Anda di halaman 1dari 41

DIAGNOSIS & TATA LAKSANA

PASIEN KUSTA
dr Eka Komarasari, Sp.KK, FINSDV
Kusta

 Penyakit menular kronis, mengenai saraf tepi, kulit, mata,


dan organ lain.
 Penyebab: Mycobacterium leprae  bakteri berbentuk
basil, tahan asam dan alcohol, obligat intrasel, membelah
diri 12 – 21 hari.
 Dapat diisolasi dan diinokulasi, tetapi tidak dapat dibiakkan
 Menular melalui kontak langsung dan droplet infection
 Rerata masa inkubasi 3 – 5 tahun
 Mengenai semua usia, terbanyak 25 – 35 tahun
 Terutama daerah tropis dan subtropik
 Sosial ekonomi rendah
2
Prevalensi & kasus baru tahun 1970-2011

3
 Tahun 2013 ada 16.825 kasus kusta baru
di Indonesia

 Peringkat ke-3 dunia dengan kasus baru


kusta terbanyak setelah India (134.752)
dan Brasil (33.303). (Kemenkes RI)

4
Diagnosis kusta

 Gejala klinis menyerupai penyakit lain


 Tanda utama:
1. Lesi kulit disertai gangguan sensibilitas
2. Pembesaran saraf tepi disertai gangguan
fungsinya
3. Basil tahan asam pada pemeriksaan
kerokan kulit

5
Pembagian tipe kusta menurut WHO (1995)

6
TT
• Makula saja atau dibatasi infiltrat
• Satu atau beberapa
• Asimetris, batas tegas, kering bersisik
• Anestesi jelas
• BTA negatif

BT
menurut Ridley Jopling
Pembagian tipe kusta

• Makula dibatasi infiltrat


• Satu atau beberapa, kadang lesi satelit
• Asimetris, batas tegas, kering bersisik
• Anestesi jelas
• BTA negatif atau 1+

BB
• Plak, punch out
• Jumlah dapat dihitung
• Asimetris, batas tegas, permukaan agak kasar
• Anestesi masih jelas
• BTA biasanya +
7
BL
• Makula, plak, papul
• Jumlah sukar dihitung, masih ada kulit sehat
• Hampir simetris, batas agak difus
• Anestesi tidak jelas
• BTA positif

LL
• Makula, infiltrat difus, papul, nodus
• Jumlah tidak terhitung, tidak ada kulit sehat
• Simetris, batas difus, permukaan halus berkilat
• Anestesi tidak ada
• BTA positif

8
Pemeriksaan sensibilitas

9
Diagnosis kusta

 Pemeriksaan penunjang
 Kerokan kulit √
 Biopsi √
 Tes lepromin
 Serologi: ELISA. MLPA, ML- Dipstick
 PCR

10
Diagnosis banding

 Pitiriasis versikolor
 Pitiriasis alba
 Vitiligo
 Hipopigmentasi pasca inflamasi
 Psoriasis
 Dermatitis
 Erupsi obat alergi

11
Diagnosis banding

 Eritema nodosum
 Ulkus neuropatik diabetik
 Ulkus stasis
 Vaskulitis

12
Klinis pasien kusta

13
Klinis pasien kusta

14
Kllinis pasien kusta

15
Klinis pasien kusta

16
Diagnosis banding

17
Diagnosis banding

18
TATA LAKSANA

Multidrug therapy (MDT) menurut


WHO, 1998
PB: 6 dosis yang diselesaikan dalam 6 – 9
bulan
 Rifampisin 600 mg/bulan
 DDS 100 mg/hari

MB: 12 dosis yang diselesaikan dalam 12 –


18 bulan
 Rifampisin 600 mg/bulan
 DDS 100 mg/hari
 Klofazimin 300 mg/bulan,
dilanjutkan 50 mg/hari

19
TATA LAKSANA

 Untuk anak berusia > 10 th, diberikan setengah dosis


dewasa.
 Bila < 10 th, disesuaikan dengan berat badan.
 Obat pilihan lain:
o PB: lesi tunggal, diberikan kombinasi Rifampisin (R) 600
mg, Ofloksasin (O) 400 mg dan Minocin (M) 100 mg,
dosis tunggal
o PB: 2-5 lesi; kombinasi ROM diberikan 1x/bulan selama
6 bulan

20
Reaksi Kusta

 Reaksi reversal
 Reaksi ENL
 Fenomena lucio

21
Reaksi kusta

 Terjadi akibat perubahan respon imunitas humoral


atau selular pasien
 Sebelum, selama, atau sesudah pengobatan
 Terjadi secara akut
 Reaksi tipe-1 (reaksi reversal) karena peningkatan
respon imunitas selular
 Reaksi tipe-2 (eritema nodosum leprosum) karena
perubahan respon imunitas humoral

22
Sebelum RR Saat mengalami RR

23
ENL

24
Neuritis
Peradangan pada saraf tepi akibat
invasi M.leprae dan/atau respon
imunologik tubuh terhadap M.leprae
(pada RR atau ENL).

25
Penanganan reaksi

 Simptomatik
 MDT lanjut
 Daya tahan tubuh
 Obat anti reaksi
(kortikosteroid, klofazimin, pentoksifilin,
talidomid)
 Faktor pencetus

26
Cacat Kusta
Sensorik Otonom Motorik
Cacat primer:
kerusakan pada saraf Anestesi Anhidrosis Paralisis
tepi

Fisura Salah guna/


Cedera tidak
digunakan
Cacat sekunder akibat
lanjut cacat primer
kontraktur
Infeksi Ulserasi
Deformitas sendi
sekunder

Selulitis Sikatriks Distorsi

Osteomielitis Deformitas dan Tekanan


disabilitas abnormal

Kehilangan jaringan Ulserasi


berulang
27
Perawatan diri

memeriksa melindungi merawat

28
Indikasi rujukan

 Menegakkan diagnosis
 Reaksi kusta berat
 Alergi MDT
 Dengan komplikasi penyakit lain
 Kemungkinan resistensi obat MDT
 Memerlukan tindakan bedah
 Memerlukan rehabilitasi medik atau karya

29
Tindakan bedah

 debridemant
 amputasi
 skin graft
 Tarsoplasti
 penanganan claw hand
 drop foot

30
Rehabilitasi

 Rehabilitasi medik
Fisioterapi, okupasi terapi, protesa, psikologi
 Rehabilitasi sosial dan karya

31
Apa yang harus dilakukan bila seseorang didiagnosis
kusta?

1. Segera diobati di puskemas, poliklinik kantor, RS


2. Tidak perlu diisolasi / diberhentikan / cuti sakit,
kecuali sedang mengalami reaksi kusta berat.
3. Bila cacat, pekerjaan disesuaikan dengan
disabilitasnya
4. Kenali dan waspada gejala neuritis, untuk mencegah
cacat kusta

32
Contoh Kasus kusta

Kasus 1

Laki laki 24 tahun dengan baal di telapak kaki


kiri sejak 1 tahun yang lalu. Sebelumnya ada
bercak putih di betis, baal, sudah diobati
dengan obat panu tidak membaik

33
Kasus 2

Seorang wanita, 26 tahun, saat ini sedang


pengobatan MDT MB ke 3. Pasien saat ini
sedang hamil 1 bulan, anak pertama. Sejak 1
minggu yang lalu timbul benjol benjol di
kedua lengan dan tungkai, nyeri. Badan
demam, nyeri sendi, mual dan intake kurang

34
Kasus 3

Pasien, anak 4 tahun dengan keluhan bercak


putih di pipi. Baal (?). Ayah pasien saat ini
sedang dalam pengobatan kusta di puskesmas

35
Kasus 4

Wanita, 35 tahun, dengan keluhan benjol


benjol di lengan dan tungkai. Sudah diterapi
dengan prednison, tetapi bila dosis diturunkan
menjadi 3 tablet, benjol benjol muncul
kembali. Saat ini pasien juga mengeluhkan
muka bertambah bulat, timbul garis garis di
perut, dan pandangan menjadi berkabut

36
Kasus 5

 Laki laki, 40 tahun, dengan keluhan luka di kaki


yang tidak sembuh sembuh. Luka bertambah
lebar, nyeri, dan terdapat pus. Pasien minum
obat kusta selama 1 tahun, dinyatakan selesai
pengobatan 2 tahun yang lalu.
 Jari kelingking dan jari manis tangan kanan
pasien membengkok dan kaku sejak 2 tahun
yang lalu.
 Pasien diberhentikan dari kerjanya sebagai
tenaga administrasi karena kondisi tersebut
37
Kasus 6

 Seorang wanita, 35 tahun didiagnosis MH MB di


puskesmas. Pasien sedang minum MDT MB ke-2;
saat ini keluhan mual, muntah, mata terlihat
kuning, dan terdapat lepuh di beberapa tempat.
 Pada pemeriksaan fisik terdapat erosi, bula di
lengan, perut, punggung, tungkai. Sklera ikterik,
erosi dan ekskoriasi bibir.
 Pada pemeriksaan laboratorium terdapat
peningkatan OT/PT , leukositosis, dan eosinofilia

38
Tujuan tatalaksana kusta

 Penanganan komprehensif
 Diagnosis tepat dan cepat
 Pengobatan adekuat
 Monitoring efek samping obat
 Pencegahan kecacatan
 Kualitas hidup yang optimal

39
Kesimpulan

 Penanganan kusta komprehensif


 Kerja sama antar institusi kesehatan
 Penanganan OYPMK

40
terima kasih
Terima kasih
Jalan jalan ke kebayoran
jangan lupa beli mangga
nyok teman teman
tangani kusta bersama sama

41

Anda mungkin juga menyukai