Anda di halaman 1dari 6

Nama : Marga Bagas Prasetya

NIM : 126306202081
Kelas : BKI 4B

1. Kepemimpinan ialah suatu rangkaian aktivitas penataan, dimana aktivitas itu berupa
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Hal itu dilakukan
dalam situasi tertentu. Tujuannya adalah agar bersedia untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
2. Ada beberapa syarat-syarat kepemimpinan yang harus ada dalam seorang
pemimpin. Syarat-syarat tersebut merupakan hal yang pokok yang harus dimiliki
seorang pemimpin agar dalam memimpin ia mempunyai kekuasaan dan wibawa
sebagai seorang pemimpin. Menurut Stogdill dalam bukunya Personal Factor
Associated with Leadership yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya
Pemimpin dan Kepemimpinan mengatakan bahwa pemimpin itu harus mempunyai
kelebihan, yaitu:
1. Kapasitas meliputi: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara dan
kemampuan menilai.
2. Ilmu pengetahuan yang luas
3. Tanggungjawab, mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan
punya hasrat untuk unggul.
4. Partisipasif aktif, memiliki sosialbilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif,
atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.
5. Status meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar
(Kartono, 1994).
Dari uraian di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin harus mempunyai
kecerdasan, tanggungjawab, serta mempunyai kedudukan sosial yang tinggi di dalam
suatu masyarakat.

3. Pada dasarnya, fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu:


a. Fungsi administratif; yang dimaksud dengan fungsi administratif adalah
pengadaan formula kebijakan administrasi di dalam suatu organisasi dan
menyediakan segala fasilitasnya.
b. Fungsi sebagai top manajemen; Fungsi sebagai Top Manajemen adalah fungsi
pemimpin dalam proses aktivitas pembuatan Planning, Organizing, Staffing,
Directing, Commanding, dan Controlling.
Sedangkan fungsi Kepemimpinan Menurut Hadari Nawawi ialah :
1. Fungsi Instruktif
Pemimpin berperan sebagai komunikator yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara melakukan), bilamana (waktu pelaksanaan),
dan di mana (tempat mengerjakan) agar keputusan dapat diwujudkan
secara efektif. Dengan kata lain, fungsi orang yang dipimpin hanyalah
untuk melaksanakan perintah pemimpin.
2. Fungsi Konsultatif
Pemimpin menggunakan fungsi konsultatif sebagai cara berkomunikasi
dua arah dalam upaya menetapkan sebuah keputusan yang
membutuhkan pertimbangan dan konsultasi dari orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi
Pemimpin bisa melibatkan anggotanya dalam proses pengambilan
keptusan maupun dalam melaksanakannya.
4. Fungsi Delegasi
Pemimpin dapat melimpahkan wewenangnya kepada orang lain, misalnya
membuat dan menetapkan keputusan. Fungsi delegasi adalah bentuk
kepercayaan seorang pemimpin kepada seseorang yang diberikan
pelimpahan wewenang untuk bertanggung jawab.
5. Fungsi Pengendalian
Pemimpin bisa melakukan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan
pengawasan, terhadapa kegiatan para anggotanya.

4. Kepemimpinan otokratis (autocratic leadership) adalah gaya kepemimpinan di mana


pengambilan keputusan terkonsentrasi pada pemimpin. Pemimpin lebih suka
membuat keputusan dan menyelesaikan masalah sendiri dengan sedikit masukan
dari bawahan. Gaya kepemimpinan ini melibatkan kontrol mutlak dan otoriter atas
suatu kelompok.
Contoh pemimpin otokratis
Para pemimpin mungkin dapat menunjukkan lebih dari satu gaya kepemimpinan.
Mereka mengadopsi gaya kepemimpinan berbeda, tergantung pada situasi. Namun,
pakar melihat, meski memiliki beberapa karakter, pemimpin memiliki satu atau dua
gaya dominan yang terlihat hampir sepanjang waktu.

Berikut adalah beberapa contoh pemimpin otokratis dalam sejarah:

 Adolf Hitler
 Attila the Hun
 Genghis Khan, Raja Henry III
 Napoleon Bonaparte
 Ratu Elizabeth I
Di bisnis, beberapa contoh yang mengadopsi gaya otokratis adalah:

Martha Stewart

 Donald Trump
 Leona Helmsley
 Michael Bloomberg
 Henry Ford
 Gordon Ramsey
 John D. Rockefeller

5. Beberapa cara untuk mengatasi pemimpin yang otoriter

A. Jangan terlalu diambil hati


Apapun yang dikatakan atasan, ambil saja bagian yang positifnya. Kalau ia marah, dengarkan
tapi jangan dibawa serius. Anggap saja si bos sedang banyak masalah.

B. Bersikap ramah
Tak ada salahnya menebar senyum atau menyapa atasan. Boleh juga sesekali mengajak
berbincang hal-hal ringan di kala santai.

C. Tunjukkan prestasi kerja


Fokus saja pada tanggung jawab pekerjaan. Tak perlu banyak memusingkan perilaku bossy si
bos. Siapa tahu, jika Anda membuat prestasi, si bos akan mengapresiasi dan mendengarkan
bawahannya.

D. Berani mengambil sikap


Jangan takut berpendapat meski atasan terkenal otoriter. Kemukakan ide anda dan hargai
pendapat yang berbeda. Jika memang tugas yang disuruh si bos tidak masuk akal, jangan
takut untuk menolak. Tapi, tetap harus dengan cara yang sopan.

E. Beri ucapan
Memberi ucapan selamat ulang tahun atau selamat atas penghargaan menunjukkan bahwa
Anda adalah bawahan yang respek terhadap atasan. Sikap ini tentu berpotensi
menyenangkan hatinya.

F. Bersikap profesional
Dalam dunia kerja, sikap profesional harus dikedepankan. Tak peduli apakah atasan Anda
otoriter atau tidak.

G. Komunikasi
Pilih strategi komunikasi yang tepat kepada atasan. Kenali dulu karakternya, lalu cari cara
menghadapinya. Atasan yang otoriter biasanya suka disanjung. Sesekali boleh menyanjung,
tapi jangan jadi penjilat. Tunjukkan bahwa Anda bawahan yang profesional dan punya
pendirian.

6. pemimpin yang tidak etis, tidak berintegritas, dan pemimpin yang disfungsional

Karakteristik Kepemimpinan Toxic :

 Tidak kompeten > pemimpin dan pengikut yang tidak mempunyai


kemampuan atau keterampilan untuk tindakan yang efektif
 Kaku > pemimpin yang keras kepala tidak mau menyesuaikan diri dengan ide-
ide dan informasi baru
 Tidak punya perasaan > tidak peduli dengan pengikut, selalu merasa tidak
puas dengan kedudukan yang dimiliki, suka berteriak dan marah bahkan
merendahkan pengikut
 Korup > suka berbohong, mencuri, menggunakan hak milik orang lain
 Berpusat pada diri sendiri > memfokuskan pada peningkatan karier pribadi
 Menekan kreativitas dan inovasi pengikut > tidak membiarkan pengikut
berpikir di luar kotak
 Tidak memiliki kecerdasan emosional > kurang memanajemen emosi

7. Gender dibedakan berdasarkan karakter feminim dan maskulin.Salah satu ciri


karakter feminin adalah menjalin hubungan yang baik dengan bawahan sehingga
apabila seseorang memiliki karakter feminin maka dia lebih cenderung memiliki gaya
kepemimpinan democratic karena kepemimpinan yang democratic berfokus pada
pendekatan terhadap karyawan untuk menanamkan kesadaran pada karyawan akan
budaya organisasi, membangun visi dan misi, serta tujuan yang ingin dicapai oleh
organisasi agar karyawan dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Sebaliknya,seseorangyang mempunyai karakter maskulin, di mana salah
satuciridarimaskulin yaitu berorientasi pada tugas dan cenderung memiliki gaya
kepemimpinan yang autocratic, di mana kepemimpinan autocratic lebih mengarah
pada penyelesaian tugas yang diinginkan atau mengarah pada memberikan
hubungan timbal balik terhadap karyawan Gaya kepemimpinan laki-laki dan
perempuan adalah sama tetapi situasinya yang akan mungkin berbeda. Penelitian
dilakukan di amerika serikat, mendapati bahwa pemimpin laki-laki lebih berkesan di
dalam organisasi ketentaraan, sementara perempuan dalam organisasi pendidikan
dan sosial.

8. Sebagai seorang konselor saya akan menanyakan dulu kepada konseli, dia berat
dikeluarga atau berat dipekerjaanya. Karena setiap hal yang dipilih pasti mempunyai
konsekuensi tersendiri nantinya, tidak akan bisa jika si konseli mengambil keduanya,
pasti ada satu hal yang harus dikorbannkan. Atau mungkin bisa mengambil
pekerjaan tersebut dengan anak yang bisa dititipkan ke orang tua atau di asuh
babysister dengan masih dalam pengawasan si konseli tersebut.
9. Kepemimpinan yang melayani (servant leadership) merupakan suatu tipe atau model
kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang
dialami oleh suatu masyarakat atau bangsa. Para pemimpin-pelayan (servant leader)
mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan
aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. 
Contoh servant leadership di Indonesia adalah Mohammad Hatta. Beliau adalah
salah satu pemimpin Indonesia yang selalu memperjuangkan hak-hak rakyat
Indonesia. Semasa jabatannya sebagai wakil negara, Mohammad Hatta berjuang
untuk memajukan ekonomi bangsa dan pendidikan rakyat Indonesia. Mohammad
Hatta dapat dikatakan sebagai pemimpin yang menerapkan servant leadership
karena selalu mementingkan kebutuhan rakyatnya.

10. contoh kasus : terjadi krisis kepemimpinan di daerah seperti contohnya,


“Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah (KPPOD) Armand Suparman mengatakan, tindakan kepala daerah akhir-akhir
ini, baik dari sisi kebijakan maupun program, menunjukkan kemerosotan. Hal
tersebut tidak hanya terjadi dari sisi kapasitas, tetapi juga integritas.
Ia menegaskan, kapasitas dan integritas kepala daerah menjadi determinan
pertumbuhan ekonomi daerah. ”Dengan kejadian beberapa hari terakhir ini jadi
preseden buruk dan alarm bahaya bagi kita semua terkait dengan pembangunan
daerah saat ini dan juga di masa yang akan datang,” kata Armand, Kamis (2/9/2021).
Pernyataan tersebut disampaikan Armand dalam diskusi bertajuk ”Krisis
Kepemimpinan Daerah di Tengah Pandemi Covid-19” yang diselenggarakan oleh
KPPOD. Hadir juga dalam diskusi tersebut, Direktur Jenderal Otonomi Daerah
Kementerian Dalam Negeri Akmal Malik, Wakil Ketua Komisi II DPR Junimart Girsang,
dan Komisioner Ombudsman RI Robert Na Endi Jaweng.
Armand menyebutkan, ada tiga kelompok kasus yang dilakukan kepala daerah akhir-
akhir ini. Pertama, terkait pengelolaan keuangan daerah. Kasus tersebut terjadi pada
pembelian mobil dinas pasangan kepala daerah gubernur dan wakil gubernur
Sumatera Barat, renovasi rumah dinas Ketua DPRD Sumatera Barat, serta
pembangunan rumah dinas Bupati Penajam Paser Utara.
Selain itu, terdapat kasus penerimaan honor pemakaman jenazah warga yang
terkonfirmasi Covid-19 oleh bupati dan pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Jember. Armand menyayangkan, kepala daerah tersebut justru memberi respons
justifikasi sesuai peraturan yang ada.
Kelompok kasus kedua yang terjadi, yakni aktivitas sejumlah kepala daerah atau
politisi di daerah yang menimbulkan kerumunan. Armand memberikan contoh kasus
yang terjadi di Nusa Tenggara Timur. Pada kasus ini, kepala daerah telah melakukan
perbuatan tercela dengan melanggar sumpah jabatan. Mereka melawan instruksi
Menteri Dalam Negeri dalam penanganan pandemi Covid-19.
Sementara itu, kelompok kasus ketiga yang terjadi adalah jual-beli jabatan di
Probolinggo. Armand menuturkan, beberapa kasus tersebut menggambarkan
persoalan terutama pada pranata politik yang melahirkan pemimpin daerah yang
mempunyai kapasitas dan integritas.”

Solusi penyelesaiannya : Kemendagri hanya bisa memberi sanksi sebatas teguran


kepada kepala daerah yang melanggar aturan. Proses pemberhentian tidak bisa
mereka lakukan karena mereka dipilih secara langsung oleh masyarakat. menjadi
pemimpin juga dibutuhkan karakter kepemimpinan. Sebab, untuk menghadapi
permasalahan dibutuhkan respons cepat dan tepat. Mereka harus memiliki skala
prioritas untuk efektivitas kerja. Hal itu perlu ditekan kan kpada mereka pemimpin
daerah.
Ia menegaskan, pandemi Covid-19 menjadi ujian bagi kepala daerah. Karena itu,
dibutuhkan pemimpin yang berkualitas dan bisa tampil. Mereka yang berkualitas
mempunyai ciri-ciri utama seperti mampu berinovasi dan memiliki kredibilitas tinggi
dalam menghadapi krisis.

Anda mungkin juga menyukai