Anda di halaman 1dari 72

Karakteristik Air Limbah

Karakteristik Fisik

Padatan

• Air limbah mengandung berbagai jenis padatan


• Berdasarkan ukuran partikel, padatan dapat diklasifikasikan:
o Padatan tersuspensi (suspended solid)
▪ Merupakan padatan yang tersaring di dalam filter. Ukuran pori filter
dapat bervariasi antara 0,45-2 μm
▪ Dapat berupa tanah liat, lumpur, bakteri, alga, dan buangan industri
▪ Konsentrasi SS yang tinggi dapat mempengaruhi kehidupan akuatik
karena:
• Menurunkan DO
• Mengurangi proses fotosintesis karena terhalangi padatan
• Meningkatkan turbiditas
• Menghambat pernapasan
• Memusnahkan peminjahan telur ikan (spawning bed)
o Padatan terlarut (dissolved solid)
▪ Merupakan padatan yang lolos saring dari filter yang digunakan
▪ Dapat berupa garam-garam anorganik
▪ Padatan terlarut seperti senyawa besi dapat memberi warna di air,
senyawa karbonat membuat kerak di boiler
• Alat filter untuk menyaring padatan

• Berdasarkan tingkat volatilitas dapat diklasifikasikan:


o Padatan volatil (volatile solid)
Merupakan padatan yang menguap dan terbakar pada temperatur 500 ± 50°C
o Padatan tetap (fixed solid)
Merupakan sisa padatan yang masih tertinggal saat padatan dipanaskan pada
temperatur 500 ± 50°C
• Padatan terendapkan
o Padatan terendapkan dapat diukur dengan alat Imhoff cone dengan cara
melihat endapan di dalam air limbah yang dimasukkan ke dalam alat tersebut
selama 30 menit
Karakteristik Kimiawi
Karakteristik Kimiawi (Anorganik)

• pH
o pH yang sesuai dengan kehidupan makhluk hidup berada pada rentang 6-9.
Perairan yang baik memiliki rentang pH antara 6-8 (air tawar) dan 8,1-8,4 (air
laut)
o Asam seperti asam sulfat dapat menyebabkan iritasi bagi mata, korosi
o Basa seperti soda kaustik pada konsentrasi 25 ppm dapat membuat ikan mati,
kerapuhan, mengganggu pembentukan flok, merusak vegetasi
o Perubahan pH dapat mempengaruhi kelarutan logam-logam beracun
• Nitrogen
o Merupakan salah satu kebutuhan nutrien yang diperlukan oleh makhluk hidup
o Apabila kandungan nitrogen di dalam air berlebih, eutrofikasi akan terjadi

o Bentuk nitrogen di alam dapat bervariasi sesuai dengan tingkat oksidasinya:

Bentuk nitrogen yang umum ditemui di dalam air limbah adalah


▪ Amonia (NH3; -III)
▪ Ion amonium (NH4+; -III)
▪ Ion nitrit (NO2-; +III)
▪ Ion nitrat (NO3-; +V)
o Amonia di dalam air dengan konsentrasi 1 mg/L dapat menjadi racun bagi
ikan dan organisme air
o Konsentrasi nitrat yang tinggi di dalam air dapat mengakibatkan
methemoglobinemia, kelainan darah bagi anak di bawah 3 bulan
o Bentuk-bentuk nitrogen didefinisikan dalam berbagai bentuk:
• Fosfor
o Juga merupakan nutrien yang penting bagi makhluk hidup
o Apabila konsentrasi fosfor juga terlalu tinggi, fosfor juga dapat menyebabkan
eutrofikasi di lingkungan
o Bentuk fosfor yang umum ditemukan di perairan adalah orthofosfat,
polifosfat, dan fosfat organik
o Orthofosfat dapat berbentuk dalam: PO43-, HPO42-, H2PO4-, H3PO4
o Polifosfat berbentuk molekul dengan dua atau lebih atom P, O, dan H.
Polifosfat perlu dihidrolisis terlebih dahulu dan membentuk senyawa
orthofosfat
• Sulfur
o Di dalam air limbah umumnya berbentuk dalam ion sulfat
o Sulfat direduksi secara anaerobik menjadi H2S dengan reaksi sebagai berikut:

o H2S ini dapat dioksidasi lebih lanjut secara biologis menjadi asam sulfat yang
bersifat korosif
• Minyak dam Lemak (oil and grease)
o Merupakan parameter yang meliputi lemak, minyak, lilin, dan senyawa-
senyawa yang terkait
o Jika senyawa minyak dan lemak tidak dihilangkan dari air limbah, senyawa ini
dapat mengganggu dengan cara:
▪ Membentuk lapisan di permukaan air
▪ Mencegah penetrasi sinar
▪ Menjadi racun bagi beberapa ikan tertentu
▪ Bahaya kebakaran
• Bahaya Berbahaya dan Beracun
o Bahan B3 meliputi logam berat (ferrous dan non-ferrous) dan zat kimia
o Logam berat mencakup Al, Sb, As, Ba, Be, Cr, Co, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg,
Mo, Ni, Se, Ag, Ti, V, Zn
o Logam berat ini bersifat racun dalam konsentrasi rendah terhadap makhluk
hidup
o Senyawa kimia yang beracun meliputi pestisida, sianida, sulfida, fenol, dsb
Karakteristik Kimiawi (Organik)
• BOD (Biochemical Oxygen Demand)
o Merupakan parameter yang dapat mengukur konsentrasi senyawa organik di
dalam air limbah (walaupun tidak langsung)
o Secara umum BOD adalah pengukuran terhadap banyaknya oksigen yang
digunakan mikroorganisme untuk mendekomposisi materi organik
o BOD dilakukan dengan menguji sampel air dengan membiarkan pada suhu
konstan 20°C selama 5 hari
o Perairan yang baik memiliki nilai BOD 1-2 ppm

.
o Prosedur tes BOD (Henze, dkk, 1995)
o Keuntungan tes BOD
▪ Menentukan kebutuhan oksigen yang akurat yang diperlukan untuk
pengolahan biologis
▪ Menentukan ukuran unit IPAL
▪ Menentukan efisiensi proses pengolahan
▪ Menentukan batas baku mutu air pengolahan limbah
o Keterbatasan tes BOD
▪ Waktu yang diperlukan untuk tes ini cukup panjang (5 hari, 20 hari)
▪ Membutuhkan pretreatment apabila limbahnya mengandung senyawa
racun
▪ Hanya mengukur senyawa organik yang biodegradable
▪ Uji ini tidak memiliki validitas stoikiometrik
o Kurva BOD

• COD (Chemical Oxygen Demand)


o Merupakan ukuran tak langsung terhadap banyaknya oksigen yang diperlukan
untuk mengoksidasi materi organik limbah dengan menggunakan senyawa
kalium dikromat (K2Cr2O7) atau kalium permanganate (KMnO4) dalam pelarut
asam. SNI menggunakan K2Cr2O7
o Nilai COD selalu lebih tinggi dari BOD karena banyak bahan organik yang
dapat dioksidasi secara kimiawi tetapi tidak secara biologis
o COD tidak dapat mengoksidasi senyawa amonia
o Analisis COD dapat dilakukan dengan cepat (2 jam)
• TOD (Total Oxygen Demand)
o Merupakan parameter lain selain BOD dan COD yang mampu mengukur
kebutuhan oksigen total yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik
o Analisis TOD dilakukan dengan menggunakan katalis tertentu (platinum) dan
dioksidasi dengan temperatur tinggi (900°C)

o Hasil dari TOD lebih tinggi dibandingkan COD dan BOD


• TOC (Total Organic Carbon)
o Analisis TOC dilakukan dengan mengoksidasi senyawa organik menjadi CO 2
dengan pemanasan. Teknik ini sangat cepat dan hasilnya akurat
o TOC berbeda baik dengan BOD, COD, maupun TOD karena analisis TOC
menentukan banyaknya atom karbon dan tidak memberikan kebutuhan
oksigen yang diperlukan untuk oksidasi
o Analisis TOC membutuhkan peralatan yang mahal dan teknisi khusus. Selain
itu data perbandingan untuk TOC sangat terbatas
Karakteristik Biologis

• Di dalam air limbah terdapat berbagai jenis mikroorganisme seperti virus, bakteri,
jamur, protozoa, nematoda, dll
• Tujuan dari pengujian mikrobial adalah untuk mendeteksi bakteri-bakteri patogen
yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Namun, bakteri pembuat penyakit ini
tidak mudah diidentifikasi
• Tes yang digunakan untuk menentukan kontaminasi umumnya menggunakan
mikroorganisme coliform

Batasan Air Limbah untuk Industri di Indonesia


Prinsip-Prinsip Pemilihan Teknologi dalam Perancangan Air Limbah
Industri

Pengantar
• PP No. 82 tahun 2001 → perlu dilakukan upaya-upaya perlindungan dan pengelolaan
sumber daya air
• Air limbah industri → jika tidak diolah dengan benar akan mencemari lingkungan
sekitar
• Adanya baku mutu air limbah → kualitas efluen air limbah industri harus memenuhi
baku mutu yang telah ditetapkan
• Oleh karena itu, dibutuhkan penerapan teknologi pengolahan air limbah yang tepat
Parameter Kualitas
Baku Mutu Air Limbah

Prinsip Pengolahan Air Limbah


• Ditujukan untuk mengurangi kandungan bahan pencemar, seperti:
o Senyawa organik
o Senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di
alam
o Senyawa anorganik
o Padatan tersuspensi (TSS)
o Mikroba patogen
• Dapat dibagi menjadi 5 tahap pengolahan:
o Pengolahan Awal (pretreatment)
o Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
o Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
o Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
o Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Pembagian tahapan ini memudahkan dalam mengkategorikan dan melaksanakan
pengolahan sesuai dengan beban dan kandungan suatu air limbah
• Operasional instalasi pengolahan air limbah
Proses pengolahan air limbah dilakukan dalam beberapa tahapan, mulai dari inlet
hingga outlet
Pemilihan Proses Pengolahan Air Limbah
• Beberapa proses pengolahan limbah industri

• Metoda lain dalam penggolongan adalah melihat pada proses yang terjadi, yaitu:
o Proses Fisika
o Proses Kimia
o Proses Biologi (secondary treatment)
o Proses Termal
• Pengelompokkan karakteristik kontaminan dalam air limbah → membuat checklist
karakteristik air limbah
• Penentuan proses pengolahan air limbah yang tepat dengan mempertimbangkan aspek
ekonomis, teknis, operasi, dan lingkungan
• Melakukan studi kelayakan dan percobaan skala lab atau pilot jika perlu
• Diagram garis besar penentuan teknologi pengolahan air limbah industri
Garis Besar
Pengolahan Awal
• Penyaringan (screening)
o Memisahkan padatan berukuran besar
o Mengurangi beban organik air limbah
• Penangkapan minyak dan lemak
o Menghindari terganggunya aktivitas bakteri dalam pengolahan biologis
o Menghindari penyumbatan aliran
• Bak ekualisasi
o Menyamakan debit dan konsentrasi air limbah sehingga pengolahan biologis
dapat berjalan efektif
o Mengatur pH dan penambahan nutrisi bagi aktivitas mikroba dalam
pengolahan biologis
• Secara umum, tahap pra pengolahan dapat mengurangi konsentrasi parameter BOD
(Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) hingga 35%,
serta parameter minyak-lemak sebesar 65%
Pengolahan Primer (Primary Treatment)
• Merupakan pengolahan air limbah dengan menggunakan prinsip fisika dan kimia
• Teknologi pengolahan primer yang digunakan adalah pengendapan (primary
sedimentation). Pengendapan diperlukan untuk memperlambat aliran air limbah
sehingga dapat mengendapkan padatan-padatan yang tidak tersaring seperti pasir,
kerikil, sisik ikan, serpihan daging ikan, dll
• Padatan-padatan tersebut dipisahkan agar tidak mengganggu tahap selanjutnya seperti
menyumbat pipa dan merusak peralatan
• Tahap pengendapan juga dapat dibantu dengan menggunakan bahan kimia berupa
koagulan dan/atau flokulan, bila kandungan total padatan tersuspensi (total suspended
solid, TSS) dari air limbah sangat tinggi
• Dengan menggunakan teknologi pengolahan primer, kandungan TSS dapat
diturunkan hingga 60%
Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
• Teknologi pengolahan sekunder yang dapat digunakan adalah proses biologis, baik
secara anaerobik maupun aerobic
Proses Aerobik Proses Anaerobik
Mirkoba aerobik → sel/mikroba yang Mikroba anaerobik → sel/mikroba (tanpa
akan mendegradasikan senyawa organik oksigen) memanfaatkan senyawa organik
dengan bantuan oksigen dengan melalui beberapa tahapan hidrolisis –
mengonversi senyawa organik menjadi asidogenesis (asetogenesis) –
sel baru dan sumber energi metanogenesis, dengan produk akhir
berupa biogas (campuran gas metana dan
CO2)
Proses lebih cepat dan stabil Proses lebih lambat dan rumit
Kebutuhan energi lebih tinggi Kebutuhan energi rendah, bahkan
menghasilkan energi (by product)
OPEX lebih besar, CAPEX lebih rendah OPEX lebih rendah, CAPEX lebih besar
Produksi lumpur lebih cepat Produksi lumpur lebih labat
Menurunkan konsentrasi TSS hingga Menurunkan konsentrasi TSS hingga
80%; BOD dan COD hingga 90% (untuk 55%; BOD dan COD hingga 65%
konsentrasi COD di bawah 1000 mg/L)
Menurunkan kebutuhan lahan IPAL,
mengurangi beban pengolahan air limbah
secara biologis aerobik, dan mengurangi
biaya penanganan lumpur
• Untuk air limbah dengan kandungan bahan organik (BOD atau COD) yang tinggi
seperti industri perikanan (dari data primer, karakteristik inlet IPAL industri
perikanan memiliki BOD dan COD yang tinggi), disarankan untuk terlebih dahulu
menggunakan proses biologis secara anaerobik sebelum proses aerobik
• Dengan menggunakan proses pengolahan air limbah sekunder, kandungan parameter
minyak-lemak dalam air limbah juga dapat diturunkan hingga 90%
• Teknologi Pengolahan Air Limbah secara Biologi
o Proses lumpur aktif

▪ Tank teraerasi dengan mikroorganisme dapat mengagregatkan flok


yang terbentuk, sehingga membentuk lumpur aktif
▪ Supply oksigen dibutuhkan untuk degradasi aerobik dari materi
organik
▪ Pencampuran dilakukan untuk mencegah pengendapan
mikroorganisme
▪ Sedimentasi/penjernihan final
• Membiarkan flok untuk settle
• Memisahkan lumpur biologis dengan air yang sudah bersih
• Resirkulasi lumpur aktif
▪ Excess sludge → mengeluarkan mikroorganisme yang sudah
bertumbuh secara berlebih
Perbandingan beberapa teknologi pengolahan limbah
Air Pollution Control

Control of Gaseous Pollutants Control of Particulate Pollutants


Absorption Spray chamber
Adsorption Cyclone
Oxidation Bag house
Reduction Venturi
Electrostatic Precipitator (ESP)

Model Konsentrasi Pencemar Udara


• Semua model merupakan pengembangan dari neraca massa sederhana, yaitu:

Continuity equation
• Model yang umum digunakan adalah:
o Fixed-box
o Diffusion atau Gaussian
o Multiple cell

Fixed-Box Model

• Asumsi
o W, H, L = kontrol volum di mana sepanjang ketinggian H diasumsikan terjadi
proses pencampuran polutan dengan udara secara sempurna, dan di atas
ketinggian H diasumsikan tidak ada pencampuran polutan
o u = laju angin pada arah x (diasumsikan konstan, tidak bergantung waktu,
lokasi, dan ketinggian)
o b = konsentrasi polutan awal yang terbawa angin yang masuk ke dalam
kontrol volum (pada posisi x = 0), dalam gr/m3 atau μg/m3
o Q = qA = laju emisi yang ditimbulkan oleh area dalam kontrol volum; q = laju
emisi per unit area (gr/m2.s); A = luas area
o Pada saat tidak ada laju pembentukan maupun degradasi polutan, maka
akumulasi = 0
→ uWHb + qwL = uWHc
𝑞𝐿
𝑐=𝑏+
𝑢𝐻
o Untuk menghitung konsentrasi rata-rata tahunan, harus menggunakan
distribusi frekuensi dari berbagai nilai arah angin, u, dan H
(𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛) = ∑((𝑐𝑖 )(𝑓𝑖 ))
o Apabila kondisi meteorologis tidak berubah (L/uH konstan), maka akan
diperoleh

Diffusion Model
• Model ini didasarkan pada ide Gaussian plume, yang juga merupakan model neraca
massa
• Asumsi

o Plume diasumsikan keluar dari koordinat 0, 0, H dengan H disebut effective


stack height, yang merupakan hasil penjumlahan tinggi cerobong (h) dengan
plume rise (Δh)
o Arah angin sejajar dengan arah sumbu x, dengan kecepatan u yang tidak
bergantung waktu, lokasi, atau ketinggian
o Apabila tidak ada laju pembentukan atau penghilangan polutan, akan
diperoleh persamaan neraca massa:
(𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖) = ∑(𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘) − ∑(𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟)
o Laju akumulasi merupakan turunan jumlah kandungan polutan terhadap
waktu, tetapi volum kubus tidak berubah terhadap waktu
𝜕 𝜕𝑐 𝜕𝑐
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = (𝑐𝑉) = 𝑉 = ∆𝑥∆𝑦∆𝑧
𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑡
𝜕𝑐
𝐹𝑙𝑢𝑥 = (𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠) = −𝐾
𝜕𝑛
n adalah jarak dan K adalah tetapan koefisien dispersi
o Perhitungan lebih lanjut (dapat dilihat di buku Air Pollution Control
Engineering, Noel de Nevers) akan menghasilkan persamaan
𝜕𝑐 𝜕2𝑐 𝜕2𝑐 𝜕2𝑐
= 𝐾𝑥 2 + 𝐾𝑦 2 + 𝐾𝑧 2
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
o Persamaan Gaussian plume dapat diterapkan untuk penyebaran polutan pada
1, 2, atau 3 arah. Analogi dengan tetesan zat kimia sebanyak X gram, akan
diperoleh persamaan untuk menghitung konsentrasi zat kimia tersebut di
tempat dan waktu tertentu
▪ 1-dimensional spreading

▪ Persamaan Gaussian plume, 2-dimensional spreading


• Jumlah polutan yang dibuang X = Q/u
• Dengan memperhatikan faktor koefisien dispersi (difusi) pada
arah horizontal σy dan vertikal σz, akan diperoleh persamaan
dasar Gaussian plume

dengan

• Modifikasi “ground level”


o Perhatian utama dalam usaha pengelolaan lingkungan
adalah penentuan konsentrasi polutan di permukaan
tanah (ground level) karena kebanyakan manusia dan
materi lain berada di permukaan tanah. Perhitungan
lebih lanjut akan menghasilkan persamaan:

o Plume dispersion in vertical direction and reflection of


pollutant at ground level
o Common plume diffusion equation

c = konsentrasi polutan (kg/m3) pada receptor terletak di


(x, y, z)
o Plume dispersion coefficient σy dan σz vs. distance from
source

o Effective plume height: H = Hs + ΔH


1
𝐹 3
∆𝐻 = 2,6 ( )
𝑢𝑆
𝑔 ∆𝑇𝑎
𝑆= ( + 0,01℃/𝑚)
𝑇𝑎 ∆𝑧
𝑔(𝑇𝑠 − 𝑇𝑎 )𝑊 𝐷 2
𝐹= ( )
𝑇𝑠 2
dimana:
▪ ΔH = plume rise (m)
▪ S = stability parameter (1/s2)
▪ u = kecepatan angin (m/s)
▪ F = initial buoyancy flux (m3/s3)
▪ W = kecepatan keluar cerobong (m/s)
▪ D = diameter cerobong (m)
▪ Ts = temperatur gas cerobong (K)
▪ Ta = temperatur atmosfir (K)
▪ g = gravity acceleration (m/s2)
▪ Persamaan Gaussian puff, 3-dimensional spreading
• Polutan dibuang dari cerobong pada kooefinat x = 0, y = 0, dan
z = H, dengan jumlah X = QΔt, dimana t adalah waktu setelah
pembuangan dan Δt adalah lama pembuangan
Industrial Air Pollution and Management

Overview
• Polusi udara merupakan sebuah kondisi adanya senyawa dalam bentuk gas, cair, atau
padatan yang berasal dari aktivitas manusia atau alam di udara atau atmosfer pada
konsentrasi yang melebihi batasan aman bagi manusia, hewan, tanaman, dan material
• Industri selalu dikaitkan dengan sumber polutan karena industri merupakan aktivitas
yang sangat jelas terlihat dalam menghasilkan bervariasi senyawa kimia ke
lingkungan alam
• Di sisi lain, perkembangan alat dan teknologi air pollution control semakin membaik
dan mumpuni

Impact of Air Pollution


• Mengurangi jarak pandang dan radiasi solar
• Membuat ketidaknyamanan
• Merusak tanaman
• Mempercepat perusakan pada material konstruksi dan sifat tanah
• Meningkatkan angka kematian dan jenis penyakit
Atmosfer

• Reaksi kimia atmosferik


o Ozon merupakan salah satu oksidator dan memiliki peran penting dalam
pembentukan oksidator lainnya, seperti hidroksil radikal, yang bereaksi
dengan hampir semua molekul pada atmosfer
o Pembentukan hidroksil radikal setelah proses disosiasi ozon oleh sinar UV
menghasilkan atom oksigen berenergi tinggi (reaktivitas tinggi) yang akan
bereaksi dengan molekul air

o Ozon terbentuk melalui reaksi antara atom oksigen (dihasilkan melalui reaksi
disosiasi molekul oksigen melalui ultraviolet ringan) dengan molekul oksigen

o Nitrogen oksida juga menghancurkan ozon, tetapi dapat mempengaruhi siklus


klorin
o Contoh, nitrogen oksida dapat menghilangkan klorin monoksida dari siklus
dengan membentuk klorin nitrat
o Atom klorin pada senyawa CFC yang dilepaskan ke atmosfer berperan besar
dalam siklus katalitik dari penipisan ozon pada stratosfer. Siklus dimulai
dengan pemecahan molekul-molekul ozon oleh atom klorin dan pembentukan
klorin monoksida dan molekul oksigen
o Klorin monoksida kemudian bereaksi dengan atom oksigen (yang terbentuk
melaui fotodisosiasi dari molekul ozon lainnya) untuk memproduksi atom
klorin yang memulai siklus lainnya

o Siklus gas

• Siklus karbon
• Siklus nitrogen

• Siklus oksigen

Perubahan Global
• Deposisi asam
o Deposisi basah → hujan asam
o Deposisi kering → partikel asam
• Perubahan iklim global

o Kenaikan temperatur bumi


o Green house gas: CO2, CH4, N2O, HFCs, PFC, SF6

o Ozon troposfer (O3)


• Penipisan ozon

o Reaksi penipisan ozon


o Lapisan ozon

o Penyebab:
▪ Hidrokarbon terhalogenasi (CFC):
Aerosol (popelant), freon (pendingin), foam (insulasi), styrofoam
(packaging)
▪ Halons (pemadam kebakaran)
▪ Metil bromida (fumigant)
▪ Metil kloroform (degrease metal)
▪ Karbon tetraklorida (pestisida, pengecatan)
Photochemical Smog

Senyawa pencemar udara


• Kegiatan manusia yang menjadi sumber utama pencemaran udara
o Pengangkutan
o Kegiatan rumah tangga
o Pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar minyak atau batubara
o Pembakaran sampah
o Pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan
o Pembakaran bahan bakar dari emisi proses
• Kandungan senyawa pencemar
o Unsur karbon: CO dan hidrokarbon
o Unsur nitrogen: NO dan NO2
o Unsur sulfur: H2S, SO2, dan SO3
o Unsur halogen: HF
o Partikel padat atau cair
o Senyawa beracun
o Senyawa radioaktif
• Polutan gas yang khas beserta sumbernya untuk unsur S

• Polutan gas yang khas beserta sumbernya untuk unsur N

• Polutan gas yang khas beserta sumbernya untuk unsur C


• Polutan gas yang khas beserta sumbernya untuk unsur Halogen

• Penggolongan senyawa pencemar

o Primer
▪ Senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber
▪ Contoh: CO, CO2, SO2, NO, partikulat, dan hidrokarbon
o Sekunder
▪ Senyawa pencemar yang terbentuk akibat reaksi dua atau lebih
senyawa pencemar primer
▪ Contoh: NO2, HNO3, H2O2, H2SO4, dan ozon
• Karakterisasi polutan
GE = Greenhouse Effect; SAD = Stratospheric Ozone Depletion; AD = Acid
Deposition; S = Smog; C = Corrosion; DV = Decreased Visibility; DSCoA =
Decreased Self-Cleansing of Atmosphere
• Lima jenis pencemar yang umum dikaitkan dengan pencemaran udara
o Karbonmonoksida
▪ Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
▪ Fasa gas pada T > -192°C
▪ Tidak larut dalam air
▪ Mengganggu proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin dalam darah
o Nitrogen oksida
▪ Gas NO: tidak berwarna, tidak berbau
▪ Gas NO2: berwarna merah kecoklatan, bau menyengat dan
menyesakkan nafas
▪ Berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan
▪ Merusak bahan konstruksi dan paduan logam
▪ Berperan dalam pembentukan senyawa pencemar sekunder yang lebih
berbahaya (photochemical oxidant) komponen smog
▪ Siklus fotolitik NO2
o Sulfur oksida
▪ Merupakan pencemar anthropogenic
▪ Mencakup: SO, SO3, SO4, SO6, dan SO7
▪ Mengganggu membran saluran pernafasan
▪ Pemicu bronchitis dan pulmonary emphysema
▪ Kerusakan pada tanaman dan bangunan
o Hidrokarbon
▪ Berperan dalam pembentukan senyawa pencemar sekunder yang lebih
berbahaya, disebut sebagai photochemical oxidant
▪ Senyawa pencemar sekunder yang berbahaya di antaranya: ozon dan
peroxyacetylnitrate (PAN)
▪ Pembentukan photochemical oxidant

o Partikel/debu
▪ Partikel pencemar berdiameter antara 0,01-100 μm (< 1 μm sulit
mengendap)
▪ Dibedakan atas dasar:
• Watak fisik
ukuran, proses pembentukan, watak pengendapan, dan watak
optik
• Watak kimia
senyawa organik dan anorganik
• Watak biologis
jenis bakteri, spora, dan virus
▪ Proses pembentukan partikulat
• Debu (dust) → 1-10.000 μm
pemecahan, penggerusan, peledakan, dan penanganan massa
• Asap (smoke) → 0,5-1 μm
pembakaran tidak sempurna senyawa organik
• Fumes → 0,03-0,3 μm
kondensasi, sublimasi, distilasi, kalsinasi, dan pencairan logam
• Abu terbang (fly-ash) → 1-1.000 μm
partikel tak terbakar dari pembakaran batu bara
• Kabut (mist) → < 10 μm
kondensasi uap atau dispersi cairan
• Spray → 10-1.000 μm
proses atomisasi cairan
• Watak pencemaran udara
o Jenis dan konsentrasi senyawa yang dibebaskan ke lingkungan
o Kondisi geografis
o Kondisi meteorologis
Pengukuran
• Unit dan standar
o Kandungan partikulat atau debu:
▪ Satuan massa per satuan luas per satuan waktu
▪ Contoh: mg/cm2.bulan atau mg/cm2.tahun
o Kadar partikulat tersuspensi atau pencemar gas:
▪ Satuan massa per satuan volume
▪ Contoh: ppm, ppb, atau μg/m3
𝑝𝑝𝑚 × 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 × 103
𝜇𝑔/𝑚3 =
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡
• Kondisi pengukuran → pada 0, 18, 20, dan 25°C
• Waktu pengukuran → pada saat konsentrasi puncak
o Perkotaan: 05.30-09.30
o Lokasi industri: 09.00-20.00
• Hasil analisa dilaporkan pada:
T = 25°C dan P = 760 mmHg
• Kemampuan pengukuran alat ukur:
T = 21,1°C dan P = 760 mmHg
• Normalisasi volum gas menggunakan persamaan Boyle-Gay Lussac:
𝑉1 𝑃1 𝑉2 𝑃2
=
𝑇1 𝑇2
• Metoda pengukuran
o Kondisi ambien
Konsentrasi polutan diukur di udara ambien dengan cara pemantauan pada
waktu tertentu (ambient monitoring)
o Pengukuran di sumber pencemar
Konsentrasi atau emisi diukur lajunya di titik sumber pencemaran (source
testing)
• Pengambilan sampel
• Penempatan alat pengukur udara ambien
o Pada tempat yang memiliki sumber listrik
o Terlindung dari hujan (salju)
o Pada lingkungan dengan temperatur yang relatif konstan
o Mudah dimasuki oleh petugas
o Terlindung dari pencurian atau perusakan
o Tempat yang bebas biaya (optional)
Contoh: balaikota, rumah sakit, dan gedung pengadilan

• Beberapa metoda untuk menganalisa polutan-polutan utama


o Partikulat (PM10)
▪ Pada sampler bervolum besar dengan nozzle yang dirancang
sedemikian rupa sehingga partikel dengan diameter lebih dari 10
mikrometer tidak dapat masuk
▪ Udara dialirkan melalui filter yang telah ditimbang sebelumnya, yang
kemudian ditimbang lagi
o Sulfur dioksida (SO2)
▪ Sejumlah udara dengan volume yang telah diketahui direaksikan
dengan tetrakloromerkurat sehingga membentuk senyawa kompleks
SO2
▪ Setelah beberapa reaksi intermediate, larutan direaksikan dengan
pararosaniline untuk membentuk pararosanilin metil asam sulfonate
▪ Konsentrasi dihitung dengan calorimeter
o Ozon (O3)
▪ Udara dicampur dengan etilen yang bereaksi dengan ozon pada reaksi
light-emitting (chemiluminescent)
▪ Cahaya diukur dengan photomultiplier tube
o Karbon monoksida
▪ Konsentrasi diukur dengan absorpsi nondispersive infrared (NDIR)
• Nondispersive → radiasi inframerah tidak didispersikan oleh
prisma menjadi suatu panjang gelombang tertentu
▪ Filter digunakan untuk mendapatkan panjang gelombang di mana CO
diabsorpsi dengan kuat
o Hidrokarbon (selain metana)
▪ Gas dilewatkan flame ionization detector (FID)
▪ Hidrokarbon menghasilkan ionisasi lebih banyak daripada hidrogen,
ionisasi ini terdeteksi secara elektrik
▪ Sebagian sampel digunakan untuk gas kromatografi, dimana metana
dipisahkan dari gas-gas lain dan dihitung
▪ Konsentrasi hidrokarbon diperoleh dengan mengurangi konsentrasi
hidrokarbon hasil FID dengan jumlah metana hasil kromatografi gas
o Nitrogen dioksida (NO2)
▪ NO2 dikonversikan menjadi NO yang selanjutnya direaksikan dengan
ozon
▪ Cahaya hasil reaksi chemiluminescent diukur
▪ Karena udara ambien mengandung NO (terkadang lebih banyak
daripada NO2), sampel paralel diolah tanpa konversi NO2 menjadi NO
▪ Hasil pembacaan NO dan NO2 dikurangi dengan hasil pembacaan NO
untuk memperoleh nilai NO2
o Timbal (Pb)
▪ Filter yang sama untuk analisa PM10 diekstraksi dengan asam nitrat
dan klorida untuk melarutkan timbal
▪ Atomic absorption spectroscopy digunakan untuk menentukan jumlah
timbal
Baku Mutu Udara
• Udara ambien
o Menetapkan baku mutu udara ambien nasional
o Meliputi: SO2, CO, NO2, O3, hidrokarbon, PM10, PM25, TSP, Pb, dustfall, total
fluorida, fluorida indeks, klorin, klorindioksida, dan sulfat indeks
o Baku mutu udara ambien
• Emisi
Menetapkan kadar dan/atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau
dimasukkan ke dalam udara ambien
o Baku mutu emisi sumber tak-bergerak
Kabut, H2SO4/SO3, NOx, CO, H2S, CH3SH, NH3, klorin, HCl, HF, Pb, gas
asam, Zn, Hg, Cd, As, radionuklida, dan asap
o Baku mutu emisi sumber bergerak
CO2, CO, dan hidrokarbon

Industrial Air Pollution


• Karakteristik limbah gas industri
o Jenis pencemar udara dari industri
▪ Limbah gas
▪ Partikulat
▪ Fugitive emission
▪ Bau dan kebisingan
o Sumber pencemar
▪ Proses pembakaran bahan bakar
▪ Proses pembakaran limbah
▪ Evaporative loss
Fossil fuels combustions
• Komponen utama yang terlibat:
Bahan bakar, pengoksida (oksigen), dan diluent (nitrogen)
• Produk pencemar utama bergantung pada jenis bahan bakar:
o Pembakaran ikatan C-C dan C-H → CO2, H2O, CO, dan partikel lain
o Pembakaran impurities → SOx, P2O5, dan partikel lain
o Pembakaran diluent → NOx
• Pada pembakaran batu bara, pencemar utama ke udara berupa fly-ash yang umumnya
mengandung:
o Fixed-carbon
o SOx
o NOx
o Volatile organic compounds (VOC)
o Abu/partikulat
Dengan konsentrasi yang bervariasi bergantung pada jenis batu bara yang dibakar
(anthrasit, bituminous, sub-bituminous, dan lignit)
Waste incinerations
• Pencemar udara yang dihasilkan pada pembakaran limbah (terutama limbah B3)
sangat bervariasi dan bersifat lebih berbahaya, toksik, dan beracun, dibandingkan
pembakaran bahan bakar
• Kontaminan utama:
o Partikulat → abu dan senyawa yang tidak terbakar
o Gas bersifat asam → HNO3, H2SO4, HCl, HF
o Logam berat → Pb, Cd, As, Ni, Zn, Hg
o Produk pembakaran tidak sempurna
Limbah rumah sakit menghasilkan kontaminan dioksin dan furan
Evaporative loss
• Proses pencucian
Pelarut atau bahan-bahan kimia yang mudah menguap
• Loading dan unloading
Partikulat/debu, volatile matter, dan bahan-bahan kimia (organik/anorganik, logam
berat, bahan B3), tergantung jenis bahan yang terlibat dalam proses
• Penyimpanan
Partikulat/debu, volatile matter, dan bahan-bahan kimia (organik/anorganik, logam
berat, bahan B3), tergantung jenis bahan yang disimpan
• Kebocoran pada beberapa proses
Partikulat/debu, volatile matter, dan bahan-bahan kimia (organik/anorganik, logam
berat, bahan B3), tergantung jenis bahan yang disimpan

Air Pollution Control


• Pengendalian pencemaran yang dapat dilakukan mencakup:
o Pengendalian pada sumber
o Pengenceran
• Dapat dicapai dengan pengubahan:
o Jenis senyawa pembantu yang digunakan dalam proses
o Jenis peralatan proses
o Kondisi operasi
o Keseluruhan proses produksi itu sendiri
• Hal yang menyulitkan adalah proses produksi yang berada di bawah lisensi. Jika
pembentukan senyawa pencemar tidak dapat dihindarkan lagi, perlu dilakukan
pemasangan alat penangkap atau pengumpul senyawa pencemar, yang didasarkan atas
pengurangan senyawa pencemar.
• Berbagai jenis alat pengumpul didasarkan atas pengurangan kadar debu saja atau
kadar debu dan gas
• Alat pemisah/pengumpul debu dapat dipilah dalam:
o Pemisahan secara mekanik
o Pemisahan dengan cara penapisan
o Pemisahan dengan cara basah
o Pemisahan secara elektrostatik
Prinsip Pemisahan Debu
• Pemisah Brown
o Menerapkan gerakan partikel menurut Brown
o Dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0,01-0,05 mikron
o Alat yang dipatenkan dibentuk oleh susunan filamen gelas dengan jarak antar
filamen yang lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata partikel
• Penapisan
o Deretan penapis atau penapis kantung (filter bag) dapat menghilangkan debu
hingga ukuran diameter 0,1 mikron
o Dibatasi oleh pembebanan yang rendah, karena pembersihan membutuhkan
waktu dan biaya yang tinggi
o Susunan penapis dapat digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak
atau debu higroskopik
o Temperatur gas buang dibatasi oleh komposisi bahan penapis
• Pengendap elektrostatik
o Tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang berkecepatan
rendah
o Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara
getaran
o Keuntungan yang diperoleh adalah debu yang kering dengan ukuran dalam
rentang 0,2-0,5 mikron, tetapi secara teoritik ukuran partikel yang dapat
dikumpulkan tidak memiliki batas minimum
• Pengumpul sentrifugal
o Pemisahan debu dari aliran gas didasarkan atas gaya sentrifugal yang
dibangkitkan oleh bentuk saluran masuk alat
o Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas berputar (vortex) sehingga
debu akan menempel di dinding serta terkumpul di dasar alat
o Alat yang menggunakan prinsip ini dapat digunakan untuk pemisahan partikel
besar dengan rentang ukuran diameter hingga 10 mikron atau lebih
• Pemisah inersia
o Bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel di dalam aliran gas
o Menggunakan susunan penyekat, sehingga partikel akan bertumbukan dengan
penyekat ini dan akan dipisahkan dari aliran fasa gas
o Kendala daya-guna ditentukan oleh jarak antar penyekat
o Alat yang didasarkan atas prinsip gaya inersia bekerja dengan baik untuk
partikel yang memiliki ukuran diameter lebih besar daripada 20 mikron
o Rancangan yang baru dapat memisahkan partikel yang berukuran hingga 5
mikron
• Pengendapan akibat gaya gravitasi
o Rancangan alat ini didasarkan atas perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan
yang dialami oleh partikel
o Bekerja dengan baik untuk partikel dengan ukuran diameter yang lebih besar
daripada 40 mikron
o Tidak digunakan sebagai pemisah debu tingkat akhir

Air Pollution Control Technology


Metode Pemisahan Gas dan Debu secara Simultan
• Menara percik
o Prinsip kerja pada menara percik ini adalah aliran gas yang berkecepatan
rendah bersentuhan dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam bentuk
butir
o Merupakan alat yang relatif sederhana dengan kemampuan penghilangan pada
tingkat sedang (moderate)
o Dapat mengurangi kandungan debu dengan rentang ukuran diameter 10-20
mikron dan gas yang larut dalam air
• Siklon basah
o Modifikasi siklon ini menangani gas yang berputar lewat percikan air
o Butiran air yang mengandung gas yang terlarut akan dipisahkan dengan aliran
gas utama atas dasar gaya sentrifugal
o Slurry dikumpulkan di bagian bawah siklon
o Siklon jenis ini lebih efektif daripada menara percik
o Rentang ukuran diameter debu yang dapat dipisahkan adalah 3-5 mikron
• Pemisah venturi
o Rancangan pemisah venturi ini didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi dan
berkisar antara 30-150 meter per detik pada bagian yang disempitkan dan gas
bersentuhan dengan butir air yang dimasukkan di daerah itu
o Dapat memisahkan partikel hingga ukuran 0,1 mikron dan gas yang larut
dalam air
• Tumbukan pada piringan berlubang
o Disusun oleh piringan yang berlubang
o Gas yang lewat orifis berkecepatan antara 10 hingga 30 meter per detik
o Gas membentur lapisan air hingga membentuk percikan air
o Percikan akan bertumbukan dengan penyekat dan air akan menyerap gas serta
mengikat debu
o Gas yang memiliki kelarutan sedang dapat diserap dengan air dalam alat ini
o Ukuran partikel paling kecil yang diserap adalah 1 mikron
• Menara packing
o Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara persentuhan cairan dan gas di
daerah antara packing
o Aliran gas dan cairan dapat searah, berlawanan arah, atau melintang
o Rancangan baru alat ini dapat menyerap debu
o Ukuran debu yang dapat diserap adalah lebih besar daripada 10 mikron
• Pencuci dengan pengintian
o Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi
o Partikel yang dapat ditangani berukuran hingga 0,01 mikron serta
dikumpulkan pada permukaan filamen
• Pembentur turbulen
o Penyerapan partikel dilakukan dengan cara mengalirkan gas melewati cairan
yang berisi bola-bola berdiameter 1-5 cm
o Partikel dapat dipisahkan dari aliran gas, karena debu bertumbukan dengan
bola-bola tersebut
o Efisiensi penyerapan gas bergantung pada jumlah tahap yang digunakan
Daftar Peralatan

Gravity chamber

Pemisah debu dengan penyekat

Susunan siklon aksial dengan sirip

Siklon aksial dengan sirip

Siklon kering (aliran masuk aksial dan


tangensial)

Susunan siklon involute


Siklon involute

Penapis debu dengan pembersihan udara


bertekanan

Penapis debu dengan cincin pembersih

Penapis otomatis dengan pembersihan udara


tekan (jet cleaning)

Pengendap debu elektrostatik

Scrubber dengan pengendapat ruang gravitasi


Scrubber dengan penyekat basah

Pencuci dengan piringan pemecah butir air

Pencuci dengan unggun terbasahi

Pencuci venturi dengan aliran gas ke bawah

Pencuci venturi dengan aliran gas ke atas


Pencuci dengan packing pada arus melintang

Pemisah debu gabungan (basah)

Shaker bag house

Watak Alat Pengendalian Pencemaran Udara


• Gravity settling
o Fasa gas aerosol
o Ukuran partikel optimum > 50 mikron
o Konsentrasi optimum > 0,011 kg/m3
o Batas temperatur 370°C
o Efisiensi < 50%
o Operasi dengan gaya gravitasi
o Bentuk fisis kumpulan berupa debu kering
o Baik sebagai pembersih awal
• Siklon
o Fasa gas aerosol
o Ukuran partikel optimum 5-25 mikron
o Konsentrasi optimum > 0,002 kg/m3
o Batas temperatur 370°C
o Efisiensi 50-90% operasi dengan gaya sentrifugal
o Bentuk fisis kumpulan berupa debu kering
• Penapis
o Fasa gas aerosol
o Ukuran partikel optimum < 1 mikron
o Konsentrasi optimum > 0,0002 kg/m3
o Batas temperatur 370°C
o Efisiensi < 99%
o Bentuk fisis kumpulan berupa debu kering
o Penapis/kantung peka terhadap humiditas, kecepatan, dan temperatur
• Menara percik
o Fasa gas aerosol
o Ukuran partikel optimum 25 mikron
o Konsentrasi optimum > 0,002 kg/m3
o Batas temperatur 4-370°C
o Efisiensi < 80%
o Bentuk fisis kumpulan berupa cairan
o Memerlukan pengolahan limbah
• Siklon basah
o Fasa gas aerosol
o Ukuran partikel optimum > 5 mikron
o Konsentrasi optimum > 0,002 kg/m3
o Batas temperatur 4-370°C
o Efisiensi < 80%
o Operasi dengan gaya sentrifugal
o Bentuk fisis kumpulan berupa cairan
o Asap tampak
• Pencuci venturi
o Fasa gas aerosol
o Ukuran partikel optimum < 1 mikron
o Konsentrasi optimum > 0,0002 kg/m3
o Batas temperatur 4-370°C
o Efisiensi < 80%
o Bentuk fisis kumpulan berupa cairan
o Korosi, operasi dapat pada temperatur tinggi
• Pengendap elektrostatik
o Fasa gas aerosol
o Ukuran partikel optimum < 1 mikron
o Konsentrasi optimum > 0,0002 kg/m3
o Batas temperatur 455°C
o Efisiensi 95-99%
o Operasi dengan gaya listrik
o Bentuk fisis kumpulan berupa debu kering
o Peka terhadap perubahan sifat milik partikel
• Penyerap gas
o Fasa gas aerosol
o Konsentrasi optimum:
▪ < 2 ppm tanpa regenerasi
▪ > 2 ppm dengan regenerasi
o Batas temperatur 4-38°C
o Efisiensi > 90%
o Bentuk fisis kumpulan berupa cairan atau padatan
o Biaya awal dan operasi tinggi
• Insinerasi langsung
o Fasa gas aerosol
o Uap mudah terbakar
o Batas temperatur 1094°C
o Efisiensi > 95%
o Bentuk fisis kumpulan berupa tidak ada
o Biaya tinggi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan teknologi pengendalian atau rancangan
sistem pengendalian
• Watak gas buang atau efluen
• Tingkat pengurangan yang dibutuhkan
• Teknologi komponen alat pengendalian pencemaran udara
• Kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomis
Tahap penilaian masalah pencemaran udara untuk sistem produksi
• Penilaian
o Penyigian plant
o Pengujian dan pengumpulan data
o Penentuan kriteria rancangan, yang mencakup pengkajian watak efluen
dengan baku mutu lingkungan udara
• Kajian teknis dan rekayasa
o Penilaian sistem dan teknologi pengendalian pencemaran
▪ Sumber perbaikan
▪ Metoda perlakuan yang memperhatikan cara pengumpulan,
pendinginan, dispersi, dan pembuangan
▪ Perolehan kembali senyawa yang bernilai ekonomis
o Kajian ekonomis
▪ Investasi
▪ Operasi
• Rancangan dan konstruksi
o Pemilihan sistem pengendalian
o Rancangan proses dan rekayasa, serta konstruksi
Contoh penerapan teknologi pengendalian pencemaran udara dalam suatu pabrik
• Sistem pembersihan gas dengan menggunakan pengendap debu elektrostatik

• Sistem pengendalian pencemaran udara dalam insinerasi limbah cair

• Sistem pengendalian pencemaran udara pada pengolahan limbah cair


Evaluasi sistem pengendalian pencemaran udara

• Device characteristics
o Control requirements
o Corrosion preventions
o Energy requirements
o Chemical requirements
o Reliability
o Maintainability
• Device performance
o Efficiency
o Flexibility
o Gas preconditioning
o Load-handling capacity
• Technical feasibility
o Operating principles
o Design parameters
o Previous applications

Bau
• Kebijakan mengenai tingkat kebauan di Indonesia diatur dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. Kep. 50/MENLH/11/1996
o Baku Tingkat Kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang
diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan
• Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai ambang
bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang
berjumlah minimal 8 orang
• Baku mutu bau

• Sumber penghasil bau


o Pengilangan minyak bumi

o Industri bahan kimia anorganik

o Industri bahan kimia organik

• Beberapa teknik untuk mengukur bau


o Gas-Liquid Chromatography
▪ Paling banyak digunakan karena efisiensi pemisahan, tingkat
sensitivitas, dan pembedaan (specifity) yang tinggi
• Menentukan jumlah hidrokarbon
Penentuan hidrokarbon C5 – C12
• Menentukan jumlah senyawa belerang
Penentuan H2S, SO2, CH3SH, CS2, dan (CH3)2S
o Olfactometry
▪ Atau teknik pengenceran yaitu pengenceran material berbau dengan
udara bebas bau hingga nilai ambang batas dapat dipenuhi
▪ Tingkat bau diukur dari jumlah pengencer yang diperlukan
▪ 4 teknik:
• Syringe dilution
• Dynamic dilution
• Vaporization dilution
• Scentometer dilution
o Odor panels
▪ Petugas yang berkaitan dengan teknik ini harus memiliki sensitivitas,
reliability, kejujuran, dan daya ingat bau yang tinggi
• Bau biasanya berubungan secara linier dengan intensitas bau dan konsentrasi.
Karakteristik bau dapat berubah pada konsentrasi kritik. Kondisi meteorologis,
misalnya arah dan kekuatan angin sangat mempengaruhi tingkat kebauan
• Konsep pengendalian bau
o Proses harus dirancang untuk mengurangi timbulnya bau
o Uap yang bau harus dikumpulkan dan diawasi
o Material yang bau harus dinetralkan
• Pengendalian bau
o Modifikasi proses
o Modifikasi peralatan
o Dispersi
o Reaksi kimia
o Oksidasi termal
o Adsorpsi
o Masking

Kebisingan
• Baku Mutu Tingkat Kebisingan adalah batas maksimal kebisingan dalam udara yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
• Baku mutu kebisingan

ESG

Definisi
• ESG merupakan istilah umum yang digunakan investor untuk merujuk pada faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan suatu usaha untuk menciptakan nilai
jangka panjang. ESG juga merujuk pada asset tidak berwujud -PRI Academy-
• ESG terdiri atas:
o Environmental (lingkungan)
▪ Polusi
▪ Kehilangan keanekaragaman hayati
▪ Perubahan iklim
▪ Deforestasi
▪ Penipisan sumber daya
▪ Pengelolaan limbah
o Social (sosial)
▪ Hak asasi manusia
▪ Pekerja anak
▪ Keamanan produk
▪ Kesalahan penjualan produk
▪ Standar pekerja
▪ Relasi karyawan
o Corporate Governance (tata kelola perusahaan)
▪ Akuntansi
▪ Komposisi jajaran pimpinan
▪ Penyuapan dan korupsi
▪ Bayaran eksekutif
▪ Penghindaran pajak
▪ Hak pemilik saham

ESG vs Responsible Investment


• ESG tergabung dalam responsible investment (investasi bertanggung jawab)
o Responsible Investment (RI) terdiri atas:
▪ Isu ESG
▪ Kepemilikan aktif
▪ Komitmen terhadap transparansi
▪ Komitmen terhadap keterlibatan yang konstruktif
• Definisi RI
o RI merupakan sebuah pendekatan pada investasi yang menggabungkan faktor
lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam keputusan investasi. ESG bertujuan
untuk manajemen resiko yang lebih baik dan menghasilkan pengembalian
(returns) jangka panjang yang berkelanjutan -Principles for Responsible
Investment, PRI)
• RI melengkapi pratek investasi tradisional

• RI berbeda dengan investasi yang berkelanjutan dan berdampak


Pentingnya ESG

• ESG penting untuk alasan finansial dan ekonomi:


o Meningkatkan performa finansial
o Mendukung pengembangan berkelanjutan
• Key ESG-Driving Stakeholders
o Perusahaan investasi
o Perusahaan
o Pemilik aset
o Pembuat kebijakan
Perusahaan Investasi
Integrasi ESG menolong perusahaan investasi:
• Untuk meng-”harga”-i kebutuhan eksternal
o Dapat memperhitungkan biaya kegiatan komersial yang ditanggung oleh
ekosistem alam, masyarakat, atau pemerintah sebagai input produksi
o Contoh: pajak karbon
• Untuk mengukur hal-hal tak berwujud
o Faktor tak berwujud jauh lebih membebani nilai perusahaan daripada faktor
berwujud
o Contoh: manajemen kualitas, keamanan, tata kelola, ekuitas merk
• Untuk mengelola resiko “istimewa”
o Dapat mengurangi eksposur portfolio perusahaan dengan resiko ESG tinggi
yang mengarah secara spesifik ke perusahaan
• Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
o Membantu memilih perusahaan yang dapat mengelola resiko dan peluang
ESG
o Performa ESG lebih tinggi → keuntungan lebih baik
• Untuk memenuhi tugas pergadaian
o Memastikan resiko dan peluang ESG yang relevan (nilai faktor jangka
panjang) dipertimbangkan dalam proses investasi
• Untuk memenuhi kebutuhan RI yang meningkat.
o Lebih banyak klien yang akan meminta manager keuangan untuk
mengikutsertakan analisis ESG dalam proses investasi
Perusahaan
Integrasi ESG menolong perusahaan:
• Meningkatkan performa finansial jangka jauh
o Performa ESG yang lebih baik akan menuju pada:
▪ Keuntungan yang lebih besar
▪ Resiko spesifik perusahaan yang lebih rendah
▪ Exposure faktor resiko sistematik yang lebih rendah
o Contoh resiko adalah aset terbengkalai
• Memenuhi permintaan untuk mencapai standar manajemen bisnis yang lebih baik dari
stakeholders
o Investor → manajemen resiko ESG
o Pelanggan → keamanan produk & kepercayaan
o Komunitas → pengelolaan limbah
o Pembuat kebijakan → manajemen perusahaan yang bertanggung jawab
Pemilik Aset/Klien
Integrasi ESG menolong pemilik aset:
• Mendapatkan keuntungan yang lebih baik
o Menolong memilih perusahaan yang dapat me-manage resiko dan peluang
ESG dengan lebih baik
o Performa ESG yang lebih baik berarti:
▪ Peluang keuntungan yang lebih baik
▪ Resiko idiosinkrasi yang lebih rendah
▪ Exposure yang lebih rendah pada faktor resiko sistematik
• Mencari transparansi yang lebih besar
o Untuk mengetahui bagaimana suatu perusahaan investasi berinvestasi dan me-
manage investasinya dan apakah mereka telah memenuhi fiduciary duties
untuk mempertimbangkan isu ESG demi keuntungan investasi jangka panjang
• Mengurangi resiko kepemilikian universal
o Memastikan exposure resiko secara keseluruhan diminimalisir untuk seluruh
portfolio investasi dalam banyak sektor dan yurisdiksi
• Menyelaraskan peningkatan awareness akan sustainability & RI
o Meningkatnya kepentingan untuk memasukkan dampak isu ESG ke dalam
pertimbangan pada berbagai stakeholder (tekanan sosial) dan dampak besar
terhadap nilai perusahaan investor
Pembuat Kebijakan
Integrasi ESG menolong pembuat kebijakan:
• Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable)
o Integrasi ESG dalam perushaan investasi akan mendorong performa bisnis
yang lebih baik, bisnis yang berkelanjutan, dan membawa dampak positif pada
lingkungan dan masyarakat
o Contoh:
▪ Emisi karbon yang lebih rendah
▪ Employment yang lebih baik
▪ Krisis finansial yang lebih rendah
• Menanggapi peningkatan tekanan sosial
o Tekanan sosial terus ditujukan pada pembuat kebijakan untuk mengambil
langkah dalam memitigasi ESG dan mencegah dampak tambahan yang
disebabkan oleh aktivitas komersial dalam setiap aspek ESG
• Mengatasi kebutuhan regulasi
o Kebijakan framework yang mendukung integrasi ESG memiliki dampak yang
positif pada performa ESG
o Kebutuhan untuk mengklarifikasi fiduciary duty harus mengikutsertakan
pertimbangan ESG dan untuk memperkenalkan regulasi pada pendukungan
ESG seperti persyaratan pengungkapan dan integrasi LST untuk dana pension

Integrasi ESG dalam Proses Investasi


Proses Tradisional Proses Terintegrasi ESG
Investable Universe Konsiderasi ESG
• Skrining yang meluas • Mengikutsertakan perusahaan dengan
• Menggunakan kelangsungan finansial ESG/sustainability/pelaporan CSR
dan struktur operasi
Financial Screening ESG Screening
• Menggunakan GARP (Growth at • Menggunakan matriks ESG untuk
Reasonable Price) mengidentifikasi pemimpin dalam
tren performa ESG
Analisis Fundamental ESG Analysis
• Mengadakan pemodelan finansial dan • Mengidentifikasi resiko & peluang
assessment resiko ESG material
• Menentukan harga target • Menguantifikasi dampak ESG dalam
model finansial
Optimasi Portfolio ESG Optimisation
• Menentukan ekspektasi return • Mengikutsertakan intensitas ESG
berdasarkan resiko profil klien dalam pemodelan portfolio
• Contoh: intensitas karbon
Portfolio Monitoring ESG Monitoring
• Memonitor perubahan dalam harga, • Secara aktif memantau performa ESG
volatilitas, finansial, dan kondisi dan exposure dan manajemen resiko
operasi
Kepemilikan Pasif Kepemilikan Aktif
• Tidak secara aktif mempromosikan • Secara aktif berperan dalam
perubahan dalam operasi perusahaan perubahan perusahaan melalui voting
atau struktur kepemimpinan dan kebijakan keterlibatan
perusahaan
Life-Cycle Assessment

• Analisis life-cycle, eco-balance, dan analisis cradle-to-grave


• LCA merupakan teknik untuk menilai dampak lingkungan yang berhubungan dengan
seluruh tahap dari “kehidupan” suatu produk, mulai dari ekstrasi bahan mentah hingga
pemrosesan material, manufaktur, distribusi, penggunaan, perbaikan dan
maintenance, hingga pembuangan atau daur ulang
• Desainer menggunakan proses ini untuk menolong mengkritisi produk mereka. LCA
dapat menolong menghindari pandangan yang sempit dalam pertimbangan lingkungan
dengan:
o Mengompilasi inventori yang terdiri atas energi/material masukan yang
relevan dan emisi yang mempengaruhi lingkungan
o Mengevaluasi potensi dampak yang berhubungan dengan input dan output
yang teridentifikasi
o Menginterpretasikan hasil untuk menolong membuat keputusan yang lebih
valid karena informasi yang mendasarinya lebih banyak
• Tujuan dari LCA adalah untuk membandingkan efek lingkungan secara menyeluruh
pada suatu produk dan layanan dengan menguantifikasi seluruh input dan output dari
aliran material dan menilai bagaimana aliran material mempengaruhi lingkungan
• “Cradle-to-grave” Assessment

• LCA → kompilasi dan evaluasi dari input, output, dan potensi dampak lingkungan
dari suatu sistem produk dalam sepanjang siklus kehidupannya
• Ketertarikan dunia pada konsep life-cycle dipicu oleh beberapa faktor:
o Peningkatan perhatian terhadap perubahan iklim global
o Keinginan Walmart untuk mengembangkan indeks sustainability untuk
produk yang mereka bawa
o Promosi US Green Building Council dalam bangunan sustainable dan standar
LEED
o Keinginan umum perusahaan untuk menjadi ‘green’ dan ‘sustainable’
Glosarium
• Life Cycle Concept → konsiderasi atas seluruh aktivitas yang berhubungan dengan
sistem industri dari cradle-to-grave, contoh product life
• Life Cycle Assessment → proses yang telah distandarisasi untuk menguantifikasi
penggunaan sumber daya alam dan limbah yang dilepaskan ke lingkungan dari
cradle-to-grave; untuk menilai dampak dari kuantitas; dan untuk mengidentifikasi
peluang untuk mempengaruhi pengembangan lingkungan
o Screening Level atau Streamlined Assessment
o Detailed Life Cycle Assessment
• Life Cycle-Based Approach → penggunaan konsep life cycle untuk melihat sistem
produk dari cradle-to-grave tetapi membatasi studi ke area perhatian yang telah
ditentukan sebelumnya, seperti penggunaan energi, perubahan iklim global,
penggunaan material, dll
• Life Cycle Management → integrasi aspek lingkungan, ekonomi, teknologi, resiko,
implementasi, dan sosial produk & layanan atas dasar life cycle

ISO 14040 (Environmental management – Life cycle assessment – Principles and


framework)
Istilah dan Definisi
• Life cycle → tahapan yang saling berhubungan dari suatu sistem produk, dari akuisisi
material mentah atau generasi dari sumber daya alam hingga pembuangan terakhir
• Life cycle assessment (LCA) → kompilasi dan evaluasi dari semua input, output, dan
potensi dampak lingkungan dari suatu sistem produk dalam seluruh life cycle-nya
• Life cycle inventory analysis (LCI) → fase LCA yang melibatkan kompilasi dan
kuantifikasi dari input dan output suatu produk dalam seluruh life cycle-nya
• Life cycle impact assessment (LCIA) → fase LCA yang ditujukan untuk memahami
dan mengevaluasi besar dan signifikansi dari potensi dampak lingkungan untuk suatu
sistem produk dalam sepanjang life cycle-nya
• Life cycle interpretation → fase LCA dimana yang ditemukan dalam analisis
inventori dan/atau dampak penilaian dievaluasi terhadap hubungannya dengan tujuan
dan lingkup agar dapat mencapai kesimpulan dan rekomendasi

Product and Process Life-Cycle


• Horizontal axis: Product life-cycle
• Vertical axis: Process life-cycle

LCA

• Suatu pendekatan manajemen lingkungan industri untuk melihat secara holistik


produk, proses, dan aktivitas
• Langkah-langkah:
o Mendefinisikan lingkup dan batasan dari penilaian
o Menentukan inventori input – output
o Penilaian dampak lingkungan
• Contoh pada industri batubara
• Skema umum

Life-cycle Impact Assessment (LCIA)


• Klasifikasi
o Input dan output yang ditentukan selama proses inventori diklasifikasikan
menjadi kategori dampak lingkungan
o Misalnya CH4, CO2, dan CFCs diklasifikasikan sebagai gas pemanasan global
• Karakterisasi
o Potensi efek input dan output pada kategori dampak lingkungan ditentukan
o Misalnya penentuan potensi greenhouse global warning relatif dari metana,
CO2, dan CFCs
• Penilaian
o Kepentingan relatif dari setiap kategori dampak lingkungan dinilai agar satu
indeks yang mengindikasikan performa lingkungan dapat dihitung
Kegunaan Life-Cycle Study
• Perbandingan produk
• Desain dan pengembangan produk
• Perencanaan strategis
• Edukasi konsumen
• Kebijakan publik
Carbon Footprint
• Carbon footprint (FP) → total emisi gas rumah kaca yang disebabkan secara langsung
maupun tidak langsung oleh individual, organisasi, kegiatan, atau produk
• Semua orang memiliki FP
• Sustainability lingkungan
Management tools:
o Lokal (air, udara, tanah) → regulasi
o Global (atmosfer) → consensus, inisiatif, standar
• Carbon footprint untuk produk
o Keuntungan bagi bisnis:
▪ Memperbolehkan perbandingan barang dan jasa
▪ Memperbolehkan penilaian internal dari bisnis
▪ Menyediakan benchmark untuk mengurangi emisi GHG
o Keuntungan bagi konsumen:
▪ Menyediakan perbandingan produk secara umum dan adil
▪ Mendorong konsumen untuk lebih memahami tentang pemanasan
global
▪ Menawarkan konsumen opsi untuk menjadi lebih “hijau”
• Contoh FP

Life Cycle Thinking Overview


• LCA menguantifikasi semua input/output dan memperbolehkan analisis dari dampak
lingkungan dan total biaya
• FP merupakan LCA terbatas yang menggunakan global warming sebagai satu-satunya
kategori dampak
Metodologi
• Pendekatan top-down

o Didasarkan pada analisis input-output lingkungan


o Dapat menentukan estimasi FP secara komprehensif, mempertimbangan
dampak berorde lebih tinggi, dan mengatur seluruh sistem ekonomi sebagai
batasan
o Kesesuaian yang terbatas untuk menilai sistem mikro seperti produk atau
proses karena melihat emisi karbon pada level sektor
o Sempurna untuk inventori GHG nasional
• Pendekatan bottom-up

o Didasarkan pada LCA


o Definisi → LCA merupakan metode evaluasi dampak lingkungan dari suatu
produk/layanan sepanjang masa “hidup”-nya, alias analisis cradle-to-grave
o LCA menganalisis banyak efek lingkungan; emisi GHG hanya salah satunya
o Metode standar → seri ISO 14040
o Proses iterasi terdiri dari 4 fasa:

o LCA memiliki 2 masalah besar:


▪ Mendefinisikan batasan sistem, terutama untuk organisasi besar
(sekolah, bisnis, etc.)
• Masalah batasan sistem

▪ Alokasi energi dan beban lingkungan di antara produk samping

Promotion of Carbon Neutral Material Industries through High Efficient


Use of Resources
National Institute for Environmental Studies (NIES)
• Issue-Oriented Research Programs
o Low-Carbon
o Sustainable Material Cycles
o Harmonization with Nature
o Health and Environmental Safety
o Environment-Economy-Society Integration
• Environmental Emergency Research Programs
o Environmental Recovery
o Environmental Renovation
o Environmental Emergency Management
History of NIES
July 1971 Establishment of the Environment Agency
November 1971 Establishment of the National Institute for Environmental Studies
(NIES) Founding Committee
March 1974 Establishment of NIES
April 1985 Visit of Emperor Showa to NIES
July 1990 Restructuring of NIES to include global environmental research
October 1990 Establishment of the Center for Global Environmental Research
January 2001 Environment Agency becomes Ministry of the Environment.
Establishment of Waste Management Division at NIES
April 2001 Establishment of NIES as an Incorporated Administrative Agency.
First five-year plan (2001-2005) commences
April 2006 Second five-year plan (2006-2010) commences
August 2010 Visit of the Japanese Emperor and Empress to NIES
April 2011 Third five-year plan (2011-2015) commences
March 2013 Amendment of the third five-year plan (2011-2015)

Introduction
• Carbon neutral
o Net zero GHG emissions by 2050
o Japan aims to reduce greenhouse gas emissions 46 percent by 2030 compared
with fiscal 2013 levels
• Circular Economy
Our current lifestyle is still far from the circular economy
Three pillars for de-carbonized society
• Alternate resources
Expand use of waste and renewable resources
o Waste recycling & energy recovery
o Biomass use
o Zero emission power
• Maximize efficiency
Energy efficiency improvement (Exergy improvement)
o Insulation & exhaust heat recovery
o Optimum operation
o Heat pump
• Supplementary
Carbon sequestration
o Long time use of wood materials
o Carbon capture & storage

Examples
• Thermal power plant

• Steam extraction from a turbine

• Co-generation

• Cascade use of energy


o Kawasaki Steam Net

▪ Fuel saving effect: 20,000 kLoe/y


▪ CO2 reduction effect: 46,000 t/y
• Heat pump technology
Energy Efficiency
• Carnot cycle: the most efficient cycle for converting a given amount of thermal
energy into work
• Generation of electricity

𝑇𝐿
𝜂 =1−
𝑇𝐻
T: absolute temperature (K)
• Heat pump
1 𝑇𝐻
𝐶𝑂𝑃 = =
𝜂 𝑇𝐻 − 𝑇𝐿

Waste to energy (waste incineration plant)

Problem: power generation efficiency is low (around up to 20-25%)


Clean technology and advanced operation system of waste incinerator
Efficient use of energy recovered from waste

Quality of energy
Need to improve energy (exergy) efficiency as a whole society

Comprehensive solution for high-grade and low-grade waste plastic as well as all the
combustible wastes
Need to improve energy (exergy) efficiency as a whole society

Comprehensive solution for high-grade and low-grade waste plastic as well as all the
combustible wastes

MALES NGELANJUTIN LAGI GES YANG MATERI GUEST LECTURE


WKWKWKWK
Additional Notes

• Pentingnya water reuse dan teknologi yang dapat digunakan agar air linbah dapat
digunakan untuk keperluan tertentu
o Sumber air bersih makin sedikit akibat tercemarnya badan air dan
terganggunya daur air
o Teknologi pengolahan:

Tahapan:
▪ Sistem pengumpulan air
▪ Primary treatment: sedimentasi
▪ Secondary treatment: oksidasi biologis, disinfeksi
Digunakan untuk:
• Surface irrigation of orchards and vineyards
• Nonfood crop irrigation
• Restricted landscape impoundments
• Groundwater recharge of nonpotable aquifer
• Wetlands, wildlife habitat, stream augmentation
• Industrial cooling processes
▪ Tertiary/advanced treatment: koagulasi kimia, filtrasi, disinfektan
Digunakan untuk:
• Landscape and golf course irrigation
• Toilet flushing
• Vehicle washing
• Food crop irrigation
• Unrestricted recreational impoundment
• Indirect potable reuse: groundwater recharga of potable aquifer
and surface water reservoir augmentation

Anda mungkin juga menyukai