Anda di halaman 1dari 56

ETIK LEGAL

KEPERAWATAN
KRITIS
Insert or Drag and Drop your Image

Emilia Khairani Majid.,S.Kep,Ners.,M.K.M


Pelatihan Menajemen Keperawatan Intensif
Dasar
Emilia Khairani Majid.

no Pendidikan
no ORGANISASI
1. Akper Depkes RI Medan Thn 1986 1. Ketua Hipercci SUMUT 2018-2023
2. SI Kep STIKES YBS Tahun 2006 2. Pengurus DPK PPNI RSUP.H Adam Malik 2019-2024
3. Magister Manajemen Rumah Sakit STIKES 4 Pengurus HPMI SUMUT 2014 - 2019
Helvetia 2021
5 Pengurus INKAVIN SUMUT 2019 - 2024

Jens Martensson
no RIWAYAT PEKERJAAN
1. Perawat Pelaksana ICU 1991- 1996

2 Kepala Ruangan ICU Pasca Bedah – ICU Bedah Jantung 1996-


2005 Kontak :
3 Kepala Pokja Inst Perawatan Intensif 2005-2010 amymajid907@yahoo.com
4. Wakil.Kepala .Inst.Anestesi dan Terapi intensif 2010-2012 HP. 081362297998
5. Kepala seksi Keperawatan rawat Khusus 2012-2014
6. Wakil Kepala Inst. Pusat Jantung Terpadu 2014 – 2018
7. Koordinator Mutu dan Pelayanan Inst Pusat Jantung Terpadu
2018-2021
8 Wakil Kepala Instalasi Rawat Inap Intensif Mei 2021 -
sekarang
9 SURVEIOR DAN PEMBIMBING AKREDITASI RUMAH
SAKIT KARS 2017
10 SURVEIOR AKREDITASI RUMAH SAKIT KEMKES 2022
Pendahuluan

Dalam keperawatan kode etik tersebut

Jens Martensson
Kode etik merupakan persyaratan bertujuan sebagai
profesi yang memberikan penghubung antara perawat dengan tenaga
penentuan dalam mempertahankan medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya,
dan meningkatkan standar profesi sehingga tercipta kolaborasi yang
maksimal

3
Bertens.K, 2000), Etika adalah ilmu tentang yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan
(Fry, 1994), Etika Keperawatan adalah suatu ungkapan tentang bagaimana

Jens Martensson
perawat wajib bertingkah laku dengan merujuk pada standar etik yang
menentukan dan menuntun perawat dalam praktik sehari-hari (jujur
terhadap pasien menghargai pasien atas hak - hak yang dirahasiakannya
dan beradvokasi atas nama psien

4
KONSEP ETIK DALAM KEPERAWATAN
PENGERTIAN ETIK
❖ Etik sendiri berarti kebiasaan atau budaya.
❖ Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang

Jens Martensson
artinya adat istiadat, kebiasaan.
❖ Etika diartikan sebagai kebiasaan yang baik atau tata
cara hidup yang baik.
❖ Etik mengacu pada metode yang membantu orang
dalam memahami moralitas perilaku manusia.
❖ Etik juga merupakan cara pandang terhadap prilaku manusia,
standar prilaku dan keyakinan
Undang – undang Nomor 38 tahun 2014 Tentang Keperawatan

PASAL Memberikan pelayanan Keperawatan sesuai dengan Kode Etik, standar

Jens Martensson
37 pelayanan Keperawatan, standar profesi, Standar prosedur Operasional
dan ketentuan peraturan perundang-undangan

6
 Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalamm
mepertahankan dan meningkatkan standar pofesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung
jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh professi (Kelly, 1987).

Jens Martensson
• Dalam keperawatan kode etik bertujuan sebagai penghubung antara perawat dengan
tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang
maksimal.

7
Maksud dan Tujuan aspek etik dalam
Keperawatan Intensif

Tujuan Kode Etik Keperawatan adalah (Kozier. Erb. 1990)


1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat,

Jens Martensson
pasien dan anggota tenaga kesehatan lainnya.
2. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat
yang melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu
perawat yang tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil
3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasi lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik
keperawatan professional.
4. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional

8
PERTANYAAN ETIK
• Apakah
perbedaan Etik

Jens Martensson
dan Hukum dan
hubungannya
dalam
keperawatan ?
Perbedaan etik dan hukum
Etik Hukum
1. Berlaku untuk lingkungan 1. Berlaku untuk umum.
profesi

Jens Martensson
2. Disusun berdasarkan 2. Disusun oleh badan
kesepakatan anggota pemerintah.
profesi.
3. Penyelesaian 3. Penyelesaian pelanggaran
pelanggaran etik
hukum memerlukan bukti
tidak selalu disertai
fisik.
bukti fisik
Jens Martensson
Prinsip Moral dalam Praktek Keperawatan
Johnstone, 1989, Baird et,at 1991, PPNI 2010

1. Autonomi (Otonomi)/ Respek.


2. Beneficience (Berbuat Baik)
3. Justice (Keadilan)
4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Jens Martensson
5. Veracity (Kejujuran)
6. Avoiding Killing/ Non Maleficience (Tidak merugikan)
7. Fidelity (Menepati janji)
8. Akuntabilitas

12
Otonomi

Yaitu menghormati keputusan pasien untuk menentukan


nasibnya,dalam hal ini setiap keputusan medis ataupun

Jens Martensson
keperawatan harus memperoleh persetujuan dari pasien atau
keluarga terdekat

.
Beneficence (kemurahan hati)

Yaitu keharusan untuk berbuat baik


kepada pasien, setiap tindakan medis

Jens Martensson
dan keperawatan harus ditujukan untuk
kebaikan pasien. Berarti melakukan yang
baik yaitu mengimplementasikan
tindakan yang menguntungkan pasien
dan keluarga.
Justice (Keadilan)

Yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus


bersifat adil, dokter dan perawat harus menggunakan rasa

Jens Martensson
keadilan apabila akan melakukan tindakan kepada pasien
Veracity (Kejujuran)

Prinsip ini berkaitan dengan


kewajiban perawat untuk

Jens Martensson
mengatakan suatu kebenaran,
tidak berbohong atau menipu
orang lain.
Non-Maleficence(tidak merugikan)

• Yaitu keharusan untuk menghindari


berbuat yang merugikan pasien,

Jens Martensson
setiap tindakan medis dan
keperawatan tidak boleh
memperburuk keadaan pasien.
Non maleficience (tidak merugikan)

• Contoh:
Ketika ada pasien yang menyatakan kepada
dokter secara tertulis menolak pemberian

Jens Martensson
transfusi darah dan ketika itu penyakit
perdarahan (melena) membuat keadaan
klien semakin memburuk dan dokter harus
mengistrusikan pemberian transfusi darah.
Akhirnya transfusi darah diberikan karena
tindakan tersebut tidak merugikan pasien
Confidentiality (Kerahasiaan)
Pasien harus dapat menerima bahwa
informasi yang diberikan kepada

Jens Martensson
tenaga profesional kesehatan akan
dihargai dan tidak disampaikan/
diberbagikan kepada pihak lain
secara tidak tepat.
Fidelity (Kesetiaan)

Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban


untuk selalu setia pada kesepakatan dan

Jens Martensson
tanggung jawab yang telah dibuat .
Berarti setia terhadap kesepakatan dan
tanggung jawab yang dimiliki oleh
seseorang pemerintah dan masyarakat
Fidelity (Kesetiaan)

Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban


untuk selalu setia pada kesepakatan dan

Jens Martensson
tanggung jawab yang telah dibuat .
Berarti setia terhadap kesepakatan dan
tanggung jawab yang dimiliki oleh
seseorang pemerintah dan masyarakat
Contoh Fidelity
• Seorang perawat tidak menceritakan
penyakit pada orang yang tidak
berkepentingan, atau media lain baik

Jens Martensson
diagnosa medisnya (Carsinoma,DM) maupun
diagnosa
keperawatannya (Gangguan pertukaran
gas,defisit nutrisi)
Akuntabilitas

Dalam pelayanan kesehatan


petugas dalam hal ini dokter dan

Jens Martensson
perawat tidak boleh membeda-
bedakan pasien dari status sosialnya,
tetapi melihat dari penting atau
tidaknya pemberian tindakan tersebut
pada pasien
INFORMED CONSENT

Informed consent adalah pernyataan sepihak


dari orang yang berhak (pasien, keluarga atau
walinya) yang isinya berupa ijin atau persetujuan

Jens Martensson
kepada dokter untuk melakukan tindakan medis
sesudah orang yang berhak tersebut diberi
informasi secukupnya.
•Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 290 / MENKES / PER / IX
/2008 tentang Persetujuan Tindakan Medis.
Informed Consent
Adalah suatu proses komunikasi yang efektif secara
dokter dan pasien dan bertemunya pemikiran tentang apa
yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap
pasien. Informed Consent perlu diberikan karena tidak

Jens Martensson
semua kejadian dalam pengobatan berlangsung seperti
diharapkan tidak ada kepastian dan jaminan yang pasti
dalam ilmu kedokteran karena setiap kasus bagaikan teori
permutasi kombinasi.

25
3ELEMEN INFORMED
CONSENT
1. Threshold Element (permulaan)
Elemen ini sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu
pemberi consent haruslah seseorang yang

Jens Martensson
kompeten (mampu)

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar
2. Information Elements
Kewajiban memberikan informasi,
Keputusan hrs didasarkan atas nilai2

Jens Martensson
yg dianut oleh px scr pribadi ,
Merupakan hasil kompromi, Elemen ini
terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure
(pengungkapan) dan understanding
(pemahaman).
3. Consent Elements (Persetujuan)
Kesukarelaan mengharuskan tidak a da
tipuan, ataupun paksaan. Pasien juga
harus bebas dari ”tekanan” y a ng
dilakukan tenaga medis yang bersikap

Jens Martensson
seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila
tidak menyetujui tawarannya.
Informasi yang harus diberikan sebelum
tindakan operasi :

❖Diagnosa atau tata cara tindakan kedokteran


❖Tujuan tindakan kedokteran dilakukan

Jens Martensson
❖Risiko apa yang melekat pada tindakan tsb
❖Alternatif tindakan lain dan risikonya.
❖Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
❖Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
UU RI NO 38/2014 Ttg Keperawatan
Pasal 35
(1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan
pertama, Perawat dapat melakukan tindakan medis
pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.
(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.

Jens Martensson
(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan
Klien.
(4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar
UU No 36 tahun 2009 ttg
Kesehatan
• Pasal 190 ayat (1) yang memberi ancaman
pidana penjara atau denda terhadap
pimpinan dan/atau tenaga kesehatan yang

Jens Martensson
dengan sengaja tidak memberikan
pertolongan pertama terhadap pasien dalam
keadaan darurat, maka menjadi persoalan
konstitusionalitas.

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
Masalah yang ditemukan dalam proses
informed consent

1. Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan


terlalu teknis
2. Perilaku dokter yang terburu-buru atau tidak

Jens Martensson
perhatian atau tidak ada waktu untuk tanya-
jawab
3. Pasien sedang dalam keadaan stres
emosional
sehingga tidak mampu mencerna informasi
4. Pasien dalam keadaan tidak sadar/
mengamuk
@H PERCCI PUSAT 2016
KUHP Pasal 304

• Barang siapa dengan sengaja


menempatkan atau membiarkan seorang

Jens Martensson
dalam keadaan sengsara,khususnya
keadaan maut atau sakit, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )
Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
KUHP Pasal 306

(1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan


pasal 304 dan 305 mengakibatkan luka-

Jens Martensson
luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun enam bulan.
(2) Jika mengakibatkan kematian pidana
penjara paling lama sembilan tahun.

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN

• Perawat perlu memahami hukum untuk


melindungi hak kliennya dan dirinya

Jens Martensson
sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihat hukum
sebagai dasar harapan dari
penyelenggara pelayanan keperawatan
yang profesional

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
Masalah Legal Dalam Praktek Keperawatan

• Aspek legal Keperawatan pada kewenangan


formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk

Jens Martensson
melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat
Tanda Registrasi (STR) bila bekerja di dalam
suatu institusi

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
• Kewenangan itu, hanya diberikan kepada
mereka yang memiliki kemampuan, namun
memiliki kemampuan tidak berarti memiliki

Jens Martensson
kewenangan. Seperti juga kemampuan yang
didapat secara berjenjang, kewenangan yang
diberikan juga berjenjang.

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
Prinsip Aspek Legal dalam Keperawatan

KEAHLIAN KEWENANGAN

Jens Martensson
Perijinan
Pendidikan & Pelatihan
STR-SIPP
Ijazah
Kewenangan
Sertifikat-sertifikat
klinis

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat

1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan


keperawatan mana yang sesuai dengan hukum
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi

Jens Martensson
lain
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan
tindakan keperawatan mandiri
4. Membantu mempertahankan standard praktik
keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki
akuntabilitas dibawah hukum.

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
5. Larangan: Perawat dilarang menjalankan
praktik selain yang tercantum dalam izin dan
melakukan perbuatan yang bertentangan

Jens Martensson
dengan standar profesi
6. Sanksi: sesuai dengan kebijakan pimpinan
rumah sakit
7. Hak dan Kewajiban Perawat

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
UU NO 38 TAHUN 2014 ttg KEPERAWATAN
Pasal 36
HAK PERAWAT KEWAJIBAN PERAWAT
a. memperoleh pelindungan a. melengkapi sarana dan prasarana
hukum sepanjang Pelayanan Keperawatan sesuai

Jens Martensson
dengan standar Pelayanan
melaksanakan tugas sesuai Keperawatan dan ketentuan
dengan standar pelayanan, Peraturan Perundang-undangan;
standar profesi, standar b. memberikan Pelayanan
prosedur operasional, dan Keperawatan sesuai dengan kode
ketentuan Peraturan etik, standar Pelayanan
Perundang-undangan; Keperawatan, standar profesi,
b. memperoleh informasi yang standar prosedur operasional,
benar, jelas, dan jujur dari dan ketentuan Peraturan
Klien dan/atau keluarganya. Perundang-undangan;

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
HAK KEWAJIBAN
c. menerima imbalan jasa atas c. merujuk Klien yang tidak
Pelayanan Keperawatan dapat ditangani kepada
yang telah diberikan; Perawat atau tenaga
d. menolak keinginan Klien kesehatan lain yang lebih
atau pihak lain yang

Jens Martensson
tepat sesuai dengan lingkup
bertentangan dengan kode dan tingkat kompetensinya;
etik, standar pelayanan,
standar profesi, standar d. mendokumentasikan
prosedur operasional, atau Asuhan Keperawatan sesuai
ketentuan Peraturan dengan standar;
Perundang-undangan; dan
e. memperoleh fasilitas kerja
sesuai dengan standar.

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
KEWAJIBAN
e. memberikan informasi yang
lengkap, jujur, benar, jelas, dan
mudah dimengerti mengenai
tindakan Keperawatan kepada
Klien dan/atau keluarganya

Jens Martensson
sesuai dengan batas
kewenangannya;
f. melaksanakan tindakan
pelimpahan wewenang dari
tenaga kesehatan lain yang
sesuai dengan kompetensi
Perawat; dan
g. melaksanakan penugasan
khusus yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )
Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
PENDELEGASIAN /PELIMPAHAN
WEWENANG
PENDELEGASIAN
WEWENANG

Jens Martensson
Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI ) 63
Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
PELIMPAHAN WEWENANG
Disertai Hanya kpd perawat
pelimpahan profesi atau perawat
tanggung jawab vokasi terlatih
Untuk
melaksanakan Delegatif
tindakan medis harus tertulis dan sesuai

Jens Martensson
dari dokter dan
Mandat dengan kompetensinya
evaluasi
pelaksanaannya

Di bawah pengawasan tenaga


Pelaksana tugas medis yang melimpahkan
berdasarkan Perawat lulus pelatihan atau
pelimpahan orientasi yang diselenggarakan
wewenang Pelaksanaan
Pem atau Pemda
program
pemerintah Dilakukan sesuai dengan
ketentuan
Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )
@H PERCCI PUSAT 2016
Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar
Pelimpahan wewenang dalam keperawatan tersebut harus
dilakukan secara tertulis dengan pertimbangan berikut:

a. Mempunyai kekuatan hukum yang kuat dan kekuatan


pembuktian karena dilindungi oleh peraturan yang berlaku;
b. Dapat berfungsi sebagai alat bukti tertulis mengenai

Jens Martensson
kewenangan yang dilimpahkan sehingga apabila terjadi
perbuatan di luar kewenangan hal tersebut menjadi
tanggung jawab penerima wewenang, bukan tanggung
jawab pemberi wewenang;
c. Pelimpahan wewenang dalam keperawatan disesuaikan
dengan kemampuan profesional dan kompetensi perawat
sebagai penerima wewenang.

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
Delegatif Mandat

1. pelimpahan wewenang 1. pelimpahan wewenang yang


(delegatif) diberikan oleh tenaga diberikan oleh tenaga medis
medis kepada perawat dengan kepada perawat untuk melakukan
disertai pelimpahan tanggung tindakan medis di bawah

Jens Martensson
jawab pengawasan tenaga medis yang
melimpahkan wewenang
2. diberikan kepada perawat profesi 2. semua jenis perawat
atau perawat vokasi terlatih
3. jenis tindakan medis secara 3. Jenis tindakan medis secara
delegatif mandat:
memasang infus, menyuntik memberikan terapi parenteral,
imunisasi dasar, tindakan medis menjahit luka, tindakan medis
lainnya sesuai kompetensi lainnya sesuai dengan
perawat. kompetensi perawat

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
Pelimpahan Wewenang menurut UU
38 /2014 ttg Keperawatan
Delegasi Mandat
• Pelimpahan wewenang secara delegatif • Pelimpahan wewenang secara
untuk melakukan sesuatu tindakan mandat diberikan oleh tenaga
medis diberikan oleh tenaga medis

Jens Martensson
medis kepada Perawat untuk
kepada Perawat dengan disertai
melakukan sesuatu tindakan medis
pelimpahan tanggung jawab (Pasal 32
• ayat (3) UU Keperawatan);
di bawah pengawasan (Pasal 32
• ayat (5) UU Keperawatan)
Tindakan medis yang dapat dilimpahkan
secara delegatif, antara lain adalah Tindakan medis yang dapat
menyuntik, memasang infus, dan dilimpahkan secara mandat, antara
• memberikan imunisasi dasar sesuai • lain adalah pemberian terapi
dengan program pemerintah. parenteral dan penjahitan luka.
Pelimpahan wewenang secara delegatif Tanggung jawab atas tindakan
hanya dapat diberikan kepada Perawat medis pada pelimpahan wewenang
profesi atau Perawat vokasi terlatih
mandat sebagaimana berada pada
yang memiliki kompetensi yang
diperlukan (Pasal 32 ayat (4) UU pemberi pelimpahan wewenang
Keperawatan) Himpunan Perawat “Critical C67are” Indonesia
@H PERCCI PUSAT 2016
( HIPERCCI )
DILEMA ETIK &LEGA DI ICU
L
A. Pulang Paksa
B. Do not resuscitate (dnr):

Jens Martensson
With holding/ with drawal
C. Euthanasia

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
A. Pulang Paksa
Istilah yang digunakan
apabila pasien tidak
mau lagi melanjutkan

Jens Martensson
/menjalani rawat inap
lebih lama dan minta
dipulangkan , tetapi
secara medis belum
cukup stabil untuk
menjalani perawatan
dirumah

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
B. DO NOT RESUSCITATE (DNR)
"Do Not Resuscitate" atau lebih dikenal
dengan singkatan DNR adalah sebuah

Jens Martensson
perintah untuk tidak melakukan tindakan
pertolongan CPR (cardiopulmonary
resuscitation), jika terjadi permasalahan
darurat pada pasien

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
Bagaimana perawatan pasien DNR?

Pemberian tindakan perawatan dan tindakan


medis pada pasien DNR tidak berbeda dengan
pasien pada umumnya, tetap sesuai dengan

Jens Martensson
advice dan kebutuhan pasien tanpa mengurangi
kualitasnya.
DNR hanya memiliki makna bahwa jika pasien
henti nafas/apnoe tim medis tidak akan
melakukan CPR/RJP.

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
C. EUTHANASIA
• Perbuatan yang dengan
sengaja
memperpendek hidup
ataupun dengan

Jens Martensson
sengaja tidak berbuat
untuk memperpanjang
hidup demi
kepentingan si pasien
oleh seorang dokter
ataupun bawahan yang
bertanggung jawab
padanya
Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )
Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
KUHP Pasal 340 KUHP Pasal 344

• Barang siapa dengan • Barang siapa merampas


sengaja dan dengan nyawa orang lain atas
rencana terlebih dahulu permintaan orang itu

Jens Martensson
merampas nyawa orang sendiri yang jelas
lain, diancam karena dinyatakan dengan
pembunuhan dengan kesungguhan hati, diancam
rencana, dengan pidana dengan pidana penjara
mati atau pidana penjara paling lama dua belas
seumur hidup atau selama tahun.
waktu tertentu, paling lama
dua puluh tahun.
KASUS 06
• Ny. Mc.Connel 57 th berada dlm status
vegetative selama 3 th stl mengalami kecelakaan.
Selama perawatan pasien mendapat makanan

Jens Martensson
melalui gastrostomi. Suami dan anak yg paling
besar
meminta perawat utk mencabut selang makan tsb.
• Pwrt menolak utk melakukan pencabutan
• Januari 1989,Pengadilan mengijinkan pencabutan
selang.
• 28 Feb 1989 pasien meninggal

Himpunan Perawat “Critical Care” Indonesia ( HIPERCCI )


Materi Pelatihan Keperawatan Kritis Dasar @H PERCCI PUSAT 2016
Thank
You
Jens Martensson
jens@bellowscollege.com

Anda mungkin juga menyukai