a) Unit EkuivalenProduk yang dihasilkan BBB:
11.000 unit x (0% x 2.000 unit) + (100% X 1.000) unit = 12.000 unit
- HPP yang berasal dari Departemen II Pada Bulan Oktober, 10.000 Unit
(12.000 - 2.000 unit)
10.000 x (Rp 5.200 + Rp 2.200) Rp 74.000.000
HPP Selesai di Departemen II Rp 88.240.000
HPP dalam Proses akhir periode (4.000
Unit)
- Harga Pokok yang dibawa dari Departemen I
4.000 x Rp 5.200 Rp 20.800.000
Tanggal Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
BBB - Rp 7.000.000 -
BTK - Rp 2.000.000 -
BOP - Rp 3.000.000 -
Jumlah - Rp 12.000.000 -
Tanggal Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
BBB - Rp 5.000.000 -
BTK - Rp 2.000.000 -
BOP - Rp 3.000.000 -
Jumlah - Rp 10.000.000 -
Data Produksi:
Jumlah Produk masuk proses 2.200 unit
Jumlah Produk Selesai 1.500 Unit
Persediaan BDP Akhir 700 Unit
2.200 Unit
Biaya yang dibebankan:
Penghasilan:
Penjualan Rp 930.790.000
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan Produk jadi awal periode Rp 57.000.000
Harga pokok produksi tahun 2022 Rp 641.000.000
Produk tersedia untuk dijual Rp 698.900.000
Persediaan produk jadi akhir periode (Rp 45.000.000)
Harga Pokok Penjualan (Rp 653.900.000)
Laba Kotor Penjualan Rp 276.890.000
Beban Usaha
Beban gaji bagia penjualan Rp 75.000.000
Beban Penjualan lain-lain Rp 35.000.000
Beban gaji bagian Administrasi umum Rp 25.000.000
Beban administrasi umum lain-lain Rp 18.500.000
Total Beban Usaha (Rp 153.500.000)
Laba Bersih Rp 123.390.000
Contoh Laporan Laba
PT Rugi
KARTINI
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode yang berakhir 31 Desember 2022
Penghasilan:
Penjualan Rp 1.647.900.000
Harga Pokok Penjualan (Rp 1.100.000.000)
Laba Kotor Penjualan Rp 547.900.000
Beban Usaha
Beban gaji bagia penjualan Rp 70.200.000
Beban Penjualan lain-lain Rp 35.000.000
Beban gaji bagian Administrasi umum Rp 34.000.000
Beban administrasi umum lain-lain Rp 22.230.000
Total Beban Usaha (Rp 161.430.000)
Laba Bersih Rp 386.470.000
Pendapatan dan Beban diluar Usaha
Pendapatan Bunga Rp 10.000.000
Beban Bunga (Rp 12.800.000) (Rp 2.800.000)
Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 383.670.000
Pajak (Rp 12.170.000)
Laba Bersih Setelah Pajak Rp 371.500.000
NERACA