Anda di halaman 1dari 12

AKAR KONFLIK DAN PERDAMAIAN DALAM PERSEKTIF BUDAYA

Dr. Ibrahim Chalid. M. SI


DI SAMPAIKAN PADA KULIAH KKMI KEMDIKBUR REPUBLIK INDONESIA. Dosen Antropologi Fisip -UNIMAL
Yang Dilaksanakan Lintas Kuliah Antar Perguruan Tinggi.
Belajar Merdeka.Kampus Merdeka, Oktober 2021
PROLOG

• Ilmu antropologi memiliki 2 (dua) perspektif asal usul manusia yaitu.


1. Monogenesis. dan 2. Poly Gnesis
• Peristiwa konflik pertama di catat dalam sejarah adalah konflik antara
Habil dan Qabil..
• Sejarah adalah Politik Masa Lalu. Belajar sejarah bertujuan
mempelajari masa lu, menjadi pelita pada masa kini serta menjadi
repleksi untuk menata masa depan yang cemerlang.
• Jadi belajar sejarah konflik agar dapat membangun perdamaian.
Konflik Sebuah Keniscayaan ??!!...
• Tuhan mencibtakan makluk manusia berbeda: berbeda Ras, Bangsa,
Suku-bangsa, Sub Suku-bangsa, Kepentingan, Keinginan, Rasa, Suka,
Hobbi dll.
• Perbedaan terjelma dalam bentuk warna kulit, bahasa, keyakinan,
bangsa, suku, rasa, keinginan dll.
• Jadi berbeda itu menjadi hukum alam/the nature of low/sunnatullah
yang harus diterima maka konflik menjadi sebuah
keniscayaan.
• TUGAS MANUSIA MEMPELAJARI KONFLIK DAN MENEBAR
KEDAMIAN
• Konflik berasal dari bahasa latin configere yang artinya saling
memukul. Walau demikian, konflik tak selalu melibatkan kekerasan
fisik
• Secara istilah, pengertian Konflik adalah pertentangan atau
perselisihan yang ada dalam masyarakat.
5 (Lima) Teori yang menjadi Prespektif melihat Konflik

• Pertama; Perspektif teori hubungan masyarakat yang menilai bahwa konflik


muncul karena adanya dua kelompok berbeda yang saling bertentangan.
• Ke-dua; Perspektif teori negosiasi prinsip yang menganggap konflik disebabkan
oleh karena adanya perbedaaan pandangan dalam menyelesaikan persoalan.
• Ke-tiga ; Perspektif teori kebutuhan manusia yang memandang kebutuhan sosial,
fisik, dan mental yang tak terpenuhi sebagai penyebab konflik.
• Ke-empat ; Perspektif teori identitas mengungkapkan bahwa konflik timbul
karena adanya pihak lain yang ingin menghilangkan identitas kelompok tertentu
dengan cara menghancurkan situs ataupun melarang ritual budaya tertentu.
• Ke-lima ; Perspektif teori kesalahpahaman budaya yang menganggap bahwa
penyebab konflik ialah perbedaan latar belakang budaya
Resolusi Konflik dan Transformasi Konflik
• Terdapat dua cara dalam menyelesaikan konflik yaitu resolusi konflik dan
transformasi konflik
• Resolusi Konflik ; sebuah bentuk penyelesaian konflik dengan tujuan
meredakan konflik antara pihak-pihak yang sedang bertikai. Tujuan akhir
dari resolusi konflik ialah perdamaian di antara pihak-pihak yang
berkonflik.
• Transformasi Konflik ; strategi penyelesaian konflik yang memandang
masalah konflik sebagai sebuah fenomena struktural kompleks, luas, dan
rumit. Dalam transformasi konflik, masalah tersebut diselesaikan dengan
tujuan merombak sistem. Maka, dengan cara ini diharapkan konflik yang
sama tidak kembali terulang. Metode ini diterapkan dengan menjalankan
perubahan secara konstruktif yang dilakukan bersama upaya resolusi
berlanjut, demi menciptakan sistem demokratis bagi masyarakat
pascakonflik
Budaya Sebagai Fundamen Perdamaian
• Bangunan Kebudayaan terdiri dari 3 (three layer of culture) yaitu :
1. Sistem ide-gagasan 2. Sistem Aktivitas dan 3. Artefak
• Ketiganya berujud dalam sistem budaya dan sosial masyarakat melalui
pembentukan dengan mekanisme “representasi kolektif” dan
selanjutnya di “sosialisasi-kan” melalui proses belajar “ long live
education”
• Kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta
karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang
dijadikan miliknya dengan cara belajar (Koentjaraningrat)
Elemen Penting dalam Membangaun Perdamaian

Ada 4 (empat) elemen penting dalam membangun transformasi


konflik yaitu :
1. Transformasi Personal
2. Transformasi Relasioan
3. Transformasi Kultural, dan
4. Transformasi Struktural
4 (empat) tahapan transformasi konflik
• Ada 4 (empat) tahapan dalam membangun transformasi konflik menuju
perdamaian. Adapun ke 4 hal tersebut adalah :
• 1. De-eskalasi konflik ; Tahap ini untuk mendorong pihak yang berkonflik
mengakhiri penggunaan metode militeristik dan kekerasan senjata. Resolusi
konflik baru dapat dicapai apabila ada penurunan eskalasi konflik yang dilakukan
cepat atau lambat. Hal ini untuk mengurangi jumlah korban jiwa dan kerugian
akibat kekerasan.
• 2. Intervensi kemanusiaan dan negosiasi politik ; Setelah tahap de-eskalasi, kedua
belah pihak harus didorong untuk benar-benar mengakhir proses konflik
bersenjata. dan, ada upaya elite politik melakukan negosiasi terkait resolusi
konflik
• 3. Problem-solving approach; pada tahap ini, keadaan pihak-pihak
berkonflik sudah mulai stabil menuju stabil. Konflik senjata
dihentikan dan telah tercapainya sebuah cara untuk menyelesaikan
konflik melalui resolusi konflik.
• 4. Peace-Building; adalah tahap untuk menciptakan ruang demokrasi
bagi pihak-pihak pascakonflik melalui tahap transisi, rekonsiliasi, dan
konsolidasi.
2 (dua) Jenis Perdamaian
• Perdamaian Positif adalah situasi ketika tidak adanya kekerasan,
(baik kekerasan langsung, kekerasan struktural, maupun kekerasan
kultural) dan atau terpenuhinya rasa aman dan keadilan ekonomi dari
sistem yang berlaku, sampai terhapusnya diskriminasi ras, etnis, dan
agama oleh struktur sosial.
• Perdamaian negatif adalah situasi di mana tidak ada perang dan atau
kondisi damai yang ditandai dengan ketiadaan konflik antara kedua
belah pihak atau lebih, ketiadaan asimetri ketakutan, ketiadaan
kekerasan dan ketiadaan perbenturan kepentingan

Anda mungkin juga menyukai