Anda di halaman 1dari 5

Ketentuan dan Validitas Surat Edaran

Dirjen Bimas Islam tentang


Pernikahan Suami dalam Masa Idah
Istri
Latar Belakang
• Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita yang bertujuan untuk
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dalam Islam, pernikahan
merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan.
• Dalam pernikahan, terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah masa
iddah. Masa iddah adalah masa tunggu yang harus dijalani oleh perempuan yang ditalak,
ditinggal mati suaminya, atau habis masa idah karena talak raj'i. Masa iddah ini bertujuan untuk
memastikan apakah perempuan tersebut hamil atau tidak.
• Menurut hukum Islam klasik, bekas suami tidak memiliki masa iddah untuk menikah kembali
dengan perempuan lain. Namun, dalam perkembangannya, terdapat beberapa pendapat yang
menyebutkan bahwa bekas suami juga memiliki masa iddah untuk menikah kembali dengan
perempuan lain.
Lanjutan

Pada tanggal 29 Oktober 2021, Kementerian Agama melalui Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam mengeluarkan surat edaran Nomor P-005/DJ.III/Hk.00.7/10/2021 tentang Pernikahan Mantan
Suami dalam Masa Idah Mantan Istri. Surat edaran ini menetapkan bahwa bekas suami yang akan
melakukan pernikahan baru dengan perempuan lain maka diwajibkan baginya untuk menunggu sampai
masa iddah mantan istrinya selesai.
Surat edaran ini menimbulkan berbagai tanggapan, baik yang mendukung maupun yang menolak.
Tanggapan yang mendukung menyatakan bahwa surat edaran ini merupakan ijtihad baru yang bertujuan
untuk menjaga kehormatan dan hak-hak perempuan. Sementara itu, tanggapan yang menolak menyatakan
bahwa surat edaran ini bertentangan dengan hukum Islam klasik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian terhadap ketentuan dan validitas surat edaran Dirjen Bimas Islam
tentang pernikahan suami dalam masa iddah istri. Kajian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang ketentuan surat edaran tersebut, serta untuk memberikan penilaian terhadap
validitasnya dari perspektif hukum Islam.
Bagaimana validitas penetapan hukum SE
Dirjen Bimas Islam ini?
Surat Edaran DIRJEN BIMAS Islam Nomor P-005/ DJ.III/HK.00.7/10/2021 adalah surat yang
membahas masalah poligami dalam iddah istri. Surat Edaran tersebut termasuk ke dalam hukum
positif apabila dilihat dari pengertiannya. Jika dilihat dari hukum administrasi Negara, Surat
edaran dapat digolongkan kepada aturan kebijakan (bleidsregel). Keberadaan peraturan
kebijakan merupakan konsekuensi dari kewenangan bebas yang dimiliki oleh pemerintah
(diskresi). Peraturan kebijakan merupakan penggunaan diskresi dalam bentuk tertulis. Secara
normatif di Belanda, peraturan kebijakan diartikan sebagai suatu keputusan yang ditetapkan
sebagai peraturan umum, bukan merupakan suatu peraturan yang mengikat secara umum.
Peraturan kebijakan merupakan salah satu bentuk produk hukum yang lahir karena kebebasan
bertindak yang melekat pada administrator Negara yang lazim disebut dengan Freies Ermessen
atau diskresi. Sebab diterbitkannya Freies Ermessen yaitu adanya tuntutan keadaan yang sangat
cepat berubah sedangkan aturan yang ada tidak mampu untuk mengatasi keadaan tersebut,
dengan demikian diperlukan administrasi Negara yang responsif. Dalam hal ini Freies Ermessen
sangat berperan dalam mengatasi dan mengisi kekosongan hukum.

Anda mungkin juga menyukai