RIKA SARI
NIM : 2215201117
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan dan setelah satu jam ditunggu
belum ada tanda-tanda persalinan.
Ketuban pecah dini merupakan salah satu
masalah dalam kasus kedaruratan
kehamilan dan persalinan. Setelah
ketuban pecah, kuman yang berada di
servik mengadakan invasi ke dalam
selaput ketuban (saccus amnion) dan
dalam waktu 24 jam cairan ketuban akan
terinfeksi (Kennededy et al., 2019)
• Penyebab Ketuban Pecah dini belum diketahui secara pasti,
Namun Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah Infeksi yang
terjadi secara langsung pada selaput ketuban, Umur Ibu yang Beresiko
yaitu kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun, Faktor
multigravidas/Paritas, Pekerjaan, Disporposi kepala panggul, Berat Badan
Janin, Usia Kehamilan, Kelainan Letak Janin, Gemeli, Riwayat KPD
sebelumnya, Riwayat Abortus dan persalinan preterm sebelumnya,
Perdarahan antepartum, Anemia, dan Preeklamsia (Tahir et al., 2021).
• Masalah yang sering mengancam kehamilan yaitu adanya indikasi
ketuban pecah dini, ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya
selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan (Rohmawati & Fibriana,
2018). Ketuban pecah dini sering menyebabkan dampak yang serius pada
ibu serta bayinya, terutama dalam kematian perinatal yang cukup tinggi
(Legawati, 2018).
Rumusan Masalah
Usia Usia adalah lamanya waktu Rekam Medik 1. > 20 Tahun 1. Usia Reproduksi Muda Ordinal
hidup atau sejak dilahirkan 2. 20-35 Tahun
dihitung dalam tahun. Usia ibu 3. > 35 Tahun 2. Usia Reproduktif
bersalin yang tercatat di
buku register 3.Usia Reproduksi Tua
Paritas Banyaknya kelahiran hidup Rekam Medik 1. 1 kali melahirkan 1. Primipara Ordinal
yang di punyai oleh seorang 2. 2-5 kali melahirkan 2. Multipara
wanita. 3. >6 kali melahirkan 3. Grandemultipara
Pekerjaan Segala bentu pekerjaan yang Rekam Medik Bekerja 1. Bekerja Nominal
dilakukan dalam rangka Tidak bekerja 2. Tidak bekerja
mencari nafkah dan di
tunjukkan dengan
mendapatkan upah
Riwayat KPD Ibu yang pernah Rekam Medik 1. Ada riwayat KPD 1. Ya Nominal
mengalami KPD pada 2. Tidak ada riwayat KPD 2. Tidak
kehamilan yang lalu
Letak Janin Posisi janin di dalam rahim Rekam Medik 1. Normal 1. Normal Nominal
2. Sungsang 2. Sungsang
3. Lintang 3. Lintang
Analisa Univariat
Melakukan analisa pada setiap
variabel untuk mengetahui distribusi
frekuensi dari variabel yang diteliti.
Hasil Penelitian
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden ODHA di Rumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Tahun 2023
Data n %
Usia
Usia Muda (19-44 Tahun) 24 80
Usia Paruh Baya (45-60 Tahun) 6 20
Total 30 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 19 63,3
Perempuan 11 36,7
Total 30 100
Pendidikan Responden
SMP 1 3,3
SMA 16 53,3
Perguruan Tinggi 13 43,3
Total 30 100
Pekerjaan Responden
Wiraswasta 20 66,7
Honorer 4 13,3
IRT 4 13,3
Swasta 1 3,3
Pelajar 1 3,3
Total 30 100
Lama Menderita HIV/ODHA
1-3 Tahun 15 50
>3 Tahun 15 50
Total 30 100
Kepatuhan Minum Obat
Patuh >6 18 60
Tidak Patuh <6 12 40
Total 30 100
Tabel 4.2
Tabulasi Silang Usia Pasien ODHA Yang Mempengaruhi Kepatuhan Konsumsi
Antiretroviral (ARV) di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Tahun
2023
Kepatuhan Minum
Obat
Total Sig.
Patuh >6 Tidak
Patuh <6
Lama Menderita 1-3 Tahun 10 5 15
ODHA >3 Tahun 8 7 15
Total 18 12 30 0,456
Pembahasan
Faktor Usia Pasien ODHA Yang Mempengaruhi Kepatuhan Konsumsi Antiretroviral
(ARV) di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2023
Faktor Jenis Kelamin Pasien ODHA Yang Mempengaruhi Kepatuhan Konsumsi
Antiretroviral (ARV) di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2023
Faktor Pendidikan Pasien ODHA Yang Mempengaruhi Kepatuhan Konsumsi
Antiretroviral (ARV) di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2023
Faktor Pekerjaan Pasien ODHA Yang Mempengaruhi Kepatuhan Konsumsi
Antiretroviral (ARV) di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2023
Faktor Lama Menderita HIV/ODHA Yang Mempengaruhi Kepatuhan Konsumsi
Antiretroviral (ARV) di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2023
Kesimpulan
1. Usia pasien ODHA mayoritas berusia 19-44 Tahun (Usia Muda) sebanyak 24 orang (80%), diikuti
dengan usia 45-60 Tahun (Usia Paruh Baya) sebanyak 6 orang (20%). Hasil tabulasi silang mayoritas
reponden patuh minum obat Antitetroviral (ARV) pada usia 19-44 Tahun (Usia Muda) sebanyak 16
orang dengan nilai sig. 0,136>0,05, sehingga tidak ada pengaruh usia dengan kepatuhan konsumsi
Antitetroviral (ARV).
2. Jenis Kelamin pasien ODHA mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (63,3%), diikuti
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang (36,7%). Hasil tabulasi silang mayoritas
reponden patuh minum obat Antitetroviral (ARV) yaitu laki-laki sebanyak 12 orang dengan nilai sig.
0,643>0,05, sehingga tidak ada pengaruh jenis kelamin dengan kepatuhan konsumsi Antitetroviral
(ARV).
3. Pendidikan pasien ODHA mayoritas memiliki pendidikan di SMA sebanyak 16 orang (53,3%),
Perguruan Tinggi sebanyak 13 orang (43,3%) dan SMP sebanyak 1 orang (3,3%). Hasil tabulasi
silang mayoritas reponden patuh minum obat Antitetroviral (ARV) dengan pendidikan SMA
sebanyak 10 orang dengan nilai sig. 0,460>0,05, sehingga tidak ada pengaruh pendidikan dengan
kepatuhan konsumsi Antitetroviral (ARV).
4. Pekerjaan pasien ODHA mayoritas memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 20 orang
(66,7%), pekerjaan sebagai honorer dan IRT masing-masing sebanyak 4 orang (13,3%), pekerjaan
sebagai swasta dan pelajar masing-masing 1 orang (3,3%). Hasil tabulasi silang mayoritas
reponden patuh minum obat Antitetroviral (ARV) dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 11 orang
dengan nilai sig. 0,537>0,05, sehingga tidak ada pengaruh pekerjaan dengan kepatuhan konsumsi
Antitetroviral (ARV).
5. Lama mendertia HIV/ODHA mayoritas 1-3 tahun sebanyak 15 orang (50%) dan >3 tahun sebanyak
15 orang (50%). Hasil tabulasi silang mayoritas reponden patuh minum obat Antitetroviral (ARV)
telah menderita ODHA 1-3 tahun sebanyak 10 orang dengan nilai sig. 0,456>0,05, sehingga tidak
ada pengaruh usia dengan kepatuhan konsumsi Antitetroviral (ARV).