Anda di halaman 1dari 15

M ei

2 023

Tuna
Daks
a
Raudh
atul Ja
(20201 n
50134 nah
)
Tun a D a k sa
Pengertian

Istilah tunadaksa berasal dari


kata “tuna” dan “daksa”

• “Tuna” yang berarti kurang atau


rugi,
• sedangkan “daksa” artinya tubuh.

• Jadi, pengertian tunadaksa adalah


kondisi anak yang memiliki 2
ADD A FOOTER
anggota tubuh tidak sempurna.
D a k s a
Tuna

• Ketidak sempurnaan ini hanyalah secara fisik (tulang,


sendi dan otot), sedangkan fungsi panca indra penderita
tuna daksa masih normal sehingga kelainan ini kerap
disebut juga sebagai cacat tubuh, disabilitas fisik, atau
orthopedically handicapped.

• Seorang anak dikatakan tunadaksa jika kondisi fisik


atau kesehatannya mengganggu kemampuan untuk
berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari.

• Contoh tunadaksa adalah anak memiliki bentuk tangan


3
yang tidak normal sehingga tidak dapat memegang
ADD A FOOTER
r - F ak t o r
Fakto D a ks a Category 1 Category 2 Category 3

ebab T u n a
Pen y Faktor prenatal
faktor genetik
kerusakan pada
sistem saraf
Infeksi yang
(sebelum kelahiran) pusat
menyerang otak

memaksakan perdarahan di
persalinan otak, hingga
atau bentuk
Faktor neonatal (saat penggunaan
normal saat pinggul ibu
lahir) terlalu sempit,
anestesi yang
posisi bayi berlebihan.
Tuna Daksa dapat terjadi akibat sungsang
kecelakaan, penyakit, ataupun
bawaan sejak lahir. seperti
penyakit ada benturan
Faktor postnatal radang otak keras di kepala
radang
(setelah lahir) (ensefalitis) anak, misalnya
selaput otak saat ia terjatuh.
(meningitis)

ADD A FOOTER 4
Kla sifika s i o Tuna daksa sedang: Penderita membutuhkan

n a D a ks a treatment atau latihan khusus untuk berjalan,


Tu berbicara, dan mengurus dirinya sendiri.
o Tuna daksa ringan:
Misalnya, menggunakan kruk atau tongkat untuk
Penderita bisa berjalan.
berjalan tanpa alat o Tuna daksa berat: Penderita seperti dalam kondisi
bantu, berbicara
lumpuh otak atau cerebral palsy sehingga tidak
dengan jelas, dan
dapat menolong diri
bisa hidup mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
sendiri dalam
kehidupan sehari-
hari.

ADD A FOOTER 5
Cerebral Palsy diartikan sebagai
kelumpuhan pada otak yang menyebabkan
tidak adanya kontrol otot, kelainan postur
dan hambatan gerak. Kelainan tersebut
tidak bersifat progresif dan tidak selalu
memburuk (Friend, 2005).

ADD A FOOTER 6
n is- Je n is
Je
D a ks a
Tuna
Kelainan pada anak
tunadaksa dikelompokkan
menjadi dua jenis besar :

 Kelainan pada sistem


serebral.

 Kelainan pada sistem


otot dan rangka.

ADD A FOOTER 7
n p a d a
Kelaina e b ral
t em s er
sis
Jika dilihat dari banyaknya anggota Berdasarkan letak kelainan otak dan fungsi
tubuh yang lumpuh, jenis tunadaksa
serebral digolongkan menjadi: geraknya, anak tunadaksa serebral dibedakan atas:

• Monoplegia: Hanya satu anggota gerak yang lumpuh •Spastik: Kekakuan pada sebagian atau seluruh otot
• Hemiplegia: Lumpuh pada anggota gerak atas dan • Athetoid: Gerakan terjadi di luar kontrol atau koordinasi gerak
bawah di sisi tubuh yang sama
• Ataxia: Kehilangan keseimbangan dan kekakuan terlihat saat
•Paraplegia: Lumpuh pada kedua tungkai kaki berdiri atau berjalan
•Diplegia: Kedua tangan atau kedua kaki lumpuh • Tremor: Getaran kecil terus-menerus pada mata, tangan, atau
• Triplegia: Tingga anggota gerak mengalami kepala
kelumpuhan • Rigid: Kekakuan otot di mana gerakannya tidak ada keluwesan
• Quadriplegia: Kelumpuhan pada seluruh anggota • Tipe campuran: Menunjukkan dua ataupun lebih jenis kelainan
gerak. di atas. 8
ADD A FOOTER
d a s is te m
ina n p a
K e la a ng ka .
to t d a n r
o
•Poliomielitis, yaitu kondisi otot yang mengecil akibat serangan virus polio sehingga anak menjadi lemah dan
tidak bertenaga.
•Distrofi otot, yaitu terjadinya kelumpuhan pada fungsi otot dan sifatnya progresif alias memburuk seiring
bertambahnya usia anak.
•Spina bifida, yaitu cacat lahir ketika Sebagian tulang belakang dan sumsum tulang belakang tidak tertutup
(tidak terbentuk dengan sempurna).

ADD A FOOTER 9
Karakteristik Anak Tuna
Daksa

Karakteristik Sosial/ Fisik/ Kesehatan


Akademik Emosional
 Tingkat kecerdasan anak tuna daksa yang  Karakteristik sosial/emosional  Karakteristik fisik/kesehatan anak
mengalami kelainan pada system otot dan anak tunadaksa bermula dari tunadaksa biasanya selain mengalami
rangka adalah normal. konsep diri anak yang merasa cacat tubuh adalah kecenderungan
dirinya cacat, tidak berguna, dan mengalami gangguan lain, seperti sakit
 Sedangkan yang mengalami kelainan pada
menjadi beban orang lain yang gigi, berkurangnya daya pendengaran,
system seberal tingkat kecerdasannya berentang
mengakibatkan mereka malas penglihatan, gangguan bicara, dan lain-
mulai dari tingkat idiocy sampai dengan gifted.
belajar, bermain dan perilaku lain.
Hardman (1990) mengemukakan bahwa
tidak sesuai dengan yang lainnya.
 45% anak cerebral palsy mengalami
 Gangguan bicara disebabkan oleh
 Kegiatan jasmani yang tidak kelainan motorik alat bicara (kaku atau
keterbelakangan mental (tunagrahita),
dapat dilakukan oleh anak lumpuh), seperti lidah, bibir, dan rahang
 35% mempunyai tingkat kecerdasan normal tunadaksa dapat mengakibatkan sehingga mengganggu pembentukan
dan di atas normal. timbulnya problem emosi, seperti artikulasi yang benar.
 Sisanya berkecerdasan sedikit di bawah rata- mudah tersinggung, mudah
rata.
marah, rendah diri, kurang dapat
bergaul, pemalu, menyendiri, dan
Category 1 Sekolah Khusus Berasrama (Full-

ak
Time Residential School)
d i d i k an A n
Model P en
a D a k s a Sekolah Khusus tanpa Asrama
T un
Category 2
(Special Day School)
Kelas Khusus Penuh (Full-Time
Category 3
Special Class)
Kelas Reguler dan Khusus (Part-Time
Category 4 Reguler Class and Part-Time Special
Class)
Anak tunadaksa dapat mengikuti Kelas reguler Dibantu oleh Guru
Category 5
Khusus (Reguler Class with
pendidikan pada tempat-tempat Supportive Instructional Service)
.berikut Kelas Biasa dengan Layanan
Konsultasi untuk Guru Umum
Category 6
(Reguler Class Placement with
Consulting Service for Reguler
Teachers)
Category 7
Kelas Biasa (Reguler Class)
ADD A FOOTER 11
LOREM IPSUM DOLOR SIT
AMET, CONSECTETUER
ADD A FOOTER ADIPISCING ELIT 12
r P u s ta ka
D a fta

Pratiwi, Imelda dan Hartosujono, Resiliensi pada Penyandang Tuna Daksa Non Bawaan, jurnal SPIRITS (Vol. 5. No.1,
November 2014), hal. 51.

Pangestu, Andre An, dkk., Karakteristik dan Model Pendidikan Bagi Anak Tuna Daksa, jurnal Edification (Vol.4, No.2,
Januari 2022), hal.278.

Badriyah, Lailatul, S.Psi., MA. dan Hermi Pasmawati, M.Pd. Kons. Problematika pada Anak Berkebutuhan Khusus,
(Jakarta : Rumah Literasi Publishing, 2020), hal.6.

https://hellosehat.com/sehat/gejala-umum/tunadaksa/

https://www.sehatq.com/artikel/memahami-pengertian-tuna-daksa-dan-pilihan-pendidikannya
13
Than
k Yo
u!
A P RI
L HA N
SS ON
u n a D a k sa
n g e r t ia n T
P e

ADD A FOOTER 15

Anda mungkin juga menyukai