Anda di halaman 1dari 69

KEPEMIMPINAN PENMAS dan

DINAMIKA KELOMPOK
PROF.DR.H.YUS DARUSMAN, M.SI
KEPEMIMPINAN PENMAS
1. PEMIMPIN = ORANG, SEORANG PALING TINGGI
2. PIMPINAN= ORANG, BANYAK ORANG DI LEVEL
PEMIMPIN
3. KEPEMIMPINAN = GAYA MEMIMPIN/SIFAT
MEMIMPIN/JENIS /MACAM
KEPEMIMPINAN
4. Penmas = SEMUA KEGIATAN PENDIDIKAN DILUAR
SISTEM PENDIDIKAN PERSEKOLAHAN
MELIPUTI PENDIDKAN NON FORMAL DAN
PENDIDIKAN INFORMAL
KEPEMIMPINAN PENMAS
PENDIDIKAN NON FORMAL
PNF = SEGALA KEGIATAN PENDIDIKAN YANG
DIORGANISASIKAN DI LUAR SISTEM
PERSEKOLAHAN;
1. Pondok pesantren 7. PAUD
2. kursus 8. Madrasah Diniyah
3. latihan 9. Pemberdayaan
4. seminar 10. Sosialisasi/diseminasi
5. lokakarya 11. Penataran
6. Magang 12. Prajabatan
13, dsb
PENDIDKAN INFORMAL
PENDIDIKAN INFORMAL = PENDIDIKAN YANG TIDAK
DIORGANISASIKAN
1. Pendidikan Keluarga 9. Pendidikan pekerjaan
2. Pendidikan masyarakat 10. dsb.
3. Pendidikan pergaulan
4. Kegiatan keseharian
5. Pendidikan indigenius
6. Pendidikan lingkungan
7. Proses pewarisan
8. Pendidikan turun temurun
Pendidikan Masyarakat
Semua kegiatan pendidikan yang ada di masyarakat
diluar pendidikan formal, baik dilembagakan
maupun tidak dilembagakan.
1. Pendidikan Non Formal (PNF)
2. Pendidikan Informal
3. Penyuluhan
4. Balai Diklat
5. Pelatihan
6. Pendidikan Agama
7. Pendidikan Tradisional (indigenius)
8. Dsb.
KEPEMIMPINAN PENMAS
KEPEMIMPINAN PENMAS = KEPEMIMPINAN
DIBERBAGAI LINI/JENIS/KELOMPOK BAIK
FORMAL MAUPUN NON FORMAL
KEPEMIMPINAN FORMAL; DIRJEN, DIREKTUR,
KEPALA BIDANG, KEPALA SEKSI, PENILIK, PKBM,
KEPALA PAUD, PEMILIK KURSUS, PEMILIK LATIHAN,
PEMBINA, PENDAMPING, DSB
KEPEMIMPINAN NON FORMAL; TOKOH, PEMUKA,
ORANG TUA, KETUA ADAT, ULAMA, KUNCEN, DSB.
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong,
mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan
kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima
pengaruh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan
menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan
pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan
agar kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif didalam
pencapaian tujuan – tujuan pendidikan dan pengajaran.
17 Macam Macam Kepemimpinan

1. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional terjadi ketika pola relasi ada,
yaitu antara pemimpin dengan konstituen atau pemimpin
dengan elit politik dilandasi semangat pertukaran
kepentingan ekonomi atau politik. Pemimpin fokus
perhatiannya pada hubungan pertukaran atau transaksi.
Transaksi dilakukan dengan karyawannya secara
interpersonal untuk pencapaian tertentu. Misalnya dalam
melakukan suatu proyek, pimpinan menawarkan imbalan
terhadap karyawan terhadap kontribusi yang sudah
diberikan.
2. Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan karismatik ini memiliki kemampuan lebih untuk
menarik orang dan membuat orang lain terpesona dengan cara
bicaranya termasuk mampu membangkitkan semangat dan motivasi.
Biasanya pemimpin yang memiliki gaya ini punya kepribadian idealis
dan visionaris dimana menyukai tantangan dan perubahan.
3. Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner merupakan kepemimpinan yang memberikan
arti pada usaha yang dilakukan bersama sama dan memberikan arahan
bermakna pada usaha atau kerja keras berdasarkan visi yang jelas.
Pemimpin memiliki kompetensi tertentu dan memiliki kompetensi kunci
seperti berikut; pemimpin memiliki kemampuan berkomunikasi efektif
dengan karyawan dalam organisasi, pemimpin memahami lingkungan
luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala
ancaman dan peluang, pemimpin memegang peran penting dalam
membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk
dan jasa,
4. Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis yaitu kemampuan
mempengaruhi orang lain agar mau diajak bekerja sama dan
mencapai tujuan yang ditetapkan bersama- sama oleh
pimpinan dan atasan sebagai sutu tujuan bersama.
Kepemimpinan tipe ini menjunjung tinggi kesederajatan, dan
partisipatif.
5. Kepemimpinan Militer
Kepemimpinan ini hampir mirip seperti kepemimpinan otoriter namun
beberapa sifat karakteristik militer antara lain: lebih banyak
menggunakan sistem perintah kaku, otoriter, dan kurang bijaksana,
menghendaki kepatuhan dari bawahan secara mutlak, menyebrangi
formalitas, upacara, ritual militer, menuntut disiplin yang kaku, tidak
menghendaki saran atau masukan, kritikan, komunikasi berlangsung
satu arah dari atasan ke bawahan.
6. Kepemimpinan Otokratis
Tipe kepemimpinan ini dikatakan berpusat pada diri pemimpinnya atau
juga disebut gaya direktif. Pemimpin menjadi satu satunya kunci petunjuk
dalam membuat perencanaan, atau membuat keputusan dalam suatu
kegiatan atau projek. Pemimpin secara sepihak menentukan segalanya
tentang rencana dan apa yang akan dilakukan. Pemberian perintah sepihak.
Pemimpin otokratis menyukai kepatuhan dari anak buah dan memerintah
berdasarkan apa yang dikehendaki. Pemimpin memerintah berdasarkan
kedudukannya. Serta memiliki kemampuan untuk memberikan hadiah dan
juga hukuman.
7. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan delegatif ini yaitu pimpinan mendelegasikan
kewajibannya pada bawahan yang dinilai memiliki kemampuan untuk
dapat menjalankan kegiatan untuk sementara oleh karena beberapa
alasan. Kepimpinan ini bisa dilakukan apabila atasan memang sedang
sangat sibuk, dan bawahan yang memiliki kemampuan mampu
menanggung tugas itu
8. Kepemimpinan Birokratif
Kepemimpinan birokratif yaitu kepemimpinan berdasarkan peraturan.
Perilaku pemimpin ditandai dengan ketaatan dalam pelaksanaan
kegiatan berdasarkan aturan atau prosedur yang sudah ditetapkan.
Perilaku pemimpin taat pada prosedur dan juga perilaku pada anak
buahnya. Pimpinan dalam menentukan keputusan selalu berdasarkan
aturan standar yang sudah ada dan terkesan kaku, tidak bisa fleksibel
meskipun situasi yang terjadi akan berbeda- beda.
9. Kepemimpinan Laissez Faire
Laissez Faire bersikap acuh tak acuh. Kurangnya kontrol dan interaksi
antara pimpinan dan bawahan dan mendorong anak buah untuk
mampu mengambil keputusan sendiri. Pemimpin jarang sekali
mengontrol atau mengatur anak buahnya dan sedikit menggunakan
kekuasaannya. Anak buah dibiarkan untuk melakukan apapun sesuka
hati.
10. Kepemimpinan Otoriter
Segala keputusan dan kebijakan ada di pemimpin secra penuh. Segala
tugas dan tanggungjawab dipegang oleh pemimpin yang otoriter
sedangkan bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah
diperintahkan. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya
berkonsentrasi pada tugas. Bawahan disini hanya dianggap sebagai
mesin pekerja yang bekerja sesuai kehendak dan pendapat dari
bawahan tidak pernah dianggap.
11. Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan kepemimpinan diplomatis berada di perspektif pribadinya. Banyak orang melihat
dari satu sisi dalam membaca situasi, namun pemimpin diplomatis mampu memberikan
analisa dari banyak sisi misalnya melihat dari sisi lawan dan juga sisi pada dirinya sendiri.
Hanya pemimpin yang mampu bersifat netral inilah yang bisa menganalisa apa yang
meguntungkan bagi dirinya dan apa yang menguntungkan bagi lawannya. Kesabaran dan
kepasifan adalah kelemahan dari gaya kepemimpinan ini. Karena terlalu menganalisa banyak
sisi, maka waktu yang dibutuhkan juga lebih banyak sebelum mengambil langkah keputusan.
Namun hal ini tidak sebanding dengan kemampuan bawahannya untuk berfikir sama seperti
pemimpinnya, sehingga muncul ketidaksabaran dari bawahan. Bawahan bisa menganggap
bahwa pemimpinnya kurang tegas atau mengabaikannya.
12. Kepemimpinan Moralis
Kepemimpinan moralis cenderung menitikberatkan pada kesopanan,
empati pada orang lain lebih tinggi, perhatian pada bawahan juga lebih
tinggi, lebih sabar dan murah hati. Segala bentuk kebajikan ada dalam
diri pemimpin ini. Kepemimpinan moralis ini terkadang masih terbawa
oleh suasana, bisa menjadi begitu sedih atau mengerikan, atau
menyenangkan.
13. Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan ini terkesan kurang inovatif dan kaku pada
aturan. Pemimpin dengan tipe kemimpinan administratif cenderung
takut dalam mengambil resiko, karena takut akanmuncul masalah
baru. Sehingga lebih senang mencari aman, dengan minimalnya
perubahan perubahan. Model kepemimpinan ini hanya cocok pada
situasi yang berlangung terus menerus, rutinitas, dan juga sedikit
adanya perubahan.
14.Kepemimpinan Analitis
Gaya kepemimpinan ini, dalam membuat keputusan
didasarkan pada proses analisis, dimana analisis logika pada
setiap informasi berasal dari pemimpin. Gaya ini
berorientasi pada hasil dan menekankan pada rencana
jangka panjang.
15.Kepemimpinan Asertif
Gaya kepemimpinan asertif, cenderung memfokuskan perhatian pada
individu tertentu daripada tipe kepemimpinan yang lain. Pemimpin tipe
asertif lebih suka terbuka terhadap adanya kritik dan konflik.
Pengambilan keputusan berasal dari proses argumentasi dari banyak
sudut pandang dari berbagai pihak yang pada akhirnya memunculkan
kesimpulan yang memuaskan.
16. Kepemimpinan Enterpreneur
Gaya kepemimpinan ini menaruh perhatian pada kekuasaan dan hasil
akhir yang mengutamakan kebutuhan dan kerjasama. Model ini
selalu mencari pesaing dan menargetkan hal dengan standart yang
tinggi dan juga perencanaan capaian yang jelas.
17. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan seorang pemimpin
yang bergantung pada tingkat kesiapan para pengikutnya dan bisa
berubah- ubah. Kepemimpinan yang efektif bergantung pada relevansi
tugas dan semua pemimpin yang sukses adalah yang mampu beradaptasi
pada gaya kepemimpinan tertentu yang tepat sesuai situasi yang ada.
LATAR BELAKANG KEPEMIMPINAN
TEORI MC GREGOR;
BAHWA MANUSIA ITU MEMILIKI POTENSI POSITIF; INGIN
BERBUAT BAIK, MAU BEKERJA, MAU HIDUP TERATUR, MAU
MEMBANTU YANG LAIN DAN MAU BERBUAT LUHUR. (NABI,
ROSULULLOH, PARA WALI)
BAHWA MANUSIA ITU MEMILIKI POTENSI NEGATIF;
BERBUAT JAHAT; MALAS, HIDUP MAU BEBAS, TIDAK SUKA
BEKERJA, INGIN MENANG SENDIRI (FIR’AON, HITLER, AIDIT
(PKI), KARTO SUWIRYO)
OLEH SEBAB ITU MANUSIA HIDUP HARUS DIATUR ATAU
DIPIMPIN
MEMIMPIN ADALAH MENGATUR; ADA ATURAN YANG
MENGATUR HIDUP BERSAMA YANG HARUS DIPATUHI.
KEPEMIMPINAN DAN SISTEM
SOSIAL
1. Krisis Kepemimpinan Indonesia
Krisis kepemimpinan adalah suatu keadaan
dimana seorang pemimpin sudah kurang
dipercaya oleh pengikut/rakyat.
a. Pemimpin yang kuat; Sukarno, Suharto, Moh.
Hata, Jenderal Nasution, Sultan Hamengku
Buwono ke IX.
b. Setelah era Reformasi tidak lagi memiliki
pemimpin yang kuat karena; korupsi, kolusi,
nepotisme,
2. Krisis Kepemimpinan Dunia.
a. Terjadi krisis kepemimpinan dunia setelah berakhirnya
perang dunia ke II.
b. Pemimpin dunia yang kuat, yaitu; Bung Karno, Mahatma
Gandi, Franklin D Rosevelt, Adolf Hitler, Stalin, John
Kenendy,
c. Penyebab terjadinya krisis kepemimpinan;
1). Visi dan misi pemimpin tidak sesuai dengan
harapan pengikutnya/rakyat.
2). Perilaku pemimpin menimbulkan penderitaan bagi
warganya.
3). Pemimpin terlalu lama sehingga berubah menjadi
manajer.
SISTEM SOSIAL
1. Sistem Sosial adalah kumpulan orang yang
dibentuk untuk mencapai tujuan bersama.
2. Organisasi terbagi dua yaitu profit dan non profit
3. Organisasi profit organisasi untuk mencari
keuntungan
4. Organisasi non pfrofit, organisasi tidak mencari
keuntungan, seperti pendidikan, agama,
pemerintahan, LSM, dsb.
5. Kepemimpinan berhubungan dengan sistem sosial
yang meliputi sub sistem dan komponen dalam
sistem.
Budaya Organisasi
1. Budaya Organisasi adalah norma, nilai,asumsi, filsafat atau
keyakinan yang mempengaruhi sikap da perilaku anggota/
pengikut seperti;
2. Presiden Suharto dengan Golkar dan P4 (Pedoman,
Penghayatan dan pengamalan Pancasila). Sukarno dengan
NASAKOM dan Marhaenisme.
3. Kepemimpinan adalah sebuah proses yang terdiri dari
masukan (input) proses dan luaran (out put)
masukan terdiri dari pemimpin, pengikut, visi dan misi,
budaya organisasai, dsb. Proses terdiri dari hubungan
antara pemimpin dengan pengikut, manajemen, upaya
memberdayakan pengikut dan luaran terdiri dari; terjadi
perubahan, visi tercapai, kehidupan lebih baik.
Kepemimpinan Sebagai Proses Dalam Sistem

Masukan proses luaran

1. Hubungan 1.Pengaruh
1. Pemimpin pemimpin terhadap
2. Pengikut, dengan pengikut,
3. visi dan misi, pengikut, 2. Terjadinya
4. Budaya Org 2. pemberdayaa perubahan,
5. lingkungan n pengikut, 3. tercapainya
internal dan 3. proses visi,
external perubahan, 4. kehidupan
4. manajemen lebih baik
SOSOK BUNG KARNO SEORANG ORATOR

Lahir di Blitar tahun 1901, anak seorang guru SD,


bangsawan Jawa dan Ibu dari Bali, bangsawan Bali. Nama
kecil Kusno, kemudian diganti menjadi Sukarno karena sering
sakit. Pendidikan Eeste Inlandse School atau SD, di
Mojokerto, Eurpeesche Larege School (ELS)/SMP di
Mojokerto, Hoogere Burger School (HBS)/SMA di Surabaya,
dan Technische Hoge School (THS)/ITB di Bandung. Waktu
kuliah, Bung Karno Indekos di rumah Ketua Serikat Islam
HOS Cokroaminoto, beliau belajar berorganisasi dari HOS
Cokroaminoto, kemudian mengembangkan idologi
marhaenisme bagi petani. kemudian PNI, PPKI, Konsep
Pancasila, Presiden, KAA, Non Blok, NASAKOM, tergelincir,
karena ada Kudeta Kolonel Untung yang di dukung oleh PKI,
Ia menjadi tahanan Suharto hingga wafat
PEMIMPIN
Pemimpin = tokoh atau elit dalam sistem sosial yang dikenal sebagai
orang yang mempengaruhi para anggotanya baik langsung maupun
tidak langsung.
Contoh dalam PLS:
Formal, Dirjen, direktur, Ka. Bid, Kasi, PKBM, PAUD, (jalur
pemerintahan)
Informal; Pondok pesantren, PKBM, Kursus, Latihan (jalur masyarakat)
Persyaratan Menjadi Pemimpin;
1. Elit masyarakat (pendidikan, ekonomi, status sosial)
2. Kualitas Fisik (sehat)
3. Kualitas Psikologi
a. Memahami diri sendiri (kekuatan, kelemahan, kemampuan
memimpin diri sendiri, kompeten dalam mendengarkan, dan
aspiratif)
b. Kecerdasan intelektual (IQ) tinggi; (cerdas, berakal,
cendekiawan. Melebihi para anggotanya.
c. Kecerdasan Emosional (EQ) tinggi; kemampuan untuk
memonitor perasaan dan emosi diri sendiri serta
orang lain.
d. Kecerdasan Spiritual (SQ) tinggi; kemampuan untuk
memerankan diri sebagai insan (mahluk) Allah dan
bagian dari alam semesta.
e. Kecerdasan Sosial (CQ) tinggi; kemampuan berhubungan
dengan orang lain secara menyenangkan (empati,
penyesuaian diri, kesadaran organisasi, inspiratif)
4. Kreativitas dan Inovasi (kemampuan menciptakan ide
baru, menemukan cara baru, Bukan NATO (no action,
talk only).
5. Komunikator yang baik; Upaya untuk mempengaruhi
orang lain melalui komunikasi, pengiriman pesan,
(perintah, ajakan, informasi, dsb), pengkodean (suara,
tulisan, gambar, kode lain), canel (pertemuan, telepon,
surat, memo, radio, email, dsb. Gangguan; noise,
cuaca, listrik mati, dsb, balikan; dapat dipahami, kurang
dipahami, dilanjutkan, dsb
6. Kepribadian yang unik; surgensi (suka mempengaruhi
orang lain), kedapatsetujuan (agreeableness)
berprestasi, konformitas, terorganisir, kredibelitas)
7. Berani mengambil resiko; resiko dari ketidak pastian
dari perubahan yang diciptakan.
8. Integritas Tinggi; setia pada nilai-nilai kejujuran,
moralitas, memegang teguh rahasia jabatan, tidak
FUNGSI KEPEMIMPINAN
1. Menciptakan Visi = gambaran masa depan yang dapat ditempuh
dalam 15-20 tahun
contoh; visi Bungkarno, kemerdekaan itu adalah jembatan
emas menuju adil makmur
Visi Mahatma Gandi, berpegang teguh pada kebenaran tanpa
harus ada kekerasan.
Visi Pertamina; menjadi perusahaan enerji nasional kelas dunia.
2. Mengembangkan budaya organisasi. (filsafat, norma, nilai,
asumsi) dikembangkan oleh pemimpin diajarkan kepada
anggota.
Contoh; Suharto dengan P4.
caranya; a. perilaku kepemimpinan; mengkomunikasikan nilai,
mengartikulasikan visi, memilih prioritas, dsb
b. Program dan sistem; perencanaan, pelaksanaan,
monev dan evaluasi. Program pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan.
c. Kriteria untuk imbalan dan keputusan personalia,
Rekrutmen, seleksi, propmosi, sangsi, keputusan
d. Mendesain struktur dan fasilitas organisasi;
1). Struktur organisasi 2) fasilitas organisasi
e. Bentuk-bentuk kultural, simbol-simbol, slogan-slogan,
ritual-ritual dan seremoni.
3. Menciptakan sinergi; semua ambil bagian untuk
mencapai tujuan organisasi. (orkestra perpaduan nada
sehingga terdengar enak. Bakerja sesuai dengan fungsinya
masing-masing yang mengarah ke tujuan.
4. Menciptakan Perubahan;
Masa depan lebih baik dari masa sekarang dan
masa lalu. Syaratnya;
a. Memperkecil ketidak pastian
b. mampu mengatasi resistensi terhadap
perubahan.
c. Manajemen perubahan;
merencanakan dan menentukan tujuan
perubahan (man, money, material, and
method)
Pedoman perubahan
1. Mencitakan rasa urgensinya untuk berubah; tidak
berubah biaya lebih mahal.
2. Mengkomunikasikan visi benefit yang diperoleh dari
perubahan.
3. Mengidentifikasi orang-orang esensial dan resistensi
(medukung dan menetang.
4. Membangun koalisi untuk mendukung perubahan
(manajer tengah dan bawah) di bangun koalisi
5. Menggunkan satuan tugas untuk mengarahkan
perubahan
6. Mengisi posisi kunci dengan agen-agen perubahan
7. Memberdayakan orang-orang yang kompeten untuk
membantu perubahan.
8. Membantu para pemngku kepentingan untuk
mengatasi stres akibat perubahan.
5. Memotivasi Para pengikut;
a. motivasi intrinksik; mendorong keinginan, hasrat,
kesadaran, kemauan , etos kerja dalam melaksanakan
tugasnya.
b. motivasi ekstrinksik; imbalan, pangkat, gaji, komisi,
bonus, atau penghargaan (seperti ikan lumba-lumba
meloncat karena mengharapkan makan)
6. Memberdayakan Pengikut;
a. analisis kualitas pengikut
b. Keunggulan dan kelemahan pengikut
7. Mewakili Sistem Sosial.
Seorang pemimpin tampil kedalam dan keluar
mewakili sistem sosialnya. (tokoh, simbul daris
sistem sosialnya)
Contoh; Bung Karno mewaili Indonesi orden Lama,
Soeharto mewakili Indonesia orde Baru, Hitler
mewakili fasis Jerman, dsb.
Ada tiga peran pemimpin;
1. Interpersonal : mewakili sistem sosialnya
2. Informasional : pengumpul, penyebar informasi
atau juru bicara dari organisasinya.
3. Pengambil keputusan; wirausaha, negosiator,
pengalokasi sumber-sumber.
8. Manajemen Konflik.
Sebab Konflik;
a. Ketrebatasan sumber
b. Perlakuan tidak manusiawi
c. Komunikasi tidak baik
d. Imbalan yang tidak layak
e. Pribadi orang
f. Abiguitas Yuridiksi
g. Diferensiasi Yuridiksi
h. Keragaman anggota sistem sosial
i. Interdifendensi tugas
j. Tujuan yang berbeda
Gaya Kepemimpinan Konflik
1. kompetisi; Gaya kepemimpinan yang mementingkan diri
sendiri dengan kekuasaan dan kekuatan untuk
menghancurkan pihak lawan (win and lose) saya menang
dia kalah.
2. Kolaborasi : Mmentinkan diri sendiri dan mementingkan
orang lain. Menguntungkan kedua belah pihak.
3. Kompromi; kepentingan pribadi sedang dan kepentingan
orang lain sedang (gave and take) diambil jalan tengah.
4. Menghindar; Kepentingan keduanya rendah. Kedua-
duanya menghidar dari konflik karena tidak mungkin
menang,
5. Mengakomodasi; kepentingan pribadi rendah,
kepentingan orang lain tinggi, contoh; asal Bapak senang.
Teori Kepemimpinan
1. Teori X dan Y. MC Gregor
Orang punya potensi untuk positif dan negatif, oleh karena itu
manusia harus diatur. Orang harus di paksa untuk bekerja.
2. Teory Chris Argyris
Pola Perilaku A keras dan Pola Perilaku A lunak
menghasilkan pola perilaku B
Pola Perilaku A keras; pemimpin berpengruh kuat, kontrol
ketat dan supervisi tertutup
Pola perilaku A lunak; pemimpin membujuk, paternalistik
baik,
Pola Perilaku B ; obyektif, kepercayaan tinggi, saling
menghormati, kepuasan kerja, hubungan terbuka, kolaborasi.
3. Teori Z, (Hasil perpaduang Jepang dan Amerika)
Perusahaan Perusahaan
Jepang Amerika Perusahaan Z

1. Pekerjaan Jangka 1. Pekerjaan Jangka Panjang


1. Pekerjaan untuk
pendek 2. Evaluasi dan promosi
seumur hidup
2. Evaluasi dan lambat
2. Evaluasi dan promosi
promosi cepat 3. Jalur Karier spesialisasi
lambat moderat
3. Jalur karir
3. Jalur karier non 4. Kontrol implisit dengan
spesialisasi
Spesialisasi eksplisit pengukuran
4. Mekanisme
4. Mekanisme kontrol formal
kontrol eksplisit 5. Pembuatan keputusan
implisit
5. Pembuatan kolektif
5. Pembuatan
Keputusan 6. Tanggung jawab
keputusan kolektif
individual individual
6. Tanggung jawab
6. Tanggung Jawab 7. Perhatian terhadap
kolektif karyawan holistik
individual
7. Perhatian terhadap termasuk kepada
7. Perhatian
karyawan holistik. keluarganya.
tersegmentasi
Teori Kepemimpinan Birokrasi (Max Weber)
Enam Prinsip birokrasi ideal
1. Pembagian kerja berdasarkan spesialisasi fungsional
2. Hierarki otoritas; eselonisasi (1 hingga 4)
3. Sistem peraturan; job deskripsi (pembagian
tugas/tupoksi)
4. Sistem prosedur (mengatur proses pelaksanaan
tugas)
5. Impersonalitas hubungan antar personal; hubungan
bukan atas kecintaan, kebencian, tetapi
berdasarkan; fakta, tanpa membedakan etnis dan
berada diatas semua golongan
Budaya birokrasi
Budaya organisasai adalah satu set nilai –nilai, simbol-
simbol dan ritual-ritual, yang menggambarkan
bagaimana segala sesuatu itu dilakukan dalam
organisasai ketika menyelesaikan problem –problem
manajerial.
DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika kelompok yaitu suatu kelompok yang terdiri
dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan
psikologis secara jelas diantara anggota satu dengan
lainnya.
Dinamika kelompok bersumber dari kata dinamika dan
kelompok. Dinamika berati interaksi (hubungan ) atau
interdependensi (saling ketergantungan) dalam kelompok
antara yang satu dengan lainnya, sedangkan Kelompok
yaitu kumpulan individu yang saling berinteraksi dan
mempunyai tujuan bersama[2]. Dinamika Kelompok
adalah Hubungan antara individu di dalam kelompok yang
saling berhubungan dan saling ketergantungan.
Fungsi dinamika kelompok
1.Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam
mengatasi persoalan hidup.
2. Memudahkan pekerjaan.
3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan
pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang
terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan
efisien. Salah satunya dengan membagi pekerjaan besar
berdasarkan anggota kelompoknya masing-masing atau
berdasarkan keahlian.
4. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat
dengan memungkinkan setiap individu memberikan
masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam
masyarakat.
Macam Macam kelompok sosial
1. Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya
saling mengenal dekat dan mengadakan komunikasi erat dalam kehidupan,
Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dll
2. Kelompok Sekunder
Bila interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, tidak berdekatan, dan sifatnya
kurang kekeluargaan Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif,
Misalnya: partai politik, perhimpunan, serikat kerja dll.
3. Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD),
Anggaran Rumah Tangga (ART). Anggotanya diangkat oleh organisasi, Contoh dari
kelompok ini yaitu semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
4. Kelompok Tidak resmi
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari babak interaksi, daya tarik, dan
kepentingan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur
dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok
Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat tidak resmi dan
Ciri-ciri Kelompok
1.Memiliki motif yang sama diantara individu satu dengan
lainnya, yang menyebabkan terjadinya interkasi/kerjasama
untuk mencapai tujuan yang sama.
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berbeda diantara
individu satu dengan lainnya, akibat yang ditimbulkan
tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat.
3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau
organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan
serta kedudukan masing-masing.
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota
kelompok yang mengatur interaksi dalam aktivitas
anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama
Pembentukan Kelompok
1. Adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi
kepentingan/kebutuhan
2. Timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah
tujuan yang sama.
3. Dibentukan kelompok dilaksanakan dengan menentukan
kedudukan masing-masing anggota, siapa yang menjadi ketua
atau anggota).
4. Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan
persepsi individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan
/konflik
5. Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara, sebab kesadaran
pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berupaya
menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Terjadi penyesuaian,
perubahan dalam kelompok.
6. Perkembangan kelompok selanjutnya akan bergantung kepada;
persepsi, motivasi, tujuan, organisasi, independensi, interkasi.
Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok

1. Adaptasi; Babak adaptasi berlanjut dengan baik bila:


a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima
informasi yang baru.
b) Setiap kelompok kecil terbuka untuk menerima peran
baru berdasarkan dinamika kelompok.
c) Setiap anggota memiliki kelenturan terhadap ide,
pandangan, norma dan kepercayaan anggota
lain tanpa merasa integritasnya terganggu.
2. Pencapaian tujuan,
a) menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka
mencapai tujuan bersama
b) terlibat secara emosional untuk mengungkapkan
pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Tiga Tahap Perkembangan Kelompok
1. Tahap pra afiliasi ,Merupakan tahap permulaan, diawali dengan
beradanya perkenalan semua individu akan saling mengenal satu
sama lain. Kemudian hubungan mengembang dibentuk menjadi
kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai
masing-masing anggota.
2. Tahap fungsional Ditandai dengan beradanya perasaan senang
selang satu dengan lainnya, tercipta homogenitas, kecocokan, dan
kekompakan dalam kelompok. Pada gilirannya akan terjadi
pembagian tugas dalam menjalankan fungsi kelompok.
3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok
sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam
kelompok.Tidak berada kekompakan maupun keharmonisan yang
berkesudahan diikuti dengan pembubaran kelompok.
Force-Field Theory ; Menurut Lewin
Tiga tahap pembaharuan perilaku kelompok,
1. Tahap Unfreezing yaitu tahap menyiapkan perilaku, yang
dititikberatkan pada upaya meminimalkan kekuatan perlawanan
dari setiap anggota kelompok.
2. Tahap Moving yaitu tahap pergerakan, dengan mengubah orang,
individu maupun kelompok, tugas-tugas, struktur organisasi, dan
teknologi.
3. Tahap Refreezing, yaitu tahap penstabilan perilaku dengan upaya
penguatan dampak dari perubahan, evaluasi hasil perubahan dan
modifikasi-modifikasi yang bersifat konstruktif. Oleh karena itu,
upaya yang dapat dilaksanakan ialah adanya regulasi proses feed
-back melalui optimalisasi Team Building.
Tim building adalah suatu metoda yang dirancang untuk membantu
kelompok-kelompok untuk dapat berperilaku secara lebih efektif
dengan mengevaluasi dan meningkatkan struktur, proses,
kepemimpinan, komunikasi, resolusi konflik dan kepuasan para anggota
kelompok secara umum.
Teori Pembentukan Kelompok
1. Propinquity/Teori Kedekatan.
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang berhubungan dengan orang lain
disebabkan karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya. Dalam suatu kantor
pegawai-pegawai yang bekerja dalam ruangan yang sama atau yang berdekatan
akan mudah bergabung dan membuat hubungan yang menimbulkan adanya
kelompok, dibandingkan dengan pegawai yang secara fisik terpisah satu sama lain .
2. Teori George Homans.
Teori ini berdasarkan pada aktivitas, interaksi dan sentimen (perasaan
atau emosi):
a. Semakin banyak aktivitas seseorang dilakukan dengan orang lain, semakin
beraneka interaksinya, semakin tumbuhya sentimen mereka.
b. Semakin banyak interaksi antara orang-orang, maka semakin banyak
sentimen yang ditularkan pada orang lain.
c. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain
dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami orang lain maka
semakin banyak kemungkinan ditularkan aktivitas dan interaksi
Teori Pembentukan Kelompok
3. Teori Keseimbangan; Theodore Newcomb.
seseorang tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan
sikap di dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama
lain
4. Teori Pertukaran.
Teori ini berdasarkan interaksi dan susunan hadiah-biaya-hasil.
Hadiah-hadiah yang berasal dari interaksi-interaksi akan
mendorong timbulnya kebutuhan sedangkan biaya akan
menimbulkan kekhawatiran, frustasi, kesusahan atau kelelahan.
5. Teori alasan praktis.
Aalasan-alasan praktis ini diantaranya kelompok-kelompok itu
cenderung memberikan kepuasan terhadap kebutuhan-
kebutuhan sosial yang mendasar dari orang-orang yang
mengelompok tersebut
Pertumbuhan kelompok melalui beberapa
fase
1. fase forming (fase kekelompokan),
2. Storming (fase peralihan),
3. fase norming (fase pembentukan norma)
4. fase performing (fase berprestasi).
1. Tahap Pembentukan Rasa Kekelompokan (Fase Forming)

Pada tahap ini setiap individu dalam kelompok melakukan berbagai


penjajagan terhadap anggota lainnya mengenai hubungan antar pribadi
yang dikehendaki kelompok, sekaligus mencoba berperilaku tertentu
untuk mendapatkan reaksi dari anggota lainnya.
Bersamaan dengan tampilnya perilaku individu yang berbeda-beda
tersebut, secara perlahan-lahan, anggota kelompok mulai menciptakan
pola hubungan antar sesama mereka
Pada tahap pertama inilah secara berangsur-angsur mulai diletakkan
pola dasar perilaku kelompok, baik yang berkaitan dengan tugas-tugas
kelompok, atau yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi
anggotanya, bahkan mungkin dengan kelompok-kelompok pesaing
dalam berusaha.
Produk akhir dari fase forming ini diharapkan terbentuknya rasa
kekelompokan diantara anggotanya.
2. Tahap Pancaroba/Peralihan (Storming)
Upaya memperjelas tujuan kelompok mulai tampak,
partisipasi anggota meningkat.
Sadar atau tidak sadar, pada tahap ini anggota
kelompok mulai mendeteksi kekuatan dan
kelemahan masing-masing anggota kelompok
melalui proses interaksi yang intensif, ditandai
dengan mulai terjadinya konflik satu sama lain,
karena setiap anggota mulai semakin menonjolkan
aku-nya masing-masing.
Salah satu ciri penting dari fase ini adalah dengan
berbagai cara apapun anggotanya akan saling
mempengaruhi di antara satu sama lain.
3. Tahap Pembentukan Norma (Norming).
Dalam fase ketiga ini, meskipun konflik masih terjadi terus, namun anggota
kelompok mulai melihat karakteristik kepribadian masing-masing secara lebih
mendalam, sehingga lebih memahami mengapa terjadi perbedaan dan konflik,
bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang tertentu, bagaimana cara
membantu orang lain dan bagaimana cara memperlakukan orang lain dalam
kelompok.
Dengan adanya pemahaman demikian, ikatan (cohesi) dan rasa percaya (trust)
serta kepuasan hubungan dan konsensus diantara anggota kelompok dalam
pengambilan keputusan meningkat, anggota mulai merasakan perlunya kesatuan
pendapat mengenai perilaku yang boleh dan yang tidak boleh ditampilkan dalam
pergaulan kelompok atau norma kelompok, agar kelompok bisa bekerja secara
efektif dan efesien dalam memecahkan masalah yang dihadapi bersama.
Kondisi akhir dari tahap pembentukan norma ini adalah terciptanya suasana penuh
keharmonisan dalam kelompok, sehingga hubungan antar pribadi yang semula penuh
dengan keragu-raguan dan konflik satu sama lain akibat ketertutupan diri, telah berubah
menjadi sarana untuk Pemecahan pemecahan masalah dan penyelesaian pekerjaan
kelompok.
Selain itu sudah jelas pula peran apa yang harus dimainkan oleh setiap anggota dalam
penyelesaian pekerjaan kelompok sesuai dengan kemampuan yang bisa ia berikan
kepada kelompok
4. Tahap Berprestasi (Performing)
Kelompok sudah dibekali dengan suasana
hubungan kerja yang harmonis antara anggota
yang satu dengan yang lainnya, norma kelompok
telah disepakati, tujuan dan tugas kelompok serta
peran masing-masing anggota telah jelas, ada
keterbukaan dalam komunikasi dan keluwesan
dalam berinteraksi satu sama lain, perbedaan
pendapat ditolerir, inovasi berkembang.
Beberapa model tahap perkembangan kelompok
Reitz (2007)

1. Model Lima Tahap.


a. Pembentukan, mempunyai ciri banyak sekali ketidakpastian mengenai
maksud, struktur dan kepemimpinan kelompok.
b. Keributan, adalah tahap konflik dalam kelompok.
c. Penormaan, adalah tahap dimana berkembang hubungan yang karib
dan kelompok, memperagakan kekohesifan (kesalingtertarikan).
d. Pelaksanaan, kelompok telah sepenuhnya fungsional dan diterima
baik.
e. Reses, kelompok untuk mempersiapkan pembubaran.

Ciri tahap ini adanya kepedulian untuk menyelesaikan kegiatan-


kegiatan daripada melaksanakan tugas
2. Model Kesetimbangan Tersela:

a. Pertemuan pertama menentukan arah kelompok.


b. Fase pertama kegiatan kelompok adalah fase inersi yaitu kelompok
cenderung berdiam diri atau menjadi terkunci ke dalam suatu arah
tindakan yang tetap.
c. Terjadi suatu peralihan (transisi) pada akhir fase pertama, yang terjadi
tepat ketika kelompok telah menghabiskan separuh dari waktu yang
disediakan.
d. Transisi itu mengawali perubahan-perubahan utama.
e. Fase kedua inersia mengikuti transisi yaitu fase suatu keseimbangan
baru atau kurun waktu inersia baru. Dalam fase ini kelompok
menjalankan rencana-rencana yang diciptakan selama periode
transisi.
f. Pertemuan terakhir kelompok dicirikan oleh kegiatan yang
percepatannya mencolok.
Alasan Perlunya Kelompok
1. Rasa aman.
2. Status dan harga diri.
Ada rasa peningkatan status dan harga diri karena mengikuti atau
bergabung dengan suatu kelompok.
3. Interaksi dan afiliasi. Menikmati interaksi teratur dengan orang lain dan
mendapatkan kepuasan dari interaksi tersebut.
4. Kekuatan. Dengan berkelompok perjalanan/perjuangan menjadi lebih kuat
dibandingkan dengan berjuang sendirian.
5. Pencapaian tujuan. Dengan berkelompok tujuan lebih mudah dicapai
daripada seorang diri.
6. Keuntungan bersama. Dengan berkelompok maka orang-orang yang terlibat
akan mendapatkan keuntungan bersama. Contohnya koperasi, persekutuan
dagang.
7. Kedekatan fisik. Orang berkelompok, karena kedekatan jarak fisik.
Contohnya RT, RW dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai