Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN

INDUSTRIAL
MANA JEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
KELOMPOK D
DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. Santy Nururly, M.M.

M. ARYA JAMSURY (I2A02310021)


MELI HANDAYANI (I2A02310022)
MUHAMAD RIZAL FAUZI (I2A02310024)
RADEN RUDY ADHI SASONGKO (I2A02310034)
SUTRISNO HARIADI (I2A02310046)
ANANDA MARDIAH (I2A32310003)
Definisi Hubungan
Industrial
 Pasal 1 angka 16 UU No.13 Tahun 2003 menyatakan bahwa hubungan industrial adalah
suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang
dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh dan pemerintah yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945.

 Hubungan industrial yang berlaku di Indonesia adalah Hubungan Industrial Pancasila,


yang merupakan hubungan antar pelaku dalam proses produksi barang dan jasa (pekerja,
pengusaha, dan pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan
manifestasi dari keseluruhan sila-sila dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang tumbuh dan berkembang di atas kepribadian dan
kebudayaan nasional Indonesia (Sumanto, 2014).
Fungsi dan Tujuan Hubungan
Industrial
Fungsi utama hubungan industrial
1. Untuk menjaga kelancaran atau peningkatan produksi
2. Untuk memelihara dan menciptakan ketenangan kerja
3. Untuk mencegah dan menghindari adanya pemogokan
4. Untuk ikut menciptakan serta memelihara stabilitas nasional
Tujuan Hubungan Industrial
Mewujudkan hubungan Industrial yang harmonis, Dinamis, kondusif dan
berkeadilan di perusahaan. Ada tiga unsur yang mendukung tercapainya tujuan
hubungan industrial, yaitu :
5. Hak dan kewajiban terjamin dan dilaksanakan
6. Apabila timbul perselisihan dapat diselesaikan secara internal/bipartit
7. Mogok kerja oleh pekerja serta penutupan perusahaan (lock out) oleh
pengusaha, tidak perlu digunakan untuk memaksakan kehendak masing-
masing, karena perselisihan yang ‐ terjadi telah dapat diselesaikan dengan baik.
Parameter Pengelolaan
Hubungan Industrial
1. Tingkat Produktivitas Karyawan (Employee Productivity)
Hubungan industrial yang sehat akan mendorong terciptanya
keamanan dan kenyamanan kerja.

2. Perputaran Karyawan (Employee Turn-over)


Kuantitas dan kualitas karyawan dari sebuah perusahaan;
terjadi karena : mengundurkan diri, pensiun, diberhentikan,
cacat tetap, meninggal atau promosi ke anak perusahaan
Sarana Hubungan
Industrial
Serikat Organisasi
Pekerja Pengusaha

Lembaga Lembaga
Bipartit Tripartit
Sarana Hubungan
Industrial
Peraturan
Perjanjian Kerja Bersama
Perusahaan

Peraturan Lembaga Penyelesaian


Ketenagakerjaan Perselisihan Hubungan
Industrial
Jenis-Jenis Perselisihan dalam
Hubungan Industrial
1. Perselisihan
Hak
Pasal 1 angka 2 UU 2. Perselisihan
No.2 Tahun 2004 Kepentingan
Pasal 1 angka 3 UU No.2
Tahun 2004.

4. Perselisihan
Antar 3. PHK
Serikat Pekerja Pasal 1 angka 5 UU
Pasal 1 angka 4 UU
No.2 Tahun 2004 No.2 Tahun 2004
Prosedur Penyelesaian
Permasalahan Hubungan
Industrial
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial dapat diselesaikan melalui dua
jalur, yaitu penyelesaian di luar Pengadilan Hubungan Industrial
(non litigasi) dan penyelesaian melalui Pengadilan Hubungan
Industrial (litigasi).
A. Penyelesaian Non Litigasi
1. Penyelesaian Melalui Bipartit
2. Penyelesaian Melalui Mediasi
3. Penyelesaian Melalui Konsiliasi
4. Penyelesaian Melalui Arbitrase
Prosedur Penyelesaian
Permasalahan Hubungan
Industrial
B. Penyelesaian Litigasi
1. Pengadilan Hubungan Industrial
a) Pengajuan Gugatan
b) Pemeriksaan dengan Acara Biasa
c) Pemeriksaan dengan Acara Cepat
d) Pengambilan Keputusan
2. Mahkamah Agung
e) Kasasi
f) Peninjauan Kembali
STUDI
KASUS
KRONOLOGI KASUS
 Terhitung sejak tanggal 30 November 2020, PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk. di Sumatera Utara telah melakukan PHK
Sepihak kepada 9 pegawai kontrak dengan posisi teller.
 9 Karyawan tersebut di PHK tanpa melalui prosedur yang
jelas dan tanpa pemberian hak-hak normatif dengan rata-rata
masa kerja 12 tahun.
 Sebelum di PHK, para mantan karyawan telah mengajukan
mediasi biparte dengan pihak PT. Bank BRI untuk
menanyakan kejelasan status kerja, namun tidak berhasil.
 Para karyawan yang di PHK secara sepihak telah mengajukan
permohonan untuk fasilitasi mediasi kepada Komisi Ii Dewan
Perwakilan Rakyat Kota Medan.
KRONOLOGI KASUS
 Mediasi telah dilaksanakan sebanyak 3 kali yang dihadiri oleh
anggota Komisi II DPRD Kota Medan, UPT Pengawasan Dinas
Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara, Dinas Tenaga Kerja
Kota Medan, BPJS Tenaga Kerja Kota Medan, PT. BRI, Tbk dan
para mantan karyawan.
 Didalam acara mediasi telah dinyatakan bahwa Tergugat telah
melanggar Undang Undang Ketenagakerjaan. Dan PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melalui Pemimpin Wilayah BRI
Medan bersedia dan berjanji untuk memberikan jalan keluar
penyelesaian permasalahan pada tanggal 08 Januari 2021.
 Namun jalan keluar penyelesaian masalah tidak terealisasi,
sehingga kembali dilakukan mediasi sebanyak 2 kali.
KRONOLOGI KASUS
● Dalam proses mediasi, pihak PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk tidak mampu menunjukkan Surat Perjanjian
Kerja yang
● Maka mediator yaitu Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara pada tanggal 12 Maret 2021 telah
mengeluarkan anjuran No.565/378-6/DTK/III/2021, yang
pada intinya menganjurkan kepada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk untuk membayarkan hak-hak kami
berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang
penghargaan masa kerja, uang penggantian perumahan dan
pengobatan, kekurangan upah, bonus, cuti besar dan
kekurangan THR.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai