Anda di halaman 1dari 44

L/O/G/O

Pemetaan Risiko Kesehatan


Kota Cilegon Tahun 2023
Disampaikan Oleh :
Drg. Hj. Ratih Purnamasari, M.K.M
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cilegon

Dalam Rapat Penyusunan Dokumen Rencana Kontijensi Kedaruratan


Kesehatan Masyarakat (KKM) di Kota Cilegon
PENDAHULUAN
 Pemetaan risiko kesehatan adalah proses yang penting untuk memastikan
kesehatan masyarakat yang lebih baik dan perlindungan terhadap
ancaman kesehatan yang mungkin muncul di masyarakat.

Urgensi Pemetaan Risiko Kesehatan :

• Identifikasi Potensi Bahaya Kesehatan


• Perencanaan Respons Kesehatan yang Tepat
• Prioritisasi Intervensi Kesehatan
• Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik
• Pengelolaan Bencana dan Krisis Kesehatan
• Edukasi Kesehatan dan Kesadaran Masyarakat
• Evaluasi Efektivitas Program Kesehatan
2
Lanjutan…
 Identifikasi Potensi Bahaya Kesehatan
Mengidentifikasi potensi bahaya atau ancaman terhadap kesehatan masyarakat, termasuk penyakit
menular, penyakit tidak menular, polusi lingkungan, kekurangan gizi, dan lainnya.
 Perencanaan Respons Kesehatan yang Tepat
Respons ini mencakup pengalokasian sumber daya, peningkatan infrastruktur kesehatan, edukasi
kesehatan, dan kebijakan pencegahan.
 Prioritisasi Intervensi Kesehatan
Memastikan bahwa sumber daya terbatas dialokasikan secara efisien dan efektif untuk mengatasi
risiko- risiko yang memiliki dampak signifikan pada kesehatan masyarakat.
 Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik
Keputusan yang lebih baik akan membantu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan respons
terhadap situasi kesehatan yang mendesak.
 Pengelolaan Bencana dan Krisis Kesehatan
Membantu dalam perencanaan respons dan rehabilitasi yang efektif untuk mengurangi dampak
negatif pada kesehatan masyarakat.
 Edukasi Kesehatan dan Kesadaran Masyarakat
Meningkatkan edukasi kesehatan dan kesadaran masyarakat tentang risiko yang dihadapi sehingga
membantu masyarakat melakukan tindakan pencegahan yang sesuai.
 Evaluasi Efektivitas Program Kesehatan
Mengidentifikasi apakah program-program kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil mengurangi
risiko kesehatan yang ditargetkan.
3
DASAR HUKUM
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kesehatan Masyarakat
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Pemantauan dan
Penyelenggaraan Kesehatan di Daerah
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi dan Kebersihan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/MENKES/SK/VIII/2004 Tahun 2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Pengendalian Penyakit
Menular dan Penyakit Tidak Menular
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Menular dan Penyakit Menular di Tempat Pelayanan Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 Tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Keadaan Luar Biasa di
Bidang Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang Surveilans Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Keadaan
4
Pendekatan Pemetaan Risiko Kesehatan

1.Identifikasi Risiko Kesehatan 2.Analisis Data dan Penilaian Risiko


Pengumpulan data dan informasi terkait situasi
Analisis tren penyakit, penilaian dampak
kesehatan di Kota Cilegon. Ini meliputi survei
kesehatan masyarakat, data epidemiologi, lingkungan, identifikasi penyebab
laporan medis, data rumah sakit, dan lainnya kematian, dan sebagainya.

3.Penyusunan Peta Risiko Kesehatan 4.Penentuan Prioritas dan Tindakan


Melibatkan kerjasama dengan berbagai
Peta ini dapat memvisualisasikan
pihak termasuk instansi kesehatan,
distribusi daerah dengan risiko tinggi dan
pemerintah lokal, lembaga swadaya
rendah. masyarakat, dan masyarakat setempat.

5. Pengembangan Rencana Mitigasi 6. Pemantauan dan Evaluasi


dan Pencegahan Rencana dan intervensi yang
Mencakup program vaksinasi, edukasi dilaksanakan harus dipantau dan
kesehatan, perbaikan sanitasi, kampanye dievaluasi secara teratur untuk
gaya hidup sehat, dan lainnya. memastikan efektivitasnya.
Identifikasi
Risiko Kesehatan
Profil Kota Cilegon
Cilegon berada di ujung barat laut Pulau Jawa, di tepi Selat Sunda. Kota
Cilegon dikenal sebagai kota industri. Sebutan lain bagi Kota Cilegon adalah
kota baja mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di
Asia Tenggara. Sekitar 6 juta ton baja dihasilkan tiap tahunnya di Kawasan
Industri Krakatau Steel, Cilegon.
Batas Wilayah

7
PENDUDUK EKONOMI
Laju Pertumbuhan
Pekerjaan yang banyak
Penduduk Kota Cilegon
digeluti adalah
terutama dipengaruhi
Perdagangan, Hotel
Oleh Peristiwa Migrasi
Restoran dan industri.
Masuk Penduduk

Gambaran Umum
BUDAYA Kota Cilegon TRANSPORTASI

- 4 Stasiun Kereta Api


Budaya yang tercipta di - Pelabuhan Kapal
Cilegon merupakan Laut Internasional
budaya campuran Merak dan Cigading
Sunda-Jawa Banten - Terminal Bus
dengan pencampuran nasional Merak
sangat kental pengaruh - Angkutan Umum
keislaman. antar daerah
DATA KAPASITAS DAN KERENTANAN KOTA
CILEGON
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KOTA CILEGON
KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

Cibeber 30 376 29 328 59 704

Cilegon 23 396 22 931 46 327

Citangkil 40 461 39 442 79 903

Ciwandan 25 785 24 273 50 058

Grogol 21 654 20 788 42 442

Jombang 33 131 32 300 65 431

Pulomerak 24 401 23 972 48 373

Purwakarta 21 685 20 973 42 658

Kota Cilegon 220 889 214 007 434 896

Sumber data : BPS Tahun 2020


Kelompok Rentan
78343

17,5% 10220

2,2%
34981 Anak - anak Usia 0-12 Tahun
7,8% Ibu Hamil
Lanjut Usia > 60 Tahun
Bukan Kelompok Rentan
72%
323934

Sumber data : Kemenkes RI dan BPS Tahun 2020


Kelompok Rentan Berdasarkan
Jenis Kelamin
LANSIA >60 TAHUN / 7,8% PENDUDUK
17798 17183
SEKOLAH (7-12 TAHUN) / 9,9% PENDUDUK
21902 22369
PRA SEKOLAH (5-6 AHUN) / 3,3% PENDUDUK
7186 7554
BALITA (1-5 TAHUN) / 3,4% PENDUDUK
7554 7882
BAYI (0-11 BULAN) / 0,87% PENDUDUK
19071989

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Sumber data : Kemenkes RI dan BPS Tahun 2020


Jumlah Puskesmas Kecamatan
di Kota Cilegon
Jumlah Layanan Kesehatan di Kota Cilegon
NO RUMAH SAKIT PUSKESMAS PONED PUSKESMAS NON PONED KLINIK SWASTA,
DPM DAN BPM
1 RSUD CILEGON PUSKESMAS CIBEBER PUSKESMAS CILEGON

2 RS KRAKATAU PUSKESMAS CIWANDAN PUSKESMAS JOMBANG


MEDIKA
3 RS KURNIA PUSKESMAS PULOMERAK PUSKESMAS CITANGKIL

4 RS MUTIARA PUSKESMAS CITANGKIL 2


BUNDA
5 RS CITRA PUSKESMAS PURWAKARTA
SUNDARI
6 RS HERMINA PUSKESMAS GROGOL

7 RSIA KASIH INSANI

JUMLAH 7 3 6 70
SDM Kesehatan Puskesmas yang telah dilatih
Tim Gerak Cepat (TGC)
NO NAMA PUSKESMAS JUMLAH ANGKATAN YANG TELAH JUMLAH PERSONIL
DILATIH
1 PUSKESMAS CILEGON 3 9

2 PUSKESMAS CIBEBER 3 9

3 PUSKESMAS CITANGKIL 3 7

4 PUSKESMAS CITANGKIL 2 4 11

5 PUSKESMAS JOMBANG 3 9

6 PUSKESMAS PURWAKARTA 3 9

7 PUSKESMAS GROGOL 4 12

8 PUSKESMAS CIWANDAN 4 12

9 PUSKESMAS PULOMERAK 4 12

JUMLAH 31 83
Kondisi rentan penyebaran penyakit
di Kota Cilegon
• Kepadatan penduduk dan mobilitas penduduk tinggi
dengan 28% nya kelompok rentan (Anak-anak, Ibu
hamil, Lansia)
• Kota industri dengan banyak pendatang
• Terdapat pelabuhan laut internasional dan terminal bus
antar kota dan provinsi
• Terletak di sepanjang garis pantai selat sunda
Analisis Data dan Penilaian
Risiko
Tren Penyakit Berpotensi KLB

SEMUA FASKES MELAPORKAN SECARA


RUTIN MELALUI WEBSITE SKDR 23
PENYAKIT BERPOTENSI KLB
·Zero Reporting: 0 Faskes
·Non-Zero Reporting : 16 Faskes
·Nama penyakit yang tidak tercantum pada tabel
adalah Suspek Flu Burung Pada Manusia (0
Kasus), Suspek Antrax (0 Kasus), Suspek Kolera
Kluster Penyakit yang tidak lazim (0 Kasus),
Suspek Tetanus Neonatorum (0 Kasus).
·Klasifikasi kasus pada tabel adalah kasus Suspek
campak
·Tidak ada kasus atau KLB yang tidak di
investigasi

Ke Halaman Agenda
Tren Penyakit Potensial Saluran Ke Halaman Agenda

Pencernaan

Tren kasus penyakit saluran pencernaan kota Cilegon yakni diare akut TRENNYA CENDERUNG NAIK dibanding 2022.
Tren kasus diare naik di minggu 6 sampai puncaknya di minggu 17, minggu 21, minggu 22, minggu 26, minggu 28, minggu
29, minggu 33 dan 34. laporan bersumber dari laporan mingguan SKDR Puskesmas dan rumah sakit.
SITUASI PENYAKIT POTENSIAL KLB
Tren Penyakit Potensial PD3I

Tren kasus penyakit saluran pencernaan kota Cilegon yakni diare


berdarah/disentri trennya cenderung naik dibanding 2022. Tren
kasus diare berdarah/disentri naik di minggu 7 sampai minggu 9,
minggu 11, minggu 13 sampai minggu 21, minggu 24 sampai minggu Tren kasus penyakit potensial PD3I kota Cilegon yakni sindrom
25, dan minggu 28 sampai 30, dan terakhir minggu 34. laporan jaundice akut trennya cenderung naik dibanding 2022. Tren
bersumber dari laporan mingguan SKDR Puskesmas dan rumah sakit. kasus sindrom jaundice akut naik di minggu 1 sampai minggu 14,
minggu 16 sampai 18, minggu 20, minggu 23, minggu 24, minggu
26 sampai minggu 28 dan terakhir di minggu 30 sampai 34.
laporan bersumber dari laporan mingguan SKDR Puskesmas dan
rumah sakit.

Ke Halaman Agenda
Tren kasus penyakit potensial PD3I kota Cilegon yakni
suspek pertusis trennya cenderung naik dibanding
2022 dan telah terjadi KLB di tahun 2023 karena
hasil pemeriksaan suspek positif. Tren kasus suspek
pertusis naik di minggu 16, minggu 21, minggu 23,
minggu 26. laporan bersumber dari laporan mingguan
SKDR Puskesmas dan rumah sakit.

Tren kasus penyakit potensial PD3I kota Cilegon yakni suspek campak trennya
cenderung naik dibanding 2022. Tren kasus suspek campak naik di minggu 1 sampai
Ke Halaman Agenda minggu 24, minggu 27, dan terakhir minggu 31-33. laporan bersumber dari laporan
mingguan SKDR Puskesmas dan rumah sakit.
Data Kumulatif Kasus
Ke Halaman Agenda

Susp. Campak

Berdasarkan data kumulatif kasus suspek


campak kelompok umur terbanyak ada di
umur 5-9 tahun, dan kelompok umur
pengawasan minggu ini ada di umur 1-2 tahun
dan 3-4 tahun.

Untuk jenis kelamin berdasarkan data kumulatif


kelompok jenis kelamin terbanyak adalah laki-
laki dan kelompok jenis kelamin pengawasan
minggu ini ada di jenis kelamin perempuan.
Kembali ke Halaman Agenda

Tren suspek chikungunya di kota Cilegon fluktuatif, di temukan di Tren GHPR cenderung meningkat di minggu 3, minggu 6,
perlu meningkatkan kewaspadaan dini terhadap KLB minggu 10 s/d minggu 14, minggu 21, minggu 24, minggu 28,
chikungunya, mengingat curah hujan saat ini tidak menentu. minggu 31, minggu 33 dan minggu 34. laporan bersumber dari
laporan mingguan SKDR Puskesmas dan rumah sakit.

Tren suspek leptopirosis di kota Cilegon fluktuatif, perlu


meningkatkan kewaspadaan dini terhadap KLB leptopirosis,
mengingat kepadatan penduduk dan perubahan alih fungsi
lingkungan.
Tren suspek tetanus di kota Cilegon fluktuatif, di temukan di
perlu meningkatkan kewaspadaan dini terhadap KLB
tetanus.

Ke Halaman Agenda Tren suspek HFMD di kota Cilegon fluktuatif, di temukan di


perlu meningkatkan kewaspadaan dini terhadap KLB
HFMD.
Analisis Epidemiologi Deskriptif
Dinas Kesehatan Kota Cilegon
minggu 1-34 Th. 2023

Dari 8 kecamatan dengan penemuan suspek campak (cilegon, cibeber,


ciwandan, citangkil, jombang, purwakarta, grogol, dan pulomerak)
Dari 8 kecamatan dengan penemuan suspek typoid (cilegon, cibeber,
kecamatan dengan penemuan suspek campak tertinggi dari
ciwandan, citangkil, jombang, purwakarta, grogol, dan pulomerak)
minggu ke 1-30 yakni: citangkil (2 puskesmas) dengan 50 kasus
dan yang terendah adalah ciwandan dengan 7 kasus. kecamatan dengan penemuan suspek demam tifoid tertinggi dari
minggu ke 1-34 yakni: jombang dan citangkil, dan terendah cibeber
dengan 0 kasus.
Ke Halaman Agenda
Dari 8 kecamatan dengan penemuan kasus
pertusis (konfirmasi) yakni terjadi di
citangkil (1 kasus) dan jombang (1 kasus).
yang menjadi kasus KLB ditahun ini.

Ke Halaman Agenda
Kesimpulan dan Rekomendasi:
• Ketepatan pelaporan SKDR Kota Cilegon telah mencapai target 96% (16 Faskes), 2 PKM mencapai ketepatan
pelaporan 100% yaitu PKM Pulomerak dan PKM Citangkil II. pelaporan akan terus ditingkatkan hingga
ketepatan 100%, Penting utuk segera dilakukan verifikasi alert guna mencegah terjadinya KLB.
• Respon alert Terdapat 2 Faskes yang masih belum merespon alert <24 jam yaitu PKM Purwakarta dan RS
Hermina Cilegon.
• EBS yang dilaporkan ada 17 dan terverifikasi 17 yaitu AFP, Campak, GHPR, HFMD, Pertusis dan Tetanus
• KLB Pertusis terjadi pada Minggu 25 di Kec. Citangkil, telah dilakukan tatalaksana penanganan KLB dengan
pemberian eritromicyn 500 mg, RCA dan Imunisasi kejar DPT pada anak kelompok rentan (belum lengkap) di
wilayah KLB.
• Suspek campak dan suspek Dengue cukup tinggi di wilayah Kec. Citangkil , hasil verifikasi tingginya suspek
Dengeu ini karena faktor wilayah geografis cukup banyak perkebunan, PHBS dan mobilitas penduduk yang
cukup tinggi dan kepadatan penduduk.
• Suspek rabies dilaporkan ada 12 kasus, namun kasus dan kematian Rabies dilaporkan nol (0). Vaksinasi rabies
pada hewan peliharaan dan kecepatan penangkapan kasus dan penanganan rabies di Puskesmas.
• Trend pneumonia, ILI dan suspek Covid-19 terlihat mengalami peningkatan, namun status Imunisasi PCV dan
HIB di Kota Cilegon cukup tinggi diatas 90%, vaksinasi Covid-19 diatas 75%.
• Campak, AFP dan Difteri serta PD3I lainnya masih dilakukan surveilans aktif baik di Puskesmas maupun di RS.
• Kendala saat ini adalah ketersediaan logistik Campak, media amis (untuk susp. pertusis,dan suspek difteri).
Hasil Pemetaan Risiko pada
Penyakit Infeksi Emerging dan
Re-Emerging :
MERS
DIFTERI
POLIO
ANCAMAN PENYAKIT MERS

Interpretasi hasil :
Dari faktor ancaman, kota Cilegon memiliki risiko attack rate dan dampak yang
rendah terhadap penyakit MERS. Namun tetap mempunyai risiko penularan
sedang karena masih ada kegiatan umroh dan haji.
KERENTANAN PENYAKIT MERS

Interpretasi hasil :
Keberadaan terminal terpadu antar provinsi dan kepadatan penduduk
masih dapat menjadi kerentanan bagi kota Cilegon untuk penularan
MERS.
KAPASITAS PENYAKIT MERS

Interpretasi hasil :
Beberapa komponen penilaian risiko sudah cukup baik seperti
Surveilans, TGC namun anggaran penanggulangan masih perlu
ditingkatkan.
ANCAMAN PENYAKIT DIFTERI

Interpretasi hasil :
Dari hasil penilaian, penyakit Difteri masih merupakan ancaman di Kota
Cilegon, dengan risiko importasi dan sumber penularan tinggi, pencegahan
dan pengobatan rendah, bila terjadi KLB akan sangat berdampak secara
ekonomi.
KERENTANAN PENYAKIT DIFTERI

Interpretasi hasil :
Karakteristik penduduk Kota Cilegon memiliki kerentanan yang tinggi terhadap penyakit Difteri.
Kepadatan penduduk dan transportasi antar kota dan provinsi sangat aktif karena kota
Cilegon adalah kota industri tempat mencari pendapatan dan tentunya mobilitas penduduknya
sangat tinggi. Selain itu cakupan imunisasi DT dan Td sangat rendah, efek demam pasca
imunisasi menjadi alasan masyarakat untuk tidak membawa anaknya dilakukan imunisasi
difteri.
KAPASITAS PENYAKIT DIFTERI

Interpretasi hasil :
Beberapa komponen penilaian risiko sudah cukup baik seperti PE dan
ketersediaan vaksin namun kapasitas kapasitas laboratorium, deteksi
dini Difteri di fasyankes dan anggaran penanggulangan masih rendah.
ANCAMAN PENYAKIT POLIO

Interpretasi hasil :
Risiko importasi penyakit Polio di Indonesia memiliki risiko sedang dan Provinsi
Banten memiliki risiko rendah. Hasil penilaian didapatkan ancaman akan
berdampak pada ekonomi bila terjadi kondisi emergensi dan KLB dengan risiko
sedang. Perhatian media mempunyai nilai sedang bila terjadi ancaman penyakit
menular.
KERENTANAN PENYAKIT POLIO

Interpretasi hasil :
Karakteristik penduduk Kota Cilegon memiliki kerentanan yang tinggi karena cukup padat,
kunjungan antar negara berisiko sedang dan terdapat pelabuhan penyeberangan kapal
internasional yang membawa ABK (Anak Buah Kapal) dari Luar Negeri dan bahan-bahan
keperluan industri di Kota Cilegon serta terdapat terminal bus terpadu antar kota lintas
provinsi di Merak sehingga kota Cilegon. Hasil penilaian % akses air bersih rendah.
KAPASITAS PENYAKIT POLIO

Interpretasi hasil :
Beberapa komponen penilaian risiko sudah cukup baik, namun kapasitas PE dan
penanggulangan KLB dinilai masih rendah pada poin ada pedoman umum namun
tidak dilengkapi dengan SOP setempat, maka itu perlu dilengkapi dengan SOP untuk
PE dan Penanggulangan KLB.
HASIL PENILAIAN ANALISIS RISIKO
Ancaman Wabah
Virus Nipah
PENYAKIT VIRUS NIPAH
 Disebabkan oleh virus Nipah, genus Henipavirus, famili
Paramyxoviridae (Jenis virus RNA)
 CFR: 40 – 75% (bisa sampai 100%)
 Reservoir: kelelawar buah dari genus Pteropus (terdapat di
daerah tropis dan subtropis Asia dan benua Australia
 Penularan: getah nirah terkontaminasi, kontak dengan hewan
yang terinfeksi (kelelalawar buah, babi), dan antar manusia
 Masa Inkubasi: 4-14 hari (bisa sampai 45 hari)
 Gejala: asimtomatik, demam, manifestasi neurologis dan
pernafasan
 Deteksi: pemeriksaan molekuler (RT PCR) dan serologi (ELISA)
 Pengobatan: terapi suportif dan simtomatis
 Vaksin:
39 tidak ada
PENULARAN NIPAH VIRUS
GAMBARAN KLINIS NIPAH VIRUS
Gejala Klinis Diagnosis Banding
Gejala bervariasi mulai dari tanpa gejala, Diagnosis banding meliputi penyakit yang
ISPA ringan hingga berat, serta ensefalitis. menunjukkan gejala ensefalitis atau
Gejala Awal gangguan pernapasan, seperti:
• Demam, flu, sakit kepala • Japanese Ensefalitis
• Myalgia • Dengue Ensefalitis
• Nyeri Otot • Malaria Serebral
• Muntah dan sakit tenggorokkan • Scrub Typhus
Gejala Lanjutan • Leptospirosis
• Pusing, mengantuk • Ensefalitis Herpes
• Gangguan kesadaran • Meningitis Bacterial
• Ensefalitis akut
• Pada beberapa orang juga mengalami
pneumonia atopic dan gangguan
pernapasan berat
SITUASI DAN PERSEBARAN NIPAH VIRUS
Negara yang melaporkan outbreak:
• Malaysia (1999), singapura (1999)
• Sejak 2001-2021Bangladesh dan
India terjadi sporadic
• 2021 India di Kerala
• 2014 di Filipina (Pulau Mindanao)

Sejak awal 2023, Bangladesh telah


melaporkan 11 kasus Penyakit Virus Nipah
(10 kasus konfirmasi dan 1 kasus probable)
dengan 8 kematian dari Kota Dhaka dan
Rajshahi (CFR dari total kasus: 73%).
Sepuluh dari kasus yang dilaporkan
terinfeksi virus nipah setelah
mengkonsumsi jus getah kurma
sementara satu kasus lainnya merupakan
seorang dokter yang merawat salah satu
kasus terkonfirmasi.
SITUASI DAN PERSEBARAN NIPAH VIRUS
• Kasus ensefalitis banyak terdapat di Indonesia, namun terinfeksi virus ANTIBODI HENIPAVIRUS
Nipah. Akan tetapi pada tahun 2000, kasus Nipah pada orang
Indonesia yang pernah bekerja di peternakan babi di Malaysia dan
kembali ke Indonesia telah dilaporkan
• Surveilans serologis awal dengan uji ELISA terhadap sejumlah
kelelawar di Medan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta
Kalimantan Barat menunjukkan bahwa kalong spesies Pteropus
vampyrus dengan uji serologi ELISA mengandung antibodi terhadap
virus Nipah dengan prevalensi 18 hingga 30%. 1
• Virus Nipah ditemukan pada dua sampel swab saliva dari 50 swab
saliva dari Pteropus sp asal Sumatra Utara yang diuji keberadaan virus
Nipah menggunakan uji (RT-PCR).2
• Uji ELISA pada babi dari Rumah Potong Hewan (RPH) DKI Jakarta,
RPH Medan, RPH Riau, dan beberapa perternakan di Riau, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, dan Sulawesi Utara, pada tahun 2002-2005  RISIKO TRANSMISI TINGGI
tidak ada satu serum babi yang mengandung antibodi nipah

Belum pernah melaporkan kasus konfirmasi Nipah pada manusia

1.Widarso, Suroso T, Caecilia W, Endang B & Wilfried P, 2000..


2. http://dx.doi.org/10.14334/Pros.Semnas.TPV-2017-p.702-708
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai