Anda di halaman 1dari 10

BEHAVIORAL

SAFETY
PROGRAM
Kelompok 2
Kelompok 2 :

● Ifkar Muslim 207052814


● Risma Eka Yulianti 207052817
● Mysia Charrisma Trinita 207052819
● Ladyesta Tinka Martiza 207052824
STUDI KASUS
Penerapan Behavior Based Safety (BBS) dalam upaya mengurangi potensi risiko kecelakaan
telah banyak diterapkan di berbagai industri. Namun, penerapannya dengan metode DO IT
(Define, Observed, Intervene Test) untuk merubah perilaku unsafe masih jarang diterapkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana mengidentifikasi tahapan penerapan Behavior
Based Safety dengan metode DO IT, bentuk intervensi apa saja yang diberikan dalam upaya
memodifikasi perilaku pekerja pada petugas Pertamina di Kota Makassar.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan observasional. dengan behavior
based safety menggunakan metode DO IT Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
telaah dokumen, dan wawancara. Tahap Observe yaitu mengamati perilaku yang telah
ditentukan, diperoleh skor awal bahwa tingkat penerapan APD pada pekerja sebesar 66,6%.
sebagian besar pekerja telah menunjukkan perilaku aman (56,6%).
METODE
DO IT adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengubah perilaku pekerja dalam proses
behavior based-safety (BBS). Jika Anda menerapkan BBS, tentu saja
tujuannya adalah untuk mengubah perilaku pekerja yang tidak aman
(unsafe act) menjadi perilaku pekerja yang aman (safe act).
Kelihatannya mudah, namun jika dilaksanakan ternyata tidak mudah
untuk mengubah perilaku seseorang dalam bekerja, apalagi yang akan
diubah adalah perilaku banyak orang dalam perusahaan.
BSP
1. Assess Cultural Maturity or Readiness
Tidak adanya pemilihan behavioral safety program yang sesuai dengan level
kematangan organisasi serta survei mengenai safety climate.

2. Gain Management & Workforce Support & Ownership


Tidak adanya pemilihan program dan bagaimana cara program diterapkan, namun
ada disebutkan peran supervisor atau pemangku kebijakan untuk
mensosialisasikan metode sebagai salah satu usaha untuk mencegak kecelakaan
kerja.

3. Behavioral Safety Training


Terdapat pelatihan pekerja yang wajib diikuti seluruh pekerja baru, materi yang
harus dipahami oleh pekerja antara lain ialah Dasar Pemadam Kebakaran dan H2S.
Pelaksanaan pelatihan mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI PER.09/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
4. Specify Critical Behaviours
Teknik yang digunakan ialah menggunakan metode DO IT dimana dilakukan melalui
observasi dan pengukuran. Proses observasi dibantu dengan Critical Behavior
Checklist (CBC) dan alat Visible Safety Leadership.

5. Establish Baseline
Yang menjadi objek penelitian adalah tenaga kerja, proses kerja, potensi bahaya
yang ada, sikap kerja, peralatan dan mesin yang digunakan di Central Processing
Area JOB Pertamina. Instrumen yang digunakan dalam penelitian dari metode DO IT
ini adalah lembar observasi atau daftar periksa, pedoman wawancara, dan alat
lain seperti perekam telepon genggam, dan kamera telepon genggam untuk
dokumentasi

6. Modify Environment, Equipment or Systems


Tidak ada disebutkan modifikasi yang dilakukan terhadap lingkungan, alat maupun
sistem.
7. Monitor Performance
Tahap observasi menjadi upaya pemantauan sesuai dengan sasaran BBS, yang
selanjutnya dilakukan tahap intervensi untuk memperbaiki perilaku berisiko
yang ditemukan dari observasi pekerja Pertamina.

8. Review Critical Behaviours


Tidak adanya daftar perilaku kritis secara periodik serta perilaku kritis apa
yang sudah dirubah.

9. Conduct Observations
Masih terdapat beberapa karyawan yang melakukan praktik berisiko saat
mengenakan APD, sehingga menghasilkan tingkat penerapan APD mencapai
66,6%.
10. Provide Feedback
Tahapan implementasi BBS yang dianalisis menggunakan metode DO IT
mengacu pada 5 kriteria menjadi salah satu metode yang efektif dan efisien
dalam melakukan pengawasan kesehatan dan keselamatan pekerja.

11. Review & Goal Setting


Implementasi BBS yang dianalisis menggunakan metode DO IT mengacu pada
5 kriteria. Pada tahap Define untuk menjelaskan prioritas sasaran BBS kepada
perusahaan pertamina. Tahap observasi merupakan upaya pemantauan
sesuai sasaran BBS. Kemudian dilakukan tahap intervensi untuk memperbaiki
perilaku berisiko yang ditemukan dari observasi pekerja Pertamina. Dan tahap
pengujian dilakukan untuk mengukur upaya BBS khususnya yang berkaitan
dengan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Metode DO IT merupakan metode yang efektif dan efisien bagi industri yang
belum memiliki sistem manajemen K3 yang baik dalam suatu perusahaan. Hal ini
dikarenakan metode ini mampu dengan cepat mengubah perilaku tidak aman
(unsafe act) menjadi perilaku aman (safe act) dengan biaya yang rendah.

2. Saran
Disarankan agar Pertamina menerapkan metode DO IT dalam melakukan
pengawasan kesehatan dan keselamatan pekerja.

Anda mungkin juga menyukai