Anda di halaman 1dari 33

Astigmatisme Miopia

Kompositus + Presbiopia ODS +


Pterigium Grade II Oculi Sinistra

Rahma Yunita, S.Ked


712022077

dr. Hj. Hasmeinah, Sp.M


BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk
ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Struktur mata yang
berkontribusi dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous dan vitreous humor. Kelainan
Mercury Venus
refraksi ini terjadi apabila fungsi refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan sempurna.
Mercury is the smallest planet of Venus is the second planet from
Kelainan refraksi secara umum dapat dibagi menjadi 4 bentuk yaitu miopia, hiperopia,
them all the Sun
astigmatisma, dan presbiopia. Penyebab kelainan refraksi dapat diakibatkan karena kelainan
kurvatur atau kelengkungan kornea dan lensa, indeks bias atau refraktif, dan kelainan aksial atau
sumbu mata. Kelainan refraksi dapat terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

Mars
umur, jenis kelamin, ras, lingkungan dan genetik. Jupiter
DiDespite
daerah tropis
being red,seperti
Mars isIndonesia, denganJupiter
paparan
is thesinar matahari
biggest tinggi, risiko
planet in
actually
timbulnya pterigium 44xa lebih
cold place
tinggi dibandingkan daerah nonthe Solardengan
tropis, System prevalensi untuk
orang dewasa >40 tahun adalah 16,8%, laki-laki 16,1%, dan perempuan 17,6%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Media Refraksi Mata

Kornea Lensa
Kornea dewasa rata-rata mempunyai struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna
tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 dan hampir transparan sempurna. Tebalnya
mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa
mm. digantung di belakang iris oleh Honula
yang menghubungkannya dengan badan
siliare.

Humor Aqueous
Humos Vitreus
Humor aqueous mengalir di sekitar lensa
dan melewati pupil ke ruang anterior.
Sebagian air keluar mata melalui lorong-
suatu badan gelatin yang jernih dan
lorong dari trabecular meshwork.
avaskular yang membentuk dua pertiga
dari volume dan berat mata
Fisiologi Mata
Pada proses akomodasi terjadi perubahan bentuk lensa yang
dihasilkan oleh kinerja otot siliaris pada serabut zonular. Ketika
lensa berakomodasi, kekuatan refraksi akan bertambah.
Perubahan kekuatan refraksi yang diakibatkan oleh akomodasi
disebut sebagai amplitudo akomodasi. Umumnya orang dewasa
pada umur 40 tahun memiliki amplitudo sebesar 4-8 dioptri, dan
bahkan kurang dari 2 dioptri pada usia di atas 50 tahun. Proses
akomodasi dimediasi oleh serabut parasimpatis nervus
okulomotor (N. kranial III).
Kelainan Refraksi
Definisi Klasifikasi Tatalaksana
kondisi cacat optik dimana gambar
1. Koreksi lensa
objek yang dilihat tidak sesuai 1. Miopia 2. Orthokeratology
dengan bidang retinal sehingga 2. Hipermetropia 3. Bedah refraksi
menyebabkan penglihatan kabur. 3. Astigmatisme
4. presbiopia

01 02 03 04 05
Epidemiologi Teknik Pemeriksaan
Sekitar 148 juta atau 51% penduduk di 1. Pemeriksaan Refraksi Objektif : Retinoskopi,
Amerika Serikat memakai alat Autorefraktometer
pengkoreksi gangguan refraksi, dengan 2. Pemeriksaan refraksi subjektif : Pemeriksaan Visus,
penggunaan lensa kontak mencapai 34 Trial frame dan trial lens, Pemeriksaan dengan
juta orang. Jackson Cross Cylinder
Kelainan Refraksi
06 07
Komplikasi Prognosis
Astigmatisme yang tidak dirawat Kacamata dan kontak lensa dapat mengoreksi penglihatan
pada orang dewasa dapat pasien menjadi 5/5. Operasi mata dapat memperbaiki
menyebabkan ketidaknyamanan pada kelainan mata pada orang yang memenuhi syarat. Sekitar 30
mata, mata menjadi penat dan % dari semua orang memiliki silindris, dalam sebagian besar
terkadang sakit kepala. kasus kondisi tidak berubah banyak setelah usia 25 tahun.
Derajat
Pterigium Pterigium juga dapat dibagi ke dalam 4 derajat yaitu :
Derajat 1 : jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea.
Derajat 2 : jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih
dari 2 mm melewati kornea.
Manifestasi Klinis Derajat 3 : sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil
Secara klinis pterigium muncul sebagai lipatan
dalam keadaan normal sekitar 3 – 4 mm)
berbentuk segitiga pada konjungtiva yang meluas
Derajat 4 : pertumbuhan pterigium melewati pupil sehingga
ke kornea pada daerah fissura interpalpebra.
mengganggu penglihatan.

Definisi Faktor Risiko


pertumbuhan fibrovaskuler non- 1. Radiasi Ultraviolet  paparan sinar matahari
maligna konjungtiva yang biasanya 2. Faktor Genetik  riwayat keluarga
mencapai kornea berbentuk segitiga; 3. Usia  meningkat seiring bertambah usia
terdiri dari degenerasi fibroelastis 4. Pekerjaan  berhubungan dengan sinaer UV
dengan proliferasi fibrotik yang 5. Infeksi  Human Papiloma Virus (HPV)
dominan, puncaknya terletak dikornea 6. Faktor risiko lainnya  kelembaban rendah, paparan
dan dasarnya terletak di perifer. asap rokok, pasir
Diagnosis Banding
Pterigium Pseudopterigium Pinguekula OSSN
Sebab Proses Reaksi tubuh Iritasi atau Dysplasia
degeneratif penyembuhan kualitas epitel sel
dari luka bakar, higenitas air squamous
GO, difteri, dll yang kurang

Sonde Tidak Dapat -


dimasukkan dimasukkan
dibawahnya dibawahnya
Kekambuhan Residitif Tidak Tidak Tidak
Usia Dewasa Anak-anak Dewasa dan Dewasa
anak-anak

Lokasi Subkonjungtiva Bisa terjadi Terbatas Di sekitar


yang dapat dimana saja pada daerah
mencapai konjungtiva limbus
kornea bulbi
Pterigium
Komplikasi
distorsi dan/atau pengurangan penglihatan sentral,
kemerahan, iritasi, jaringan parut/skar pada
konjungtiva dan kornea serta keterlibatan yang luas
dari otot-otot ekstraokuler dapat membatasi motilitas
okular dan berkontribusi terhadap terjadinya diplopia.

Tatalaksana Prognosis
1. Terapi konservatif  topical Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah
lubricating drops, penggunaan baik. Rekurensi pterigium setelah operasi masih merupakan
kacamata UV suatu masalah. Umumnya rekurensi terjadi pada 3-6 bulan
2. Terapi pembedahan  eksisi pertama setelah operasi.
(mengganggu visus, gerakan bola
mata, progresif, mendahului suatu
operasi intraokuler, kosmetik.
Laporan
kasus
Identitas pasien
Nama Tn. A
Tempat/Tanggal Lahir 06 Juni 1956
Umur 67 Tahun
Agama Islam
Pekerjaan Tidak Bekerja
Alamat Bagus Kuning
Jenis Kelamin Laki-laki
Pendidikan SMA

Dokter yang Merawat dr. Hj. Hasmeinah, Sp. M


Dokter Muda Rahma Yunita, S. Ked.
Anamnesis pasien
Tanggal Pemeriksaan : 09 November 2023

Keluhan Utama :
Kedua mata kabur sejak 3 bulan yang lalu.

Keluhan Tambahan :
Pandangan mata kanan dan kiri kabur saat melihat objek seperti berbayang (penglihatan ganda) dan
keluhan dirasakan perlahan semakin lama semakin memberat.
Anamnesis pasien
1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan keluhan kedua mata kabur dan berbayang
(penglihatan ganda) sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh sering merasa pusing saat beraktivitas. Penurunan
penglihatan dirasakan perlahan yang semakin lama semakin memberat dan mulai mengganggu aktivitas.
Riwayat trauma dan penggunaan obat-obatan tetes mata yang lama sebelumnya disangkal. Pasien juga mengatakan tidak
pernah menggunakan kaca mata sebelumnya dan tidak pernah operasi mata. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
steroid lama sebelumnya, maupun keluhan serupa sebelumnya.
Pasien memiliki riwayat penyakit jantung. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama. Keluhan
lainnya seperti mata ada yang mengganjal (-/-), sekret mata (-/-), mata berair (-/-), mata pedih (-/-), mual (-) muntah (-).

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat hipertensi (-),
Riwayat penyakit jantung (+),
Riwayat pemakaian kacamata (-),
Riwayat operasi mata (-),
Riwayat trauma pada mata (-),
Riwayat konsumsi obat-obatan (-)

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat dalam keluarga yang memiliki keluhan yang serupa (-)
Pemeriksaan fisik
dan penunjang
Status oftamologis
Status oftamologis
Status oftamologis
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 20/80 PH 20/40 20/80 PH 20/40
2. Tekanan Intra Okuler N N
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
Status oftamologis
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
Status oftamologis
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (+)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)

Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)


Status oftamologis
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Limbus kornea
Arkus senilis (+) (+)
Bekas jahitan (-) (-)
Status oftamologis
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
Status oftamologis
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar ± 3mm ± 3mm
Regularitas Reguler Reguler
Isokoria Isokor Isokor
Letak Central Central

Refleks cahaya langsung (+) (+)

Seklusio pupil (-) (-)


Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Keruh Keruh
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi
(-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Papil
- warna papil Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- bentuk Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- batas Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Retina
- warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- perdarahan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- eksudat Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Makula lutea Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Status oftamologis
Pemeriksaan Penunjang:
-
Anamnesis
Pasien datang ke Poli Mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan keluhan kedua mata
kabur dan berbayang (penglihatan ganda) sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh sering merasa
pusing saat beraktivitas. Penurunan penglihatan dirasakan perlahan yang semakin lama semakin
memberat dan mulai mengganggu aktivitas.
Status oftamologis
Pemeriksaan Oftalmologikus

OD OS
20/80, PH 20/40 Visus 20/80, PH 20/40
Konjungtiva
Tidak ada kelainan Pterigium (+)
Daftar Masalah: Bulbi

1. Penglihatan mata kanan dan kiri kabur dan berbayang (penglihatan ganda).
2. VOD : 20/80, PH 20/40
3. VOS : 20/80, PH 20/40
4. Pterigium Grade II pada mata kiri

Kemungkinan Penyebab Masalah :


1. Astigmatisme Miopia Kompositus Oculi Dextra et Sinistra
2. Presbiopia Oculi Dextra et Sinistra
3. Pterigium Grade II Oculi Sinistra
Status oftamologis
Tatalaksana
a. Komunikasi, Informasi dan Edukasi :
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi : Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang di
deritanya (definisi, penyebab, faktor resiko, dan rencana tindakan selanjutnya)
- Edukasi kepada pasien bahwa gangguan refraksi yamg dialami pasien mengharuskan pasien untuk
menggunakan kacamata agar dapat kembali melihat dengan baik dan jelas.
- Edukasi untuk mengistirahatkan mata setiap 30-60 menit di sela pekerjaan terutama membaca atau
menggunakan komputer dalam waktu lama, gunakan penerangan yang cukup, atur jarak baca yang
tepat (>30cm), jangan membaca dengan posisi tidur.
b. VOD : 20/80 Ph (+) 20/40
BCVA : S – 1,25 C – 1,00 @900 add S + 3,00 □ 6/6
c. VOS : 20/80 Ph (+) 20/40
BCVA : S – 1,00 C – 0,25 @600 add S + 3,00 □ 6/6
d. Rujuk kepada spesialis mata berkompeten untuk pertimbangan dilakukan tatalaksana definitif
selanjutnya
Analisa kasus
Analisis kasus
Keluhan kedua mata kabur dan berbayang (penglihatan ganda) sejak 3 bulan yang lalu. hal ini merupakan
gejala dari kelainan refraksi yang ditandai dengan penurunan visus perlahan.

VOD 20/80 pinhole + 20/40 dan VOS 20/80 pinhole + 20/40  pasien mampu melihat pada jarak 20 kaki
yang pada orang normal dapat melihat dari jarak 80 kaki. Pinhole + maknanya terdapat gangguan refraksi,
Usia pasien (67 tahun) termasuk dalam klasifikasi presbiopia  diberi add +3,00 ODS

Pada kasus ini didapatkan bahwa pasien mengalami astigmatisme miopia kompositus + presbiopia oculi
dextra et sinistra yang didapatkan dari hasil pemeriksaan visus. Diagnosis ini ditentukan berdasarkan gejala-
gejala dan tanda yang ada pada pasien serta pemeriksaan oftamologi pasien yakni penglihatan kabur dan
berbayang saat melihat objek pada mata kanan dan kiri dan mengeluh pusing saat beraktivitas serta
terjadinya kemajuan visus saat dilakukan pemeriksaan pin hole.
Analisis kasus
Tatalakasana pada pasien ini adalah degan menggunakan koreksi lensa dengan penggunaan lensa silindris
dengan pemberian kacamata. Pada kasus ini koreksi lensa pada OD S -1,25 C -1,00 dengan axis 90 0 add S
+3,00 dan OS S -1,00 C -0,25 axis 60 0 add S +3,00. Pasien juga diberikan edukasi Istirahat mata setiap 30-
60 menit di sela pekerjaan terutama membaca atau menggunakan komputer dalam waktu lama, gunakan
penerangan yang cukup, atur jarak baca yang tepat (>30cm), dan jangan membaca dengan posisi tidur.
Kesimpulan
Kesimpulan
Gangguan refraksi astigmatisme dapat ditandai dengan penglihatan kabur dan berbayang atau melihat double
disertai dengan kelelahan pada mata. Pada kasus ini dapatkan pasien mengalami Astigmatisme Miopia Kompositus
+ Presbiopia Oculi Dextra et Sinistra + Pterigium Grade II Oculi Sinistra.

Pada kasus ini tatalakasana pada pasien ini adalah dengan menggunakan koreksi lensa dengan penggunaan lensa
silindris dengan pemberian kacamata. Pada kasus ini koreksi lensa pada OD S -1,25 C -1,00 dengan axis 90 0 add
S +3,00 dan OS S -1,00 C -0,25 axis 60 0 add S +3,00.

Selain koreksi lensa pasien juga diberikan edukasi Istirahat mata setiap 30-60 menit di sela pekerjaan terutama
membaca atau menggunakan komputer dalam waktu lama, gunakan penerangan yang cukup, atur jarak baca yang
tepat (>30cm), dan jangan membaca dengan posisi tidur.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai