Anda di halaman 1dari 37

MANAJEMEN Tax Planning dan Pengendalian atas

PERPAJAKAN Penghasilan Usaha dan Penghasilan


Lainnya
Pokok Pembahasan

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 2
Tax Planning Pengelompokkan Jenis
1. Penghasilan Untuk Menghitung Angsuran
Masa PPh Pasal 25
Perhitungan besarnya penghasilan dan besarnya PPh yang terhutang tersebut
baru dapat diketahui pada saat WP membuat SPT Tahunan PPh.
WP dalam hal ini diwajibkan untuk mengangsur atau mencicil pembayaran PPh-
nya selama tahun pajak berjalan, sebelum membuat dan melaporkan SPT
Tahunan PPh. Pembayaran angsuran atau cicilan ini dinamakan Pajak
Penghasilan Pasal 25.

Pada umumnya, cara menghitung PPh Pasal 25 didasarkan kepada data SPT
Tahunan tahun sebelumnya. Artinya, kita mengasumsikan bahwa penghasilan
tahun ini sama dengan penghasilan tahun sebelumnya sehingga nantinya akan
ada perbedaan dengan kondisi sebenarnya ketika tahun pajak sekarang
sudah berakhir. Selisih Kekurangan bayar akhir tahun ini biasa dinamakan PPh
Pasal 29.

Pada umumnya angsuran pajak ini adalah sebesar Pajak Penghasilan terutang
menurut SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun lalu dikurangi dengan kredit
pajak Pajak Penghasilan Pasal 21,22, 23 dan Pasal 24, dibagi 12 atau banyaknya
bulan dalam bagian tahun pajak.
PFIN4 | CH3 3
Tax Planning Pengelompokkan Jenis
1. Penghasilan Untuk Menghitung Angsuran
Masa PPh Pasal 25

PFIN4 | CH3 4
Tax Planning Pengelompokkan Jenis Penghasilan Untuk
1. Menghitung Angsuran Masa PPh Pasal 25

Penghasilan Obyek Pajak (pasal 4 ayat 1)

PFIN4 | CH3 5
Tax Planning Pengelompokkan Jenis
1. Penghasilan Untuk Menghitung Angsuran
Masa PPh Pasal 25
Contoh :
Penghasilan teratur wajib pajak A dari usaha dagang dalam
tahun 2013 adalah Rp. 48.000.000,- dan penghaasilan tidak
teratur dari mengontrakkan rumah selama 3 tahun yang
dibayar secara sekaligus di tahun 2013 adalh Rp 72.000.000.
Mengingat penghasilan yang tidak teratur sekaligus diterima
di tahun 2013, maka penghasilan yang dipakai sebagai dasar
penghitungan angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun 2014
adalah hanya berdasarkan penghasilan teratur tersebut.

PFIN4 | CH3 6
2. Foreign Exchange Revenue(Laba Selisih Kurs)
• Keuntungan/Kerugian selisih kurs dapat disebabkan oleh
fluktuasi kurs mata uang asing atau karena adanya
kebijaksanaan pemerintah di bidang moneter.
• Berdasarkan UU PPh Pasal 4 ayat (1) huruf 1, keuntungan
selisih kurs merupakan objek Pajak Penghasilan.

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 7
2. Foreign Exchange Revenue(Laba Selisih Kurs)
• Dasar Hukum Laba Rugi Selisih Kurs
 “Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36
tahun 2008 tentang perubahan ke empat atas
UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan, keuntungan selisih kurs merupakan
salah satu bentuk penghasilan yang menjadi
objek pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 4
ayat (1) huruf l “
 Pasal 9 ayat (1), (2), (3), Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2010

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 8
Rekonsiliasi Peredaran Usaha dan Penghasilan
3. Lainnya dengan DPP PPN Keluaran dan DPP
PPh yang Dipotong/Dipungut
• Rekonsiliasi PPN
adalah proses pencocokan antara data di SPM
PPN dengan SPT Tahunan Perusahaan.
Pada umumnya perbedaan yang timbul antara
pengakuan pendapatan perusahaan menurut
SPT Tahunan PPh Badan dengan nilai penyerahan
menurut SPM PPN bisa timbul karena dua
kondisi, yaitu:
1. Karena karakteristik transaksi
2. Karena Peraturan yang berlaku memang
mengakibatkan timbulnya perbedaan.
Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 9
Rekonsiliasi Peredaran Usaha dan Penghasilan
3. Lainnya dengan DPP PPN Keluaran dan DPP
PPh yang Dipotong/Dipungut
Perbedaan-perbedaan nilai peredaran usaha menurut SPT Tahunan PPh
Badan dan SPT Masa PPN, yang mungkin timbul antara lain dikarenakan oleh :
1.Terdapat penghasilan yang diakui pada PPh Badan namun bukan objek PPN,
contoh : bunga, dividen, pendapatan selisih kurs
2.Terdapat nota retur paja keluaran yang beda waktu
3.Selisih kurs atas penggunaan mata uang asing, dimana biasanya penjualan
yang dicatat pada buku besar menggunakan kurs yang ditetapkan perusahaan,
dan nilai penyerahan BKP dan JKP pada SPM PPN menggunakan kurs pajak.
4.Terdapat penghasilan yang diakui sebagai penyerahan BKP dan/atau JKP
namun bukan objek PPh melainkan merupakan biaya, contoh pemakaian
sendiri, penyerahan antar cabang, pemberian cuma-cuma.
5.Tedapat penjualan aset yang dikenakan PPN (PPN Pasal 16D), namun dicatat
laba/rugi atas penjualan aset pada Laporan Keuangan Laba Rugi Wajib Pajak.
6.Uang muka penjualan yang telah diakui sebagai objek PPN namun masih
dilaporkan di neraca pada SPT PPh Badan
7.Terdapat BKP dan JKP yang dicatat pada penghasilan lain-lain pada SPT Badan.

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 10
Rekonsiliasi Peredaran Usaha dan Penghasilan
3. Lainnya dengan DPP PPN Keluaran dan DPP
PPh yang Dipotong/Dipungut

Jika Terjadi Kekurangan


Pemungutan PPN, maka
dikenakan sanksi :
1.Bunga 2% per bulan
Jika Ada yang ( Maks. 24 Bulan )
Belum dilaporkan 2.Penalti 2 % dari DPP yang
belum dipungut PPN

PFIN4 | CH3 11
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha
• Benchmarking (perbandingan) adalah suatu proses
sistematik dalam membandingkan produk, jasa atau
praktik suatu organisasi terhadap kompetitor atau
pemimpin industri untuk menentukan apa yang harus
dilakukan dalam mencapai tingkat kinerja yang tinggi.

• Direktorat Jenderal Pajak menggunakan model ini dalam


rangka melaksanakan fungsinya memberikan bimbingan
dan pengawasan terhadap Wajib Pajak dengan
membandingkan suatu benchmark yang mewakili
karakteristik Wajib Pajak yang bersangkutan.
Benchmarking yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak disusun dalam suatu konsep yang disebut Total
Benchmarking.
Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 12
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha

Total Benchmarking

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 13
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha
KARAKTERISTIK TOTAL BRENCHMARKING
1. Rasio total benchmarking disusun berdasarkan kelompok usaha;
2. Benchmarking dilakukan atas rasio-rasio yang berkaitan dengan
ingkat laba dan input-input perusahaan;
3. Ada keterkaitan antar rasio benchmark;
4. Fokus pada penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan
kewajiban perpajakan.

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 14
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha
TUJUAN & MANFAAT
TOTAL BRENCHMARKING

PFIN4 | CH3 15
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha
METODE & PROSES
TOTAL BRENCHMARKING
1. Nilai masing-masing benchmarking ditetapkan untuk masing-
masing kelompok usaha berdasarkan 5 digit kode
KlasifikasiLapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak.Klasifikasi Lapangan
Usaha dimaksud adalah KLU sesuai Keputusan DirjenPajak Nomor :
PER-17 /PJ/2015
2. Penetapan rasio-rasio benchmarking untuk keseluruhan kelompok
usaha dilakukan secara bertahap oleh Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak;
3. Sumber data yang digunakan dalam tahap awal pembentukan
benchmarking adalah data internal dalam sistem informasi
perpajakan DJP, yang terdiri dari:
a. Elemen-elemen Surat pemberitahuan (SPT) Tahunan Badan;
b. Elemen-elemen Surat Pemberitahuan Masa PPN;
c. Elemen-elemen transkrip Laporan Keuangan.
Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 16
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha
RASIO TOTAL BRENCHMARKING

1. Gross Profit Margin (GPM)


2. Operating Profit Margin (OPM)
3. Pretax Profit Margin (PPM)
4. Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR)
5. Net Profit Margin (NPM)
6. Dividend Payout Ratio (DPR)
7. Rasio PPN (pn)
8. Rasio Gaji/Penjualan (g)
9. Rasio Bunga/ Penjualan (b)
10. Rasio Sewa/ Penjualan (s)
11. Rasio Penyusutan/ Penjualan (py)
12. Rasio Penghasilan Luar Usaha / Penjualan (pl)
13. Rasio Biaya Luar Usaha/ Penjualan (bl)
14. Rasio Input Lainnya/ Penjualan (x)
Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 17
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha
Beberapa cara untuk menguji kebenaran perhitungan
peredaran usaha selain rekonsiliasi peredaran usaha yang
dilaporkan pada SPM PPN dan pada SPT Badan.
1.Pengujian dokumen
2.Uji Arus Uang
3.Uji Arus Piutang
4.Uji Arus Barang

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 18
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha
PENGUJIAN DOKUMEN

Dilakukan dengan Pengecekan secara sampling untuk mengecek


kebenaran nilai uang dan barang.

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 19
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha
UJI ARUS UANG

Pengeluaran kas/bank : xxx


Saldo akhir kas/bank : xxx (+)
Total : xxx
Saldo awal kas/bank : xxx (-)
Penerimaan kas/bank : xxx
Peredaran usaha menurut SPT Badan : xxx
Selisih : xxx

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 20
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha
UJI ARUS PIUTANG

Pelunasan : xxx
Piutang akhir : xxx (+)
Total : xxx
Piutang awal : xxx (-)
Peredaran usaha menurut Uji Arus Piutang : xxx
Peredaran usaha menurut SPT Badan : xxx
Selisih : xxx

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 21
Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran
4. Perhitungan Peredaran Usaha
UJI ARUS BARANG

Penjualan dalam unit


Pembelian : xxx
Saldo awal persediaan : xxx (+)
Total : xxx
Piutang awal : xxx (-)
Peredaran usaha menurut Uji Arus Barang : xxx
Nilai rata-rata penjualan per unit : xxx (x)
Total penjualan menurut uji arus barang : xxx
Peredaran usaha menurut SPT Badan : xxx
Selisih : xxx

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 22
Pengendalian Atas Bea Keluar (Pajak Ekspor)
5. atas Penjualan Ekspor yang Terutang Bea
Keluar
Barang ekspor yang dikenakan bea keluar berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.011/2012, adalah:
i.Kulit dan kayu;
ii.Biji kakao;
iii.Kelapa sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan produk turunannya; dan
iv.Bijih (raw material atau ore) mineral.

Terdapat 2 cara menghitung bea keluar, yaitu


1.Tarif Advalorum
Tarif Bea Keluar x Jumlah Satuan Barang x Harga Ekspor per
Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang

2. Tarif Spesifik
Tarif Bea Keluar per Satuan Barang Dalam Satuan Mata Uang
Tertentu x Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang.
PFIN4 | CH3 23
Pengendalian Atas Bea Keluar (Pajak Ekspor)
5. atas Penjualan Ekspor yang Terutang Bea
Keluar
Dalam perhitungan bea keluar khusus untuk barang
campuran CPO dan turunannya diatur harga dan
tariff yang digunakan adalah harga dan tariff ekspor
yang tertinggi dari barang yang dicampur tersebut
dengan jumlah barang adalah volume dan atau berat
total. Sedangkan untuk campuran bijih (raw material
atau ore) mineral harga yang digunakan adalah harga
ekspor tertinggi dengan jumlah barang adalah berat
total.

PFIN4 | CH3 24
CONTOH KASUS

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 25
KASUS
PERHITUNGAN PPh PASAL 25
PT Abadi yang bergerak pada bidang manufaktur, pada bulan April 2013
melaporkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2012 dengan keterangan sebagai
berikut:
Penghasilan Kena Pajak (Penghasilan Neto) yang dilaporkan di Induk SPT
Tahunan PPh sebesar Rp. 500.000.000,00 dan untuk PPh yang terutang
diasumsikan tarif PPh Badan yang digunakan adalah 25%.
Namun Penghasilan Kena Pajak tersebut terdiri dari penghasilan neto dari
kegiatan usaha setelah ditambah dengan laba penjualan aktiva Rp.
10.000.000,00 dan laba selisih kurs Rp. 5.000.000,00.
Kredit PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 yang dilaporkan berjumlah Rp.
100.000.000,00
Kredit PPh Pasal 24 yang dilaporkan berjumlah Rp 10.000.000,00

Bagaimana pengelompokan jenis penghasilan yang ada untuk menghitung


besarnya PPh Pasal 25 yang harus disetorkan PT Abadi setiap bulannya di
Tahun 2013? PFIN4 | CH3 26
Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part.
KASUS
PERHITUNGAN PPh PASAL 25
Maka, perhitungan PPh Pasal 25 PT Abadi adalah sebagai berikut:
Penghasilan Kena Pajak Rp 500.000.000,00
Laba Penjualan Aktiva(tidak teratur) (Rp 10.000.000,00)
Laba Selisih Kurs (tidak teratur) (Rp 5.000.000,00)
Penghasilan Kena Pajak (Penghasilan Teratur) Rp 485.000.000,00

PPh Terutang (Tarif Pajak diasumsikan 25%) Rp 121.250.000,00


Kredit PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 (Rp 100.000.000,00)
Kredit PPh Pasal 24 (Rp 10.000.000,00)
PPh yang harus dibayar Rp 11.250.000,00
PPh Pasal 25 setiap bulannya Rp 937.500,00

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 27
KASUS
CONTOH IMPLEMENTASI TAX PLANNING PADA PT. INDO
JAYA MANDIRI

PFIN4 | CH3 28
KASUS

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 29
KASUS
Dari tabel 6 diatas sebelum tax planning terdapat koreksi fiskal positif sejumlah Rp
115.036.933,00. Dari jumlah tersebut terdapat biaya-biaya yang diberikan dalam bentuk
kenikmatan untuk kesejahteraan karyawan sebesar Rp 114.468.000,00
Biaya kesejahteraan karyawan terkena koreksi fiskal positif merupakan biaya konsumsi,
biaya premi asuransi dan biaya tranportasi. Adanya koreksi fiskal positif yang dikeluarkan
perusahaan tersebut diatas menyebabkan penghasilan kena pajak perusahaan akan lebih
besar sehingga pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan juga ikut lebih besar.

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 30
PEMBAHASAN KASUS
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN YANG SECARA TIDAK LANGSUNG SUDAH DAPAT TERMASUK DALAM
AKTIVITAS SUATU TAX PLANNING
A. Biaya konsumsi
PT. Indojaya Mandiri memberikan konsumsi setiap hari pada karyawan dalam bentuk
tunjangan uang makan dan air mineral kepada semua karyawan, terkait dengan hal
ini kebijakan perusahaan yaitu dengan memberikan uang tunai setiap hari kepada
para pegawai, dan tidak terakumulasi untuk diakui sebagai penghasilan karyawan
terkait dengan PPh pasal 21, sehingga perusahaan secara akuntansi kas keluar
tersebut tidak dapat dibebankan dalam laporan pajak dan dikoreksi fiskal positif.

Dalam Undang-undang no. 36 Tahun 2008 pasal 9 ayat (1) huruf e tentang
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai dan pengganti atau
imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur
dengan peraturan menteri keuangan.

Dengan memperhatikan Undang-undang no.36 tahun 2008 sebaiknya perusahaan


tidak memberikan atau menyediakan makanan atau minuman dalam bentuk natura
tetapi diakui sebagai tunjangan makan terkait dengan PPh pasal 21, sehingga
menurut peraturan perpajakan atas kas keluar tersebut dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dan tidak terkena koreksi fiskal positif. PFIN4 | CH3
Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. 31
PEMBAHASAN KASUS
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN YANG SECARA TIDAK LANGSUNG SUDAH DAPAT TERMASUK DALAM
AKTIVITAS SUATU TAX PLANNING

B. Biaya Premi Asuransi


PT. Indojaya Mandiri membayar premi asuransi jiwa atas pegawai sehingga
biaya premi asuransi dikoreksi fiskal positif karena hal ini tertuang dalam UU
no. 36 tahun 2008 pasal 9 ayat (1) huruf d tentang premi asuransi kesehatan,
kecelakaan, jiwa, dwiguna dan beasiswa, yang dibayar oleh wajib pajak
orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan wajib pajak yang bersangkutan.

Dengan memperhatikan Undang-undang no.36 tahun 2008 sebaiknya


perusahaan membebankan premi asuransi di dalam penghasilan
karyawan/Wajib pajak yang diberikan berupa tunjangan premi asuransi
karyawan, sehingga biaya premi asuransi tersebut dapat mengurangi
penghasilan bruto perusahaan dan tidak dikoreksi fiskal positif.

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 32
PEMBAHASAN KASUS
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN YANG SECARA TIDAK LANGSUNG SUDAH DAPAT TERMASUK DALAM
AKTIVITAS SUATU TAX PLANNING

C. Biaya Transportasi
PT. Indojaya Mandiri mengeluarkan biaya penggantian parkir dan bensin
kendaraan bagi karyawan tertentu, maka sesuai Undang-undang no 36 thn
2008, pasal 9 pada huruf i, terkait dengan biaya yang diakui oleh perusahaan
dimana transaksi tersebut tergolong objek atau pengeluaran yang harus
dijadikan koreksi fiskal positif, karena tergolong pada biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan pribadi wajib pajak atau keperluan orang tertentu yang
ditanggung perusahaan.

Perusahaan sebaiknya dalam memberi penggantian bensin dan parkir


diberikan dalam bentuk tunjangan transportasi yang masuk dalam
penghasilan karyawan, sehingga penggantian bensin dan parkir tersebut
dapat mengurangi penghasilan bruto dan tidak dikoreksi fiskal positif.

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 33
PEMBAHASAN KASUS

Diiatas ini akan disajikan perhitungan Pajak Penghasilan Badan setelah dilakukan tax planning

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 34
PEMBAHASAN KASUS

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan tax planning maka
terdapat penghematan pajak yang dapat dilakukan oleh PT.Indojaya Mandiri sebesar
Rp 26.627.299. Penghematan pajak ini karena perusahaan memberikan biaya
konsumsi sebesar Rp. 96.000.000 tidak dalam bentuk natura dan kenikmatan tetapi
diakui sebagai tunjangan makan, dan biaya premi asuransi sebesar Rp. 9.468.000
dibebankan didalam penghasilan wajib pajak yang bersangkutan berupa tunjangan
premi karyawan, dan biaya transportasi sebesar Rp. 9.000.000 diberikan dalam
bentuk tunjangan transportasi yang masuk ke dalam penghasilan karyawan.

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH3 35
KESIMPULAN

Hasil dari penerapan tax planning pada PT. Indojaya Mandiri mampu menerapkan perhitungan
pajak penghasilan badan yang sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku dan dapat
memanfaatkan tax saving yang sudah ada dalam laporan keungan PT.Indojaya Mandiri, antara lain :
•Biaya Konsumsi diberikan tidak dalam bentuk natura tetapi diakui sebagai tunjangan makan
•Biaya Premi Karyawan yang dibebankan dalam penghasilan karyawan berupa tunjangan premi
karyawan.
•Biaya Transportasi yang diberikan dalam bentuk tunjangan transportasi yang masuk dalam
penghasilan karyawan.

Copyright ©2016 Cengage Learning. All Rights Reserved. May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part. PFIN4 | CH5 36

Anda mungkin juga menyukai