Gelaja klinis
Bengkak
Kemerah-merahan,
Perih dan nyeri pada lesi
Pada saraf,sering disertai kehilangan fungsi
Diagnosis dan Reaksi Kusta
Reaksi kusta
Tipe 1 Hipersensitifitas Seluler
Menyertai perubahan dalam tingkat kekebalan seluler
Penyakitnya mengalami pergeseran yang bersesuaian
sepanjang spektrum (reversal ataupun downgrading)
Kerusakan
Jaringan
Sitokin
Makrofag atau
sel Tc
• Reversalterjadi secara spontan
• Pada lepra BT subpolar Downgradingterjadi secara
• Sering setelah ↓basil →pengobatan spontan pada pasien yang tidak
• Kekebalan seluler↑ penyembuhan diobati & pasien yg pengobatannya
• ↓ untk mengalami kekambuhan
terputus krn suatu alasan
• Indeks bakterial ↓
Kehilangan CMI↓yang cepat
• Penyakit pasien bergeser dari
Indeks bakterial penyakit pasien
• BL/BB ke BTtes lepromin (+)
• Hipersensitifitas ↑ reaksi thd
bergeser dari BT spektrum dan tes
• antigen yang dilepas basil yg lepromin (-) Hipersensitifitas
• terbunuh seluler ↑ sekresi antigen basil yg
menggandakan diri ↑
•
Khas : warna keunguan, tapi bisa
juga sewarna kulit
Respon
inflamasi
Kompleks imun
Brd di ekstravaskuler
Sirkulasi darah
Mengendap diberbagai
organ t’utama pada lokasi
yg >> M. leprae
Imunologi
• Hipersensitivitas tipe III
Reaksi berat
• Reaksi ringan •Reaksi tipe 1
• aspirin → 600 – 1200mg/ 4jam prednison/ prednisolon 40- 80mg
• Klorokuin→ 3 x 150 mg /hari dosis tunggal →↓ 5-10mg
• Kombinasi aspirin + klorokuin→ setiap 2/4 minggu → 10 mg kelang
satu hari
lebih baik→ dosis diturunkan bila
tipe BT → 2-6 bulan
ada perbaikan tanda dan gejala
tipe BL → 9 bulan
• Antimonial→ stibofen (8,5mg •Reaksi tipe 2
antimonial per 2ml)→ IM sekali prednison 20-40mg/hari
dalam 2 hari → total dosis < 30ml thalidomid→ obat pilihan
• Talidomid→ reaksi tipe 2→ neuritis Klofazimin→ pada pasien
dan iridosiklitis→ 400mg→ reaksi dengan pemakaian kortikosteroid
terkontrol →↓ 50mg yang tdk bsa dihentikan
Fenomena lucio→ terapi rifampisin
steroid
talidomid dan klofazimin
tidak efektif
Relaps Kusta
Timbulnya tanda dan gejala kusta pada pasien yng telah
menyelesaikan pengobatan yang adekuat, baik selama
pengawasan ataupun setelahnya
Relaps dini
Timbul akibat Relaps lambat
pengobatan yg tidak Timbul akibat adanya
adekuat atau kuman yg persisten
kemampuan obat yg dan mutan resisten
buruk dlm
>5 thn setelah RFT
membunuh M.
leprae
Etiopatogenesis
o gangguan fungsi makrofag utk memusnahkan
kuman yang didapat secara genetik
o akibat ketidakmampuan obat memusnahkan M.
Leprae persisten / resisten
Faktor yang mempengaruhi relaps
• Jenis Kelamin
• Tipe Kusta Awal
• Indeks bakteri awal
• Indeks bakteri saat penghentian fixed duration MDT
• Pengobatan MDT
• Monoterapi dapson sebelum MDT
• Pengobatan kortikosteroid
• Kehamilan
• Kemiskinan
• Imunoterapi
Manifestasi klinis
• lesi kulit makulo-papular, plak dan nodus
• Inflitrat sebelumnya menghilang→ lesi baru meluas, menebal,
eritematosa
• Penebalan dan kekakuan saraf
• Adanya saraf baru yg terkena
• Kusta tipe MB→ histoid.
Kriteria Diagnosis Menurut WHO
• Peningkatan Indeks bakteri ≥ 2 positif
• Perburukan klinis→ bercak, nodus, kerusakan saraf baru
• Peneliti lain→ infiltrat spesifik dengan BTA (+), BTA (+)
pada lesi yang sebelumnya (-) atau (+) pada lesi baru,
perluasan lesi lama < 6 bln pasca pengobatan MDT
Pemeriksaan Penunjang
Bakteriologi
• WHO : multiplikasi M Leprae→ peningkatan IB ≥ 2+ disertai perburukan
klinis
Histopatologi:
Relaps kusta MB → makrofag aktf baru berbentuk spindle berkelompok,BTA
utuh diantara BTA granular dan debris kuman, adneksa kulit atrofi
Relaps kusta PB → granuloma berupa kelompok kecil limfosit,sel epiteloid,
sel dantia langerhans
Serologi
Enzyme linked immuno- sorbent Assay (ELISA) → deteksi antibody IgM
terhadap PGL- 1 M. Leprae
Inokulasi pada telapak kaki mencit Food atau mouse food pads (MFP)
Terima kasih
TERIMA KASIH