Anda di halaman 1dari 35

KELOMPOK 9

FARMAKOTERAPI

Oleh :
Ai Dini Latifah
Deti Aliah
Dila
Ira Ferawati
Sanita
PENDAHULUAN

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi


tertua yang timbul secara spontan dengan episode
singkat (bangkitan/seizure), ditemukan pada semua
umur dan dapat menyebabkan hendaya serta mortalitas.
Diduga terdapat sekitar 50 juta orang dengan epilepsi
didunia. Populasi epilepsi aktif (penderita dengan
bangkitan tidak terkontrol atau yang memerlukan
pengobatan) diperkirakan antara 4 hingga 10/1000
penduduk/tahun, dinegara berkembang diperkirakan 6
hingga 10/1000 penduduk.
DEFINISI
• Kejang atau seizure merupakan manifestasi berupa pergerakan
secara mendadak dan tidak terkontrol yang disebabkan oleh
kejang involunter saraf otak.

• Epilepsi adalah suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya


faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptic,
perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya
konsekuensi sosial yang di akibatkan. (ILAE & IBE, 2005)

• Bangkitan epileptik adalah terjadinya tanda atau gejala yang


bersifat sesaat akibat aktivitas neuron yang abnormal dan
berlebihan di otak.
Klasifikasi epilepsi menurut ILAE 1981 berdasarkan jenis
bangkitan epilepsi
1. Serangan Parsial
 Serangan parsial sederhana (kesadaran baik)
 serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)
 Serangan Umum sederhana
2. Serangan Umum
 Absens (lena)
 Mioklonik
 Klonik
 Tonik
 Atonik (astatik)
 Tonik-klonik
3. Serangan yang tidak terklasifikasi
Prevalensi
1. Menurut penelitian Pokdi Epilepsi PERDOSSI di 18
rumah sakit di 15 kota tahun 2013 didapatkan 2288
pasien yang terdiri atas 487 kasus baru dan 1801 kasus
lama.
2. Menurut Harsono 2001 jumlah penderita epilepsi
mencapai 12% dari populasi masyarakat. Bila jumlah
penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka
diperkirakan jumlah penderita epilepsi baru
250000/tahun.
ETIOLOGI
Epilepsi kemungkinan disebabkan oleh :
a. Aktivitas saraf yang abnormal akibat proses patologis yang
mempengaruhi otak
b. Gangguan biokimia atau metabolik akibat trauma otak pada
saat lahir
c. Pada bayi : penyebab paling sering adalah afiksi atau hipoksia
waktu lahir.
d. Pada anak-anak dan remaja : mayoritas adalah epilepsi
idiopatik ; pada umur 5-6 : disebabkan karena febril
e. Pada usia dewasa : penyebab lebih bervariasi seperti
idiopatik, karena trauma kepala/cedera kepala, tumor otak
(30-50 th), penyakit serebro vaskuler (>50 th)
Etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam tiga kategori,
sebagai berikut :
Idiopatik: penyebab tidak diketahui meliputi ±50%
dari penderita epilepsi anak dan umumnya mempunyai
predisposisi genetik.
Kriptogenik : dianggap simtomatis tetapi penyebabnya
belum diketahui. Contohnya Epilepsi mioklonik
Simtomatis : bangkitan epilepsi yang disebabkan oleh
kelainan/lesi truktural pada otak. Contohnya cedera
kepala, infeksi SSP, kelainan congential, toksik, serta
kelainan neurodegenerative.
FAKTOR RESIKO
1. Cedera kepala
2. Tumor otak
3. Demam tinggi
4. Kurang tidur
5. Asupan alkohol
6. Penyalahgunaan zat
7. Penghentian obat tiba - tiba
8. Infeksi akut
9. Stress emosional
10. Dehidrasi
11. Kelelahan
GEJALA
Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam
kejangnya. Jenis kejang dapat bervariasi antara pasien,
namun cenderung serupa pada suatu individu yang sama.
Kejang kompleks parsial dapat termasuk gambaran
somatosensory atau motor fokal.
Kejang komplek parsial dikaitkan dengan perubahan
kesadaran.
Ketiadaan kejang dapat tampak relative ringan, dengan
periode perubahan kesadaran hanya sangat singkat (detik).
Kejang tonik-klonik umum merupakan episode konvulsif
utama dan selalu dikaitkan dengan kehilangan keadaran.
PATOFISIOLOGIS
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang
berlangsung secara intermitten dapat berupa gangguan
kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan
atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan
listrik yang berlebihan di neuron otak.
Lanjutan..

Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas


listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara
berurutan merangsang sel neuron lain secara bersama-sama
melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh
1.Kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk
melepaskan muatan listrik yang berlebihan
2.Berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama amino
butirat (GABA)
3. Meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan
aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang. Status epileptikus terjadi
oleh karena proses eksitasi yang berlebihan berlangsung terus
menerus, di samping akibat ilnhibisi yang tidak sempurna.
DIAGNOSIS
Langkah – langkah dalam penegakan diagnosis adalah sebagai
berikut:
1. Anamnesis : auto dan allo-anamnesis dari orang tua atau
saksi mata mengenai hal-hal terkait dibawah ini:
a. Faktor pencetus
b. Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
c. Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan tumbuh
kembang .
d. Riwayat bangkitan neonatal/ kejang demam
e. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat
(SSP).
Lanjutan…
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
Pemeriksaan secara umum untuk mencari tanda-tanda
gangguan yang berkaitan dengan epilepsi, misalnya:
 Trauma kepala
 Tanda-tanda infeksi
 Kelainan congenital
 Kecanduan alcohol atau napza
 Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
 Tanda-tanda keganasan.
Lanjutan…
Pemeriksaan neurologis untuk mencari tanda-tanda
gangguan yang berkaitan dengan epilepsi, misalnya:
-Trauma kepala
- Tanda-tanda infeksi
- Kelainan congenital
- Kecanduan alkohol atau napza
- Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
- Tanda-tanda keganasan.
Lanjutan…
3. Pemeriksaan penunjang
-Pemeriksaan elektro-ensefalografi (EEG)
-Pemeriksaan pencitraan otak
-Pemeriksaan laboratorium
PENGOBATAN

Tujuan Terapi
Tujuan utama terapi epilepsi adalah mengupayakan
penyandang epilepsi dapat hidup normal dan tercapai
kualitas hidup optimal untuk penyandangmental yang
dimilikinya. Harapannya adalah bebas bangkitan, tanpa efek
samping. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan
beberapa upaya, antara samping/dengan efek samping yang
minimal, menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Terapi pada epilepsi dapat berupa terapi farmakologi dan
nonfarmakologi.
TERAPI NON FARMAKOLOGI

a) Menghindari faktor pemicu


b) Melakukan diet ketogenik
c) Istirahat yang cukup
d) Menghindari stress
TERAPI FARMAKOLOGI
Antikonvulsi digunakan untuk mencegah dan mengobati
bangkitan epilepsi. Golongan obat ini lebih tepat dinamakan
antiepilepsi. Ada beberapa golongan obat antiepilepsi
diantaranya:
1. Golongan Hidantoin
Terdapat 3 senyawa yaitu Fenitoin, Mefentoin dan etotoin. Dari
ketiga jenis tersebut yang sering digunakan adalah obat fenitoin.
Fenitoin merupakan obat untuk hampir semua jenis epilepsi
kecuali bangkitan lena. Jumlah dosis awal 200-300 mg/hari
pemberian 1-2 kali dengan mekanisme menghambat kanal
sodium (inaktivasi cepat).
2. Golongan Barbiturat
Sangat efektif untuk antikonvulsi yang digunakan untuk serangan
grandma, contoh obat fenobarbital dan piramidon. Dosis awal dari
fenobarbital 20-100 mg/hari diberikan 1 kali. Kerjanya membatasi
penjalaran aktivitas bangkitan dan menaikan ambang rangsang.

3. Golongan Oksazolidindion
Trimetadion merupakan prototif obat bangkitan lena, trimetadion
juga bersifat hipnotik dan analgesik.

4. Golongan Suksinimida
Yang sering digunakan yaitu etosuksimid. Etosuksimid merupakan
obat pilihan untuk bangkitan lena, mioklonik dan bangkitan
akinetik
5. Golongan Karbamazepin
Digunakan untuk bangkitan parsial kompleks dan bangkitan
tonic-klonik. Jumlah dosis awal 400-600 mg/hari, pemberian 2-3
kali dengan mekanisme kerja menghambat kanal sodium
(inaktivasi cepat).

6. Golongan Benzodiazepin
Merupakan golongan obat yang berkhasiat sebagai antikonsulsif,
hipnotika dan relaksasi otot. Jenis obat adalah diazepam,
klorazepam, klobazepam disamping sebagai anti konvulsi juga
mempunyai efek antiensietas dan merupakan obat pilihan untuk
status epileptikus.
7. Golongan Asam Valproat
Efektif untuk terapi epilepsi umum dan kurang efektif
terhadap epilepsi fokal. Dosis awal 500-1000 mg/hari
dengan pemberian 2-3 kali.

8. Golongan Antiepilepsi lain


Fenasemid digunakan terhadap bangkitan tonic-klonik,
bangkitan lena dan bangkitan parsial kompleks. Dosis
untuk dewasa adalah 1.5 sampai 5.0 gram sehari, untuk
anak (5-10 tahun) digunakan setengah dosis dewasa.
TATA LAKSANA TERAPI
Pemilihan obat tergantung pada jenis epilepsi :
Jenis epilepsi dengan Kejang Pemilihan obat Lini Pemilihan obat
Pertama alternatif
Kejang fokal/partial seizure Karbamazepin Klobazam
(dengan atau tanpa Lamotrigin Gabapentin
generalisasi sekunder) Okskarbazepin Levetirasetam
Natrium Valproat Pregabalin
topiramat Tiagabin
zonisamid

Kejang umum/generalized
seizures :

a. Kejang tonik-klonik
Karbamazepin Klobazam
(grandma)
Lamotrigin Levetirasetam
Natrium Valproat Okskarbazepin
Topiramat
b. Absans (petit mal)
Etosuksimid Klobazam
Natrium Valproat Klonazepam
Topiramat
c. Kejang mioklonik
Natrium Valproat Klobazam
Klonazepam Levetirasetam
d. Kejang tonik, atonik Lamotrigin Topiranat
dan absans (jenis kejang
yang muncul pada kanak- Natrium Valproat Asetazolamid
kanak) Lamotrigin Klobazam
Klonazepin Etosuksimid
Levitarasetam
Fenobarbital
Fenitoin
Topiramat (PIO Nas, 2015)
Obat antiepilepsi di tingkat dasar :
Fenobarbital
Ini adalah yang tertua dari AED saat ini dan sama efektifnya dengan
yang lain dalam mencapai kontrol kejang.
 Indikasi utama adalah epilepsi umum idiopatik. Hal ini juga efektif
dalam kejang umum lainnya dan kejang parsial.
Tidak efektif dalam umum tidak adanya kejang dan mungkin
memperburuk kejang nokturnal.
Fenobarbital memiliki waktu paruh yang panjang dan karena itu
membutuhkan waktu beberapa minggu sebelum mencapai kondisi
mapan plasma. Ini juga berarti bahwa hal itu dapat diberikan sekali
sehari, sebaiknya setelah makan malam sebelumtidur dan dosis
penyesuaian dilakukan setelah tiga sampai empat minggu.
 Efek samping utama fenobarbital adalah mengantuk dan perubahan
perilaku, seperti hiperaktif dan /atau agresivitas pada beberapa anak.
Fenitoin
Ini adalah obat anti-epilepsi tertua kedua.
• Efektif untuk kejang parsial (dengan atau tanpa generalisasi), GTCS primer dan
kejang saat tidur
pada beberapa pasien.
• Tidak efektif untuk kejang tidak adanya dan kejang demam.
• Memiliki waktu paruh yang panjang, yang selanjutnya tergantung dosis, menjadi
lebih panjang pada dosis yang lebih tinggi, dan itu bisa memakan waktu hingga dua
minggu sebelum menjadi efektif.
• Hal ini dapat diberikan sebagai dosis sekali sehari. Hal ini sedikit mengiritasi
lambung dan oleh karena itu, harus selalu diberikan setelah makan dan ketika dosis
tinggi, mungkin lebih baik untuk membaginya menjadi dua dosis.
• Obat ini memiliki margin keamanan yang sempit (perbedaan antara dosis terapi
dan beracun).
Kenaikan seharusnya tidak lebih dari 50 mg untuk mencegah efek samping yang
beracun.
• Fenitoin efek samping banyak dan termasuk mengantuk, hipertrofi gusi, hirsutisme,
efek antifolat dan ketika dosis terlalu tinggi, ataksia dan nistagmus.
Karbamazepin

• Indikasi utama adalah kejang parsial dan beberapa kejang tonik


klonik umum.Dapat memperburuk absen umum dan kejang
mioklonik dan kontraindikasi untuk jenis kejang tersebut.
• Ia tidak memiliki waktu paruh yang panjang dan karena itu
tidak dapat diberikan sekali sehari. Ini harus
diberikan dua kali sehari dan bila dikombinasikan dengan obat
lain itu harus diberikan tiga kali sehari.
• Efek samping termasuk mengantuk, bicara cadel dan pusing
pada memulai pengobatan atau ketika dosis
menjadi terlalu tinggi. penglihatan ganda dan ataksia juga terjadi
pada dosis tinggi.
Sodium Valproat
• Indikasi utama adalah kejang umum; kejang tidak, kejang mioklonik, dan
kejang lemah. Juga digunakan untuk Generalized Tonic klonik terjadi setelah
kebangkitan. Sodium valproate dapat digunakan sebagai profilaksis untuk
kejang demam atipikal ketika fenobarbital tidak dapat digunakan.
• Memiliki waktu paruh pendek dan harus diberikan tiga kali sehari untuk
menghindari konsentrasi puncak tinggi.
• Spesifik efek samping termasuk peningkatan berat badan, kehilangan
rambut, dan iritasi lambung.
• Sodium valproate dikaitkan dengan tingkat yang lebih tinggi dari efek
teratogenik pada kehamilan seperti spina bifida. Sodium valproate
merupakan kontraindikasi pada wanita hamil dan tidak harus dimulai selama
kehamilan. Perhatian harus dilakukan pada wanita potensi melahirkan anak.
Benzodiazepin
• Diazepam hanya digunakan untuk perawatan darurat
sebagai intravena atau diazepam rektal Jangan seperti
suntikan otot intra (IM).
• Intramuskular Diazepam membutuhkan waktu beberapa
menit untuk jam untuk dimobilisasi. Beberapa dosis IM
dapat menyebabkan depresi pernafasan dengan hasil yang
berpotensi fatal.
Pada tingkat sekunder dan tersier semua AED atas
ditambah Clonazepam, clobazam, Lorazepam,
Lamotrigin, Gabapentin, Etosuksimid, oxcarbazepine,
Topiramate, dan levetiracetam harus tersedia.
Terapi Pada Kondisi Khusus
Kehamilan dan menyusui : sekitar 25%-30% wanita
mengalami mengalami peningkatan frekuensi kejang
selama kehamilan. Terapi yang digunakan pada keadaan
ini dengan terapi tunggal OAE lebih dianjurkan.
Kejang pada anak : vigabatrin adalah obat pilihan
utama untuk kejang pada anak, sedangkan lini kedua
dapat diberikan klonazepam, klobazepam, natrium
valproate dan topiramat.
Interaksi Obat
Interaksi yang terjadi antara antiepileptik bersifat
kompleks dan toksisitas dapat meningkat tanpa
peningkatan efek antiepileptik. Interaksi yang terjadi
biasanya sangat beragam dan tidak dapat diperkirakan.
Dianjurkan agar dilakukan pengawasan terhadap kadar
plasma jika menggunakan terapi kombinasi.
Studi kasus
Seorang pasien laki-laki berusia 44 tahun diantar oleh
istrinya ke RS dengan keluhan kejang 3 bulan SMRS. Kejang
terjadi pada saat pasien sedang dalam keadaan beristirahat,
pasien tiba-tiba jatuh lalu kejang. Kejang terjadi diseluruh tubuh
disertai kaku dan kelojotan, pasien dalam keadaan tidak sadar.
Mata memandang ke atas, lidah tidak tergigit tapi keluar lendir
berbusa dari mulut pasien. Kejang berlangsung kurang dari 30
menit. Setelah kejang pasien tersadar dan merasa pusing karena
tertidur karena merasa lemas. Pasien sering sakit kepala dan
merasa kepalanya seperti kurang nyaman. Riwayat kejang pasien
saat usia sekitar 10 tahun, namun hanya beberapa kali. Selain itu
terdapat riwayat hipertensi dan penyakit jantung. Kakak kandung
pasien juga memiliki riwayat kejang berulang.
1. Riwayat Penyakit terdahulu : Kejang berulang sejak tahun 2011, 1 kali dalam seminggu.
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 TD : 140/80 mmHg
 Denyut nadi : 84x/menit
 Frekuensi Nafas : 18x/menit
 Suhu tubuh : 36,3oC
 Diagnosis Klinis : Kejang disertasi gangguan kesadaran awal kejang
 Diagnosis Topis : Korteks selebri
 Diagnosis Etiologi : Epilepsi serangan umum bangkitan umum tonik-klonik
Penyelesaian
Terapi Non-medik
Pertolongan pertama ketika pasien kejang :
Pasien dan anggota keluarga harus diberitahukan dengan jelas
tindakan apa yang harus diambil bila menghadapi serangan.
Jangan memasukan benda ke dalam mulut pasien
Tidak mengekang gerakan kejang
Pasien sebaiknya dipindahkan ke tempat yang aman
Setelah serangan mereda, salah satu sisi dalam posisi setengah
telungkup
Jalan nafas harus diperiksa dan diawasi
Setelah serangan pasien harus ditemani dan diberi dukungan hingga
fase bingung yang menyertainya hilang dan pasien memperoleh
keseimbangannya kembali.
Terapi medika
Dengan pemberian karbamazepine dosis dewasa 3x1
sehari dan vitamin B kompleks 1x sehari.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai