Anda di halaman 1dari 38

KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH DALAM KISARAN NORMAL


DAN MENJAGA TUBUH TETAP BERSIH DAN MELINDUNGI
KULIT

Disusun oleh:
LIDYA CHRISTIANI 1420123175
ROSNATALENI GEA 1420123213
Konsep Kebutuhan Dasar manusia

Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang


dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik
secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya, bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi
secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis
maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang
sangat penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga
homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Banyak ahli filsafat,
psikologi, dan fisiologis menguraikan kebutuhan manusia dan
membahasnya dari berbagai segi.
Kebutuhan rasa cinta,
memiliki dan dimiliki
(love and belonging
needs)
Kebutuhan fisiologis
(physiologic needs)

5 Katagori Kebutuhan Kebutuhan harga diri


Dasar Manusia, (self-esteem needs)
Menurut Abraham
Maslow
Kebutuhan keselamatan Kebutuhan aktualisasi
dan rasa aman (safety diri (need for self
and security needs) actualizating)
Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal
Suhu Tubuh Normal Manusia Setiap orang memiliki suhu tubuh berbeda yang
disebabkan oleh proses metabolisme dan aktivitas yang dilakukan. Lantas, apakah
ada batas suhu tubuh normal pada manusia? Tentu saja, tapi hal itu juga bergantung
pada kondisi lingkungannya dan umurnya.

Pada Wanita yang ditulis Sonia Prastika, suhu tubuh normal pada bayi dan balita
antara lain:
Umur 3 bulan: 37,4˚C
Umur 1 tahun: 37,6˚C
Umur 3 tahun: 37,2˚C
Umur 5 tahun: 37˚C
Sementara itu, suhu tubuh normal pada orang dewasa (remaja hingga tua)
rata-rata 36.5˚- 37.5˚C. Bisa dibilang suhu tubuh orang dewasa lebih
rendah dibanding bayi atau balita. Namun, bila sedang sangat aktif, suhu
tubuh dapat lebih tinggi dari normal.
Menurut Sodikin (2012) dalam repository.ump.ac.id, tingkatan suhu tubuh
manusia yang tidak normal antara lain:
Keadaan kolaps (hipotermi): < 25˚C
Subnormal < 35˚C
Pireksia: 37,8˚C - 39,5˚C (tinggi)
Hiperpireksia: > 39,5˚C
Cara Mengukur Suhu Tubuh

ada beberapa cara untuk mengukur Suhu Tubuh manusia, di antaranya:


1.Oral
Pengukuran dengan cara oral adalah meletakan termometer ke dalam mulut.
Perlu diperhatikan bila sedang mengunyah atau memakan sesuatu, tunggu 15
menit sebelum mengukur tubuh secara oral.ur suhu tubuh manusia.

2. Rektal
Pengukuran tubuh secara rektal dilakukan melalui anus, biasanya
lebih cocok untuk anak-anak. Suhu rektal tidak boleh diukur jika anak
sedang mengalami diare atau umur kurang dari 1 tahun.
3.Aksila/ketiak

Pengukuran suhu aksila (ketiak) merupakan pengukuran suhu


yang paling aman, biasanya digunakan untuk orang dewasa
maupun anak-anak.
Faktor yang Menyebabkan Suhu Tubuh Berubah

Suhu tubuh manusia bisa berubah-ubah dengan cepat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
perubahan suhu tubuh, di antaranya:
• Demam
• Kecepatan Metabolisme
• Rangsangan Saraf
• Hormon Pertumbuhan
• Hormon Kelamin
• Hormon Tiroid
Cara Menjaga Suhu Tubuh Normal :
• Minum Banyak Air
• Kompres Badan (Saat suhu badan sedang tinggi atau demam)
• Sesuaikan dengan Pakaian
• Perhatikan sirkulasi udara
Berikut ini adalah beberapa cara menjaga kesehatan kulit yang dapat kamu lakukan
setiap hari. Selain kulit lebih sehat dan terawat, kebiasaan-kebiasaan baik di bawah
ini juga berpengaruh positif untuk kesehatan tubuhmu secara keseluruhan:
• Mengubah Pola Makan Menjadi Lebih Sehat
• Istrahat Yang cukup
• Hindari rokok dan alkohol
• Kelola stres dengan baik
• Lindungi diri dari sinar matahari
• Olahraga secara rutin
• Mandi 2 kali sehari

,
PROSEDUR PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

TUJUAN PRAKTIKUM
1. TUJUAN UMUM.
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan
dalam melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital.
2. TUJUAN KHUSUS.
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengukuran tekanan darah
2. Melakukan pengukuran nadi
3. Melakukan pengukuran temperatur/suhu tubuh
4. Melakukan pengukuran pernafasan (respiration rate)
Tekanan darah (TD), nadi, suhu/temperature dan respiration rate (RR) adalah pengkajian dasar
pasien, yang diambil dan didokumentasikan dari waktu ke waktu yang menunjukkan perjalanan
kondisi pasien. TD, nadi, suhu dan RR disebut dengan tanda vital (vital sign) atau cardinal
symptoms karena pemeriksaan ini merupakan indikator yang diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien dapat membantu perawat dalam membuat
diagnosa dan perubahan respon pasien. Jenis pemeriksaan tanda-tanda vital diantaranya :

1. Tekanan Darah (TD) normalnya 100-120/60-80 mmHg

Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prahipertensi 120-139 80-90

Hipertensi (derajat 1) 140-159 90-99

Hipertensi (derajat 2) >160 >100


2. Nadi
Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya 60-100 x/menit
Takikardi jika > 100 x/menit dan Bradikardi jika < 60 x/menit

3. Suhu
Lokasi pemeriksaan suhu tubuh : mulut (oral) tidak boleh dilakukan pada anak/bayi, anus (rectal) tidak boleh
dilakukan pada klien dengan diare, ketiak (aksila), telinga (timpani/aural/otic) dan dahi (arteri temporalis).
 Hipotermia (<35° C)
 Normal (35-37° C)
 Pireksia/febris (37-41,1° C)
 Hipertermia (>41,1° C)

PERBEDAAN HASIL
LOKASI PENGUKURAN SUHU
TEMPERATUR

Lebih rendah 1 derajat C dari


Suhu Aksila
suhu oral

Lebih tinggi 0,4-0,50 C dari suhu


Suhu rektal
oral

Suhu aural/timpani Lebih tinggi 0,80 C dari suhu oral


4. Respiration Rate (RR)
Yang dinilai pada pemeriksaan pernafasan adalah : tipe pernafasan, frekuensi, kedalaman dan suara nafas. Respirasi normal
disebut eupnea (laki-laki : 12 – 20 x/menit), perempuan : 16-20 x/menit)
RR > 24 x/menit : Takipnea
RR < 10 x/menit : Bradipnea

Usia Nadi (kali/menit) RR (kali/menit) TD sistolik (mmHg)


Dewasa (>18 tahun) 60-100 12-20 100-140
Remaja (12-18 tahun) 60-100 12-16 90-110
Anak-anak (5-12 tahun) 70-120 18-30 80-110
Pra sekolah (4-5 tahun) 80-140 22-34 80-110
Bawah 3 tahun/Toddler (1-
90-150 24-40 80-110
3 tahun)
Bayi (1 bulan – 1 tahun) 100-160 30-60 70-95
Baru lahir/infant (0-1
120-160 40-60 50-70
bulan)
PEMERIKSAAN SUHU

Persiapan alat
1. Sarung tangan/handscoen
2. Thermometer (raksa, digital/elektrik)
3. Tissue
4. Bullpen
5. Bengkok
6. Lembar dokumentas
Persiapan perawat :
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Prosedur tindakan
1. Cuci tangan
2. Minta klien untuk duduk atau berbaring, pastikan klien merasa nyaman
3. Gulung lengan baju klien atau buka baju atas sampai axila terlihat
4. Keringkan daerah axila dengan tissu
5. Pastikan thermometer siap (jika menggunakan thermometer raksa suhu awal
<35°C)
6. Pasang thermometer pada daerah tengah axila, minta klien untuk menurunkan
lengan atas dan meletakkan lengan bawah diatas dada
7. Jelaskan pada klien bahwa pengukuran akan berlangsung selama 5 menit atau
sampai alarm berbunyi pada thermometer elektrik
8. Ambil thermometer dan baca hasilnya
9. Bersihkan termometer dengan kapas alkohol atau dengan menggunakan sabunsavlon-air bersih lalu keringkan
dengan tissue
10. Rapikan klien
11. Mencuci tangan
12. Dokumentasikan hasil pemeriksaan

PEMERIKSAAN FREKUENSI NAPAS


Prosedur Tindakan
1. Bantu klien membuka baju, jaga privasi klien
2. Posisikan pasien untuk berbaring/duduk, pastikan klien merasa nyaman
3. Lakukan inspeksi atau palpasi dengan kedua tangan pada punggung / dada
untuk menghitung gerakan pernapasan selama minimal 1 menit
4. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN NADI

Prosedur Tindakan
1. Cuci tangan
2. Bantu pasien untuk duduk atau berbaring, pastikan pasien merasa nyaman.
3. Gunakan ujung dua atau tiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis )
untuk meraba salah satu dari 9 arteri.
4. Tekan arteri radialis untuk merasakan denyutan
5. Kaji jumlah, kualitas, dan ritme nadi
6. Gunakan jam tangan, untuk menghitung frekuensi nadi selama minimal 30
detik
7. Hitung frekuensi nadi selama 1 menit penuh apabila ditemukan kondisi
abnormal
8. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

- Pilih manset tensimeter/sphygmomanometer sesuai dengan ukuran lengan pasien


- Tempatkan pasien dalam posisi nyaman (duduk/berbaring) dengan lengan rileks, sedikit menekuk pada siku dan
bebas dari tekanan oleh pakaian
- Palpasi arteri brachialis.
- Pasang manset melingkari lengan atas dimana arteri brachialis teraba, secara rapi dan tidak terlalu ketat (2,5 cm di
atas siku) dan sejajar jantung
- Raba nadi radialis atau brachialis dengan satu tangan.
- Tutup bulb screw tensimeter
- Pasang bagian diafragma stetoskop pada perabaan pulsasi arteri brachialis
- Pompa tensimeter/sphygmomanometer dengan cepat sampai 30mmHg di atas hilangnya pulsasi
- Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi arteri teraba
- Dengarkan melalui stetoskop, sambil menurunkan perlahan-lahan 3mmHg/detik dan melaporkan
saat mendengar bising „dug‟ pertama (tekanan sistolik)
-Turunan tekanan manset sampai suara bising „dug‟ yang terakhir (tekanan diastolik)
- Rapikan alat-alat yang telah digunakan
- Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada pasien
- Dokumentasikan hasil pemeriksaan
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK KEPALA DAN LEHER

TUJUAN PRAKTIKUM
1. TUJUAN UMUM.
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam
melakukan
pemeriksaan kepala dan leher.
2. TUJUAN KHUSUS.
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan pemeriksaan fisik pada kepala (wajah, mata, telinga, hidung, sinus, mulut)
b. Melakukan pemeriksaan leher
c. Mengidentifikasi abnormalitas yang ditemukan pada pemeriksaan kepala dan leher
Persiapan alat
1. Sarung tangan
2. Lidi kapas
3. Penlight
4. Otoskop
5. Garputala
6. Jam tangan (yang ada detiknya)
7. Speculum nasal
8. Tounge spatel
9. Kasa
10.Stetoskop
11.bengkok

Persiapan perawat :
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
3 Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
4 Cuci tangan, gunakan sarung tangan
MENGKAJI RAMBUT

- Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat penggunaan cat rambut, obat pengeriting/pelurus, riwayat
kemoterapi, (jika memakai rambut palsu lepaskan terlebih dahulu) dll
- Inspeksi warna rambut dan apakah pertumbuhan rambut pada kulit kepala merata.
- Inspeksi dan palpasi ketebalan dan ketipisan rambut
- Palpasi tekstur dan kelembaban rambut, kutu, ketombe
- Perhatikan adanya infeksi dengan memisahkan rambut menjadi beberapa bagian, periksa bagian
belakang telinga dan disepanjang garis batas rambut di leher
- Dokumentasikan hasil pemeriksaan

MENGKAJI KEPALA DAN WAJAH

- Amati ukuran, bentuk dan kesimetrisan kepala


- Inspeksi bentuk wajah, melihat adanya edema/cekungan, daerah bibir sianosis/tidak
- Palpasi kepala, lakukan gerakan memutar yang lembut dengan menggunakan ujung jari mulai dari
bagian belakang dan palpasi ke arah depan sampai midklavikula, palpasi setiap sisi kepala
- Periksa kesimetrisan pergerakan wajah : minta klien untuk menaikkan kedua alis, mengerutkan dahi,
menurunkan kedua alis, menutup mata rapat-rapat, mengembungkan pipi dan tersenyum
memperlihatkan gigi
- Dokumentasikan hasil pemeriksaan
MENGKAJI MATA

- Inspeksi alis mata untuk melihat distribusi rambut, kesejajaran, kebersihan kulit dan pergerakan
(minta klien untuk menaikkan dan menurunkan alis mata), menilai distribusi rambut dan arah
lengkungan bulu mata
- Inspeksi kelopak mata untuk menilai karakteristik permukaan, posisi kelopak mata dari kornea,
kemampuan dan frekuensi berkedip
- Amati konjunctiva bulbar untuk menilai warna, tekstur dan adanya lesi. Regangkan kelopak mata
dengan ibu jari dan jari telunjuk, tekan tulang orbita bagian atas dan bawah, minta klien untuk melihat
keatas, kebawah
- Amati konjunctiva palpebra dengan menekuk kelopak mata kearah luar.
MENGKAJI TELINGA

- Inspeksi warna, kesimetrisan dan posisi telinga


- Perhatikan ketinggian bagian superior yang menempel pada kepala terhadap posisi mata
- Lipat pinna kedepan (pinna seharusnya kembali ke keadaan semula)
- Tekan tragus kedepan, tekan processus mastoideus
- Inspeksi saluran telinga luar untuk melihat adanya serumen, lesi kulit, pus dan darah dengan menggunakan
otoskop
• Pada orang dewasa, pegang daun telinga/ heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang
sehingga lurus dan menjadi mudah diamatai.
• Pada anak-anak, tarik daun telinga ke bawah.
- Inspeksi warna pada membran timpani
- Lakukan pemeriksaan pendengaran:
1. Pemeriksaan sederhana dengan menggunakan jam tangan
2. Pemeriksaan sederhana dengan cara tes bisik: Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
3. Pemeriksaan Rinne (tujuan : untuk membandingkan antara konduksi udara dengan konduksi tulang.
Normalnya konduksi udara > baik dari tulang) Vibrasikan/getarkan garpu tala
4. Dokumentasi hasil pemeriksaan
MENGKAJI HIDUNG

- Inspeksi hidung bagian luar untuk melihat adanya kelainan bentuk, ukuran atau warna, septum
nasi
- Inspeksi rongga hidung dengan penlight atau speculum nasal, catat adanya kemerahan,
pembengkakan dan cairan yang keluar dari hidung
- Palpasi hidung bagian luar dengan lembut untuk menentukan area yang mengalami nyeri tekan,
terdapat massa dan mengalami pergeseran tulang kartilago, deviasi septum nasi
- Tentukan kepatenan rongga hidung, minta klien menutup mulut, mengeluarkan tekanan pada
salah
satu lubang hidung dan bernafas pada lubang hidung yang lain (ulangi prosedur untuk lubang
hidung
yang berbeda)
- Palpasi semua sinus paranasalis untuk mengetahui adanya nyeri tekan
- Dokumentasikan hasil pemeriksaan
MENGKAJI MULUT
- Inspeksi bibir luar untuk mengkaji kesimetrisan kontur, warna, tekstur. Minta klien mengerucutkan
bibirnya seolah akan bersiul
- Inspeksi dan palpasi lapisan bibir terdalam dan mukosa bukal terhadap warna, kelembaban, tekstur
dan adanya lesi
- Inspeksi palatum, uvula, dan tonsila palatina (tekan lidah dengan tounge spatel, gunakan penlight
untuk mempermudah pengamatan)
-Amati gigi dan gusi saat memeriksa bibir bagian dalam. Bila klien memakai gigi palsu, lepas terlebih
dahulu.
- Minta klien menjulurkan lidah, amati permukaan lidah (posisi, warna, tekstur)
- Amati pergerakan lidah
- Minta klien menempelkan ujung lidahnya di langit-langit mulut, amati pangkal lidah, dasar mulut,
amati juga ductus saliva untuk mengetahui adanya pembengkakan
- Palpasi lidah dan dasar mulut untuk mengetahui adanya nodul/tonjolan, kondisi duktus saliva
(gunakan kasssa untuk memegang ujung lidah, jari telunjuk tangan yang lain palpasi area belakang,
pinggir dan pangkal lidah)
- Dokumentasikan hasil pemeriksaan
MENGKAJI LEHER

- Minta klien menegakkan kepala, inspeksi otot leher (sternokleidomastoideus dan trapezius) untuk
melihat adanya pembengkakan atau massa abnormal
- Gerakkan dagu ke dada (menentukan fungsi otot sternokleidomastoideus)
- Tengadahkan kepala sehingga dagu mengarah ke atas (menentukan fungsi otot trapezius)
- Gerakkan kepala sehingga telinga bergerak kearah bahu kanan dan kiri (menentukan fungsi otot
sternokleidomastoideus)
- Hadapkan kepala ke kanan dan kiri (menentukan fungsi otot sternokleidomastoideus)
- Minta klien menghadapkan kepala kesalah satu sisi melawan tahanan tangan Anda, ulangi pada sisi
yang lain (menentukan fungsi otot sternokleidomastoideus)
- Minta klien mengangkat bahu melawan tahanan tangan Anda (menentukan fungsi otot trapezius)
- Palpasi seluruh bagian leher untuk menemukan adanya pembesaran nodus limfe
- Palpasi trakea untuk mengetahui adanya deviasi lateral. Letakkan ujung jari atau ibu jari pada trakea di insisura
suprasternum, gerakkan jari ke sisi kiri dan kanan yang dibatasi oleh klavikula, bagian anterior otot
sternokleidomastoideus dan trakea
- Palpasi adanya bendungan vena jugularis (JVD) dengan cara kepala ditinggikan 45o miring kiri,
letakkan penggaris tegak lurus sternal angle, letakkan penggaris ke 2 secara horizontal dari
sternokleidomastoideus (normalnya <4-5 cm)
- Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid
- Apabila diduga terdapat pembesaran kelenjar auskultasi area tiroid untuk mengetahui adanya
“bruit”
(bunyi desir halus yang ditimbulkan oleh turbulensi aliran darah). Gunakan bagian stetoskop yang
berbentuk bel.
- Rapikan pasien
- Rapikan alat
- Dokumentasikan hasil pemeriksaan
PERAWATAN DIRI
Secara bahasa, personal hygiene artinya kebersihan diri atau kebersihan perorangan.
Sedangkan menurut istilah, personal hygiene dapat didefinisikan sebagai perawatan
diri yang dilakukan untuk menjaga kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis.
• 1. Kebersihan Tangan, Kaki, dan KukuMenjaga
kebersihan tangan dapat dilakukan dengan mencuci
tangan secara rutin sebelum makan, setelah memegang
hewan, selepas buang air, dan situasi lainnya yang
memungkinkan kuman menempel pada kulit.
• 2. Kebersihan Rambut
• Kebersihan rambut dapat dijaga dengan mencuci rambut
secara teratur setidaknya 2-3 hari sekali atau saat rambut
kotor. Gunakan sampo yang sesuai dengan jenis rambut
agar perawatannya lebih maksimal.
• Kebersihan gigi dan mulut
• Untuk memastikan kebersihan gigi dan mulut tetap
terjaga, Anda dapat menggosok gigi paling sedikit
dua kali dalam sehari, yaitu pagi dan malam hari
saat hendak tidur.
• Kebersihan Kulit adalah Tindakan yang bisa
dilakukan untuk menjaga kebersihan badan adalah
mandi dengan air bersih dan sabun minimal dua kali
sehari. Selain itu, Anda juga perlu memastikan
pakaian yang akan dikenakan terbebas dari debu
dan kotoran.

• Kebersihan genitalia atau alat kelamin penting


dijaga untuk mencegah terjadinya infeksi atau jamur.
Cara mendasar yang bisa dilakukan adalah
membersihkannya setelah buang kecil dan besar
dengan benar
Kebutuhan Kebersihan Lingkungan Klien 

Pemenuhan kebersihan diri dan lingkungan merupakan bagian dari kebutuhan


dasar manusia. Ini berarti bahwa setiap manusia membutuhkan kenyamanan pada
diri dan lingkungan. Dalam memberikan suasana atau memenuhi kebutuhan
tersebut bukan berarti perawat harus membersihkan lingkungan, tetapi bagaimana
perawat tersebut menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien.

Pemenuhan kebutuhan kebersihan lingkungan pasien yang dimaksud disini adalah


kebersihan pada tempat tidur. Melalui kebersihan tempat tidur, diharapakan pasien
dapat tidur dengan nyaman tanpa gangguan selama tidur, sehingga dapat
membantu proses penyembuhan.
Jenis persiapan tempat Tidur
• Unoccupied bed (tempat tidur yang belum ada klien di atasnya)
• Closed bed (tempat tidur tertutup)
• Open bed (tempat tidur terbuka)
• Aether bed (tempat tidur pasca operasi)
• ccupied bed (mengganti tempat tidur dengan klien di atasnya)

Prinsip Perawatan tempat tidur:


Tempat tidur klien harus selalu bersih dan rapi
Linen diganti sesuai kebutuhan dan sewaktu- waktu, jika kotor  Penggunaan linen bersih
harus sesuai kebutuhan dan tidak boros
Hal-hal yang harus Diperhatikan dalam Perawatan Tempat Tidur 

• Hindari kontaminasi pada linen bersih


• Saat memasang linen pada tempat tidur klien, gunakan cara yang efektif dan kerjakan pada
satu sisi dulu setelah selesai baru pindah ke sisi lain, Tempatkan linen yang kotor pada
tempat yang bertutup. Bawa dengan hati-hati, jangan menyentuh pakaian perawat dan cuci
tangan setelahnya, Perawat harus tetap memperhatikan keadaan umum klien selama
melaksanakan tindakan.
• Unoccupied bed Closed Bed (Tempat Tidur Tertutup)
Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan dan masih tertutup dengan over laken
diatasnya.
Tujuannya:
Agar siap pakai sewaktu-waktu, Agar tampak selalu rapi, Memberikan perasaan senang dan nyaman pada klien

4. Open Bed (Tempat Tidur Terbuka)


Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan tanpa over laken. Tujuan Dapat segera digunakan Dilakukan
jika ada klien baru dan pada klien yang dapat/boleh turun dari tempat tidur

5. Aether Bed (Tempat Tidur Klien Pasca Operasi) 


Merupakan tempat tidur yang disiapkan untuk klien pasca operasi yanng mendapat narkose (obat bius). Tujuan
Menghangat klien, Mencegah penyulit/komplikasi pasca operasi

6. Occupied Bed 
Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur klien tanpa memindahkan klien  Tujuan Memberikan perasaan
senang pada klien, Mencegah terjadinya dekubitus  Memelihara kebersihan dan kerapihan, Dilakukan pada
klien yang tirah baring total (sakit keras atau tidak sadar/koma)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai