Anda di halaman 1dari 254

Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan

Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian


Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.2.
Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik

1
Persyaratan K3 Perencanaan
Instalasi, Perlengkapan dan
Peralatan listrik di Transmisi listrik

2
Tujuan perencanaan instalasi listrik di
Transmisi listrik
Diharapkan agar melalui perencanaan instalasi
perlengkapan dan peralatan listrik di Transmisi

Calon Pengawas/ahli
listrik

K3 Listrik Mampu
memahami dan
melakukan pembinaan,
pengawasan, dan
penanggulangan K3
Listrik .
3
SKEMA PENYALURAN LISTRIK

4
Ruang Lingkup Sistem TransmisiTenaga Listrik

PLTG
GARDU INDUK
STEP UP
UNIT
PENGATUR
DISTRIBUSI
SALURAN TRANSMISI

INDUSTRI BESAR
GARDU INDUK
70 kV

PLTD
GARDU INDUK
150 kV SALURAN TRANSMISI

JARINGAN M / TR

INDUSTRI MENENGAH
/ KECIL

SEKOLAH / PERGURUAN TINGGI PERUMAHAN


KANTOR / PERTOKOAN

5
Pusat Pembangkit

Industri Besar
Pusat Pembangkit
Saluran Transmisi Saluran Transmisi
Tenaga Listrik Gardu Induk

Jaringan Instalasi Trafo Distribusi


Industri Sedang Teg.Menengah
PJU

Mall Industri Kecil


Jaringan Tegangan
6
Rumah Tangga Rendah 220 V
Ruang lingkup

Skema/gambar Transmisi listrik

7
8
1. PENGERTIAN UMUM

 Transmisi (penyaluran) adalah penyaluran energi listrik, dari satu


tempat ke tempat lainnya, misalnya :

 Dari pembangkit listrik ke gardu induk.


 Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
 Dari gardu induk ke jaring tegangan menengah dan gardu distribusi.
 Dari jaring distribusi tegangan menengah ke jaring tegangan rendah dan
instalasi pemanfaatan.

 Lebih spesisifik lagi dalam pembahasan ini akan difokuskan pada Transmisi
Tegangan Tinggi atau Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang ada
di Indonesia.

 Pembahasannya bersifat praktis sesuai pengalaman dan pelaksanaan pekerjaan


di lapangan, dengan harapan para profesionalis di bidang pemasangan
(konstruktor) instalasi listrik akan lebih mudah dalam mempelajari dan
memahaminya.

9
2. PONDASI TOWER (TIANG)

 Berfungsi untuk menyangga tower atau sebagai tapak (kaki) tower.

 Dalam satu route map SUTT, jenis dan konstruksi pondasi terdiri dari beberapa
type. Hal ini disebabkan adanya beberapa pertimbangan yang dijadikan acuan
dalam menentukan type pondasi SUTT, sehingga muncul beberapa type pondasi.

 Pertimbangan dalam menentukan pondasi tower :


 Route map yang akan dilalui jalur SUTT.
 Posisi pondasi tower, apakah pada posisi suspension, tension atau dead end. Untuk
tension masih memperhitungkan besar kecilnya sudut belokan.
 Kondisi tanah yang akan ditempati pondasi, misal : tanah normal, tanah berlumpur

(sawah atau rawa), tanah berpasir, tanah berbatu, posisi tanah tebing/ miring, dan lain
sebagainya.
 Besar kecilnya (berat) tower yang akan dipasang pada pondasi.
 Pertimbangan harga tanah, aspek sosial, dan lain-lain.
 Catatan :
• Besar kecilnya pondasi menyesuaikan tower yang akan dipasang.
• Masing-masing pabrikan tower memiliki desain dan spesifikasi yang brbeda berbeda-beda.
• Pada saat ini tower SUTT telah diproduksi di dalam negeri.

10
Contoh Gambar Pondasi Tower

11
TRANSMISI

 Komponen Utama Transmisi `


Menara transmisi dan Pondasinya`

12
Lanjutan 2.4.

Konstruksi Tiang Beton dan Tiang Kayu SUTT


13
Lanjutan 2.4.

 Konstruksi Kayu : :
 Terbuat dari kayu ulin dan
kayu besi, yang mempunyai kekuatan
dan umur yang baik dan tidak perlu melalui
proses pengawetan.
 Jenis ini jarang digunakan di
Indonesia, apalagi saat ini untuk
memperoleh kayu sangat sulit dan
bisa- bisa lebih mahal jika
dibandingkan menggunakan konstruksi
jenis lainnya.

 Konstruksi Tiang Beton


(Concrete Pole) :
 Terbuat dari beton bertulang yang
berongga di dalamnya.
 Konstruksi jenis ini digunakan
di
kota-kota besar di
Konstruksi Manesman Tiang SUTT Indonesia,
karena tidak memungkinkan
dipasang
tiang bentuk menara.

14
Lanjutan 2.4.

 Bentuk dan Konstruksi Tiang SUTT :


 Konstruksi baja :
 Terbuat dari baja profil atau besi siku,
disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu menara (tower), yang
kekuatannya disesuaikan dengan
kebutuhan.
 Konstruksi jenis inilah yang banyak
digunakan di Indonesia.
 Konstruksi Manesman:
 Terbuat dari pipa baja. Konstruksi
jenis ini digunakan di Indonesia
hanya di daerah perkotaan yang
tidak memungkinkan dipasang
menara (tower).
 Jarak efektif antara tiang adalah 20
meter sampai dengan 40 meter.
 Jarak andongan terendah dengan
tanah dan bangunan adalah ± 7
meter.
 Pada konstruksi jenis ini untuk posisi
Konstruksi baja tiang SUTT berupa tiang tertentu (tiang penegang, tiang
menara sudut, tiang awal/akhir), dilengkapi
dengan Guy Wire yang berbentuk
tarik (Line Guy) atau tekan (Pole
Brace)
15
Lanjutan 1.5.

Jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada


SUTT 150 KV.

16
Lanjutan 1.5.

Jarak aman/ ruang bebas (ROW)


pada SUTET 500 KV.
17
Lanjutan 1.5.

.
Jarak aman/ ruang bebas (ROW)
pada SUTT 150 KV yang
melintasi sungai dan berada
pada daerah muara sungai

18
19
Baut Panjat (step bolt) Penghalang Panjat

20
Lanjutan

3.  Bagian-bagian Tower :
 Stub (Kerangka Tower),
adalah kerangka utama tower, yang
berfungsi untuk menopang
komponen listrik SUTT.
 Silang-silang, berfungsi sebagai
penguat rangka tiang (diagonal tiang).
 Travers, berfungsi sebagai
tempat dudukan isolator dan
tempat
pemasangan kawat tanah (ground
wire)

 Perlengkapan lain tower :


 Number Plate, adalah
menunjukkan nomor tower dan
urutan
fasanya.
 Danger Plate atau plat tanda
bahaya.
 Penghalang panjat.
 Step bolt.
Tower dan perlengkapannya
21
SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)
200 KV – 500 KV
 Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas >500 MW.

 Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga

diperoleh operasional yang efektif dan efisien.

 Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah : konstruksi tiang (tower)


yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator
yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.

 Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET, adalah masalah sosial
yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain :
 Timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET.
 Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi.
 Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET.
 Dan lain sebagainya.

 Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan
500 km.
22
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
1. (SUTT) dan (SUTET) diatas
adalah sarana instalasi tenaga listrik

tanah u dari Pusat Pembangkit ke


ntuk menyalurkan tenaga listrik

(GI) atau dari GI ke GI lainnya (antar GI).

23
SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV – 150 KV

 Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV.

 Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netral digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.

 Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-
masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan
berkas konduktor disebut Bundle Conductor.

 Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif
adalah 100 km.

 Jika jarak transmisi lebih dari 100 km, maka tegangan jatuh (drop voltage)
terlalu besar, sehingga tegangan ini di ujung transmisi menjadi rendah.

 Untuk mengatasi hal tersebut, maka sistem transmisi dihubungkan secara ring
system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan
akan dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.
24
SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV – 150 KV

 SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau


JAwa), dengan beberapa pertimbangan :
 Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan
tanah untuk tapak tower.
 Untuk ROW juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat bangunan dan
banyak gedung-gedung tinggi.
 Pertimbangan keamanan dan estetika.
 Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

 Jenis kabel yang digunakan :


 Kabel yang berisolasi (berbahan) poly etheline atau kabel jenis Cross Link
Poly Etheline (XLPE).
 Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil
paper impregnated).

 Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan :


 Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core.
 Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core.
 Pertimbangan fabrikasi.
 Pertimbangan pemasangan di lapangan. 25
Lanjutan 1.3.3.

 Kelemahan SKTT :
 Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
 Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan
yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah
kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas,
Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.
 Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk
desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa
sambungan sesuai kebutuhan.
 Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable)
dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu :
 Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).
 Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).

 Beberapa hal yang perlu diketahui :


 Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.
 Direncanakan akan didibangun sub nmarine cable Jawa – Sumatera.
 Untuk Jawa – Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang
dipasang (diletakkan) di atas Jembatan Suramadu.
26
SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV – 30 KV

 Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV.


Secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini hampir semuanya menggunakan
tegangan operasi 20 KV.

 Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga , yaitu jaringan distribusi yang
menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu
Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/
Konsumen).

 Berdasarkan sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya hanya pada jarak (panjang)

antara 15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari jarak tersebut, efektifitasnya

menurun, karena relay pengaman tidak bisa bekerja secara selektif.

 Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada (kemampuan likuiditas,


kondisi geografis, dan lain-lain), transmisi SUTM di Indonesia disalurkan jauh
melebihi kondisi ideal di atas.
27
SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV – 20 KV

 Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.

 Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM, adalah :


 Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.
 Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota
dan pemukiman padat.
 Pertimbangan segi estetika.

 Beberapa hal yang perlu diketahui :


 Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena
harga kabel yang jauh lebih mahal dibandimg penghantar udara dan dalam
pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan
banyak pihak.
 Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering menimbulkan
masalah, khususnya terjadinya kamacetan lalu lintas.
 Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM terpasang di wilayah PT.
PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.
 Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif
sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan SUTM. 28
2.5. KOMPONEN SIPIL PADA SKTT

 Berbeda dengan komponen sipil pada SUTT, maka


komponen sipil pada SKTT lebih sederhana, karena tidak
memerlukan pondasi.

 Beberapa komponen sipil pada SKTT, antara lain :


 Pasir urug.
 Lempengan beton pengaman.
 Patok tanda SKTT.
 Konstruksi jembatan kabel (apabila melewati sungai).

29
SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR)
40 VOLT – 1000 VOLT

 Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt,

yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah konsumen.

 Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.

 Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh :


 Susut tegangan yang disyaratkan.
 Luas penghantar jaringan.
 Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
 Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).
 Di Indonesia (PLN), susut tegangan yang diijinkan adalah + 5 %
dan
– 10 %, dengan radius pelayanan berkisar 350 meter.

 Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable (LVTC). 30
SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR)
40 VOLT – 1000 VOLT

 Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan transmisi SUTR. Perbedaan
mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam tanah.

 Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW)
tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.
Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan :
 Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya : karena
menggunakan transmisi SKTM.
 Faktor estetika.

 Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah perkotaan,


terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek
estetika.

 Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan, antara


lain :
 Biaya investasi mahal.
 Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah.
 Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif
lama untuk perbaikannya.
31
1.4. PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI

 Adanya pertambahan dan pertumbuhan beban pada instalasi pemanfaatan.


 Karena pembangkit tenaga listrik pada umumnya lokasinya jauh dari pusat-pusat
beban, sehingga untuk menyalurkan energi listrik harus dibangun transmisi
tegangan tinggi.
 Pemilihan transmisi SUTT mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
 Biaya investasi (biaya pembagunan) jauh lebih murah jika dibanding
transmisi SKTT.
 Untuk penyaluran yang jaraknya jauh, SUTT lebih mudah, lebih cepat dan
lebih praktis dalam pelaksanaan pembangunannya.
 Koordinasi pada saat pelaksanaan pembangunan, lebih mudah, dan tidak
melibatkan banyak pihak jika dibandingkan dengan SKTT.
 Pada saat beroperasi, jika terjadi gangguan mudah dalam perbaikannya.
 Route SUTT bisa melewati berbagai kondisi geografis, misal : dataran
rendah (tanah rata), pegunungan, sungai, persawahan, perbukitan, dan
lain-lain.
 Untuk di Pulau JAwa, transmisi SUTT 150 KV telah terpasang secara terintegrasi
melalui sistem interkoneksi (interconnection system). Sedangkan di Pulau
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi sedang dikembangkan menjadi sistem interkoneksi.
32
1.5. KETENTUAN JARAK AMAN/ RUANG BEBAS (ROW)

 Transmisi tenaga listrik yang bertegangan tinggi (SUTET, SUTT, SKTT, SKLTT),
memiliki resiko tinggi terhadap keamanan dan kesehatan lingkungan, terutama
menyangkut masalah besarnya tegangan dan pengaruh medan listrik yang
ditimbulkannya.

 Satu hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi, adalah ketentuan jarak
aman/ ruang bebas (ROW) pada daerah yang dilalui oleh jalur transmisi
tegangan tinggi.

 Dengan terpenuhinya jarak/ aman / ruang bebas (ROW) di sepanjang jalur


transmisi tegangan tinggi, maka :
 Keamanan dan kesehatan lingkungan dapat terpenuhi dengan baik.
 Dampak secara teknik, keamanan, kesehatan dan sosial, dapat diterima oleh
masyarakat.

 Pada jalur SUTT yang lama pada umumnya sepanjang jalur SUTT tidak boleh
didirikan bangunan. Tetapi saat ini di sepanjang jalur SUTT banyak didirikan
bangunan, dengan pertimbangan selama jarak aman/ ruang bebas (ROW)
dipenuhi, maka keselamatan dan kesehatan lingkungan akan terpenuhi pula.
33
Lanjutan 2.1.

 Type pondasi :
 Kode pengenal (notasi huruf) pada type pondasi terdiri dari beberapa
macam.
 Pada umumnya kode pengenal pondasi adalah : Aa, Bb, Cc, Dd, DrD, AA, AA,
CC, DRD, BN, BS, BT, dan lain-lain.

 Konstruksi pondasi :
 Untuk menentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang, harus terlebih
dahulu dilakukan pengecekan (pengujian) kondisi tanah setempat, untuk
mengetahui kemampuan sigma tanah yang akan ditempati pondasi dan
tower.
 Dengan mengetahui kemampuan sigma tanah (daya dukung tanah),
baru bisa ditentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang.
 Dengan mempertimbangkan kondisi sigma tanah, beberapa jenis pondasi
SUTT, antara lain : Pondasi Normal (Normal Foundation), Bump Pile, Mikro
Pile, Staruss Pile, Injection Micro Pile, Cakar Ayam, Bor Pile.

 Untuk desain konstruksi pondasi jenis tertentu, terkadang PLN harus membayar
royalty fee kepada pemegang patent, yang nilainya berdasarkan kesepakatan
34
kedua belah pihak.
2.2. TEMBOK/ PASANGAN BETON/ PASANGAN BATU KALI PENAHAN TAPAK
TOWER

 Route SUTT yang jauh dan melihat kondisi geografis di Indonesia pada
umumnya, menjadikan pondasi dan letak tower berada pada kondisi tanah yang
bermacam-macam jenis.

 Untuk pondasi tower yang terletak (berada) pada pondasi dan kondisi tertentu,
maka harus dipasang (dibangun) tembok/ pasangan beton/ pasangan batu kali
yang berfungsi untuk menahan pondasi tower.

 Tembok/pasangan beton/ pasangan batu kali tersebut dipasang pada dan


bertujuan :
 Posisi dan kondisi pondasi yang terletak di tebing (posisi tanah miring), untuk
menghindari timbulnya tanah longsor.
 Posisi dan kondisi pondasi yang terletak di sawah, tambak, rawa-rawa dan
tempat berpasir, untuk menghindari terjadinya pengikisan tanah pada tapak
tower dan agar tanah tidak lembek, maka harus dipasang tembok keliling
pada batas tanah milik PLN.
35
2.3. PATOK TANDA BATAS TANAH

 Untuk memberikan tanda dan untuk menghindari terjadinya penyerobotan tanah


milik PLN, maka pada tiap lokasi tower PLN dipasang patok tanda batas tanah.

 Patok tanda batas tanah ini terbuat dari beton bertulang yang di atasnya ditulisi
“PLN” dan dipasang diempat sudut batas tanah.

 Patok tanda batas tanah ini dipasang pada tiang SUTT yang berbentuk tower,
sedangkan yang berbentuk Single Pole biasanya tidak dipasang patok tanda
batas tanah.

 Pemasangan patok tanda batas tanah mengikuti luas tanah PLN, biasanya
ukuran 8 m x 8 m, 10 m x 10 m, 12 m x 12 m, 14 m x 14 m, dan seterusnya,
mengikuti besar kecilnya tower.

 Tanah yang berada pada patok tanda batas tanah diurug dan diratakan, pada
umumnya levelnya lebih tinggi dari tanah yang ada di sekitarnya.
36
2.4. TOWER (TIANG) DAN PERLENGKAPANNYA

 Berfungsi sebagai penyangga kawat (konduktor/ penghantar) yang direntangkan


antara tower-tower (tiang-tiang) pada jalur transmisi melalui isolator-isolator.

 Beberapa jenis tower dan fungsinya :


 Tower penyangga (Suspension Tower) berfungsi utnuk mendukung
(menyangga) penghantar SUTT beserta Accesoriiesnya, sehingga harus kuat
menahan gaya berat dari peralatan listrik yang ada pada tower tersebut.
Tower ini berada pada posisi jalur lurus sampai dengan sudut 2 Derajat.
 Tower penegang atau peregang (Tension Tower), berfungsi untuk menahan
gaya berat dan tarik dari dua arah dari penghantar SUTT. Tower ini berada
pada posisi jalur lurus SUTT (di tengah atau diantara beberapa tower).
 Tower Sudut ( Angle Tower), disebut juga Tower Penegang, berfungsi
menerima gaya tarik akibat dari perubahan arah SUTT. Tower ini terletak
pada belokan route map jaringan transmisi SUTT.
 Tower Akhir (Dead and Tower), berfungsi sebagai penegang dan terletak
pada posisi paling akhir dari jaringan transmisi SUTT (terletak di dekat switch
yard Gardu Induk). Tower ini hanya menahan gaya tarik penghantar SUTT
dari satu arah saja.
37
2.5. KOMPONEN SIPIL PADA SKTT

 Berbeda dengan komponen sipil pada SUTT, maka


komponen sipil pada SKTT lebih sederhana, karena tidak
memerlukan pondasi.

 Beberapa komponen sipil pada SKTT, antara lain :


 Pasir urug.
 Lempengan beton pengaman.
 Patok tanda SKTT.
 Konstruksi jembatan kabel (apabila melewati sungai).

38
3.1. KONDUKTOR DAN PERLENGKAPANNYA

 Berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari satu tempat ke tempat lainnya.
 Jenis kawat yang digunakan :
 Kawat tembaga (Cu). Saat ini sudah jarang digunakan, karena harganya
yang mahal.
 Kawat ACSR (Alluminium Conductor Steel Reinforce) :
 Jenis inilah yang saat ini banyak diginakan di Indonesia.
 Saat ini dikembangkan penggunaan T-ACSR (Thermal-Alluminium Steel
Reinforce), yang memiliki kemampuan hantar arus (KHA) kurang lebih 1,7
kali KHA ACSR.
 Pertimbangan lain penggunaan ACSR/T-ACSR, selain memenuhi
ketentuan standard teknik, juga memiliki kemampuan (kekuatan) mekanik
yang lebih baik jika dibanding konduktor lai, misal : AAC, AAAC.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan :


 Jika arus listrik mengalir pada penghantar, maka akan menimbulkan panas
pada penghantar dan akan menyebabkan terjadinya pemuaian pada
penghantar, yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya penurunan
andongan (lendutan).
 Konsdisi tersebut perlu adanya ketentuan standard suhu operasi maksimum
penghantar yang diijinkan.
 PLN menetapkan ketentuan suhu operasi maksimum penghantar SUTT
sebesar 750 C. 39
Lanjutan 3.1.

 Beberapa material yang termasuk


lengkapan (Accessories) konduktor :
 Batang pelindung (Armor Rod),
berfungsi untuk melindungi dan
penguatan konduktor dari
kemungkinan timbulnya kerusakan
Jenis Konduktor ACSR akibat gesekan penjepit, yang
diakibatkan getaran karena angin.
 Peredam (Dumper) :
 Berfungsi untuk mengurangi
getaran-getaran pada
penghantar SUTT
maupun pada ground wire,
karena angin dan lain-lain.
 Ditempatkan berdekatan dengan
GamBatang Pelindung (Armor Rod) klem penjepit (Tension
40
Clamp/
Lanjutan 3.1.

 Penyambung penghantar (Joint


Sleeve) :
 Berfungsi untuk menyambung
penghantar.
 Joint sleeve harus
mempunyai
konduktifitas yang baik dan
kekuatan mekanis yang tinggi.
Peredam (Dumper)  Joint sleeve yang
digunakan untuk
menyambung konduktor
ACSR, terdiri dari dua bagian,
yaitu : bagian dalam
untuk sambungan steel dan
bagian luar untuk
sambungan alluminium.
 Joint sleeve juga disebut Mid
Span Joint, yang sistem
penyambungannya adalah
Penyambung Penghantar sistem tekan
(Compression Joint).
Dengan sistem ini 41
akan menghasilkan batang
Lanjutan 3.1.

 Repair Sleeve :
 Berfungsi sebagai pembungkus/
mereparasi/memperbaiki penghantar yang urat-uratnya rusak
(putus).
 Terdiri dari dua bagian, yang pertama sebagai penutup
sebagian besar konduktor dan bagian kedua penutup kecil,
yang disambungkan ke bagian pertama.
 Setelah terpasang , selanjutnya diproses, sehingga akan
berbentuk segi enam.

 Paralel Groove Clamp (PG Clamp) :


 Berfungsi untuk menghubungkan (penyambung) kawat
penghantar pada posisi tower tension.
 Kedua ujung kawat penghantar dari klem penegang
yang lain, dihubungkan melalui Jumper Support
Insulator.
42
Lanjutan 3.1.

 Perentang (Spacer) :
 Berfungsi sebagai pengatur jarak
(pemisah) dua atau lebih
konduktor pada tiap-tiap phasa
SUTT.
 Tujuannya adalah untuk
menjaga agar jarak antara
konduktor dengan
konduktor dalam satu phasa
tidak berubah dan tidak
bertumbukan, karena adanya
gaya elektromekanik atau angin.
Perentang (Spacer) 43
3.2. INSULATOR STRINGS & FITTING

 Yang dimaksud Insulator Strings


dan Fitting, adalah rangkaian
isolator dan perlengkapannya,
antara lain : Isolator, Tension
Clamp, Suspension Clamp, U Blot,
Anchor Sackle, Horn Holder,
Yoke, Ball Clevis, Arching Horn,
Clevis Eye dan Socket Clevis.
 Isoalator :
Isolator Piring (Isolator Gantung)  Berfungsi sebagai isolasi
antara konduktor dengan tiang
(tower).
 Pada umumnya terbuat dari
porselin atau kasa.
 Isolator yang digunakan pada
SUTT :
 Isolator Gantung (lihat
gambar 16).
 Isolator Tonggak Saluran
 Isolator Tonggak Saluran
Horizontal
Isolator Tonggak Saluran Vertikal 44
SISTEM INTERKONEKSI :

Sistem interkoneksi kelistrikan merupakan


sistem terintegrasinya seluruh pusat pembangkit
menjadi satu sistem pengendalian.Diperoleh suatu
keharmonisan antara pembangunan stasiun
pembangkit dengan saluran transmisi dan saluran
disribusi agar bisa menyalurkan daya dari stasiun
pembangkit ke pusat beban secara ekonomis,
efesien, dan optimum dengan keandalan yang
tinggi

45
Keuntungan sistem interkoneksi, antara lain bisa
memperbaiki dan mempertahankan keandalan
sistem, harga operasional relatif rendah sehingga
menjadikan harga listrik per KWH yang diproduksi
lebih murah. Hal ini dengan asumsi bahwa
pembangunan pembangkit dengan kapasitas yang
besar akan menekan harga listrik.

46
Prinsip Dasar Sistem Interkoneksi :

Jika suatu daerah memerlukan beban listrik yang lebih


besar dari kapasitas bebannya maka daerah itu perlu
beban tambahan yang harus disuplai dari 2 stasiun
yang jaraknya cukup jauh. Agar diperoleh sistem
penyaluran tenaga listrik yang baik, diperlukan sistem
interkoneksi. Dengan interkoneksi dimungkinkan tidak
terjadi pembebanan lebih pada salah satu stasiun dan
kebutuhan beban bisa disuplai dari kedua stasiun
secara seimbang

47
Sistem Interkoneksi Jawa-Bali :

Di Pulau Jawa, saat ini telah dibangun


beberapa pusat pembangkit tenaga listrik dalam
skala besar, antara lain PLTU Suralaya, PLTA
Saguling, PLTA Cirata, dan PLTA Paiton.

48
Untuk menyalurkan sumber daya listrik tersebut ke
beban-beban di seluruh Jawa dan Bali maka diperlukan
sistem interkoneksi. Tujuan sistem ini untuk menjadikan
sistem kelistrikan di seluruh Jawa dan Bali yang semula
terpisah-pisah, menjadi satu sistem tunggal yang saling
tersambung (interconnected). Dengan demikian di Pulau
Jawa dan Bali terdapat sistem kelistrikan tunggal dan
terpadu (integrated power system), dengan transmisi
bertegangan ekstra tinggi, yaitu 500 KV sebagai jaringan
utamanya

49
Sistem interkoneksi se-Jawa dan Bali dibangun menara-
menara listrik sebagai jalur transmisi tegangan ekstra tinggi
500 KV, mulai dari PLTU Suralaya, PLTA Saguling, PLTA
Cirata, PLTU Paiton ke pusat pengatur beban (PPB) di
Gandul (Jakarta). Pusat-pusat pembangkit besar dari
beberapa wilayah di Jawa, seperti Suralaya, Saguling,
Paiton, dan Cirata, saling dihubungkan melalui stasiun atau
gardu-gardu induk. Jika kebutuhan daya dari wilayah
tertentu tidak bisa dipenuhi oleh pembangkit setempat,
maka bisa dibantu dengan suplai dari berbagai stasiun
yang terhubung. Demikian pula jika terjadi kelebihan catu
daya, pusat pembangkit bisa mengirimkannya ke wilayah-
wilayah lain yang tersambung dalam sistem interkoneksi.

50
Lanjutan 3.2.

 Klem Penegang ( Tension


Clamp) :
 Berfungsi untuk penjepit
(pengikat) penghantar phasa
pada tower tension (tower
penegang).
 Pada SUTT umumnya
digunakan jenis klem
penegang :
 Jenis mur baut atau bolt &
nut
Isolator Tonggak Saluran Horizontal  Jenis press atau
Compression Type
 Umumnya bahannya terbuat
dari campuran alluminium
atau tembaga, tergantung
dari jenis penghantar yang
digunakan.
 Pada saat ini Klem Penegang
yang terbuat dari campuran
tembaga jarang digunakan,
karena penghantar tembaga
tidak digunakan lagi pada
Klem Penegang (Tension Clamp) SUTT.
dengan Mur Baut 51
Lanjutan 3.2.

 Klem penyangga (Suspension Clamp) :


 Berfungsi untuk penjepit (penegang)
penghantar pada isolator gantung
yang terdapat pada tiang penyangga.
 Pada klem penyangga biasanya
dilengkapi dengan batang pelindung
(Armor Wire), yang tujuannya adalah
Klem Penengang (Tension mencegah rusaknya (cacat)
Clamp) type Press penghantar yang diakibatkan tekanan
klem dan getaran penghantar akibat

angin.

 Klem Jembatan (Paralel Groove Clamp) :


 Berfungsi sebagai penghubung
(penyambung/ penggandeng) kedua
ujung penghantar dari klem penegang
Klem Penyangga (Suspension satu dengan klem penegang.
Clamp)  Dipasang pada tower penegang. 52
Lanjutan 3.2.

 Accesories lain yang melengkapi isolator gantung, adalah :


 Tanduk busur (Arcing Horn), yang berfungsi untuk melindungi isolator
dari tegangan surja.
 Cincin Perisai (Grading Ring), berfungsi untuk meratakan
(mendistribusikan) medan listrik dan distribusi tegangan yang terjadi pada
isolator.

 U Bolt :
Berfungsi sebagai penghubung antara insulator strings dengan ujung travers
tower tempat insulator strings digantungkan (dicantolkan).

 Jumlah jenis dan type isolator tiap rangkaian, tergantung pada spesifikasi SUTT
dan juga kondisi jalur yang dilalui (route map) SUTT, misal : daerah yang kondisi
udaranya normal, daerah yang mengandung polusi kimia tinggi, daerah yang
udaranya mengandung garam (asin), dan lain-lain.

 Untuk daerah yang kondisi udaranya baik (tidak mengandung polusi kimia dan
asin), digunakan Isolator Type Normal. Sedangkan untuk daerah yang udaranya
berpolusi tinggi, digunakan Isolator Type Fog (Fog Type Insulator).
53
3.3. KOMPONEN PENGAMAN (PERLINDUNGAN)

 Komponen pengaman (perlindungan) pada transmisi tegangan tinggi (SUTT),


memiliki fungsi penting sebagai pengaman (perlindungan) SUTT secara
menyeluruh.

 Komponen pengaman (perlindungan) pada SUTT, antara lain :


 Kawat Tanah (Ground Wire) dan perlengkapannya.
 Pentanahan tiang.
 Jaringan pengaman (Safety Net).
 Bola pengaman (Balistor).

 Untuk kawat tanah (ground wire) dan pentanahan tiang, dipasang di sepanjang
jalur SUTT.

 Untuk jaringan pengaman (Safety Net) dan bola pengaman dipasang pada
tempat-tempat tertentu jalur SUTT, sesuai kondisi dan kebutuhan setempat.
54
3.3.1. KAWAT TANAH (GROUND WIRE) DAN PERLENGKAPANNYA

 Adalah kawat pentanahan (grounding) yang berfungsi untuk mengetanahkan


arus listrik saat terjadinya gangguan (sambaran) petir secara langsung.
 Pada umumnya ground wire
terbuat dari kawat baja (steel
wire) dengan kekuatan St 35 atau
St 50, tergantung dari spesifikasi
yang ditentukan oleh PLN.

 Accesories Ground Wire : Joint


Sleeve, Dumper, Jumper Clamp,
Tension Clamp, Suspension
Clamp dan PG Clamp.

 Accesories ground wire yang


memiliki nama/ jenis yang sama
dengan accesories penghantar,
memiliki fungsi yang sama
dengan accesories penghantar
tersebut.
Pemasangan Ground Wire
pada Tower
 Jumlah ground wire pada SUTT,
ada yang satu atau dua,
tergantung dari pucuk tower. 55
3.3.2. PENTANAHAN TIANG

 Pentanahan tiang dipasang pada


masing-masing tower di
sepanjang jalur SUTT.

 Fungsi pentanahan tiang :


Untuk menyalurkan arus listrik
dari kawat tanah (ground wire)
akibat terjadinya sambaran petir.

 Pentanahan tiang terdiri dari


kawat tembaga atau kawat baja
yang di klem pada pipa
pentanahan dan ditanam di dekat
pondasi tower (tiang) SUTT.

 Pemasangan pentanahan tiang


dilakukan setelah pemasangan
Stub Tower dan sebelum
Pentanahan Tiang pembesian/ pengecoran pondasi,
karena pentanahan tiang ini ada
dalam pondasi.
56
3.3.3. JARING PENGAMAN (SAFETY NET)

 Berfungsi untuk pengaman SUTT


dari gangguan yang dapat
membahayakan SUTT tersebut
dari lalu lintas yang berada di
bawah SUTT yang tingginya
melebihi tinggi yang diijinkan.

 Fungsi lainnya adalah untuk


menjaga kemungkinan putusnya
penghantar SUTT, sehingga tidak
membahayakan lalu lintas yang
melewati persilangan dengan
SUTT tersebut.

 Pada umumnya jaring pengaman


dipasang di perlintasan
(persilangan) jalan umum dengan
jalur SUTT.

Jaring Pengaman(Safety Net)

57
3.3.4. BOLA PENGAMAN (BALISTOR)

 Dipasang sebagai tanda pada SUTT, untuk pengaman


lalu lintas udara.

 Pada umumnya dipasang pada kawat tanah


(Ground Wire) di daerah yang banyak dilewati lalu
lintas udara atau di dekat bandar udara (Bandara).

 Untuk pengaman pada malam hari, digunakan


Balistor yang dipasang pada kawat phasa dan
bekerja atas dasar drop tegangan yang dapat
menyalakan ion pendar seperti lampu neon
(lampu TL) dengan warna kuning.

58
4.1. KABEL TANAH

 Pada umumnya jenis kabel yang


digunakan adalah Kabel Oil
Impregnating Paper Failed.

 Kabel ini adalah sejenis kabel


minyak, yang isolasinya terdiri dari
unsur minyak yang meng-
impregnating kertas isolasi untuk
membungkus konduktor, sehingga
mampu mengisolasi terhadap
tegangan kerja sistem.

 Penggunaan isolasi jenis ini karena


dianggap relatip cukup baik, sebab
isolasi cukup tipis dan mempunyai
Kabel Minyak 150 KV kekuatan secara elektris dan
mekanis yang cukup baik.
59
4.2. SAMBUNGAN (JOINTING)

 Sambungan Langsung :
Konstruksi sambungan ini cukup
sederhana, tidak menggunakan
teknologi tinggi (konvensional),
tetapi mempunyai kekuatan dan
keandalan yang baik.

Penampang Sambungan  Sambungan Terpisah (Stop Joint) :


Langsung Kabel Minyak 150 KV  Konstruksi sambungan ini
terbagi menjadi dua, yang masing-
masing minyak sisi sebelah
kiri dan kanan tidak saling
bertemu.
 Jika terjadi kebocoran minyak,
konstruksi jenis ini lebih mudah
dalam mencari letak kebocoran,
terutama jika SKTT terbagi
Stop Joint Terpisah Kabel Minyak menjadi beberapa seksi dari
150 KV panjang kabel yang kurang lebih
300 meter. 60
4.3. PROSES PENGISIAN MINYAK

 Proses pengisian :
 Sepanjang seksi kabel harus
terlebih dahulu di vacum.
 Treatment minyak kabel.
 Memasukkan minyak.

 Perbedaan level permukaan tanah


akan menimbulkan perbedaan
tekanan di salah satu sisi kabel,
dimana tekanan normal adalah 1,2 bar.

 Karena perbedaan level, maka pada


bagian kabel yang rendah akan
mempunyai tekanan lebih tinggi,
yang disebabkan unsur berat
Proses Vacum Stop Joint, setelah minyak tersebut.
selesai di Installing
61
5.1. PERSIAPAN PEKERJAAN

 Pengecekan terhadap semua route SUTT, terutama pada lokasi tanah yang akan
ditempati masing-masing pondasi tower.
Catatan : Bisa terjadi bahwa patok tanda tempat tapak tower dipindah oleh
pihak tertentu, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan timbul
masalah, misalnya : masalah ganti rugi dan masalah teknis.

 Inventarisasi pohon/ tanaman/ bangunan yang akan ditempati tapak tower, di


sekeliling tapak tower jalan masuk menuju tapak tower, karena :
 Untuk pelaksanaan pekerjaan pondasi dibutuhkan tempat yang lebih luas dari
tanah yang akan ditempati tapak tower. Jika pada tanah ini terdapat pohon/
tanaman/bangunan, maka perlu dirundingkan masalah ganti ruginya.
 Jika diperlukan jalan masuk menuju tapak tower dan kemungkinan akan
merusak pohon/ tanaman/ bangunan, maka perlu dirundingkan masalah ganti
ruginya.
 Meskipun pada tanah tapak tower sudah dibeli oleh PLN, ada kemungkinan
pihak bekas pemilik tanah masih meminta ganti rugi pohon/ tanamn, sehingga
perlu dirundingkan penyelesaiannya, agar tidak timbul masalah pada
saat pelaksanaan pekerjaan.
62
Lanjutan 5.1.

 Persiapan administrasi (surat menyurat), administrasi keuangan dan administrasi


teknik :
 Surat menyurat dan pengurusan ijin-ijin untuk keperluan koordinasi dengan
pihak-pihak terkait.
 Menyimpan petunjuk-petunjuk dan gambar-gambar pelaksanaan.
 Menyiapkan format-format dan buku-buku untuk laporan harian, laporan
mingguan, dan lain-lain.
 Pembayaran ganti rugi tanaman/ pohon/ bangunan yang terkena dampak
pemasangan pondasi tower

 Pembuatan Direksi Keet dan gudang lapangan, mobilisasi peralatan kerja dan
mobilisasi material.

 Menyiapkan crew tenaga kerja :


Di awal pekerjaan SUTT yang dibutuhkan adalah tenaga kerja ahli dan terampil
di bidang pekerjaan sipil (untuk pekerjaan pondasi) dan di bidang pekerjaan
mekanikal (untuk pekerjaan Stub Setting dan Erection Tower).
63
5.2. UITZET/ PEMATOKAN

 Uitzet/ pematokan sangat


menentukan untuk melaksanakan
pekerjaan selanjutnya.

 Uitzet/ pematokan adalah


menentukan letak pondasi pada
masing-masing kaki pondasi.

 Harus diyakini bahwa posisi patok


yang menandai tempat tower tidak
bergeser (tidak digeser) dari tempat
yang telah ditentukan.

 Jika patok tanda letak tower


bergeser, secara teknis akan timbul
masalah, misalnya : seharusnya
Uitzet/ Pematokan tower suspension yang berubah
posisi menjadi tension.

64
5.3. PEMASANGAN BOUWPLANK

 Pemasangan bouwplank adalah untuk menentukan letak (posisi) masing-


masing kaki tower.

 Pemasangan bouwplank menggunakan kayu papan yang mengelilingi letak


pondasi tower dan berbentuk bujur sangkar.

 Dari empat sisi pada titik tertentu ditarik benang, sehingga pada titik
pertemuan tarikan benang tersebut diketahui sebagai letak titik tengah (As)
masing-masing kaki tower.

 Berdasarkan pengalaman di lapangan dan kebiasaan para pekerajaan


lapangan, pada umumnya papan-papan untuk bouwplank tidak dipasang,
karena bouwplank justru akan bergeser jika terkena tanah galian.

 Titik As kaki tower diukur dan ditentukan setelah pekerjaan galian tanah
selesai.
65
5.4. GALIAN TANAH

 Galian tanah dilakukan setelah


bouwplank terpasang, sehingga
posisi tanah yang akan digali jelas dan
tidak terjadi kesalahan galian
tanah.

 Pekerjaan galian tanah


diperuntukkan pada jenis pondasi
cakar ayam dan pondasi normal.

 Untuk pondasi jenis Bump Pile, Bor


Pile, Strauss Pile, Mikro Pile,
Injection Mikro Pile, tidak ada
pekerjaan galian tanah.

 Pada saat melaksanakan pekerjaan


galian tanah, harus dilakukan hati-
hati jangan sampai benang untuk
Galian Tanah pada Pondasi Type menentukan poros (As) kaki tower
Normal bergeser.

66
5.5. URUG PASIR DAN LANTAI KERJA

Urug Pasir dan Lantai Kerja

 Bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, apalagi jika tanahnya


lembek dan berlumpur, sehingga pada saat pengecoran pondasi, dasar
(landasan) tempat pondasi di cor dalam keadaan keras.
 Pada umumnya lantai kerja ini tidak perlu ada pembesian. Jadi spesi
betonnya hanya berupa campuran pasir dan semen atau pasangan batu kali.
 Sebaiknya disiapkan lubang yang akan digunakan untuk memasukkan
pentanahan tiang (tower) dan akan dihubungkan ke kaki tower (stub tower).
67
5.6. STUB SETTING DAN PEMASANGAN PENTANAHAN TIANG

 Adalah pekerjaan penyetelan/ pemasangan bodi utama tower


(kaki-kaki tower).

 Pada bagian bawah masing-masing kaki tower, dipasang sepatu


stub berupa besi siku yang disilangkan, sehingga stub tower
tidak menancap (ambles) tanah.

 Penyetelan kaki tower akan sangat menentukan kelancaran


erection tower selanjutnya.

 Setelah stub (kaki) tower dipasang dengan baik dan sebelum


pekerjaan pembesian, dipasang pentanahan tiang

68
5.7. PEMBESIAN DAN PEMASANGAN BEKESTING

 Pembesian merupakan bagian dari


cor pondasi.

 Besar kecilnya penampang besi dan


pembesian secara keseluruhan,
tergantung dari besar kecilnya
pondasi dan tower.

 Pada saat melakukan pembesian


harus dilaksanakan dengan hati-
hati, jangan sampai merubah
setting stub (pengesetan kaki
tower).

 Setelah pembesian selesai,


dilanjutkan pemasangan bekesting
(cetakan beton).

Pembesian dan Pemasangan  Pemasangan bekesting termasuk


Bekesting Pondasi Type Normal sampai dengan kaki tower yang
menyembul di atas tanah.
69
5.8. PERSIAPAN COR PONDASI

 Dalam melakukan pengecoran masing-masing kaki-kaki pondasi


tower, harus diselesaikan tuntas (tidak boleh terpotong).

 Oleh karenanya hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi


sebelum cor pondasi adalah :
 Jika kondisi galian tanah rentan longsor, harus dipasang
turap dengan kuat dan baik.
 Bekesting harus telah terpasang dengan baik dan kuat.
 Palungan (tempat memasukkan campuran semen ke dalam
bekesting) harus disiapkan dengan baik.

 Material (semen, pasir, air, koral, dan lain-lain) harus telah


disiapkan cukup.
 Perlengkapan kerja (beton, molen, pompa air, vibrator, sekop, dan
lain-lain) harus disiapkan lengkap dan memadai.
 Kesiapan tenaga kerja dan supervisor (pengawas).

70
5.9. PELAKSANAAN COR PONDASI

 Pengecoran pada masing-masing


kaki tower dilakukan secara terus
menerus dan tuntas, tidak boleh
ada tenggang waktu yang terlalu
lama.

 Jika dalam satu kaki tower di cor


beberapa kali dalam beberapa hari,
dikhawatirkan senyawa pada
sambungan cor menjadi kurang
baik.

 Kekuatan beton ditentukan dalam


notasi K, misal : K-175, K-225, K-
Cor Pondasi Tower 350 dan seterusnya, tergantung
dari spesifikasi yang telah
ditentukan dalam kontrak.
 Pada saat cor dibuat “kubus beton”, untuk dilakukan uji kekuatan beton,
sebagai bukti bahwa pondasi telah memenuhi syarat kekuatan betonnya.
Pengujian (test) tekan hancur beton dilakukan di laboratorium konstruksi
(biasanya di Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan di Perguruan Tinggi setempat,
atau di tempat lain yang direkomendasikan). 71
Lanjutan 5.9.

 Agar campuran beton merata, padat dan tidak berongga, setelah


campuran beton dituangkan harus diaduk dengan mesin
penggetar (vibrator).

 Jika pekerjaan dalam keadaan emergency dan membutuhkan


penyesalan cepat, dimana pengerasan beton juga harus
dipercepat, maka beton diberi campuran Adittive.

 Jenis dan volume adittive yang dicampurkan bermacam-


macam, tergantung sampai seberapa cepat waktu yang
dibutuhkan untuk pengerasan beton.

 Dengan campuran Adittive ini, yang seharusnya baru boleh di-


erection towernya pada umur beton 28 hari, bisa
dipersingkat menjadi 3, 4, 5 hari dan seterusnya.

72
Lanjutan 5.9.

 Pada kondisi tanah tertentu (misal :


berlumpur, berpasir, dan lain-lain)
yang mudah ambrol dan meluber,
disekeliling galian harus dipasang
turap yang kuat, sehingga pada
saat pengecoran tidak ambrol.

 Jenis pondasi tergantung jenis dan


kondisi tanah setempat. Gambar 38
menunjukkan gambar pondasi
Gambar 38 :
tower jenis cakar ayam.
Pondasi Jenis Cakar Ayam

73
5.10. PEMBONGKARAN BEKESTING DAN URUG BALIK

 Pembongkaran bekesting dilakukan apabila umur


beton telah mencukupi (beberapa hari setelah
pelaksanaan cor pondasi).

 Setelah bekesting dibongkar, dilanjutkan


dengan melakukan pengurugan kembali (urug balik)
tanah.

 Pada saat melakukan urug balik, tidak boleh


sekaligus selesai. Tetapi harus dilakukan secara
bertahap/ berlapis, kemudian dipadatkan dengan
menggunakan alat pemadat tanah (Stamper),
dilanjutkan untuk lapisan urugan selanjutnya, sampai
dengan selesai.

74
5.11. ERECTION TOWER

 Ereetion Tower dilaksanakan setelah pondasi tower


dinyatakan benar-benar mengeras.

 Biasanya jika pengecoran dalam keadaan normal


(tidak menggunakan campuran Adittive/ untuk
mempercepat pengerasan beton), pekerjaan erection baru
dilaksanakan setelah umur pondasi mencapai 28 (dua
puluh delapan) hari sejak pengecoran selesai.

 Urutan pelaksanaan erection tower :


 Pemasangan stub (kaki tower) secara bertahap
seksi demi seksi.
 Pemasangan silang-silang (diagonal) tower.
 Pemasangan travers dan pucuk tower.
75
6.1. PERENCANAAN PERSIAPAN PEKERJAAN

 Identifikasi permasalahan, dengan pertimbangan :


 Volume pekerjaan stringing SUTT harus melalui jalur yang panjang (jauh).
 Melewati berbagai macam area (rumah/ bangunan, perkebunan,
persawahan, hutan tanaman pangan, hutan jati, jaringan listrik dan telepon,
dan lain-lain).
 Pada saat pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan ruang bebas/ jarak
aman, beberapa hal yang harus diperhatikan :
 Pekerjaan harus berjalan kontinyu dan tidak boleh terhenti (berhenti)
karena timbulnya masalah di lapangan.
 Timbulnya kerusakan dan pembongkaran untuk keperluan ROW dan
saat pelaksanaan pekerjaan harus diselesaikan diantisipasi pada
saat persiapan pekerjaan.
 Adanya protes dari masyarakat yang tidak menyetujui pembangunan SUTT.
 Permintaan ganti rugi kerusakan tanaman/ bangunan yang terlalu tinggi
(tidak wajar).
 Dan berbagai permasalahan lainnya, yang terkadang tidak diprediksi dan
tidak diperhitungkan sebelumnya.
76
9.1. ASPEK MANAJEMEN

 Dari sisi konstruksi, pekerjaan Transmisi adalah pekerjaan yang sederhana


sehingga dalam pekerjaannya tidak sulit. Yang rumit dan terkadang menyulitkan
adalah masalah-masalah non teknis, karena :
 Route SUTT yang panjang, sehingga pekerjaan berpindah-pindah tempat
(mobile).
 Dalam pelaksanaan pekerjaan melibatkan banyak pihak, terutama pihak
eksternal (masyarakat) yang akan dilalui dan disekitar jalur SUTT.
 Permasalahan-permasalahan di lapangan antara lain :
 Masalah ganti rugi tanah, tanaman, bangunan, dan lain-lain.
 Kesulitan mendapatkan ruang bebas/ jarak aman (ROW).
 Ketidaksediaan masyarakat untuk dilalui jalur SUTT.

 Akibat berbagai permasalahan tersebut, sering terjadi pekerjaaan terpaksa harus


terhenti beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan ada yang
sampai terhenti bertahun-tahun.

 Pihak yang terlibat dan terkait dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan


SUTT, antara lain :
 Kontraktor Listrik selaku pelaksana pekerjaan.
 Pemberi Kerja atau Instritusi Pengguna (PLN).
 Pabrikan/ Distributor/ Supplier/ Fabrikator komponen listrik.
77
Lanjutan 9.1.

 Importer dan Transporter.


 Pemkab/ Pemkot setempat beserta jajarannya yang akan dilalui jalur SUTT.
 Masyarakat setempat yang akan dilalui dan yang ada di sekitar jalur SUTT.

 Mengingat kompleksitas permasalahan yang dihadapi, maka aspek manajemen


harus mendapatkan perhatian dan penanganan sebaik-baiknya, bahkan secara
khusus ditangani oleh para personil yang berpengalaman di bidang pekerjaan
Transmisi.

 Karena pekerjaan ini banyak berpotensi timbul masalah (konflik), maka :


 Kontraktor harus mampu mengkoordinasikan semua pihak dengan sebaik-
baiknya.
 Kontraktor harus mampu menangani setiap masalah yang timbul dengan
sebaik-baiknya dan responsif terhadap segala masalah yang dihadapi.
 Pelaksana (petugas) lapangan harus jeli melihat kemungkinan timbulnya
masalah, sekaligus memiliki kemampuan tentang manajemen konflik.
 Kontraktor harus mampu mengindetifikasi dan melaksanakan secara baik
tentang alur proses pekerjaan, sejak dari awal sampai dengan berakhirnya
kontrak. 78
Lanjutan 9.1.

 Jenis dan ruang lingkup aktifitas yang harus dilakukan, antara lain : :
 Administrasi :
 Pengurusan ijin-ijin.
 Administrasi keuangan (pembuatan jaminan uang muka, jaminan
pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, dan lain –lain).
 Keuangan (pembayaran komponen/ peralatan/ bahan/ material).
 Administrasi teknik (pembuatan Kurva S, Time Schedule, Format Schedule,
Asbuilt Drawing, dan lain-lain).
 Pelaksanaan phisik pekerjaan sejak dimulainya pekerjaan sampai serah
terima pekerjaan.
 Keamanan dan keselamatan pekerja maupun pekerjaan.
 Dan lain sebagainya.

 Salah satu aspek manajemen yang cukup penting dan harus dipenuhi, dalam
pembuatan “Network Planning”, sehingga :
 Alur dan proses pekerjaan dapat diketahui dengan mudah.
 Semua jenis dan ruang lingkup pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan
sesuai dengan jadual yang telah dibuat.
 Pengkoordinasian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.
 Pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang memuaskan.79
9.2. KRITERIA KONTRAKTOR LISTRIK

 Usaha jasa konstruksi terdiri dari 5 (lima) bidang, yaitu ASMET (Arsitektural, Sipil,
Mekanikal, Elektrikal dan Tata Lingkungan), bidang elektrikal memiliki kekhasan
dan kekhususan dibanding yang lain.

 Khusus untuk bidang Elektrikal, selain harus mengacu pada UU 18/ 1999, juga
harus mengacu pada UU 15/ 1985 tentang Ketenagalistrikan.

 Bidang Elektrikal selain sangat spesifik, juga memiliki resiko tinggi.

 Kriteria Kontraktor Listrik yang menjadi pelaksana pekerjaan Transmisi,


adalah :
 Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang sesuai dengan klasifikasi dan
kualifikasi pekerjaan yang dikerjakan.
 Harus memiliki pengalaman pekerjaan sejenis dengan pekerjaan yang
dikerjakan.
 Memiliki personil (tenaga kerja) yang berpengalaman dalam melaksanakan
pekerjaan Transmisi.
 Memiliki Penanggung Jawab Teknik (PJT) yang bersertifikat Keahlian
Kualifikasi Ahli Utama di bidang Teknik Tenaga Listrik.
 Memiliki peralatan kerja yang memadai, sesuai dengan pekerjaan yang
ditangani. 80
9.3. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

 Aspek yang sangat penting yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan,
adalah aspek kesehatan dan keselamatan kerja.

 Apalagi untuk pekerjaan elektrikal yang beresiko tinggi, aspek K3 harus menjadi
perhatian utama. Terlebih apabila melaksanakan pekerjaan pada lokasi Transmisi
Eksisting yang bertegangan, para personil (tenaga kerja) harus mendapatkan
pelatihan khusus tentang K3.

 Untuk pelaksanaan pekerjaan Transmisi Eksisting, masalah K3 harus dipatuhi


secara lebih ketat, disamping itu yang harus diperhatikan dan dipenuhi :
 Harus ada Supervisor yang khusus menangani dan mengkoordinasikan
masalah K3.
 Setiap dan semua pekerjaan dalam pelaksanaannya harus berkoordinasi
dengan Pengawas Pekerjaan (PLN).
 Di lokasi pekerjaan harus dipasang rambu-rambu tanda bahaya, sehingga
pekerja tidak seenaknya berlalu lalang di lokasi tertentu yang membahayakan.
 Harus disediakan alat keselamatan kerja yang lengkap.
 Semua pihak harus mematuhi dan menjalankan peraturan K3 dengan baik.

81
TRANSFORMATOR

Kapasitas dan Tegangan

Contoh transformator 3 phasa dengan


tegangan kerja di atas 1100 kV dan daya di
atas 1000 MVA ditunjukkan pada Gambar
berikut ini.

82
TRANSFORMATOR DAYA

83
• Transformator adalah peralatan
statis yang berfungsi menyalurkan
daya listrik dari suatu sistem
tegangan arus bolak-balik ke sistem
tegangan arus bolak-balik yang lain
secara elektromagnetis.
• Fungsi dari transformator terutama
adalah :
– Merubah level tegangan dan arus
dalam sistem tenaga listrik.
– Menyesuaikan impedansi beban
dengan impedansi sumber untuk
mendapatkan transfer daya
maksimum dalam rangkaian
elektronik dan pengendali.
– Mengisolasi secara elektris
rangkaian yang satu dengan yang
lain.

84
Fleksibilitas tegangan
• digunakan dalam sistem tenaga
listrik
• pembangkitan daya dengan level
tegangan sesuai kebutuhan (10-
20 KV)
• transmisi daya dengan level
tegangan yang ekonomis (400 –
1000 kV)
• pemanfaat daya listrik pada
tegangan distribusi (230/400
Volt)
• untuk industri dengan level
tegangan 3,3; 6,6; atau 11 KV

85
Pengelompokan Transformator

• Dalam bidang tenga listrik pemakaian


transformator dikelompokkan menjadi:
1. Transformator daya.
2. Transformator distribusi.
3. Transformator Instrumentasi (transformator
arus dan transformator tegangan).

86
Jenis Transformator

Ditinjau dari Jumlah Fasa


• Transformator 1 Fasa
• Transformator 3 Fasa

Ditinjau dari Level Tegangan


• Transformator Step-Up
• Transformator Step-down

87
Jenis Transformator
Berdasar Isolasi media
• Trafo kering (Dry Type)
1.Self cooled AA
2.Forced cooled AA/FA

• Trafo basah/minyak (liquid type):


askarel, diala, silicone
1.Self cooled OA
2.Forced air cooled OA/FA
3.Forced air cooled & oil cooled OA/FA/FOA
4.Water cooled FOW

88
Jenis Transformator
Berdasar penggunaan :
1. Trafo Tenaga :
 Trafo Daya > 500 kVA
 Trafo distribusi < 500 kVA
2. Trafo Instrumen :
 Trafo tegangan
 Trafo arus
3. Trafo furnace : tegangan rendah, arus tinggi,
ekstra isolasi
4. Trafo Rectifier / converter : tahan stres mekanis
5. Trafo Isolasi : trafo dengan rasio satu
6. Trafo pengolah sinyal
89
Jenis Transformator
• Menurut jenisnya trafo dibedakan :
– Over head transformer.
– Underground transformer.
• Over head Transformer terdiri dari :
– Konvensional
• Trafo konvensional tidak memiliki alat pengaman seperti
arester, pengaman beban lebih sebagai suatu kesatuan unit
trafo. namun alat alat pengaman tersebut di dapat dan
dipasang secara terpisah
– CSP ( Completely Self Protection )
• Trafo distribusi tipe CSP ini memiliki pengaman sebagai
kesatuan unit trafo

90
Transformator 1 Fasa
• Dua belitan terisolasi yang
tersambung secara
magnetik pada inti bahan
magnetik
• Satu belitan yang
dihubungkan dengan
sumber tegangan arus
bolak-balik disebut belitan
primer
• belitan lainnya yang
dihubungkan dengan beban
disebut belitan sekunder

91
• Lebih ekonomis dibandingkan mengguakan
tiga buah transformator satu Fasa
• Terdapat dua susunan, yaitu deretan tiga buah
transformator satu fasa atau satu buah
transformator tiga fasa, dimana masing-
masing belitan primer dan sekunder digulung
pada masing-masing kaki inti.
• Transformator tiga fasa lebih murah 15%
dibanding tiga buah transformator satu fasa,
• Ukuran fisiknya lebih kecil.
• memiliki kelebihan dapat beroperasi sebagai
rangkaian open delta bila salah satu fasa tidak
beroperasi.
• memiliki berbagai macam hubungan,
diantaranya ia dapat dihubungkan Bintang,
Segitiga, Segitiga terbuka, atau bintang Zig-
Zag.

92
• Peralatan pada Trafo
• Bhusing Primer.
• Indikator tinggi permukaan minyak.
• Penapas pengering.
• Kran untuk pemasukan/pengeluaran
minyak.
• Pelat nama.
• Thermometer.
• Tap trafo (alat untuk merubah
tegangan).

93
• Persyaratan
1. dapat memindahkan panas dari inti dan
belitan sehingga kenaikan temperatur
dapat dibatasi pada nilai yang diijinkan
2. penurunan kualitas isolasi harus dapat
dicegah
• Keduanya ini dapat dipenuhi oleh
transformator daya dibanding
transformator-transformator ukuran kecil,
dengan mencelupkan transformator ke
dalam tangki tertutup yang berisi minyak
transformator
• Agar terjadi sirkulasi alami dan
meningkatkan permukaan pendinginan ke
udara sekitar tangki transformator
dilengkapi dengan sirip-sirip
• pada transformator berukuran besar
pendinginan dilakukan secara paksa.

94
Konstruksi Transformator Daya
Tangki Transformator
• Kumparan dan intinya
direndam dalam minyak
transformator yang selain
berfungsi sebagai pemindah
panas, juga bersifat sebagai
isolasi.

95
Konstruksi Transformator Daya
Inti Transformator
• Terbuat dari lapisan plat dinamo
dari baja alloy atau baja silicon yang
mempunyai sifat resistansi tinggi
dan histerisis kecil.
• Tebal plat 0,35 - 0,5 mm, Untuk
menghindari/mengurangi arus
pusar (Eddy current), diantara plat
diisolasi (vernish) yang tahan
terhadap suhu tinggi.

96
Konstruksi Transformator Daya
• Belitan/Kumparan
• Beberapa lilitan kawat yang
berisolasi digunakan sebagai
kumparan pada transformator daya
• Kumparan tersebut diisolasi baik
terhadap inti besi maupun
kumparan lain dengan isolasi padat
seperti pertinax dan lain-lain.
• Pada transformator ini terdapat
dua jenis kumparan, yaitu
kumparan primer dan kumparan
sekunder

1- 97
Konstruksi Transformator Daya
• Lilitan
• Pada umumnya digunakan tembaga yang memiliki
keuntungan-keuntungan :
– Tahanan jenis kecil 0,0175 Ω mm2 /m.
– Kekuatan mekanis yang lebih besar dari
allumunium.
– Tahan terhadap korosi dari atmosfir.
– Titik cair atau lebur lebih tinggi (1083°C).
– Mudah pengerjaanya : dibengkokan, diratakan,
dibor, dipres, disolder, dilass dsb.

98
Pemakaian Transformator

99
sistem pendingin transformator

100
101
Transformator dengan pendingin minyak

102
Tranformator berpendingin udara

103
Konstruksi Transformator

104
105
106
Konstruksi Transformator
Inti besi
• Belitan
• Inti besi ( Iron Core )
Belitan
secundair
Inti besi

Belitan secundair Belitan


primair

Belitan
primair

Belitan
secundair

107
Belitan
Inti besi

• Untuk meminimalkan terjadinya Belitan


secundair
kebocoran medan maknit, masing
masing belitan (belitan primer dan
sekunder) dipasang sedekat mungkin,
peletakan lilitan ini bisa dipasang
secara berlapis, atau bersusun seperti
gambar disamping. Belitan
primair

Belitan
secundair

108
Inti besi ( Iron Core )
• Pada transformator satu phasa type inti yang umum digunakan berupa rangkaian
maknit tunggal dengan dua lengan atau rangkaian maknit dengan tiga lengan
dengan belitan diletakkan ditengah atau diletakkan pada masing masing lengan

109
Rasio transformator

110
TRANSFORMATOR TANPA BEBAN
• Vp = tegangan input primer
• Vs = tegangan sekunder
• Ep = g.g.l pada sisi primer
• Es = g.g.l pada sisi sekunder
• Np = jumlah lilitan sisi primer
• Ns= jumlah lilitan sisi sekunder

111
BUSHING
• Untuk menghubungkan kumparan
transformator dengan jaringan luar
digunakan
• Merupakan sebuah konduktor yang
diselubungi oleh isolator yang berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor
dengan tangki transformator.
• Bahan utama untuk bushing adalah dari
bahan keramik. Dan pada bushing
tegangan tinggi biasanya dilengkapi
arcing horn.

112
Tap Changer
• Pengubah Tap.
• alat perubah perbandingan
transformator untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder yang
lebih baik (diinginkan) dari tegangan
jaringan yang berubah-ubah.
• Ada dua Macam
– ON-Load Tap changer : beroperasi dalam
keadaan berbeban
– Off-Load Tap Changer

113
ON LOAD TAP CHANGER

114
Tap Changer
• Untuk menghindari
terjadinya spark,
ketika pemindahan
tap tidak boleh
terdapat celah
• Mekanisme
pemindahan
ditunjukkan pada
gambar di bawah

115
Alat pernapasan (Dehydrating Breather)

• Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan


mendesak udara diatas permukaan, dan minyak
keluar dari dalam tangki, Bila suhu minyak turun,
minyak menyusut dan udara luar akan masuk
kedalam tangki, kedua proses ini disebut
pernafasan trafo,
• akibat dari pernafasan ini, minyak akan
bersinggungan dengan udara luar, mengakibatkan
turunnya nilai tegangan tembus minyak trafo,
maka dari itu pada ujung pipa penghubung udara
luar dilengkapi dengan alat pernafasan, berupa
tabung berisi kristal zat hygroskopis (silicagel).
116
Sistem Pendingin
• Panas merupakan salah satu yang paling menyebabkan rusaknya
transformator.
• Operasi yang hanya 10ºC di atas rating transformator akan mengurangi usia
transformator hingga 50%
• Panas disebabkan oleh rugi-rugi internal akibat pembebanan, temperatur
lingkungan yang tinggi dan radiasi matahari.
• Panas mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, yang dapat merusak
isolasi (di dalam transformator).
• Untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan transformator dilengkapi
dengan sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator.
• ANSI dan IEEE memberikan klas pendingin pada masig-masing transformator
yangdicantumkan pada nameplate trafo.
• Huruf-huruf kelas menunjukkan tipe-tipe pendingin.
• Huruf A menunjukkan ”Air” (Udara), FA udara paksa (fans), ”O” menunjukkan
minyak. FO menunjukkan minyak paksa (pompa), sedang G menunjukkan Gas
dan W menunjukkan Water/Oil heat exchanger.

117
Sistem Pendingin

• Pendinginan dengan
Udara Paksa
• Memperluan Bidang
perpindahan Panas
dengan menambah
sirip-sirip (Radiator)

118
Minyak Trafo
• Fungsi minyak trafo :
– Sebagai bahan isolasi.
– Sebagai pendingin.
– Sebagai penghantar panas dari bagian yang panas
(coil dan inti) ke dinding bak.
• Pendinginan transformator dengan minyak dapat
merata pada tiap bagian yang aktif, dan
memasuki semua celah-celah yang ada dalam
transformator sehingga jika dibanding dengan
sistem udara, sistem dengan minyak lebih baik
119
Minyak Trafo
• Minyak transformator harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
• IEC 296, minyak baru dan belum difilter >30 kV/2,5 mm dan setelah difilter
yaitu >50 kV/2,5 mm.
• Penyalur panas yang baik, berat jenis kecil sehingga partikel-partikel dalam
minyak dapat mengendap dengan cepat.
• Viksositas rendah agar lebih mudah bersikulasi sehingga pendinginan
menjadi lebih baik. Pada IEC viskositas minyak saat suhu 40ºC adalah < 6,5
cST (CentiStokes) 1cst = 10−6m2·s−1.
• Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan.
Sesuai IEC 296 flash point minyak transformator di atas 163ºC dan pour
point adalah di bawah -30ºC.
• Tidak merusak bahan isolasi padat.

120
• Transformator Tanpa Beban
• Ketika Belitan primer dihubungkan ke Sumber tegangan,
arus eksitasi membangkitkan flux  pada inti yang
menyebabkan timbulnya tegangan induksi baik pada
belitan primer E1 maupun tegangan induksi pada belitan
sekunder E2

d d
E1  - N1 E2  - N2
dt dt
V1 E1 N1 N2 E2 V2
  = m.sint, maka, E1 =
.N1m.Cost
• Nilai Efektif E1 = 4,44.f.N1m

121
• Arus Eksitasi
• Arus primer I yang mengalir pada saat kumparan
sekunder tidak dibebani disebut arus eksitasi. Dalam
kenyataannya arus primer I bukanlah merupakan arus
induktif murni, sehingga ia terdiri atas dua komponen,
yaitu :

1. Komponen arus pemagnetan IM, yang


menghasilkan fluks (Φ). Karena sifat besi yang
non linear ( ingat kurva B-H ) , maka arus
pemagnetan IM dan juga fluks (Ф) dalam
kenyataannya tidak berbentuk sinusoid

2. Komponen arus rugi tembaga Ic, menyatakan


daya yang hilang akibat adanya rugi histerisis
dan arus ‘eddy’. Ic sefasa dengan V1, dengan
demikian hasil perkalian ( Ic x V1 ) merupakan
daya (watt) yang hilang.

122
• Transformator berbeban

• Apabila belitan sekunder dihubungkan dengan beban, F1 F2
maka pada belitan sekunder akan mengalirkan arus
• akibat dari arus sekunder ini kita asumsikan transformator V1 E1 N1 N2 E2 V2
ideal, dimana berlaku :
– Resistansi Belitan primer dan sekunder diabaikan,
sehingga rugi-rugi daya dan tegangan jatuh sama
dengan nol.
– Tidak terdapat fluks bocor, sehingga semua fluks
mengalir pada inti dan melingkupi kedua belitan.
– Permeabilitas inti tak terbatas.
• karena resistansi diabaikan sehingga V1
– Rugi-rugi inti diabaikan. = E1 dan V2 = E2, dan diperoleh :
• Arus beban pada belitan sekunder akan menghasilkan
mmf F2 sebesar I2.N2 yang arahnya berlawanan dengan E 1 V1 N 1
fluks bersama , yang mengakibatkan tegangan induksi E1   a
turun. Karena V1 nilainya tetap, maka arus pada belitan E 2 V2 N 2
primer akan naik dan menimbulkan mmf F1 sebesar I1.N1
yang arahnya berlawanan dengan F2, sehingga fluks • Dari persamaan-persamaan
bersama dapat dipertahankan

diatas kita dapatkan :
Sehingga berlaku : I1.N1 = I2.N2
2
V1 / V2 N 1 / N 2 V1  N 1  V2
   
I1 /I 2 N 2 / N1 I1  N 2  I 2
N1 I 2
 a
N 2 I1 • Z1 = a2.Z2 :
123
Exercise
1. Hitung rasio transformator bila jumlah lilitan
primer adalah 10.000 dan jumlah lilitan sekunder
2300.
2. Bila transformator pada nomor 1 diberi tegangan
input 220V berapa tegangan outputnya?
3. Dengan kemampuan daya 5000VA hitung
kemampuan arus primer dan sekunder
tranformator di atas !
4. Hitung tegangan primer bila Vs=150 kV, Np=10.000
5. Hitung teg. Sekunder bila k=0,01 dan Ns=500
6. Hitung daya trafo bila Vs=500V, Ip=10A dan k=100

124
SOAL - SOAL :

• 7. Hitung Vs bila Vp=2200V dan k=0,1


• 8. Hitung Np bila Ns=10.000,Vp=2,2kV dan Vs
220V
• 9. Hitung Ns dan Vs bila Np=100,Vp=0,22kV
dan k=10
• 10. Pada soal no.3 hitung Is bila Ip=100A
• 11.Hitung k bila Is=100A,Ip=3000A

125
Parameter yang Umum
Pada Name Plate
• Daya (MVA)
• Level Tegangan (Vp/Vs)
• Frequensi
• Efisiensi
• Impedansi (%)
• Vektor Group
• Basic Insulation Level
Pada Katalog
• Impedansi urutan (positif dan zero)
• Temperatur
• dll

126
Rangkaian ekivalen
transformator tanpa beban

127
Rangkaian ekivalen transformator dengan
beban resistif

128
Diagram vektor
tranformator dengan beban resistif

129
beban induktif

130
beban kapasitif

131
IMPEDANSI PADA TRAnsFOrmator

132
Rangkaian eqivalen tranformator bila
dilihat dari sisi sekunder

133
Rangkaian ekivalen tranformator ditinjau
dari sisi primer

134
REGULASI TEGANGAN transformator

1- 135
Regulasi tegangan

136
 SOAL-SOAL :

• 1. Hitung Es bila regulasi=10%, Vs=100V


• 2. Hitung Rs bila Rs’=10 Ohm dan k=0,01
• 3. Hitung regulasi bila beban resistif dengan
arus 10 A, Res=0,05 Ohm pada trafo
2200V/220V
• 4. Hitung Vs bila Vd = 5V dan regulasi 5%

137
Diagram vektor transformator berbeban

Es
C

Os

Vs F
O D
A Os

Os

Is

138
139
CONTOH SOAL

140
Jawab

141
Rugi-rugi pada transformator
• 1. Rugi inti besi
• 2. Rugi tembaga

142
EFISIENSI PADA TRANSFORMATOR

143
EFISIENSI

144
Hitung efisiensi dari beberapa
transformator berikut ini:
• 1. Pi = 1kW, Po = 800W
• 2. Pi = 1kW, Pfe = 50W, Pcu = 75W
• 3. Po = 800 W, Pfe = 50W, Pcu = 75W
• 4. Po =10 kW, Pfe = 100W, Is = 25A,
Res = 5 Ohm
• 5. soal sama dengan nomor 3 tetapi pada
setengah beban penuh
• 6. soal sama dengan nomor 3 tetapi pada
seperempat beban penuh 145
Tugas 3

146
147
148
149
150
Pengujian transformator
• Uji tanpa beban:
• untuk memperoleh konstanta inti besi, rugi
inti besi dan rasio trafo
• Uji hubung singkat:
• Untuk memperoleh konstanta lilitan, rugi
tembaga
• Uji berbeban:
• Untuk memperoleh regulasi dan efisiensi
• Uji polaritas:
• Untuk memperoleh arah lilitan 151
Pengujian tanpa beban

152
153
Pengujian hubung singkat

154
155
Pengujian transformator berbeban

156
Polaritas Transformator

157
Metode uji polaritas transformator

158
Hubungan Substractive:
V3 < V1
V3 = V1 – V2

159
160
HUBUNGAN ADDITIVE:
V3 > V1
V3 = V1 + V2

161
162
163
2. Metode paralel

164
3. Metode injeksi tegangan dc

165
AUTO TRANsFORMER

166
167
168
Contoh soal

169
170
exercise

• 11. Hitung Es bila regulasi=10%, Vs=100V


• 12. Hitung Rs bila Rs’=10 Ohm dan k=0,01
• 13. Hitung regulasi bila beban resistif dengan
arus 10 A, Res=0,05 Ohm pada trafo
2200V/220V
• 14. Hitung Vs bila Vd = 5V dan regulasi 5%

171
172
Statistik Gangguan

173
Katagori Proteksi

• Proteksi terhadap besaran Listrik


– Hubung Pendek
– Beban lebih
– Over Voltage
• Proteksi terhadap besaran non elektrik
– Sistem Pendingin
– Tekanan

174
175
Proteksi Besaran Elektrik

176
Pengaman dengan Zekering dan MCCB
• Penentuan elemen zekering
– Zekering pada TM pada dasarnya untuk
mengamankan bila terjadi hubung singkat di dalam
trafo, dengan demikian dipilih besar arus hubung
singkat di TR
• Penentuan seting MCCB
– Penentuan seting overload MCCB didasarkan pada
pembebanan trafo dan penentuan seting instan
didasarkan pada hubung singkat yang terjadi pada
rel Tegangan rendah
177
178
Perelean Transformator
• Terdapat tiga katagori teknologi rele proteksi yang umum
digunakan, yaitu :
– Electromechanical: penggunaan fluks magnetik dari arus dan tegangan
untuk menghasilkan torka pada piringan yang dapat bergerak
– Solid State: menggunakan sinyal-sinyal analog tegangan dan arus serta
beberapa rangkaian logika bahkan mikrokontroller untuk mengolah
sinyal secara matematik.
– Numeric: memiliki banyak fungsi, dapat diprogram dan umumnya
bekerja dengan basis mikroprosessor
• Tabel II menunjukkan sejumlah peralatan proteksi yang
umumnya digunakan pada transformator sesuai dengan
standard ANSI

179
180
Perelean transformator

181
• Terdapat dua feeder 115 KV ke
dua buah transformator 30 MVA
dengan resistansi pentanahan
pada sisi 13 KV
• Rele differensial pada fasa dan
ground (87P and 87N)
merupakan proteksi kegagalan
utama
• Sedang elemen-elemen proteksi
arus lebih dapat dianggap
sebagai proteksi cadangan.
• Jika terjadi tegangan lebih
digunakan rele-rele tegangan
(24 and 59).
• Jika terjadi over/under
frequency dipasang rele (81,
O/U), walaupun rele ini tak
dapat dianggap sebagai proteksi
transformator

182
Rele Differensial

Adalah suatu rele yang merespon terhadap perbedaan antara kuantitas elektrik
yang masuk dan keluar dari peralatan yang diamankan. Disini rele berfungsi
sebagai komparator, membandingkan arus dan fasa relatifnya pada kedua ujung
daerah proteksi. Bila perbedaan arus pada kedua sekunder CT melebihi batas
harga tertentu, maka rele akan memberi perintah untuk pembukaan CB.

Bila hubung singkat terjadi dalam daerah proteksi, i 1 sama dengan i2 rele akan
bekerja. Sedang bila hubung singkat terjadi diluar daerah proteksi, i 1 berlawanan
dengan i2 dan rele tidak akan bekerja

PMT CT CT PMT
I1 I2
1 Peralatan yg 2
diamankan

i1 i2

183
Rele Differensial pada Trafo

• Bila akan digunakan 151 A 1255 A

sebagai proteksi trafo


harus digunakan
beberapa komponen 3,138

tambahan seperti :
1,88 A

– Kompensasi Y/D yang


3,256

digunakan pada CT
– Penyesuai arus
– Pemblok Inrush
current

1- 184
185
186
187
188
189
190
191
192
Penyesuai Arus
• Penyesuai arus rele berfungsi untuk
menyamakan arus masukan yang dipandang
dari sisi rele.
• Pada rele elektromekanik digunakan trafo
dengan tap
• Pada rele solid state digunakan switch-switch
yang mengubah nilai resistansi sekunder.
• Sedang pada rele numeric digunakan faktor-
faktor pengali.
193
Penyesuai arus pada Rele Solid State

194
Delta/Wye Compensation
• Bank delta/wye menyebabkan
terjadinya pergeseran fasa
tegangan dan arus sebesar ±30°,
tergantung pada hubungan
transformatornya (Transformator
Daya)
• Pada rele elektromekanik,
pendekatan yang umum untuk
mengkompensasi belitan adalah
menghubungkan CT dalam
hubungan Y/D

195
Magnetic Inrush Curent

• Arus Inrush terdiri dari komponen dc dan


beberapa harmonik, tetapi yang terbesar
adalah harmonisa ke dua dan ketiga
• Solusi
– Time delay
– 2nd harmonic restrain
– Inrush Curent detector

196
Proteksi Besaran non Elektrik

197
Sistem Proteksi Non Elektrik
• Rele Bucholz : Konstruksi terdiri dari dua
pelampung untuk alarm dan untuk trip
• Kondisi normal, rele terisi penuh dengan minyak
dan pelampung penggerak kontak mercury dalam
keadaan terapung. Pada kondisi ini kontak tidak
terendam mercury (kontak membuka)
• Pada tahap pertama pelampung akan bergerak ke
bawah sesuai dengan permukaan minyak yang
selanjutnya merccury akan menghubungkan
kontak alarm

198
Sistem Proteksi Non Elektrik

• Jika proses pembentukan Gas


dalam waktu yang singkat dan
dalam jumlah yang banyak
maka gas akan langsung
mendorong pelampung kontak
trip

199
Sudden Pressure Relay (SPR)
• SPR akan mendeteksi kondisi abnormal yang
menghasilkan kenaikan tekanan tiba-tiba yang
disebabkan oleh timbulnya gas
• Gangguan pada satu lilitan dapat menghasilkan arus
yang lebih kecil dari rating arus nominal
• SPR yang mendeteksi kenaikan tekanan gas, umumnya
diaplikasikan pada transformator dengan rating di atas 5
MVA.
• Tekanan gas dibangkitkan oleh busur api, yang
menghasilkan dekomposisi minyak menjadi gas
• Bekerja bila dalam tangki Trafo terjadi kenaikan tekanan
udara akibat gangguan di dalam Trafo

200
Sistem Proteksi Non Elektrik
Tipe SPR
• Membran
– Plat tipis yang didesain sedemikian rupa
yang akan pecah bila menerima tekanan
melebihi desainnya. Hanya digunakan
sekali pakai
• Pressure Relieve Valve
– Katup yang ditekan oleh pegas yang
didesain sedemikian rupa sehingga bila
terjadi tekanan di dalam trafo melebihi
tekanan pegas, maka akan membuka dan
melepas tekanan bersama sebagian
minyak
201
Sudden Pressure Relay (SPR)

202
203
Sistem Proteksi Non Elektrik

• Rele Jansen : Rele untuk


mengamankan transformator
dari gangguan dalam Tap
Changer yang menimbulkan Gas
• Dipasang pada pipa menuju
Konservator
• Cara Kerja : Sama dengan Rele
Bucholz, tetapi hanya mempunyai
satu kontak Trip
204
205
Sistem Proteksi Non Elektrik
• Setting Suhu
• Winding Temperature
– Temperature Trip = 105oC
– Temperature Alarm = 90oC
– Pengaturan Fan Start = 70oC
– Pengaturan Fan Stop = 60oC
• Oil Temperature
– Temperature Trip = 100oC
– Temperature Alarm = 90oC
206
Pemisah (Disconnecting Switch)

207
PEMISAH :

Pemisah (PMS) atau disconnecting switch adalah


sebuah alat yang dipergunakan untuk menyatakan
secara visual bahwa suatu peralatan masih
tersambung atau sudah bebas dari tegangan kerja.
Dari definisi diatas maka dapat diketahui fungsi
dari pemisah (PMS) adalah sebuah alat yang dapat
menyambung atau memutuskan rangkaian
dengan arus yang rendah kurang lebih lima
ampere (5A)
208
Sesuai dengan fungsinya pemisah
dibagi menjadi dua yaitu :
A. Pemisah Tanah (Pisau
Pentanahan)
B. Pemisah Peralatan

209
1. Pemisah Putar
2. Pemisah Luncur
3. Pemisah Siku
4. Pemisah Engsel
5. Pemisah Pantograph

210
1. Pemisah Putar
Saklar pemisah putar memiliki dua buah kontak diam dan
dua buah kontak gerak yang dapat berputar pada
sumbunya. Model saklar pemisah ini biasanya di letakkan
di luar Gardu Induk.

211
2. Pemisah Siku
Saklar pemisah siku ini tidak memiliki kontak diam tetapi
hanya terdapat dua buah kontak gerak yang gerakannya
hanya mempunyai besar sudut 90 derajat. Model saklar
pemisah ini biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.

212
3. Pemisah Engsel
Saklar pemisah engsel ini memiliki satukontak diam
dan satu engsel yang dapat membuka ke atas dengan
sudut 90 derajat. Saklar pemisah ini gerakannya dari
engsel yang biasanya digunakan untuk tegangan
menengah 20 kV – 6 kV. Model saklar pemisah ini
biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.

213
4. Pemisah Luncur
Saklar pemisah luncur ini gerakan kontaknya hanya
bergerak keatas dan kebawah saja. Model saklar
pemisah ini biasanya berada di dalam kubikel dengan
peralatan-peralatan yang lain dan di letakkan di dalam
Gardu Induk.

214
5. Pemisah Pantograph
Saklar pemisah pantograph ini mempunyai kontak diam
yang terletak pada rel dan kontak gerak yang terpasang
pada ujung lengan-lengan pantograph. Model saklar
pemisah ini biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.
Pemisah pantograph biasanya digunakan di jaringan 500
kV.

215
PMS & PMT

PMS terdiri dari Pemisah Engsel, Pemisah


Putar, Pemisah Siku, Pemisah Luncur

PMT terdiri : PMT dengan Media pemutus


menggunakan udara, PMT dengan Hampa
Udara, PMT dengan Media pemutus
menggunakan Minyak, PMT dengan
Sedikit Minyak, Penggerak Pemutus Tenaga

216
Perlengkapan Gardu Induk

Busbar/Rel, Gardu Induk dengan single


busbar, Gardu Induk dengan Doble
busbar , Gardu Induk dengan satu setengah
/ one half busbar, Arrester, Transformator
Instrumen, Transformator Tegangan,
Transformator Arus, Transformator Bantu,
Transformator Ukur

217
SALURAN UDARA TRANSMISI
LISTRIK
Komponen Saluran udara tegangan tinggi terdiri :
1. Saluran Udara,
2. Saluran Kabel,
3. Perlengkapan SUTT/SUTET,
4. Tower,
5. Bagian-bagian tower ,
6. Konduktor,
7. Kawat Tanah,
8. Pentanahan Tower,
9. Isolator. 218
Peralatan Pengaman
Terdiri dari :
1.Lightning Arester ,
2.Aplikasi PLC,
3. Komunikasi Suara,
4.Penggunaan Kanal Suara,
5.Teleproteksi Protection Signalling,
6.Remote Terminal Unit (RTU),
7.Rele Proteksi, Annunciator.
219
Sistem pentanahan gardu induk

• Gardu Induk merupakan suatu sistem Instalasi


listrik yang terdiri dari beberapa peralatan
listrik dan menjadi penghubung listrik dari
jaringan transmisi ke jaringan distribusi
primer.
• Gardu Induk befungsi sebagai penyalur daya
(KVA, MVA) sesuai dengan tegangan
operasinya.

220
Persyaratan Sistem Pentanahan

• Sistem pentanahan Gardu Induk harus peka


terhadap gangguan yang terjadi, dan secara
proposional mampu mendeteksi gangguan
dengan tepat di area atau zona yang di
amankan

221
Instalasi Listrik
Instalasi Listrik pada Transmisi Listrik

Secara umum, Transmisi listrik menyalurkan tenaga listrik arus


bolak-balik tiga fasa melalui Tower .

Tegangan generator paling tinggi yang dapat dibangkitkan oleh


pembangkit listrik adalah 23 kV.

Pada saat ini, dalam tingkat riset sedang dikembangkan generator


yang dapat membangkitkan tegangan listrik sampai 150 kV.

Diagram satu garis instalasi tenaga listrik pada pusat pembangkit


listrik sederhana ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

222
PEMUTUS TENAGA :
adalah saklar yang digunakan untuk menghubungkan
/memutuskan arus/daya listrik sesuai ratingnya. Oleh
karena PMT digunakan untuk memutus beban maka harus
dilengkapi dengan pemadam busur api.

223
a)

1. Jenis PMT berdasarkan media pemadam busur apinya

a. PMT dengan menggunakan minyak banyak (Bulk Oil


Circuit Breaker)
b. PMT dengan menggunakan minyak sedikit (Low
Oil Content Circuit Breaker)
c. PMT dengan media hampa udara (Vacuum Circuit
Breaker)
d. PMT dengan udara hembus (Air Blast Circuit Breaker)
e. PMT dengan media gas SF6

224
2. Jenis PMT berdasarkan
mekanis penggeraknya :
- Pegas
- Pneumatik
- Hidrolik

225
226
Proteksi
Proteksi sitem tenaga listrik adalah suatu proses menjadikan
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, dan Pemanfaatan (konsumsi)
enegi listrik seaman mungkin dari efek-efek kegagalan dan kejadian
yang menempatkan sistem tenaga pada risiko.

Tidak mungkin kita menjadikan sistem tenaga listrik 100% aman


(safe) atau 100% dapat diandalkan (reliable), karena biayanya akan
sangat mahal.

Oleh karena itu perlu penilaian risiko (risk assessment) untuk


menentukan tingkat bahaya yang dapat diterima terhadap
kecelakaan atau biaya akibat kerusakan.

227
Tujuan proteksi dan koordinasi sistem listrik
menurut ANSI/IEEE Std 242 1986/2001
Prinsip Utama :
Tujuan dari proteksi dan koordinasi sistem listrik
adalah :
 Mencegah kecelakaan pada manusia

 Meminimalisasi kerusakan pada peralatan

 Membatasi durasi pemadaman listrik


Note :
ANSI = American National Standards Institute
IEEE = Institute of Electrical and Electronics Engineers
228
Proteksi Utama pemutus Listrik

Circuit Breaker (CB)


a). MCB (Miniatur Circuit Breaker) : bisa trip sendiri
b). MCCB (Molded Case Circuit Breaker) : bisa trip sendiri
c). ACB (Air Circuit Breaker) : ada yang bisa trip sendiri,
ada yang dilengkapi Protective Relays
d). OCB (Oil Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays
e). VCB (Vacuum Circuit Breaker) : dilengkapi Protective
Relays
f). SF6CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) :
dilengkapi dengan Protective

229
Keterangan :
1. Bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik
pembuat
7. Unit magnetik trip

230
Gambar MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)
ACB (Air Circuit Breaker)
Gambar ACB (Air Circuit Breaker)

􀁸 LV-ACB:
Voltage = 250V dan 660V
Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-
170kA

231
OCB (Oil Circuit Breaker)
Gambar OCB (Oil Circuit Breaker)

232
VCB (Vacuum Circuit Breaker)

233
SF6 CB
(Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)

Rating tegangan CB
antara 3.6 KV - 760 KV.

234
Circuit Breaker dengan Rele
Proteksi

235
Penyesuaian kebutuhan daya

1. Analisis kebutuhan daya maksimum


berdasarkan gambar perencanaan
a.Kebutuhan Transmisi daya
b.Check name plateTransformator

236
237
Latihan perhitungan

SLD TRANSMISI

238
239
240
241
Persyaratan K3 perencanaan
instalasi listrik pada Transmisi listrik

1.Penentuan daerah aman pada area


Transmisi listrik berdasarkan gambar
perencanaan
2.Tata letak peralatan, dan perlengkapan dari
aspek lingkungan berbahaya

242
Teori dasar teknik perencanaan
instalasi listrik pada Transmisi listrik

1.Gambar perencanaan instalasi listrik:


a.Simbol-simbol
b.Diagram garis tunggal

243
244
245
246
Persyaratan K3 peralatan dan
perlengkapan pada dokumen
perencanaan Instalasi Transmisi
listrik
1. Transformator
2. SUTT/Sutet Tower Lattice
3. Gardu Induk
4. Pemisah (PMS)
5. Pemutus Tenaga Listrik (PMT)

247
Spesifikasi teknis perlengkapan,
peralatan listrik bersertifikasi pada
Transmisi listrik
Spesifikasi teknis perlengkapan dan peralatan
listrikberdasarkan dokumen perencanaan Transmisi
listrik
1. Transformator
2. SUTT/Sutet Tower Lattice
3. Gardu Induk
4. Pemisah (PMS)
5. Pemutus Tenaga Listrik (PMT)

248
Perencanaan sistem proteksi pada
instalasi Transmisi listrik
Jenis sistem proteksi pada sistem transmisi listrik
1. Penyalur petir
2. Pembumian gedung Gardu Induk
3. Tegangan surja
4. Pembumian
a. Sistem
b. Peralatan
c. Petir

249
Persyaratan administrasi K3

1.SDM
(contoh sertifikat keahlian)
2.Lembaga
(contoh dokumen pengesahan / perijinan)

250
Penyusunan laporan hasil
pemeriksaan dokumen perencanaan

1.Checklist
2.Rekomendasi (formulir laporan dan rekomendasi)

251
BAB 2 POKOK BAHASAN (MACHINE DAN MATERIAL)
No. Obyek Hasil Rujukan Metode Remarks
Data Transmisi line (Desain,
1 Ada / Tidak ada PUIL 2000 Bagian 8.22.6.3.6 Penilaian Dokumen
Survey, Engineering Survey)
Permen pertambanganenergi 1
2 Data Pemetaan Lokasi Ada / Tidak ada Penilaian Dokumen
tahun 1992
Permen ESDM 18 tahun 2015,
3 Desain Manual Sesuai/Tidak Permen pertambanganenergi 1 Penilaian Dokumen
tahun 1992 ( Lihat Tabel)
4 Data sheet insulator Ada / Tidak ada Manufaacturing standard Penilaian Dokumen
5 Jarak aman Konduktor ke GSW Ada / Tidak ada Permen ESDM 18 tahun 2015 Penilaian Dokumen
Permen ESDM 18 tahun 2015,
6 Plan Drawing Profile Ada / Tidak ada Permen pertambanganenergi 1 Penilaian Dokumen
tahun 1992
Data beban struktur dan faktor
7 Ada / Tidak ada Penilaian Dokumen
kelebihan beban
8 Data Uji pondasi Ada / Tidak ada Penilaian Dokumen
9 Drawing Struktur Ada / Tidak ada Penilaian Dokumen
10 Guyed Drawing (Andon) Ada / Tidak ada Penilaian Dokumen
11 Accessories Hardware Ada / Tidak ada Manufacuring Standard Penilaian Dokumen
12 Hasil Grounding Test Sesuai / Tidak PUIL 2000 3.13.2.10 <5 Ω Pengukuran
13 Data Hasil Concrete test Ada / Tidak ada K225 Penilaian Dokumen
14 Data Hasil Tension Test Ada / Tidak ada Penilaian dokumen
15 Data Hasil Hi-Pot Test Ada / Tidak ada Penilaian dokumen
16 Data Hasil Energize test Ada / Tidak ada Penilaian Dokumen
17 Document Hand over Manfacturing Standard Penilaian Dokumen
BAB 2 POKOK BAHASAN (MAN POWER)

No. Obyek Hasil (Ada/ tidak) Rujukan Metode

Sertifikat terkait dengan Ada / Tidak ada Permenaker No. 38 tahun 2016 Penilaian Dokumen
1
kompetensi operator

2 Sertifikat Teknisi Listrik Ada / Tidak ada UU No. 30 tahun 2009 Penilaian Dokumen

3 Sertifikat Ahli K3 Listrik Ada / Tidak ada Permenaker no. 12 tahun 2015 Penilaian Dokumen

4 Pelatihan dasar K3 Ada / Tidak Penilaian Dokumen

Ada / Tidak Kepmenaker RI No. 186/Men/1999 : Penilaian Dokumen


Unit Penanggulangan Kebakaran di
Pelatihan Fire drill/ Fire Tempat Kerja
5
Fighting Permenaker RI No. 02/Men/1992 :
Tata Cara Penunjukkan, Wewenang &
Kewajiban Ahli K3
254

Anda mungkin juga menyukai