ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِهْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْم ۖ ِإَّن َص اَل َتَك َس َكٌن َلُهْم ۗ َو ُهَّللا َسِم يٌع
َع ِليٌم
َو َأِقيُم وا الَّص اَل َة َو آُتوا الَّز َك اَة َو اْر َك ُعوا َم َع الَّراِكِع يَن
Secara bahasa:
berkembang , berkah, banyaknya kebaikan, menyucikan dan memuji.
Secara istilah
sejumlah harta tertentu yang diambil dari harta tertentu dan wajib diserahkan kepada
golongan tertentu
Disebut zakat karena harta yang dizakati akan
berkembang sebab berkah membayar zakat dan doa
orang yang menerima.” (Syekh Taqiyyuddin Abu
Bakar bin Muhammad al-Hishni, Kifayatul Akhyar ,
Surabaya, al-Haramain, cetakan kedua, 2002,
halaman 104)
QS. Ar-Ruum : 39
وََم ا آَتْيُتْم ِم ْن ِر ًبا ِلَيْر ُبَو ِفي َأْم َو اِل الَّناِس َفاَل َيْر ُبو ِع ْنَد ِهَّللاۖ َو َم ا آَتْيُتْم ِم ْن
َز َك اٍة ُتِر يُد وَن َو ْج َه ِهَّللا َفُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلُم ْض ِع ُفوَن
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipatgandakan pahalanya.”
Zakat Fitrah
Pendapat yang membolehkan. Ini adalah pendapat sebagian ulama seperti Imam Abu
Hanifah, Imam Tsauri, Imam Bukhari, dan Imam Ibnu Taimiyah. (As-Sarakhsi, al-
Mabsuth, III/107; Ibnu Taimiyah, Majmu’ al-Fatawa, XXV/83).
Dalil mereka antara lain firman Allah SWT,
”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka ” (QS at-Taubah [9] : 103). Menurut mereka, ayat
ini menunjukkan zakat asalnya diambil dari harta (mal), yaitu apa yang dimiliki berupa emas
dan perak (termasuk uang). Jadi ayat ini membolehkan membayar zakat fitrah dalam bentuk
uang (Rabi’ Ahmad Sayyid, Tadzkir al-Anam bi Wujub Ikhraj Zakat al-Fithr Tha’am, hal. 4).
Pendapat yang tidak membolehkan dan mewajibkan zakat
fitrah dalam bentuk bahan makanan pokok (ghalib quut al-
balad). Ini adalah pendapat jumhur ulama Malikiyah,
Syafi’iyah, dan Hanabilah. (Al-Mudawwanah al-Kubra,
I/392; Al-Majmu’, VI/112; Al-Mughni, IV/295).
Pendapat Yang Kuat
Pendapat Madzhab Syafi‘i dan pendapat jumhur lebih kuat bahwa zakat Fitrah harus
dengan makanan pokok, sebagaimana ditegaskan pada hadits riwayat Abu Said:
Emas dan perak masuk kategori harta yang wajib ditunaikan zakatnya
lantaran keduanya memiliki potensi berkembang sebagaimana binatang
ternak.
Namun jika emas dan perak dipergunakan sebagai perhiasan yang halal
seperti kalung, anting, dan gelang yang dipakai oleh para wanita, maka tidak
ada kewajiban zakat atasnya kecuali menurut mazhab Hanafi. (Ibn
al’Abidin, Radd al-Mukhtar ‘ala ad-Dur al-Mukhtar , Beirut, Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, cetakan pertama, 2001, jilid 3, halaman: 227)
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Beliau Saw
mengatakan,
“Jika kamu memiliki 200 dirham, dan sudah disimpan selama satu
tahun maka wajib dizakati 5 dirham. Dan tidak ada kewajiban zakat
emas, sampai kamu memiliki 20 dinar. Jika kamu punya 20 dinar dan
telah disimpan selama setahun maka kewajiban zakatnya 1/2 dinar
“(HR. Abu Daud 1391 dan dishahihkan al-Albani).
Dalam hadits ini ditegaskan bahwa zakat emas dan perak wajib dibayarkan ketika sudah
mencapai nishab dan telah melewati masa haul. Dan dari hadits ini pula dapat difahami
bahwa zakat yang dikeluarkan adalah 2,5 persen dari aset emas dan perak yang dimiliki.
Sebab, 5 dirham adalah 2,5 persen dari 200 dirham, begitu pula setengah dinar adalah 2,5
persen dari 20 dinar.
Nishab Emas
20 dinar/20 mitsqal
77,50 gram Madhab Syafi’i, Maliki dan Hanbali
107,75 gram Madhab Hanafi
85 gram DR. Wahbah Zuhaily
90,5 gram Ali Mubarak
84,62 gram Qasim an-Nuri
72 gram Abdul Aziz Uyun
80 gram Majid al-Hamawi
Nishab Perak
200 dirham
543,35 gram Madhab Syafi’i, Maliki dan Hanbali
752,66 gram Madhab Hanafi
595 gram DR. Wahbah Zuhaily
625 gram Qasim an-Nuri
504 gram Abdul Aziz Uyun
672 gram Majid al-Hamawidankitab al-Fiqh al-Manhaji.
Zakat Uang Kertas