Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 1

INDUSTRI GULA
Kelompok 1

01 Yomar Tiranda
43122049 04 Nabila Syadni
43122063
Adel Nofrianti
02
Demang
43122055 05 Nurul Azizah
43122071
03Gita Dwi Zakiah
Hasan
43122061
Latar
01 Belakang
Dalam proses produksi gula dari tanaman tebu yang
diproses sampai menjadi gula kasar atau gula murni
hingga mempunyai nilai jual yang tinggi, memiliki hasil
samping produk berupa limbah. Limbah meliputi ampas
tebu (bagasse), blotong (filter cake), dan abu ampas tebu
atau abu ketel. Blotong merupakan hasil endapan (limbah
pemurnian nira) sebelum dimasak dan dikristalkan
menjadi gula pasir, dan abu ampas tebu merupakan abu
hasil pembakaran pada ketel (boiler). Limbah - limbah
tersebut menimbulkan berbagai pencemaran lingkungan
sehingga sumber air bersih berkurang dan juga
menimbulkan polusi udara yang berbahaya bagi
kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar. Sehingga
diperlukan suatu pengolahan terhadap limbah tersebut,
bukan hanya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
kehidupan masyarakat saja namun juga dapat
memberikan peluang usaha yang mempunyai nilai
ekonomis
Karakteristi
02 k
• Gula
 Rumus kimia gula yaitu C6H12O6

eter dan kloroform, titik lebur 180̊ C , bentuk kristal monoklin,


 Sifat Fisik: tak berwarna, larut dalam air dan etanol,tidak larut dalam

bersifat optis aktif, densitas kristal 1588 kg/m3

 Gula dalam per 100 gram mengandung:

 Kalori sebesar 364 kal

 Karbohidrat sebanyak 94 gram

 Kalsium sebesar 5 mg

 Air sebesar 5,4 gram


• Limbah industri

gula
pH: 5,2- 6,5

• Warna : Kuning Kecoklatan

• Total Suspended Solid/TSS (mg/l) : 760-800

• Pospor (mg/l) : 1,3-2,5

• COD (mg/l): 1000-4340

• BOD (mg/l): 350-2750

(Menurut Hampannavar , 2010)


• Limbah Ampas
Tebu
Mengandung sekitar 30 % berat tebu dengan kadar air sekitar
50 %. Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri
dari unsur C (carbon), H (Hydrogen) 6,5 %,O (Oxygen) 44 %
dan abu (Ash) 2,5 %.
. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap
kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 %

akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal.

Menurut Budiono (2008), ampas (bagasse) tebu


mengandung 52,67% kadar air; 55,89% C-organik; N-
total 0,25%; 0,16% P2O5; dan 0,38% K2O
Limbah Blotong (padat)

. Kandungan protein dari


limbah ini keluar dari proses
nira sekitar 0.5 % berat
dalam bentuk padat
zat padat terlarut.
mengandung air dan masih Komposisi blotong terdiri Kandungan dari protein
bertemperatur cukup tinggi < dari sabut, wax dan fat yang dapat diekstrak
panas >, berbentuk seperti kasar, protein kasar,gula, antara lain albumin 91.5
tanah, sebenarnya adalah serat total abu,SiO2, CaO, P2O5 %; globulin 1 %; etanol
tebu yang bercampur kotoran dan MgO. terlarut 3 % dan protein
yang dipisahkan dari nira.
terlarut 4 %.
• Limbah Tetes Tebu
Pada pemrosesan gula tetes
yang dihasilkan sekitar 5 – 6 %
tebu, sehingga untuk pabrik
dengan kapasitas 6000 ton tebu
per hari menghasilkan tetes
sekitar 300 ton sampai 360 ton
tetes per hari.
Penggunaan tetes sebagian besar untuk industri fermentasi
seperti alcohol, pabrik MSG, pabrik pakan ternak dll.
Secara umum tetes yang keluar dari sentrifugal mempunyai
brix 85 – 92 dengan zat kering 77 – 84 %. Sukrosa yang
terdapat dalam tetes bervariasi antara 25 – 40 %, dan kadar
gula reduksi nya 12 – 35 %. Untuk tebu yang belum masak
biasanya kadar gula reduksi tetes lebih besar daripada tebu
yang sudah masak.
04Peraturan Pemerintah
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
Beberapa parameter yang diatur dalam peraturan
HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU
ini antara lain adalah pH, BOD,COD,TSS dan
MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA
kandungan logam berat. Berikut ini adalah
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
beberapa parameter baku mutu air limbah
domestic menurut Peraturan Pemerintah
a. bahwa industri gula berpotensi menimbulkan Lingkungan Hidup nomor 5 Tahun2014:
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan • pH: 6-9
hidup sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan • BOD: maksimum 50 mg/L
pencemaran air dengan menetapkan baku mutu • COD: maksimum 100 mg/L
air limbahnya; • TSS: maksimum 50 mg/L
b. bahwa baku mutu limbah cair untuk industri gula • Kandungan logam berat: sesuai dengan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran A VII dan ketentuan yang berlaku
Lampiran B VII Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: UUD no 5 2014 tentang baku
KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri tidak sesuai
mutu air limbah yang dihasilkan
dengan perkembangan keadaan sehingga perlu oleh berbagai kegiatan.
dilakukan penyempurnaan;
04. Parameter yang digunakan
Hasil
NO Parameter Satuan
Analisa
1 BOD 5 Mg/L 10

2 COD Mg/l 21

3 TSS Mg/l 6

4 Minyak & Lemak Mg/l 0,2

5 Sulfida (sbg H2s) Mg/l 0

6 CO Mg/m3 10,64

7 SO2 mg?/m3 4,48


Parameter pada peraturan pemerintah
05. Pengolahan Limbah Industri Gula
A. Pengolahan
Limbah Padat
 Menjadi Tanah Uruk
1. Blotong
 Ditanam langsung (dipendam) menjadi tanah
 Menjadi Pupuk Organik
 Pengeringan dengan cara dijemur pada sinar terik matahari (dibolak-balikan) sampai
dapat dihancurkan dengan crusher.
 Penghalusan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan bahan baku sehingga
menbentuk butiran atau serbuk.
 Pengayakan untuk mendapatkan ukuran yang seragam dengan menggunakan
ayakan halus (screen)
 Bahan – bahan yang telah halus kemudian dicampur dengan mesin mixer sampai
homogen dengan menetapkan perbandingan C/N yang sesuai (10 :1 – 20:1) dimana
komposisi yang dibutuhkan adalah 54,6% blotong dan 45,4% kotoran sapi.
 Penambahan bahan lain yaitu fosfat alam, dolomit, zeolit, dan molasses dengan
komposisi totoal secara keseluruhan 20%
2. Ampas Tebu
1
2
Menjadi bahan bakar
boiler (pada proses
3
pemasakan nira, Menjadi bahan
Menjadi arang aktif
evaporasi, kristalisasi, campuran dalam pulp
dengan proses
dan pemisahan kristal pada industri kertas.
karbonisasi.
dari cairan)
B. Pegolahan Limbah
Skema Instalasi Pengolahan Air Cair Pengolahan limbah cair tersebut
Limbah (IPAL) Industri Gula menggunakan metode kolam
oksidasi (Oxidation Pond)
1. Kolam Penangkap
Padatan
2. Kolam Ekualisasi
3. Kolam Anaerob
4. Kolam Fakultatif
5. Kolam Aerasi
6. Kolam Stabilisasi
7. Kolam Monitor
Kolam
Oksidasi
1. Kolam Pemisah Minyak dan Padatan
Fungsi utama kolam ini yaitu untuk mengendapkan padatan yang terbawa
oleh air limbah. Proses pengendapannya memanfaatkan prinsip perbedaan
massa jenis antara air dan minyak. Secara logika minyak yang memiliki
masa jenis lebih rendah akan berada di bagian atas atau permukaan
sedangkan air berada di bagian bawah
2. Kolam Ekualisasi
kolam ekualisasi ini disebut juga kolam penyangga. Air limbah yang
mengalir ke IPAL memiliki karakteristik yang berbeda – beda disetiap
alirannya. Sehingga pada kolam ini menghomogenkan air limbah yang
masuk.
3. Kolam Anaerob
Pada kolam ini air limbah diproses dengan cara mendegradasi bahanbahan organik
dengan keadaan tanpa oksigen. Pada kolam ini ditambahkan bakteri khusus yang
berfungsi mendagradasi bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Bakteri yang
ditambahkan yaitu bakteri dengan merek dagang AGB (Activated Growth Bacteria).
Penambahan bakteri ini sangat diharapkan bakteri alami yang terdapat dalam air limbah
maupun bakteri tambahan dapat mendegradasi bahan organik secara maksimal dengan
tujuan menurunkan nilai COD hingga maksimal.

4. Kolam Fakultatif
Pada kolam ini proses yang terjadi yaitu melanjutkan proses degradasi pada proses
sebelumnya. Air limbah yang akan menuju kolam fakultatif diberi tambahan bakteri
yang sebelumnya dibiakkan di tangki khusus. Bakteri ini mempunyai fungsi
mendegradasi bahan organik dalam keadaan aerob. Jenis bakteri yang ditambahkan ialah
bakteri yang dikenal dengan SGB (Super Growth Bacteria).
5. Kolam Aerasi
Kolam aerasi yang dimiliki IPAL PT.X terdapat 2 kolam yang masing - masing
dilengkapi beberapa unit aerator. . Pada kolam aerasi ini diharapkan COD dalam
keadaan serendah-rendahnya dengan oksigen terlarutnya meningkat
6. Kolam Stabilisasi
Pada kolam ini limbah diharapkan telah mencapai kondisi polutan sangat rendah bahkan
tidak berpolutan sama sekali. Di kolam ini tidak dilengkapi aerator dengan tujuan agar air
dalam kondisi tenang dan pengendapan berlangsung sempurna. Di kolam stabilisasi ini
juga dibiakkan beberapa jenis ikan yang berfungsi sebagai bio-indikator tingkat
pencemaran, dan juga dalam rangka mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Bapedalda
Propinsi Lampung.

7. Kolam Pemantauan (Monitor)


Pada kolam ini tidak ada perlakuan khusus pada limbah, kolam ini sebagai media
pengawasan kualitas limbah (pH. COD, TSS, NTU, dan lain-lain) yang telah terolah di
IPAL untuk selanjutnya disalurkan sebagian ke lahan menggunakan pompa irigasi dan
sebagian lagi ke badan air yaitu Sungai
Terima kasih
Do you Understand?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai