Anda di halaman 1dari 124

PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK

SKS = 3 (2 – 1)
PENDAHULUAN
Pengertian Limbah
Limbah : hasil buangan (sisa) suatu kegiatan (proses)
yang tidak diperlukan lagi dan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan
Limbah : barang buangan, tidak laku dijual, menjijikan,
keberadaannya tdk dikehendaki
Limbah : produksi yang tidak terpakai keberadaanya
saat ini dan masih menjadi biang
permasalahan.
Dulu : dianggap tidak memiliki nilai ekonomis
Sekarang : sumberdaya
• Limbah ternak/peternakan yaitu; sisa buangan
dari suatu kegiatan usaha peternakan ;
pemeliharaan ternak, RPH,pengolahan produk
ternak.
• Limbah peternakan selain mengganggu
lingkungan sekitar, juga menimbulkan bibit
penyakit.
• Secara umum bentuk limbah dapat berupa gas,
debu,cair, dan padat.
• Di antara berbagai jenis limbah , ada yang
bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal
sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Limbah B3)
• Limbah B3
Setiap bahan sisa suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan
corrosivity) serta konsentrasi atau
jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak,
mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia
(BAPEDAL , 1995)
BENTUK LIMBAH TERNAK
*Limbah Padat (solid waste)
Semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam
fase padat (feces ternak, embrio, atau isi rumen ,
sisa pakan, bulu, kerabang telur, kuku, tanduk).
*Limbah Cair: (liquid waste)
Semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam
fase cairan ( urine, lemak, darah dari pemotongan,
air dari pencucian alat-alat).
*Limbah Gas: (gaseous waste)
Semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
*Kombinasi
KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK
Karakterisitik Limbah Ternak
• Diperlukan dalam merancang sistem
pengolahan limbah
• Meliputi : Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi
VARIABEL YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR/EVALUASI KARAKTERISTIK
LIMBAH

Variabel Unit
1. Jumlah limbah Kg/hari
2. Kelembaban persen
3. BOD5 Mg/l
4. Zat padat total Kg/hari
5. Zat padat tersuspensi Kg/hari
6. Zat padat terlarut Kg/hari
7. Nitrogen total Mg/l sebagai N
8. Amoniak Mg/l sebagai N
9. Fosfor Mg/l sebagai P
10. pH
Bahan Padat

• Penentuan kandungan bahan padat


dalam limbah sangat diperlukan dalam
evaluasi karakteristik limbah dan dalam
penentuan jenis pengolahan yang
diperlukan.
Bahan padat dalam limbah cair dapat dibedakan
kedalam dua kelompok :
• Suspended solid (partikel bahan padat yang
tersuspensi dalam cairan)
volatile solid (mudah menguap)
fixed solid
• Dissolved solid (bahan padat yang terlarut dalan
cairan)
volatile solid
fixed solid
• Volatile solid diindikasikan dengan kekuatan
limbah menjadi busuk
Pembagian bahan padat dalam limbah cair
menjadi komponen yang terpisah
– Total solid = volatile solid + fixed solid
– Total suspended = volatile suspended +
fixed suspended
– Total dissolved = volatile dissolved + fixed
dissolved
Nitrogen
Nitrogen dalam limbah cair dapat
digolongkan dalam 4 bentuk yaitu :
– Nitrogen organik
– Nitrogen ammonia
– Nitrogen nitrit
– Nitrogen nitrat
Jumlah dari keempat komponen tersebut
adalah TOTAL NITROGEN.
• Limbah segar umumnya mengandung bahan
organik tinggi dan nitrogen ammonia rendah.
• Ammonia adalah hasil dekomposisi bahan
organik yang dilakukan oleh bakteri.
• Nitrit merupakan hasil oksidasi ammonia
oleh bakteri.
• Nitrit hanya ditemukan pada limbah yang
telah mengalami dekomposisi oleh bakteri.
Kehadiran nitrit menunjukkan bahwa kondisi
limbah masih belum stabil
• Nitrit dapat direduksi kembali menjadi
ammonia atau dioksidasi menjadi nitrat.
Nitrat merupakan hasil oksidasi nitrit dan
merupakan bentuk nitrogen yang paling
stabil dan nitrat merupakan suatu
indicator kestabilan limbah dan
menunjukkan bahwa proses
dekomposisi oleh bakteri telah selesai.
Fosfor
• Fosfor memegang peranan penting dalam
kehidupan, oleh karena itu penting dalam
proses pengolahan limbah.
• Fosfor terdapat dalam air limbah sebagai
fosfat dalam bentuk ortofosfat dan
polifosfat.
• Kelebihan fosfor dalam air dapat
menstimulasi “algal bloom” yang
mengarah ke organic overloading.
• Dalam kondisi kelebihan fosfor, fotosintesis
akan melampaui respirasi (P>R).
• Bila respirasi melampaui fotosintesis (R>P)
maka akan terjadi penurunan kandungan
oksigen yang kemudian akan menurunkan
kandungan NO3 , SO4 dan CO2 karena
dikonversi menjadi NH4 , H2S dan CH4
• Akibatnya badan air menjadi tercemar
proses ini disebut Eutrophication
(penyuburan).
• Pada proses pengolahan limbah aktifitas
mikroorganisme hanya mampu
menurunkan fosfor tidak lebih dari 50%,
• Penghilangan selanjutnya dapat
dilakukan melalui proses pengendapan
dengan penambahan kapur, besi atau
garam alumunium.
pH

• pH digunakan untuk mengontrol


operasional berbagai proses pengolahan
limbah secara biologis, terutama pada
proses anaerob.
Nutrient Cycling
NH3 - Volatilization

Inputs Outputs

Feed Meat
Nutrients Milk
Hay
Mineralization
Plant Uptake

NO3 - Leaching
KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

Dipengaruhi :
a. Unit produksi: padat, semipadat, cair
b. Kandang :
Lantai keras : terakumulasi diatas lantai
 kelembaban dan konsistensinya
merupakan fungsi dari umur kotoran dan
pemaparan terhadap lingkungan
• Bila kandang beratap : kelembaban limbah
ternak akan dipengaruhi kemiringan lantai,
ventilasi, temperatur, dan kelembaban udara.
Drainase baik, ventilasi baik, iklim panas
Limbah bentuk padat (mudah untuk
dikumpulkan)
Drainase buruk, ventilasi buruk
Limbah bentuk cair/semi padat
c. Umur dan Spesies
• Limbah ternak ruminansia ≠ Limbah
ternak non-ruminansia
d. Ukuran Ternak
• Ternak besar ≠ Ternak kecil
• Produksi limbah ternak : ± 7-8% BB
e. Bedding Material
jerami, tatal, serbuk gergaji
digunakan untuk alas kandang
(menyerap air)
sebaiknya tidak disatukan dengan
kotoran
Limbah peternakan dan pertanian dapat digolongkan
ke dalam dua kelompok besar yaitu : limbah padat
dan limbah cair (limbah gas dalam jumlah kecil)
• Limbah cair :
adalah limbah yang dapat mengalir bebas
(free- flowing) melalui saluran drainase.
• Limbah padat :
adalah limbah yang tidak
dikeluarkan/dibuang melalui
cerobong/saluran/drainase atau tidak dapat
mengalir dengan sempurna.
• Jenis limbah akan mempengaruhi proses
pengelolaan :
a. LIMBAH CAIR
• limbah organic terlarut : perlakuan secara
biologis, land disposal
• Limbah anorganik terlarut : land disposal,
perlakuan secara fisik dan kimia
• Limbah organik tersuspensi : sedimentasi,
perlakuan secara biologis, pengendapan
secara kimiawi, land disposal.
• Limbah anorganik tersuspensi :
sedimentasi, land disposal, dan
perlakuan secara kimiawi.
b. LIMBAH PADAT
• Limbah organik : insinerasi,
pembuatan kompos, land
disposal, dehidrasi, conditioner tanah,
pakan ternak
• Limbah anorganik : land disposal
c. LIMBAH GAS
• Langsung : CH4, Bau
• Tidak Langsung : NH3, H2S
Bau disebabkan oleh suatu kelompok nyawa radikal yang disebut
osmophores (APCA, 1997). yaitu:
• CHO- Aldehydes
• CH2OH- Carbinols
• CO-2 Carbonyls
• COOH- Carboxyls
• OH- Hydroxyl compounds
• SH- Sulphydryls

Perbedaan bau yang disebabkan oleh osmophores karena


kehadiran molekul berikut

• C2H5OH Ethyl Alcohol, sweet-smelling


• C3H5OH Allyl Alcohol, irritating smell
• C9H19OH Nonyl Alcohol, offensive smell
• Senyawa H2O, H2O2, and CO2 yang
mengandung atom oksigen tidak berbau,
• Bila oksigen digantikan oleh sulfur menjadi
hidrogen sulfida (H2S), hidrogen persulfida
(H2S2), and karbon disulfida (CS2) berbau.
KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK
Variable Unit Sapi potong Sapi perah Babi Unggas

Produksi Kg/hari 75-90 36 - 45 0,67 0,11

RH % 85 85 75 - 85 75

BOD Mg/l 1,0 – 1,6 0,6 – 0,78 0,2 – 0,25 0,007-0,015

Zat padat total Kg/hari 7-12 3,0 – 4,7 0,5 – 0,97 0,03
Volatile
Kg/hari 5,9 – 10,2 2,6 0,35 – 0,8 0,02-0,022

Nitrogen total Mg/l 0,26 – 0,40 0,17 0,032-0,064 0,0014-


Amonia 0,024 0,0028
Mg/l 0,11 0,10 0,001-
0,0012

Fosfor total Mg/l 0,18 0,05 0,25-0,37 0,0005-


0,0021

pH 7,3 7,5-8,5
Sifat air limbah yang harus diketahui:
• Volume aliran
• Konsentrasi organik
• Sifat-sifat khusus
• Toksisitas

BOD5
BOD rendah ; COD tinggi  bahan
organik yang tidak dapat diurai secara
biologis atau berupa bahan beracun
MENGUKUR KADAR ORGANIK DALAM
AIR LIMBAH
1. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
• BOD merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk mengukur beban
pencemaran oleh limbah organik (cair).
• Suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme  (biasanya bakteri) untuk
mengurai atau mendekomposisi bahan organik
dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988)
• Suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan
oleh populasi mikroba yang terkandung dalam
perairan sebagai respon terhadap masuknya
bahan organik yang dapat diurai (May, 1996)
Beberapa alasan BOD digunakan sebagai
parameter kualitas limbah
(1)  BOD penting untuk mengetahui perkiraan jumlah
oksigen yang akan diperlukan untuk menstabilkan
bahan organik yang ada secara biologi;
(2) Untuk mengetahui ukuran fasilitas unit pengolahan
limbah;
(3)  untuk mengukur efisiensi suatu proses perlakuan
dalam pengolahan limbah; dan
(4)  untuk mengetahui kesesuaiannya dengan batasan
yang diperbolehkan bagi pembuangan air limbah.
Prinsip pengukuran BOD
• Mengukur kandungan oksigen terlarut awal
(DOi) dari sampel segera setelah pengambilan
contoh
• Kemudian mengukur kandungan oksigen
terlarut pada sampel yang telah diinkubasi
selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu
tetap (20oC) yang sering disebut dengan DO5. 
• Selisih  DOi  dan DO5 (DOi – DO5) merupakan
nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram
oksigen per liter (mg/L). 
• Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri)
sebagai pengurai bahan organik, maka analisis
BOD memerlukan waktu yang cukup
• Oksidasi biokimia adalah proses yang lambat. 
Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik
karbon mencapai 95 – 99 %, dan dalam waktu
5 hari sekitar 60 – 70 % bahan organik telah
terdekomposisi (Metcalf & Eddy, 1991).
• Limahari inkubasi adalah kesepakatan umum
dalam penentuan BOD BOD5
• Bahan organic yang dapat didekomposisi yang
digunakan oleh bakteri sebagai bahan
makanannya.
• BOD dapat juga ditentukan dengan
menggunakan waktu inkubasi yang berbeda,
asalkan dengan menyebutkan lama waktu
tersebut dalam nilai yang dilaporkan (misal
BOD7, BOD10) agar tidak salah dalam
interpretasi atau memperbandingkan.
• Standar temperatur inkubasi dalam
perhitungan BOD adalah 20oC. 
• Temperatur 20oC adalah nilai rata-rata
temperatur sungai beraliran lambat di daerah
beriklim sedang (Metcalf & Eddy, 1991)
• Kelemahan : temperatur perairan tropik
(misal :Indonesia) umumnya berkisar antara
25 – 30oC
• Dengan temperatur inkubasi yang relatif lebih
rendah bisa jadi aktivitas bakteri pengurai juga
lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana
yang diharapkan.
Persyaratan Pengukuran BOD
– Bebas dari bahan racun yang dapat
membunuh mikroorganisme
– pH harus sesuai
– Temperature harus sesuai
– Cukup tersedia nutrisi yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme
– Terdapat sejumlah populasi
organisme
Chemical Oxygen Demand (COD)

• COD : jumlah oksigen yang diperlukan untuk


mengurai seluruh bahan organik yang
terkandung dalam air (Boyd, 1990). 
• Jumlah (mg) oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasikan zat organik dalam 1 liter air
dengan menggunakan oksidator kalium
dikromat selama 2 jam pada suhu 150 oC.
• Bahan organik yang ada sengaja diurai
secara kimia dengan menggunakan
oksidator kuat (kalium bikromat) pada
kondisi asam dan panas dengan
katalisator perak sulfat , sehingga segala
macam bahan organik, baik yang mudah
urai maupun yang kompleks dan sulit
urai, akan teroksidasi
• Uji COD mengoksidasi secara kimia sebagian
besar senyawa organic yang terdapat dalam
air limbah menjadi karbon dioksida, air dan
senyawa-senyawa nonorganik seperti NH3
• Selisih nilai antara COD dan BOD memberikan
gambaran besarnya bahan organik yang sulit
urai yang ada di perairan/air limbah
• Nilai BOD bisa sama dengan COD, tetapi BOD
tidak bisa lebih besar dari COD. 
COD menggambarkan jumlah total
bahan organik yang ada
Metode Pengukuran COD
• Pada prinsipnya pengukuran COD adalah
penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat
(K2Cr2O7) sebagai oksidator  pada sampel (dengan
volume diketahui) yang telah ditambahkan asam
pekat dan katalis perak sulfat, kemudian
dipanaskan selama beberapa waktu.
• Kelebihan K2Cr2O7 ditera dengan cara titrasi. 
Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai
untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat
dihitung dan nilai COD dapat ditentukan
• Kelemahan : senyawa kompleks anorganik yang
ada di perairan/air limbah yang dapat teroksidasi
juga ikut dalam reaksi sehingga dalam kasus-kasus
tertentu nilai COD mungkin sedikit over estimate
untuk gambaran kandungan bahan organik
• Kelebihan : hasil analisis dapat diketahui secara
cepat (1-2 jam)
• Dengan memperbandingkan nilai BOD terhadap
COD  akan diketahui seberapa besar jumlah
bahan-bahan organik yang lebih
persisten/permanen yang ada di perairan/air
limbah.
NILAI BOD PADA INDUSTRI
PETERNAKAN
No Sumber Limbah BOD
1 Pengepakan daging 600 – 2.700
2 Rumah Potong 360 – 2.600
3 Pengolahan susu 80.000-100.000
4 Kotoran Unggas 42.000-80.000
5 Babi 16.000-30.000
6 Sapi perah 17.000-29.000
7 Lindi kotoran sapi perah 4.200-21.000
Karbon Organik Total (Total organic
Carbon = TOC
• TOC mengukur semua bahan yang
bersifat organic.
• TOC diukur dengan konversi karbon
organic dalam air limbah secara oksidasi
katalitik pada suhu 9000C menjadi karbon
dioksida dalam waktu 5-10 menit.
• Nilai TOC berkorelasi dengan uji BOD5
dan COD.
• BOD dan COD menggunakan pendekatan
oksigen, TOC menggunakan pendekatan
karbon.
• TOC sulit dilakukan karena
membutuhkan alat yang canggih
• Secara langsung atau tidak pembuangan limbah ke lingkungan
biasanya tdk diikuti pengelolaan maksimal, karena selama ini
menganggap pengelolaan nya relatif mahal.
• Di Cina limbah peternakan dan limbah manusia dicampur dgn
lumpur dijadikan pupuk tanaman hortikultura.
• Untuk menghasilkan PBB 0,5 kg/hr, dihasilkan feces 12,5 kg/hr
• PBB 90 kg ,dihasilkan selama selama 6 bln, menghasilkan feces
2,2 ton.
• Feces dan sisa pakan yg dihasilkan selama 6 bln penggemukan
dpt diperoleh kompos 1,5 ton/bln,
• 2-4 ekor ternak sapi dengan berat 400-500 kg menghasilkan 25
kg feces/hr, dengan fermentor kapasitas 2500-5000 liter dapat
menghasilkan biogas setara 2 liter minyak tanah/ hr, cukup
menghidupi 6 anggota keluarga.
LIMBAH CAIR
Dari RPH dibuang ke sungai---kandungan
Sulfida dan Amonia bebas akan meningkat,
Salmonella Sp akan berkembang, kualitas air
menurun

Perlu dilakukan daur ulang

LUMPUR (SLUDGE)
Bila tidak dikelola dapat menimbulkan masalah
terutama bila mengandung B3 atau gas
SUMBER LIMBAH
• Rumah tangga
• Hotel dan restoran
• Rumah makan
• Industri
• Pertanian
• Peternakan
• Tempat rekreasi
• Perkantoran
KOMPOSISI LIMBAH PETERNAKAN
Berdasarkan jenis ternaknya terdapat 5 macam
limbah pupuk kandang (pukan) yang berasal dari
kambing/domba, sapi/kerbau, ayam, babi dan
kuda. Masing-masing memiliki karakteristik
kandungan hara berbeda.
Pukan mengandung unsur hara makro: N, P O2 5

(Fospat), K O(Kalium) dan Air. Juga mengandung


2

unsur hara mikro: Ca, Mg,Cu, Mn dan Bo


Karena pukan banyak mengandung unsur hara
makro, maka penggunaanya hanya dilakukan
saat pemupukan dasar karena unsur makro
hanya dibutuhkan tidak boleh melebihi C/N=12,
bila melebihi kurang baik untuk menyuburkan
tanaman secara langsung
• Limbah ternak sapi, kandungan fospor lebih
tinggi pada limbah cair dibandingkan limbah
padat, sedangkan Kalium sebaliknya. Feces
sapi mengandung 22,59% selulosa; 18,32%
hemiselulosa; 10,20% lignin;34,72% CO2;1,26%
N ; 0,37% P dan 0,68% K
2

• Feces ayam memiliki kandungan N dan P lebih


besar diantara limbah ternak lainnya.
• Urin domba lebih banyak mengandung Kalium
yaitu 2,1%.
• Total limbah yang dihasilkan ternak tgt: spesies ternak,
besar usaha, tipe usaha, lantai kandang.
• Ternak Ruminansia menghasilkan limbah urine,feces
serta gas metan (CH4) cukup tinggi. Gas metan semakin
tinggi dilepas ke udara bila pakan berkualitas rendah
• Limbah padatmengandung nutrsi yg berpotensi untuk
kehidupan mikroba dan dapat menimbulkan
pencemaran.
• Di Amerika 25 jt ekor sapi potong menghasilkan 100 jt
ton feces pertahun. Sapi yg digemukkan (454 kg)
menghasilkan 30 kg feces perhari.
• Setiap kilogram susu yang dihasilkan sapi perah,
dihasilkan limbah padat 2 kg dan setiap kilogram daging
menghasilkan 25 kg feces.
• Bila feces dihasilkan seekor ternak sapi 8 – 10 kg/hari,
dapat menghasilkan pukan atau kompos 4 -5 kg/hari.
• Di India ternak sapi menghasilkan feces 5 kg /ekor /hr
dan kerbau 15 kg/ekor/hr dapat dibuat briket (dung
cake) secara massal sebagai sumber energi.
• Bila kandungan air nanure 27 – 865, merupakan media
yg paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
larva lalat. Kandungan air 65 -85% merupakan media yg
optimal untuk bertelur lalat.
• Feces sapi sebagai media hidup cacing menghasilkan
biomassa lebih tinggi dibandingkan bila feces dicampur
bahan organik lain seperti; 50% feces+50% jerami padi;
50% feces + 50% limbah organik pasar, maupun 50%
feces + 50% isi rumen.
• Feces sapi 50% dicampur 50% limbah rumah tangga,
menghasilkan kokon tertinggi
• Feces sapi segar (1:20 mampu mengendalikan 10% patogen
akar mentimun(Cucumis sativus) dari serangan Fusarium
solani. Karena feces sapi memiliki mekanisme pertahan dan
memberikan perlindungan pada bagian leher tanaman.
• Sebagai bahan pakan ternak, limbah ternak kaya akan
nutrien protein, lemak, BETN, vitamin, mineral, mikroba
dan zat lainnya (unidentified substance). Ternak
membutuhkan 46 zat makanan esensial agar hidup sehat.
Limbah ternak mengandung 77 zat(senyawa), namun juga
mnegandung toksik untuk ternak. Sehingga perlu
pengolahan lebih lanjut. Disamping bahan pakan limbah
ternak juga dapat digunakan sebagai pupuk organik, energi
dan media berbagai tujuan.
KOMPOSISI AIR LIMBAH

Bergantung kepada sumbernya

Air Limbah

Bahan padat
Air (99,9%)
(0,1%)

Organik
Protein (65%) Anorganik
Karbohidrat (25%) garam dan mineral
Lemak (10%)
PERUBAHAN SIFAT AIR
Fisik akan berubah spt; suhu, kekeruhan, warna,
bau,rasa dan benda padat
Kimia (organik) akan berubah spt; protein,
karbohidrat, lemak, fenol dll.
Kimia (anorganik) akan berubah spt; pH, Klorida,
Kebasaan, Sulfur, Logam berat, Metan, Nitrogen,
Fosfor, Gas. BOD (biological oxygen
demand),COD (Chemical oxygen demand),TOD
(Total oxygen demand),DO(dissolved oxygen),TSS
(Total suspended solid),TDS (Total dissolved solid)
Biologis akan berubah spt; bakteri patogen (Coli),
tumbuhan dan protista
MANFAAT/DAMPAK POSITIF LIMBAH
PETERNAKAN

• Menambah zat atau unsur hara dalam tanah


• Mempertinggi kandungan humus tanah
• Memperbaiki struktur dan tekstur tanah
(karena mengandung mikroba)
• Memacu/mendorong aktivitas kehidupan jasad
renik dalam tanah, shg tanah akan subur, kaya
akan bahan organik.
DAMPAK NEGATIF LIMBAH
 Membahayakan kesehatan manusia
(penyakit)
 Merugikan secara ekonomi: merusak
benda/bangunan, tanaman maupun ternak
 Mengganggu kehidupan makhluk air (aquatik)
: ikan dan mikroflora
 Merusak keindahan (estetika), bau busuk dan
merusak pemandangan
EFEK PENCEMARAN
* Gangguan terhadap Kesehatan Masyarakat
“water born diseases” : thypoid, salmonelosis,
disentri dll.
* Rekreasi Pemancingan : tercemar limbah ternak 
DO rendah, ikan butuh DO sektar 6 ppm
* Pemandian umum :Mengandung bakteri patogen
* Perairan umum : adanya senyawa N dan P akan
penyuburan eutrofikasi Algae bloom
evapotranspirasi naik sumberdaya air berkurang,
estetika menurun (sering dinggap bernilai tinggi)
* Pemandian umum : Mengandung bakteri
patogen
• Perairan umum : N dan P penyuburan
eutrofikasi Algae bloom evapotranspirasi naik
sumberdaya air berkurang, estetika menurun
(sering dinggap bernilai tinggi)
• Pencemaran: zat/energi yg diintroduksikan ke
lingkungan oleh suatu kegiatan manusia shg
terjadi gangguan keseimbangan lingkungan,
dlm arti kesehatan, kesejahteraan dan
keselamatn hayati.
BEBAN LIMBAH PETERNAKAN
TERHADAP LINGKUNGAN
• Bila tidak ada penanganan, akan
mengganggu lingkungan/ pencemaran,
baik udara,tanah dan air serta
menimbulkan bibit penyakit.
• Bila ditangani/kelola dengan baik,
mengurangi dampak lingkungan
• Bila diolah, memberikan keuntungan
finansial.
PENCEMARAN LIMBAH TERNAK
a. Awal 1960-an

Pertumbuhan
populasi

Pendapatan Permintaan
Limbah
per kapita barang dan jasa
Pertumbuhan meningkat meningkat
Teknologi
industri
b.Pencemaran Lingkungan : Masuknya makhluk
hidup, benda mati, energi dan/atau komponen
lain ke dalam lingkungan, dan/atau perubahan
di dalam sistem lingkungan akibat aktivitas
manusia atau alam yang mengakibatkan
penurunan kualitas lingkungan sampai tingkat
tertentu sehingga lingkungan tersebut tidak
lagi dapat melakukan fungsinya dengan baik
c. Bahan pencemar : setiap substansi yang bila
ditambahkan di atas takaran tertentu akan
merusak atau menurunkan kualitas lingkungan.

Definisi ini tidak membedakan : apakah secara


alami beracun atau berbahaya, atau tidak.
Contoh : air susu
Makin banyak limbah makin besar efek
eksternal memasuki permasalahan intern
produser pengeluaran tambahan  disekonomi
(yang dianggap bagian dari biaya produksi total)
LIMBAH TERNAK DARI SEGI EKONOMI
Dari segi ekonomi : bila ongkos produksi tidak seluruhnya
ditanggung oleh produser (external cost

Makin banyak limbah makin besar efek eksternal


memasuki permasalahan intern produser
pengeluaran tambahan  disekonomi (yang dianggap
bagian dari biaya produksi total)

Materi yang diekskresikan ternak memiliki nilai ekonomi


lebih rendah dari aktual “rate of return”-nya bila
dimanfaatkan. Artinya bila dimanfaatkan; tidak layak
secara ekonomis.
Sebelum dimanfaatkan harus dihitung dulu seluruh biaya
yang dikeluarkan termasuk pengumpulan,
penyimpanan, aplikasi, dll.
ALUR TERJADINYA LIMBAH TERNAK

• Meningkatnya populasi manusia

• Meningkatnya tingkat pengetahuan dan taraf


kehidupan

• Meningkatnya kesadaran kebutuhan akan


nutrisi terutama protein hewani.
• Kebutuhan pangan meningkat
(khususnya produk ternak).

• Perkembangan Industri Peternakan


meningkat (terkonsentrasi)

• Limbah ternak yang dihasilkan


meningkat (terkonsentrasi)
Potensi Pencemaran
Jenis ternak Nisbah limbah per ekor ternak
dan per orang penduduk (%)
Sapi potong 16,4
Kuda 11,3
Babi 1,9
Domba 2,45
Ayam (unggas) 0,14
PENANGANAN LIMBAH YANG TIDAK
TERARAH

PENCEMARAN LINGKUNGAN KARENA


LINGKUNGAN MENERIMA BEBAN
PENCEMARAN YANG MELAMPAUI
DAYA DUKUNGNYA
PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK

Pengelolaan:

Ku
an

ali
ng

tas
tu

Lin
un

gk
Ke

un
ga
n
Produksi

Interaksi Produksi, keuntungan dan kualitas lingkungan


Pengelolaan limbah = PLAN, DO, CHECK,
ACTION
Pengelolaan limbah ternak= memadukan
limbah ternak dan penggunaanya
dengan tahap-tahap ; PLAN, DO, CHECK,
ACTION
Penanganan limbah
• Mutlak dilakukan, agar gas amonia tdk banyak
mengalami perubahan, perlu dilakukan;
1.Menumpuk sedemikian rupa spy rongga udara
semakin kecil
2.Mengatur penempatan pukan dgn
memperkecil ruang bagi gas
3.Membasahi pukan dgn air sampai lembab
4.Mengusahakan agar tempat penyimpanan
pakan padat terpisah dgn yang cair.
Saat ini produser/pengusaha ternak menyadari :
- Sistem pengelolaan limbah yang efektif merupakan bagian esensial
dari sistem produksi ternak

- Sistem yang dipilih harus layak secara ekonomis dan memenuhi


standar kualitas lingkungan
- Faktor lain, yg harus diperhatikan:
a. Pola Pertumbuhan Penduduk
efek apa yang diakibatkan pertumbuhan populasi terhadap
produksi ternak : di pedesaan vs perkotaan atau 20-30 km dr
metropolitan
b. Peraturan Pemerintah
PP Kualitas air, Baku mutu lingkungan, Perda/SK Gub tata cara
pengendalian dan kriteria pencemaran, Baku mutu sumber air
c. Pertumbuhan ekonomi
c. Pertumbuhan ekonomi

Permintaan
Tidak elastis

Pendapatan
Produksi Harga produk Peternak tidak
tidak stabil Tidak pasti pasti

Inflasi
d. Perubahan Pemasokan sumberdaya dan
Teknologi
ketergantungan terhadap impor : protein
hewani pakan perubahan harga
naikpendapatan peternak turun- biaya
pengelolaan limbah berkurang
Teknologi tinggi  biaya. Sikap Masyarakat
e. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
meningkat  pengelolaan limbah ternak harus
lebih baik
PARADIGMA LIMBAH
• PARADIGMA LAMA : limbah merupakan suatu
bahan buangan yang tidak memiliki nilai
ekonomis salah satu faktor PENGHAMBAT
perkembangan teknologi pengolahan limbah.
• PARADIGMA BARU : limbah (khususnya limbah
organik, merupakan suatu bahan baku suatu
produksi, baik dalam menghasilkan pupuk,
energi, maupun sebagai bahan baku pakan
ternak PERLU DIMASYARAKATKAN
• Limbah ternak sebagian besar
merupakan bahan organik yang
dapat terurai oleh mikroorganisme
menjadi senyawa sederhana melalui
suatu proses yang disebut
BIOKONVERSI.
• Karbohidrat, protein dan lemak dalam
persenyawaan kompleks akan terurai
menjadi senyawa sederhana

PAKAN TERNAK
KOMPOS, BIOGAS
BIOKONVERSI
• Daur hidup mahkluk hidup di alam berlangsung melalui tahapan-
tahapan yang panjang
• Daur tersebut terdiri dari dua arah yaitu: biosintesa dan biolisa yang
diartikan sebagai Biokonversi
• Setiap organisme mempunyai daur hidup yang berbeda-beda ditinjau
dari waktu maupun wujud
• Kelangsungan jalannya daur hidup antara biota satu dengan lainya
saling berhubungan dan saling mempengaruhi dan merupakan suatu
biosfir.
• Contoh : rumput dimakan ternak, ternak membuang feces dan urine
dimanfaatkan biota tanah sambil megubahnya menjadi pupuk yang
dapat dikonsumsi oleh akr rumput
• Biokonversi berlangsung secara simultan untuk mencapai
keseimbangan
• Adanya fluktuasi (karena iklim dan lingkungan) dapat mempengaruhi
proses biokonversi sehingga mempengaruhi terjadi keseimbangan
tsb.
• Biokonversi pada masa sekarang dianggap penting dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningktat baik secara
kualitatif maupu kuantitatif.
• Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan pangan, papan,
sandang dan energi.
• Tahun 2000 penduduk dunia lebih 8 milyar dan tahun 2100
mencapai 11 milyar. Manusia dituntut untuk giat berusaha dalam
mencari berbagai sumber atau cara untuk menanggulangi masalah
kebutuhan tersebut.
• Menggalakkan hasil samping maupun limbah untuk kebutuhan
manusia, diperlukan suatu proses biokonversi. Proses ini
berangsung secara enzimatis oleh mikroba.
• Hasil samping maupun limbah yang tadinya kurang/tidak
bermanfaat/ tidak dapat digunakan langsung, maka melalui proses
biokonversi akan menjadi lebih bermanfaat.
• Hasil biokonversi dapat berupa protein sel tunggal, yang mempunyai
sifat maupun bentuk fisiknya tergantung dari sumber limbah
tersebut, yaitu dari nabati ataupun hewan
• Feces maupun isi rumen dari ternak umumnya bersifat nabati.
• Transformasi mikrobial, merupakan proses mengubah suatu
senyawa menjadi produk lain yang berguna dan memiliki nilai
tambah dengan memanfatkan peristiwa biologi dari mikroba atau
enzim.
• Fermentasi anaerobik feces ternak menarik perhatian banyak pihk,
karena feces melimpah di lokasi peternakan.Penerapan ini
menguntungkankan karena lokasi peternakan terhindar dari bau,
polusi dan efektif sebagai cara mencegah kerumunan lalat.
Selanjutnya sisa bahan organik yang tidak terfrementasi masih
bermanfaat untukenyuburkan tanah bahkan jika perlu dapat
dikembalikan pada ternak sebagai bagian dari ransumnya.
• Limbah tanaman juga dapat diproses dengan cara fermentasi
anaerobik.
• Teknologi biokonversi yang menghasilkan metana hanya dipusatkan
pada kotoran ternak saja. Mekanisme reaksi sama juga dengan yang
berlangsung dalam alat pencernaan manusia dan hewan ternak.
Karena waktunya singkat fermentasi anaerobik dalam alat
pencernaan tidak bersifat intensif. Fermentasi anaerobik jumlah sel
yang berperan relatif kecil dibandingkan substrat yang dipakai.
KONVERSI SUATU PRODUK BIOMASSA
1. Perlakuan fisik dan kimia (meningkatkan daya
cerna 45 -68%)
2. Menggunakan mikroba (di rumen sapi,
kerbau,kambing dan domba). Dpt juga
dilakukan di luar tbh hewan melaui proses
fermentasi, bila mikroba berada dan tercampur
dgn substrat maka produknya “produk biomassa
mikrobial”(PBM), bila peoduk dipisah dari
substrat maka hasil panennya merupakan
Protein Sel Tunggal (PST)
3. Menggunakan hewan/ternak itu sendiri
UPAYA MENGURANGI LIMBAH
• Mengintegrasikan usaha ternak dgn beberapa
usaha lainnya (strategi produksi bersih)
• Penggunaan suplemen pakan
• Perlu kebijakan pemerintah membentuk suatu
peternakan yg berkelanjutan dan ramah
lingkungan
• Skala usaha yg optimal, memberikan
keuntungan yg lebih besar
PENGENALAN PRODUKSI BERSIH
* Pencegahan polusi (pollution prevention) yang sering juga dikenal
dengan nama lain waste minimization, ataupun produksi bersih,
lebih memfokuskan perhatian dari pengolahan dan pembuangan
limbah menjadi mengarah kepada penghilangan atau pengurangan
produk samping yang tidak diinginkan pada proses produksi.

* Pengalaman telah menunjukkan bahwa dalam jangka panjang,


pencegahan polusi melalui minimisasi limbah dan produksi bersih
memerlukan biayanya yang lebih efektif dan lebih baik bagi
lingkungan daripada metoda pengendalian polusi tradisional.
* Teknik pencegahan polusi dapat dilaksanakan pada berbagai proses,
mulai dari perubahan operasional yang relatif mudah berupa
pengubahan praktek housekeeping (menjaga kebersihan) yang baik
sampai perubahan yang lebih ekstensif seperti misalnya
penggantian bahan B3, penggunaan teknologi bersih, dan
pemasangan peralatan recovery yang canggih.
• Pencegahan polusi secara otomatis juga akan
meningkatkan efisiensi pabrik, mempertinggi
kualitas dan kuantitas produk, meningkatkan
penghematan sehingga memungkinkan untuk
melakukan investasi lebih banyak guna
pengembangan industri.

Kalau kita memahami bahwa sesuatu yang


terbuang dari suatu proses, namun tidak menjadi
produk sebagai limbah maka semakin efisien
suatu proses produksi, tentu akan semakin
banyak produk yang dihasilkan serta mengurangi
limbah yang dihasilkan begitu juga sebaliknya.
• Output dari suatu industri manufaktur dapat diklasifikasi menjadi
dua yaitu: produk dan limbah.

• Jika segala sesuatu yang dibayar oleh konsumen adalah produk;


maka semua sisanya yang keluar dari fasilitas tersebut adalah
limbah.

• Sehingga secara ideal, seharusnya kegiatan operasional dapat


menghasilkan nol limbah, sehingga setiap kegiatan harus berjuang
keras untuk mengurangi limbah dari kegiatannya karena limbah
mencerminkan suatu pemakaian sumber bahan baku yang tidak
efisien.
Sehingga limbah, yang kemudian menjadi polutan bagi lingkungan,
pada dasarnya adalah bahan baku yang tidak terpakai atau produk
sampingan yang timbul dari proses produksi. Adanya limbah
mencerminkan suatu kehilangan keuntungan dalam proses kegiatan
operasional.
• Pencegahan adalah kegiatan melakukan tindakan awal/sebelumnya
terhadap sesuatu yang mungkin atau dapat dilakukan.
• Pencegahan umumnya bertentangan dengan pengendalian atau
penyembuhan. Jika diungkapkan secara umum; usaha, waktu, dan
uang yang dihubungkan dengan pencegahan adalah lebih kecil dari
pada yang dihubungkan dengan pengendalian atau penyembuhan.

• Gagasan ini diambil dari pepatah "Lebih baik mencegah daripada


mengobati." Jadi, dalam banyak kasus, adalah bermanfaat bagi
setiap kegiatan operasional untuk mencegah polusi dari pada
mengendalikannya.
Bagi industri pendekatan seperti ini akan lebih “dapat diterima” dari
pada sekedar pendekatan hukum, yang memaksa industri harus
mengolah limbah untuk mencapai baku mutu lingkungan.
• Dengan pendekatan pencegahan, aka bukan hanya akan lebih baik
bagi lingkungan tetapi juga akan menambah keuntungan bagi
industri.
Pencegahan Limbah dapat dilakukan dengan jalan :
• Mengurangi jumlah bahan berbahaya, polutan, atau kontaminan yang
terbuang melalui saluran pembuangan limbah atau terlepas ke lingkungan
(termasuk emisi yang cepat menguap diudara) sebelum didaur ulang,
diolah atau dibuang.

• Mengurangi bahaya terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan yang


dikaitkan dengan pelepasan bahan-bahan tertentu, polutan, atau
kontaminan.

• Mengurangi atau menghilangkan terciptanya polutan melalui (1) efisiensi


yang ditingkatkan dalam penggu¬naan bahan-bahan mentah;
(2) perlindungan sumber-sumber alam dengan konservasi.

• Hal tersebut dapat dilakukan dengan memodifikasi pada peralatan dan


teknologi, atau memodifikasi pada proses dan prosedurnya, atau
memformulasi-mendesain ulang produk, penggantian bahan baku dan juga
perbaikan pada penataan, perawatan, training dan pengontrolan
persediaan
• Bagaimana mengatasi hal ini ?

• Produksi Bersih merupakan salah satu paradigma baru dalam


pengelolaan pencemaran lingkungan. Dalam setiap kegiatan,
pelaku didorong untuk menerapkan prinsip produksi bersih.

• Penerapan produksi bersih pada industri dapat dilakukan dengan


aplikasi teknologi bersih. Penerapan teknologi bersih merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kinerja usaha yang nantinya
akan terkait dengan penilaian program PROPER (environmental
performance rating) yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup.

• Dasar Hukum Pelaksanaan Produksi Bersih adalah UU RI No. 23


Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 14 dan
17. Pelaksanaan Produksi Bersih juga tercantum didalam Dokumen
ISO 14001 butir 3.13.
Apa yang dimaksud dengan produksi bersih?
• Konsep Produksi Bersih pertama kali diperkenalkan pada tahun 1989/1990 oleh
UNEP (United Nations Environment Program), dan didefinisikan sebagai :“suatu
strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu
diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk
dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.”

• Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan


secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dengan
meminimumkan dampak terhadap lingkungan dan manusia dari keseluruhan daur
hidup produknya. Dengan demikian produk bersih adalah suatu program strategis
yang bersifat proaktif yang diterapkan untuk menselaraskan kegiatan
pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan.

• Konsep Produksi Bersih merupakan pemikiran baru untuk lebih meningkatkan


kualitas lingkungan dengan lebih bersifat proaktif. Produksi Bersih merupakan
salah satu sistem pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan secara sukarela
(Voluntary) sebab penerapannya bersifat tidak wajib. Tujuan Produksi Bersih
adalah untuk mencapai efisiensi produksi/jasa melalui upaya penghematan
penggunaan materi dan energy, serta memperbaiki kualitas lingkungan melalui
upaya minimisasi limbah.
Prinsip-prinsip Produksi Bersih :

• Dirancang sercara komprehensif dan pada tahap sedini mungkin.


• Produksi Bersih dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam
pengembangan proyek-proyek baru atau pada saat mengkaji proses
atau aktivitas yang sedang berlangsung.

• Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan-


kepentingan yang terkait.

• Bersifat fleksibel, dapat mengakomodasi berbagai perubahan,


perkembangan dibidang politik, ekonomi, sosial budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi dan kepentingan berbagai kelompok
masyarakat.

• Perbaikan yang berkelanjutan.


Pendekatan Bisnis Pengelolaan Limbah

1 Penerapan Konsep Reduce, Reuse, Recyle (3 R), merupakan dasar dari berbagai
uaha dalam mengurangi limbah dan mengoptimalkan proses produksi
Reduce=menggunakan input lebih sedikit, limbah lebih sedikit, berarti
mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan.
Reuse=pemakaian kembali sisa produksi
Recycle=mendaur ulang sampah untuk menjadi pupuk
2 Recovery= perolehan kembali, sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar berasal
dari penggunaan produk , sehingga didapatkan nilai samping dari nilai jual
utama. Buangan industri menjadi masukan untuk proses industri lainnya.
3 Product Energi( Renewable Energi)=pengelolaan limbah menghasilkan energi
yg dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang bersifat renewable
(biogas)
Dampak lingkungan dari lumpur yg dikeluarkan dari digester biogas yaitu;
penurunan COD sebesar 90% dari kondisi awal, dan perbandingan BOD/COD
sebesar 0,37 lebih kecil dari kondisi normal limbah cair BOD/COD= 0,5.
BOD=Biological Oksigen Demand
COD=Chemical Oksigen Demand
4 New product = dari limbah dapat dihasilkan Fine Compost yg dapat digunakan
utk tanaman dan sawah, sehingga sawah menghasilkan padi dan jerami untuk
pakan sapi, kolam ikan mengahasilakn ikan dan lumpur kolam untuk pembuatan
kompos sehingga tidak ada limbah yg terbuang langsung ke lingkungan.
102
PRODUKSI BERSIH(CLEANER PRODUCTION)

• Menerapkan strategi preventif secara kontinu


terhadap proses dan produk untuk mengurangi
terjadinya risiko pencemaran pada manusia dan
lingkungan.
• Tidak mengunakan bahan B-3
• Menghemat pemakaian bahan baku dan energi
serta mereduksi jumlah dan toksisitas emisi serta
buangan (eko-efisiensi)
• Mereduksi dampak yang timbul di seluruh daur
hidup produk (life cycle of the product) mulai dari
bahan baku sampai pembuangan limbah
• Menerapkan teknologi bersih dengan mengubah
sikap dan perilaku agar sadar lingkungan
Pencemaran ini disebabkan oleh aktivitas peternakan, terutama berasal dari
limbah yang dikeluarkan oleh ternak yaitu feses, urine, sisa pakan, dan air
sisa pembersihan ternak dan kandang .

Adanya pencemaran oleh limbah peternakan sapi sering menimbulkan


berbagai protes dari kalangan masyarakat sekitarnya, terutama rasa gatal
ketika menggunakan air sungai yang tercemar, di samping bau yang sangat
menyengat.

Pengelolaan limbah yang kurang baik akan menjadi masalah serius pada
usaha peternakan sapi perah. Sebaliknya bila limbah ini dikelola dengan baik
dapat memberikan nilai tambah.

Salah satu upaya untuk mengurangi limbah adalah mengintegrasikan usaha


tersebut dengan beberapa usaha lainnya, seperti penggunaan suplemen
pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya ikan, budidaya padi sawah,
sehingga menjadi suatu sistem yang saling sinergis.

104
Upaya memadukan tanaman, ternak dan ikan di lahan per-tanian memiliki
manfaat ekologis dan ekonomis. Laju pertumbuhan produktivitas usaha pertanian
merupakan interaksi di antara berbagai faktor yang ada dalam sistem usahatani.
Sebagai upaya bagi peningkatan sistem usahatani diperlukan teknologi alternatif
untuk memperbaiki produkti-vitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani,
antara lain melalui teknologi sistem usaha peternakan yang menerapkan konsep
produksi bersih.

Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat


preventif dan terpadu yang perlu diterapkan terus menerus pada proses produksi
dan praproduksi, sehingga mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan.

Produksi bersih tidak hanya menyangkut proses produksi, tetapi juga menyangkut
pengelolaan seluruh daur hidup produksi, yang dimulai dari pengadaan bahan
baku dan pendukung, proses dan operasi, hasil produksi dan limbahnya sampai ke
distribusi serta konsumsi. Semua industri di seluruh dunia semakin menyadari
keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi bersih dan mereka telah
mengembangkan program tersebut di perusahaannya.

105
106
Strategi produksi bersih yang telah diterapkan di berbagai negara
menunjukkan hasil yang lebih efektif dalam mengatasi dampak
lingkungan dan juga memberikan beberapa keuntungan Bapedal
(1998), antara lain
a). Penggunaan sumberdaya alam menjadi lebih efektif dan efisien;
b). Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar;
c). Mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media
yang lain;
d). Mengurangi terjadinya risiko terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan;
e). Mengurangi biaya penaatan hukum;
f). Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan (clean up);
g). Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional;
h). Pendekatan pengaturan yang bersifat fleksibel dan sukarela.

107
Berdasarkan permasalahan dan konsep
produksi tersebut, maka penelitian ini
perlu dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui manfaat daur hidup sistem
usahatani tersebut dan mengetahui
berapa besar zat pencemar yang
dihasilkan dapat diminimisasi.

Hasil penelitian diharapkan dapat


memberikan gambaran tentang sistem
usaha peternakan yang menerapkan
produksi bersih, sekaligus sebagai
informasi dan masukan bagi
pemerintah dan swasta dalam
pengembangan sistem usaha
peternakan yang ramah lingkungan.

108
Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam sistem usaha peternakan adalah
penambahan probiotik starbio pada pakan sebelum diberikan kepada sapi
perah.
Tahapan pengelolaan limbah , yaitu :
(1) Penambahan starbio (bioaktivator) pada pakan sapi, sehingga mikroorganisme yang ada
dalam starbio akan menguraikan protein, karbohidrat dan lemak yang ada dalam pakan
dengan sempurna, sehingga mudah diserap dan dicerna oleh ternak;
(2) Proses sedimentasi awal (Bak I), merupakan pengelolaan secara fisik. Dengan proses ini
diharapkan terjadi pemisahan antara limbah padat dan limbah cair;
(3) Limbah, kemudian dialirkan ke Bak II. Pada bak ini limbah akan mengalami proses
sedimentasi ke-2 yaitu proses sedimentasi yang waktunya diperpanjang (Extended
Aeration);
(4) Selanjutnya limbah ditampung pada Bak III. Bak ini ditanami dengan eceng gondok
(Eichornia crassipes) untuk membantu menguraikan limbah cair tersebut, sehingga
mengurangi zat-zat pencemar yang ada dalam limbah cair; dan
(5) Limbah padat yang sudah mengendap diangkat ke atas pelataran dan dibiarkan
mengering. Selanjutnya diangkut ke tempat pengomposan untuk diproses menjadi
pupuk organik/kompos.

109
Analisis Karakteristik Limbah Cair Usaha Peternakan Sapi Perah
Hasil analisis karakteristik limbah cair pada keluaran masing-masing bak (I, II
dan III) menunjukkan bahwa hampir semua parameter kualitas limbah yang
diamati mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Hasil pemeriksaan kualitas limbah cari sapi perah di CV. Lembah Hijau
Multifarm, Solo terutama pada bak III (Bak Pengelolaan akhir) menunjukkan
bahwa pH, TDS, Nitrit & Nitrat masih berada di bawah baku mutu limbah cair
golongan I. NH3-N masih berada di bawah baku mutu limbah cair golongan II.
Sedangkan TSS, BOD, COD, & H2S masih berada di bawah baku mutu limbah
cair golongan IV.

Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup : KEP-
51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair. Hal ini berarti kualitas
limbah cair sapi perah tersebut relatif masih baik dan belum mencemari
lingkungan, karena belum melewati batas maksimum yang diperbolehkan.

110
Keragaan analisis ekonomi dari
masingmasing usahatani yang
dilakukan dalam sistem
usahatani terpadu .
Analisis ekonomi tersebut
memberikan keuntungan yang
cukup signifikan, karena
mempunyai B/C ratio yang lebih
besar dari satu. B/C Ratio
terkecil diperoleh pada usaha
budidaya padi sawah yang
berarti keuntungan yang
diperoleh dari usaha ini relatif
kecil, jika dibandingkan dengan
usaha lainnya.

111
KESIMPULAN
1.Sistem pengelolaan limbah mulai dari awal produksi, proses produksi dan
akhir produksi dapat memberikan nilai tambah bagi limbah pertanian,
sehingga limbah tersebut dapat dimanfaaatkan oleh masing-masing usahatani
yang ada.

2.Sistem pengelolaan limbah yang dilakukan dapat menurunkan konsentrasi


Total Solid Suspension (TSS): 26,60 persen, Chemistry Oxygen Demand (COD):
83,33 persen, Nitrit : 57,14 persen dan H2S : 54,15 persen.

3.Kualitas limbah cair sapi perah di CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo relatif
masih baik, artinya belum melewati batas maksimum yang diperbolehkan.

4.Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa sistem usaha peternakan yang


menerapkan konsep produksi bersih dapat memberikan keuntungan yang
cukup signifikan, karena mempunyai B/C Ratio yang lebih besar dari satu.

112
113
Peraturan Perundangan

 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup


Nomor 51 Tahun 1991 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Industri. Usaha dan/atau kegiatan
industri yang diatur dalam peraturan ini meliputi
berbagai industri termasuk industri pengolahan
hasil peternakan yaitu pengolahan susu. Industri
yang baku mutunya belum diatur secara spesifik
dalam Kepmen LH ini, maka dapat menggunakan
Lampiran C Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 51 Tahun 1991 ini.
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02
Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan. Usaha dan/atau
kegiatan RPH yang diatur dalam peraturan ini meliputi:
pemotongan, pembersihan lantai tempat pemotongan,
pembersihan kandang penampungan, pembersihan
kandang isolasi, dan/atau pembersihan isi perut dan air
sisa perendaman. Baku mutu air limbah dalam
Peraturan Menteri ini berlaku untuk kegiatan RPH:
 a. sapi;
 b. kerbau;
 c. Babi;
 d. Kuda;
 e. kambing dan/atau
 f. domba
• Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 11 Tahun 2009 tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi. Usaha
dan/atau kegiatan peternakan sapi dan babi
adalah usaha peternakan sapi dan babi yang
dilakukan di tempat yang tertentu serta
perkembangbiakan ternaknya dan
manfaatnya diatur dan diawasi oleh
peternak-peternak.
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun
2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pengolahan Daging. Usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging
adalah kegiatan pengolahan daging menjadi produk akhir berupa
daging beku, produk olahan setengah jadi, dan/atau produk olahan
siap konsumsi. Jenis usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging
yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi usaha dan/atau
kegiatan pengolahan daging :
 a. ayam;
 b. sapi;
 c. kerbau;
 d. kuda;
 e. kambing atau domba;
 f. babi; dan/atau
 g. gabungan.
 Jenis usaha dan atau kegiatan pengolahan daging meliputi kegiatan
usaha dan/atau pengolahan daging yang melakukan dan/atau tanpa
kegiatan pemotongan hewan.
MANAJEMEN LIMBAH
INDUSTRI PERUNGGASAN
Bentuk-bentuk Polusi Limbah Peternakan Unggas
- Suara, bau
- Feses, litter
- Debu (gudang pakan, bulu, litter)
- Air yang terkontaminasi (gas, debu, bahan kimia)
- Unggas mati
- Limbah penetasan
- Limbah Pemotongan (RPA)
- Asap dari penggunaan mesin internal
- Residu bahan kimia dalam daging dan telur
Jenis Limbah Peternakan Unggas :
1. Emisi gas (H2S dan NH3)
dan debu (pakan & pabrik/gudang pakan)
2. F e s e s
3. Unggas mati
4. Limbah Penetasan (kerabang & telur gagal
menetas)
5. Limbah Pemotongan (RPA)
Upaya Mengurangi Limbah

1. Modifikasi Pakan :
- pakan dengan kecernaan tinggi
- suplementasi enzim, probiotik dll.
2. Manajemen Perkandangan :
- menjaga sanitasi
- cukup ventilasi
- mengusahakan suhu dan kelembaban ideal
- membangun biofilter
3. Meningkatkan nilai guna limbah dengan
manajemen yang baik
Penanganan Feses
1. Pupuk kandang : memiliki keseimbangan N dan P yang baik
2. Kompos
3. Bahan pakan ruminansia : serat kasar, NPN
4. Bahan karbon aktif berbentuk butiran (granular activated carbon
5. Menerapkan sistem pertanian terpadu

Penanganan Unggas Mati


1. Dikubur : Disposal Pit sedalam 3 m. Jarak minimal dari kandang 8 m,
60 m dari tempat tinggal, 90 m dari aliran air
2. Dibakar : lambat, mahal, menimbulkan polusi udara
3. Didaur ulang : direbus, dikeringkan  pakan ikan, dsb
Penanganan Telur dan Kerabang
Telur tidak layak dikonsumsi, telur gagal menetas, kerabang, dan limbah
penetasan lain dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak berkalsium tinggi
Penanganan Limbah RPA
1. Kaki ayam : pangan (kerupuk ceker ayam)
Kulit kaki : memilki kandungan protein kolagen yang tinggi yang dapat
diolah menjadi gelatin
2.Bag. non-karkas (offal) berupa darah, bulu, in-edible organ dapat diproses
menjadi pakan.
Menggunakan Thermal Conversion Process limbah in-edible dapat
diolah menjadi minyak organik, lemak, gas/bahan bakar, karbon, dan pupuk
3.B u l u : biokonversi oleh mikroba - bahan pakan
Serat keratin bulu unggas dapat diolah menjadi serat pengganti untuk
kertas, bahan pembuat fiber glass, kertas film, dsb
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai