Anda di halaman 1dari 35

Pelat Satu

Arah

Widi Hartono, Sipil UNS


Pendahuluan
• Pelat beton dibuat untuk menyediakan suatu permukaan horizontal
yang rata pada lantai bangunan, atap, jembatan atau jenis struktur
lainnya.
• Pelat beton dapat ditumpu oleh dinding, balok, kolom, atau dapat
juga terletak langsung di atas tanah (slab on ground).
• Pada struktur balok-pelat, umumnya balok dan pelat dicor secara
bersamaan sehingga menghasilkan suatu kesatuan struktur yang
monolit.
• Ketebalan dari pelat beton umumnya jauh lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran bentangannya.

Widi Hartono, Sipil UNS


Komponen
Bangunan

Widi Hartono, Sipil UNS


Jenis-jenis
Pelat
• Pelat datar (Flat Plates)
• Lantai datar (Flat Slabs)
• Lantai waffle
• Pelat berusuk
• Sistem pelat lantai dengan balok (1 arah dan 2 arah)
• Pelat basement

Widi Hartono, Sipil UNS


Pelat datar (Flat
Plates)
• Terdiri dari pelat yang tertumpu langsung ke kolom tanpa adanya
penebalan panel dan kepala kolom.
• Potensi kegagalan struktur terbesar akan timbul akibat geser pons,
yang akan menghasilkan tegangan tarik diagonal.
• Sebagai akibat tidak adanya penebalan panel dan kepala kolom, maka
dibutuhkan ketebalan pelat yang lebih besar atau dengan
memberikan penulangan ekstra di area sekitar kolom.

Widi Hartono, Sipil UNS


Pelat datar (Flat
Plates)

Widi Hartono, Sipil UNS


Lantai datar (Flat
Slabs)
• Sistem lantai datar memiliki kemiripan dengan sistem pelat datar. Perbedaannya
terletak pada adanya penebalan di sekitar kolom.
• Beban pelat ditransfer secara langsung ke kolom. Kolom cenderung akan
menimbulkan kegagalan geser pons pada pelat, yang dapat dicegah dengan
beberapa alternatif :
• Memberikan penebalan setempat pada pelat (drop panel) serta menyediakan
kepala kolom (column capital)
• Menyediakan penebalan panel namun tanpa kepala kolom, panel di sekitar
kolom harus cukup tebal untuk memikul terjadinya tegangan tarik diagonal
yang muncul akibat geser pons
• Menggunakan kepala kolom tanpa ada penebalan panel, namun hal ini jarang
diaplikasikan
Widi Hartono, Sipil UNS
Lantai datar (Flat
Slabs)

Widi Hartono, Sipil UNS


Lantai
waffle
• Sistem ini menyerupai waffle yang dibentuk dengan fiberglass atau
metal form.
• Agar tahanan gesernya tinggi, sistem pelat ini diberi bentukan solid
pada/sekitar kolom. dapat menahan beban yang lebih besar, langit-
langit dapat dibuat ter-exposed (datar), dan proses pengerjaan cepat.
• harga formwork yang cukup mahal

Widi Hartono, Sipil UNS


Lantai
waffle

Widi Hartono, Sipil UNS


Pelat
Berusuk
Hampir sama dengan pelat waffle, hanya ini arah rusuknya satu arah

Widi Hartono, Sipil UNS


Pelat
Berusuk

Widi Hartono, Sipil UNS


Pelat Satu
Arah
• Jika sistem pelat hanya ditumpu di kedua sisinya, maka pelat
tersebut akan melentur atau mengalami lendutan dalam arah
tegak lurus dari sisi tumpuan.
• Beban akan didistribusikan oleh pelat dalam satu arah saja yaitu ke
arah tumpuan.
• Apabila pelat tertumpu di keempat sisinya, dan rasio bentang
panjang terhadap bentang pendek lebih besar atau sama dengan
2, maka hampir 95% beban akan dilimpahkan dalam arah bentang
pendek, dan pelat akan menjadi sistem pelat satu arah.

Widi Hartono, Sipil UNS


Pelat Satu
Arah

Widi Hartono, Sipil UNS


Pelat Dua
Arah
• Pada sistem struktur ini pelat beton ditumpu oleh balok di keempat
sisinya.
• Beban dari pelat ditransfer ke keempat balok penumpu yang
selanjutnya mentransfer bebannya ke kolom.
• Balok akan meningkatkan kekakuan pelat, sehingga lendutan yang
terjadi akan relatif kecil.

Widi Hartono, Sipil UNS


Pelat Satu
Arah

Widi Hartono, Sipil UNS


Pelat Satu

Arah
Jika sistem pelat hanya ditumpu di kedua
sisinya, maka pelat tersebut akan
melentur atau mengalami lendutan dalam
arah tegak lurus dari sisi tumpuan.
• Beban akan didistribusikan oleh pelat
dalam satu arah saja yaitu ke arah
tumpuan.
• Apabila pelat tertumpu di keempat sisinya,
dan rasio bentang panjang terhadap
bentang pendek lebih besar atau sama
dengan 2, maka hampir 95% beban akan
dilimpahkan dalam arah bentang pendek,
dan pelat akan menjadi sistem pelat satu
arah.

Widi Hartono, Sipil UNS


Perencanaan Pelat Satu
Arah
• Pelat beton yang memiliki perbandingan panjang antara bentang panjang
terhadap bentang pendek lebih atau sama dengan 2, dikategorikan
sebagai pelat satu arah. (Lpanjang/Lpendek > 2,0)
• Pada sistem pelat satu arah, hampir seluruh beban dilimpahkan dalam
arah pendek.
• Desain pelat satu arah pada umumnya dapat dilakukan seperti halnya
• struktur balok yang dianggap memiliki lebar 1 m.
• Jika pelat hanya terdiri dari satu bentangan saja, dengan anggapan
tertumpu sederhana di kedua sisinya, maka momen lentur yang timbul
akibat beban q yang terdistribusi merata, adalah M = qL2/8, dengan L
adalah panjang bentang antara kedua tumpuan.
• Bila pelat yang sama tertumpu pada beberapa tumpuan, maka akan
timbul momen positif dan momen negatif pada pelat yang dapat
dihitung melalui prosedur analisis struktur, atau dapat juga
menggunakan koefisien momen yang diberikan dalam SNI 2847:2013,
pasal 8.3.3.

Widi Hartono, Sipil UNS


Perencanaan Pelat Satu
Arah
Jika pelat hanya terdiri dari satu bentangan saja, dengan anggapan
tertumpu sederhana di kedua sisinya, maka momen lentur yang
timbul akibat beban q yang terdistribusi merata, adalah M = qL2/8,
dengan L adalah panjang bentang antara kedua tumpuan.
q

Widi Hartono, Sipil UNS Mu = 1/8*q*L2


Perencanaan Pelat Satu
Arah
 Bila pelat yang sama tertumpu pada beberapa tumpuan, maka akan
timbul momen positif dan momen negatif pada pelat yang dapat
dihitung melalui prosedur analisis struktur, atau dapat juga
menggunakan koefisien momen yang diberikan dalam SNI
2847:2019, pasal 6.5.2.
 Nilai koefisien momen tersebut dapat digunakan jika:
1. Beda Panjang bentang tidak terlalu jauh, dengan batasan panjang
bentang tidak boleh melebihin 20% dari bentang terpendek
2. Beban yang bekerja adalah beban merata
3. Beban hidup tidak melebihi 3 kali beban mati

Widi Hartono, Sipil UNS


Koefisien Momen Balok dan Pelat Satu
Arah

Widi Hartono, Sipil UNS


Ketebalan Minimum Plat Satu
Arah

Berlaku untuk beton normal


Apabila nilai fy > 420MPa, harus dikalikan dengan (0.4+fy/700)

Widi Hartono, Sipil UNS


Batasan Lendutan

Widi Hartono, Sipil UNS


Perencanaan Pelat Satu
Arah
 Selimut beton untuk struktur pelat
tidak boleh kurang dari 20 mm, untuk
pelat yang tidak berhubungan
langsung dengan cuaca dan tanah
 Luas tulangan minimum pelat satu
arah diatur dalam SNI 2847-2019
pasal 7.6.1.1

 Spasi maksimum s untuk tulangan ulir harus kurang dari 3h dan 450 mm.
Spasi tulangan yang disyaratkan tidak boleh melebihi nilai terkecil dari 5h
dan 450 mm

Widi Hartono, Sipil UNS


Perencanaan Pelat Satu
Arah

Widi Hartono, Sipil UNS


Detail
Penulangan

Widi Hartono, Sipil UNS


Conto
h
Diketahui pelat lantai
ditumpu balok seperi
gambar disamping. Pelat
memikul beban mati
sebesar 950Kg/m2 dan 5.50m
beban hidup 550Kg/m2.
Apabila mutu beton normal
fc’ adalah 25MPa dan
mutu baja tulangan adalah
fy = 400MPa. Rencanakan
kebutuhan tulangannya?
2.50m 2.50m

Widi Hartono, Sipil UNS


Penyelesaian
1. Menentukan tebal pelat minimum
Pelat adalah memiliki satu ujung menerus sehingga
L
24
h min = 2000
=
24
h min = 83.3mm  direncanakan tebal plat 120mm
d = 120-20-10/2 = 95mm (direncanakan tulangan diameter 10mm)

2. Pembebanan plat
qD = 0.12*2400 + 950 = 1238 Kg/m2
qL = 550 Kg/m2
qU = 1.2qD + 1.6qL = 1.2*1238 + 1.6*550
qU = 2365,6 Kg/m2

Widi Hartono, Sipil UNS


Penyelesaian
3. Menghitung momen plat
Terdapat momen tumpuan dan momen
lapangan yang besarnya
MuA = -1/24*qu*L^2 = -1/24* 2365,6 *2^2 A B C B A
MuA = -616,0417 Kgm = -6.160.417 Nmm
MnA = MuA /0.9 = - 6.844.907 Nmm
MuB = 1/14*qu*L^2 = -1/14* 2365,6 *2^2
MuB = 1056,0714 Kgm = 10.560.714 Nmm
MnA = MuB /0.9 = Nmm = 11.734.127 Nmm
MuC = -1/9*qu*L^2 = -1/9* 2365,6 *2^2
MuC = -1642,7778 Kgm = -16.427.778 Nmm
WidiM nC = M
Hartono, uC /0.9
Sipil UNS = Nmm = -18.253.086 Nmm
Penyelesaian
4. Menghitung kebutuhan tulangan
fy 400
m= = = 18,8235
0.85 fC 0.85
∗25
Rn = M n = 6.844.907 = 0,7584
b d2 1000∗95 2
= 1 1 1− = 0,0019312
2 m Rn
m fY

As = *b*d =0,0019312*1000*95 = 183,46 mm2
A s m i n = 0.0020*b*h = 0.0020*1000*120 = 240 mm2
A s p a s a n g = 240 mm2
A sD10 = 0.24 ∗ 3.14 ∗ 102 = 78,5 mm2

Widi Hartono, Sipil UNS


Penyelesaian
s = 1000/(240/78.5 ) A B C Satuan
s = 327.08 mm Mn - 6.844.907 11.734.127 - 18.253.086 Nmm
m 18,8235 18,8235 18,8235 mm
Dipasang D10-320mm,
Rn 0,7584 1,3002 2,0225 mm
memenuhi syarat < 3h
 0,0019312 0,0033565 0,0053229
atau < 450mm
As 183,46 318,87 505,68 mm2
Asmin 240,00 240,00 240,00 mm2
Untuk tulangan susut As pasang 240 318,87 505,68 mm2
atau tulanga bagi As D10 78,5 78,5 78,5 mm2
diambil Asmin, sehingga Jarak 327,08 246,18 155,24 buah
dipasang D10-320 Tul dipasang D10-320 D10-240 D10-150 buah

Widi Hartono, Sipil UNS


Penyelesaian

Widi Hartono, Sipil UNS


Penyelesaian

Widi Hartono, Sipil UNS


Penyelesaian

Widi Hartono, Sipil UNS


SELES
AI

Widi Hartono, Sipil UNS

Anda mungkin juga menyukai