Anda di halaman 1dari 22

Analisis Yuridis Dasar Hukum Perlindungan

Hukum Terhadap Dokter dan Dokter Gigi Dalam


Menjalankan Pelayanan Kesehatan &
Analisis Pengelolaan Asuransi Kesehatan
Perspektif Hukum Ekonomi Syari’ah

Presented by :
Silvi Anggraini (21102200054)
Yufa Sekar Arum Yunanto (21102200056)
Yulistinawati (21102200057)
Zainuddin (21102200058)

Preceptor :
Dr. drg. Erdianto Setya Wardhana, M.HKes
PENDAHULUAN
“Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak
memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional ” (Pasal 50 huruf (a) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran).

Perlindungan yang dimaksud  Perlindungan terhadap profesi dokter atas mudahnya setiap
orang menduga, mengadu, melapor, dan menggugat atas dugaan malpraktik medik.
Jika sudah sesuai Standar Profesi dan SOP  tidak dapat dituntut, baik secara administrasi,
perdata, maupun pidana

2
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perlindungan Hukum terhadap Dokter dalam memberikan pelayanan medis

PERLINDUNGAN HUKUM
PREVENTIF PERLINDUNGAN HUKUM
diberikan oleh pemerintah  untuk REPRESIF
mencegah sblm terjadi pelanggaran, perlindungan akhir berupa sanksi spt
memberikan rambu2 dan batasan2 diatur denda, penjara dan hukuman tambahan 
dalam perundang-undangan telah terjadi pelanggaran

3
Hal-hal yang harus dilakukan dokter untuk menghindarkan diri dari tuntutan hukum, dan alasan peniadaan hukuman yang
diduga melakukan malpraktik medis :
a) Dasar hukum yang memberikan perlindungan hukum thdp dokter dalam menjalankan profesi  Pasal 50 Undang-
Undang Praktik Kedokteran, Pasal 24 Ayat (1), jo Pasal 27 Ayat (1) dan Pasal 29 UndangUndang kesehatan, dan Pasal 24
Ayat (1) PP Tentang Tenaga kesehatan.

b) hal yang harus dilakukan dokter untuk menghindari tuntutan hukum


1. Informed Consent
informed  penjelasan
consent  persetujuan
suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi tindakan medis yang akan dilakukan dengan segala resiko
2. Rekam Medik
Dokter berkewajiban membuat rekam medik dalam seiap kegiatan pelayanan kesehatan terhadap pasien (Pasal 46 ayat (1)
UUPK)
Rekam medis berfungsi menyediakan informasi kesehatan bagi semua tenaga Kesehatan yang terlibat dalam pemberian
pelayanan kesehatan kepada pasien.

4
Alasan peniadaan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan malpraktik medis

Risiko Pengobatan
• Risiko inheren – melekat pada setiap tindakan medis
• Reaksi hipersensitivitas yang tidak dapat diperkirakan
• Komplikasi yang terjadi tiba tiba dan tidak bisa diduga sebelumnya

Kecelakaan Medik
• Apabila terjadi kecelakaan medik, pertanggungjawaban dokter mengarah kepada cara
bagaimana kecelakaan tersebut terjadi

5
Contribution negligence

• Dokter tidak dapat dipersalahkan apabila dokter tidak berhasil dalam penanganan apabila
pasien tidak menjelaskan secara jujur terkait riwayat penyakit yang diderita serta obat yang
pernah digunakan, serta tidak menaati instruksi dokter.

Respectable Minority Rules & Error Of (in) Judgement

• Pendekatan terhadap suatu penyakit dapat berbeda antara satu dokter dengan dokter lainnya

6
Voleti Non Fit Iniura atau Assumption of Risk
• Suatu asumsi yang sudah diketahui sebelumnya tentang adanya risiko medis yang tinggi pada pasien
apabila dilakukan suatu tindakan medis padanya.

Res Ipsa Loquitur


• Pemindahan beban pembuktian dari penggugat (pasien atau keluarganya) kepada tergugat (tenaga medis)
terhadap kelalaian tertentu yang sudah nyata, jelas sehingga dapat diketahui seorang awam atau menurut
pengetahuan umum antara orang awam atau profesi medis atau kedua-duanya, bahwa cacat, luka, cedera
atau fakta sudah jelas nyata dari akibat kelalaian tindakan medik dan hal semacam ini tidak memerlukan
pembuktian dari penggugat akan tetapi tergugatlah yang harus membuktikan bahwa tindakannya tidak
masuk kategori lalai atau keliru.

7
Prosedur Penyelesaian Sengketa Medis Oleh MKDKI

Perlindung
an Hukum MKDKI bukan lembaga mediasi,
(SEMA) dalam konteks mediasi penyelesaian
sengketa, namun MKDKI adalah
lembaga Negara yang berwenang
Majelis untuk menentukan ada atau
Kehormata tidaknya kesalahan yang dilakukan
n Etik dokter atau dokter gigi dalam
Kedokteran penerapan disiplin ilmu kedokteran
(MKEK) atau kedokteran gigi dan
menetapkan sanksi bagi dokter atau
Majelis dokter gigi yang dinyatakan
Kehormata bersalah.
n Disiplin Konsil Kedokteran
Kedokteran Indonesia (KKI)
Indonesia
(MKDKI)
8
Prosedur Penyelesaian Sengketa Medis Oleh MKDKI
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 2 Tahun 2011

• Pasal 3 Terdaftar di • Pemeriksaan


Perkonsil MKDKI/MKD awa • Ketua MKDKI MPD
Nomor 2 KI-P • Pasal 13-18 MKDKI membentuk MPD melakukan
Tahun Peraturan Konsil memeriksa yaitu Majelis investigasi
• Pemberikan data Pemeriksa Disiplin
2011. Nomor 2 Tahun • Mengumpulkan
pendukung (alat • Di terima • Anggota dari MPD
Penganan dilakukan 2011. informasi dan
bukti) • Tidak diterima ini berasal dari
setelah adanya • pernyataan tentang Klarifikasi (petugas • Alat bukti yang
(tolak) MKDKI. berkaitan
pengaduan kebenaran khusus dari
pengaduan MKDKI/MKDKI-P) Pengaduan dengan
diterima peristiwa yang
diadukan

9
Prosedur Penyelesaian Sengketa Medis Oleh MKDKI
Jika sidang pemeriksaan disiplin dokter atau dokter gigi selesai maka MPD akan menetapkan keputusan terhadap teradu.

Dinyatakan tidak melakukan pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi

Peringatan tertulis;
Pemberian sanksi disiplin, berupa: Reedukasi formal
Kewajibanmengikutipendidik
Keputusan
anataupelatihan
Reedukasi nonformal
Sementara paling lama 1
(satu) tahun;

Rekomendasi pencabutan STR atau SIP


Tetap atau selamanya;
yang bersifat

Pembatasan tindakan
asuhan
10
Prosedur Penyelesaian Sengketa Medis Oleh MKDKI
Apabila terbukti melakukan pelanggaran disiplin,

keputusan Dokter atau dokter gigi yang diadukan dapat mengajukan keberatan
terhadap keputusan MKDKI kepada Ketua MKDKI

dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak dibacakan atau diterimanya


keputusan tersebut dengan mengajukan bukti baru yang mendukung keberatannya .

Dalam hal menjamin netralitas MKDKI, Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Praktik
Kedokteran,

Disebutkan bahwa MKDKI terdiri atas 3 (tiga) orang dokter dan 3 (tiga) orang
dokter gigi dari organisasi masingmasing, seorang dokter dan seorang dokter gigi
mewakili asosiasi Rumah Sakit dan 3 (tiga) orang sarjana hukum. Sehingga tidak
dikhawatirkan lagi pihak dokter akan membela rekan sejawatnya.
11
Asuransi dan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS)
Pendahuluan

 Asuransi merupakan cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya
yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
 Pengelolaan BPJS adalah dengan menanggung jaminan Kesehatan ataupun ketenagakerjaan bagi setiap
masyarakat yang tercatat dalam BPJS, dimana bagi setiap masyarakat yang diwajibkan untuk membayar berupa
sejumlah iuran dengan nominal tertentu.
 Akad-akad yang dilakukan harus memiliki kejelasan dan tidak mengandung unsur kedzaliman. Dalam hadirnya
BPJS, dalam sistem pengelolaan dana jaminan sosial BPJS yang terkumpul tidak ada pemisah antara dana
tabarru dan dana premi wajib peserta, sedangkan konsep yang diterapkan oleh asuransi syari’ah harus berbeda
antara dana tabarru dan bukan tabarru
Pendahuluan

Asuransi BPJS Akad

Maka, Penelitian ini menganalisis Akad-akad yang dilakukan


harus memiliki kejelasan dan tidak mengandung unsur kedzaliman
Tinjauan Pustaka

 Firdaus menulis penelitian dengan judul “Tinjauan Prinsip Syari’ah Dalam Mekanisme Pengelolaan Dana BPJS
Kesehatan” pada tahun 2020. Dalam hasil penelitian ini bahwa dalam pengelolaan dana jaminan sosial BPJS
yang terkumpul tidak ada pemisah antara dana tabarru’ dan dana premi wajib peserta, sedangkan dalam
asuransi syari’ah, khususnya asuransi sosial harus dibedakan antara dana tabarru’ dengan dana bukan tabarru
 Kedua, Minny Iyasi menulis penelitian ini dengan judul “Pengelolaan Dana Masyarakat Oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan” pada tahun 2021. Dalam hasil penelitian ini bahwa pada
tahun 2015 MUI menjelaskan bahwa banyak dari program BPJS yang dilakukan dengan syari’ah seperti prinsip
gotong royong yang berujung pada konsep tolong-menolong, hanya saja masih terdapat unsur-unsur yang
belum sesuai pada prinsip syari’ah.
Metode

 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif dengan Teknik Rapid Assessment
Procedure. Dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan telaah dokumen.
 Sumber data primer : hasil wawancara terhadap informan dari pihak BPJS dan website BPJS
 Sumber data sekunder : buku-buku, jurnal dan sumber data lainnya
 Triangulasi untuk keabsahan data dilakukan melalui telaah dokumen, yaitu Permenkes 43 tahun 2019 tentang
Puskesmas, Permenkes 44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas,Profil Puskesmas X tahun
2019, serta dokumen perencanan Puskesmas X tahun 2018 dan 2019.
Konsep Asuransi Syariah

 Dalam Islam, asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan syariah,
tolong-menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator. Dalam bahasa arab, asuransi disebut at-
ta’min, at-takaful, dan tadamun.
 At-ta’min penanggungan disebut mu’ammin, sedangkan tertanggunng disebut Mu’amman lahu. At ta’min,
diambil dari kata amanah yang berarti perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut.
 Takafful. Kata takaful berasal dari takafala-yatakafalu yang secara etimologis berarti menjamin atau saling
menanggung
 Tadammun, Asuransi syariah juga dapat disebut dengan tadamun yang berasal dari kata tadama yang berarti
saling mengandung, bertujuan untuk menutup kerugian atas suatu peristiwa dan musibah yang dialami
seseorang.
Landasan Hukum

.
Hasil Penelitian

 Dari ketiga akad ,walaupun memiliki kategori pada jenis pembayaran iuran dan tanggungan, namun memiliki kesamaan
tujuan yaitu iuran yang dikumpulkan dan dikelola untuk menanggung dan membiayai peserta yang mengalami gangguan
Kesehatan, yang dimana dalam ekonomi syari’ah dikenal dalam istilah akad tabarru’. Dengan prinsip menjadikan dana iuran
sebagai dana Amanah kemudian diperuntukan sebesar-besarnya untuk peserta untuk membuktikan bahwa perjanjian atau
akad yang terjadi didalam BPJS adalah akad tolong-menolong atau tabarru’.
 Asuransi jiwa syariah adalah suatu bentuk kerjasama atau perjanjian untuk saling tolong-menolong yang dilakukan oleh
orang-orang yang ingin meminimalkan resiko yang diakibatkan oleh resiko kematian, resiko kesehatan, resiko kecelakaan,
yang dilakukan sesuai syariat Islam dengan tidak adanya unsur penipuan, perjudian dan riba.
 Namun bukan berarti BPJS sudah bisa dikategorikan dalam syar’I melihat juga ada beberap ketimpangan yang ada pada
BPJS, diantaranya: Pertama, Pengenaan Denda Keterlambatan, Didalam BPJS adanya pemberlakuan denda keterlambatan
pembayaran iuran sebesar 5%
Kesimpulan
• BPJS kota Cirebon dalam rekonsiliasi data penerimaan iuran dan BPJS Kesehatan cabang Cirebon telah sesuai
sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011.
• BPJS telah sesuai dengan konsep jaminan menurut Islam. Namun ada hal yang mengandung unsur riba dikarenakan
BPJS memberikan denda kepada masyarakat yang telat membayar iuran, unsur inilah yang dipermasalahkan dan
menjadikan BPJS sebagai syubhat.
• Namun jika dilihat dari maqasid syari’ah kontemporer yang lebih mengedepankan kemaslahatan sosial dari pada
kemaslahatan individu maka menjadi peserta BPJS adalah boleh walaupun masih mengandung unsur riba dengan
pertimbangan yang darurat atau dosanya milik yang mewajibkannya
Kesimpulan

• Dokter yang telah melaksanakan tugasnya secara profesional, berorientasi pelayanan, dan prosedural berhak
mendapat perlindungan hukum.
• Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter harus memenuhi Informed Consent dan Rekam Medik sebagai alat
bukti yang bisa membebaskan dokter dari segala tuntutan hukum apabila terjadi dugaan malpraktik.
• MKDKI berwenang memeriksa dan memberi keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter
dan dokter gigi. MKDKI dapat menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam
penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi. Lembaga ini merupakan lembaga otonom dari Konsil
Kedokteran Indonesia yang dalam menjalankan tugasnya bersifat independen.

21
Daftar Pustaka

• Daeng M et al. 2023. Analisis Yuridis Dasar Hukum Perlindungan Hukum Terhadap Dokter dan Dokter Gigi
Dalam Menjalankan Pelayanan Kesehatan. ournal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 2 Tahun
2023 Page 1933-1944 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-42468

22

Anda mungkin juga menyukai