Faktor Biologis:
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat
kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut
terlalu cepat atau terlalum lambat
Karakteristik ibu, meliputi
1. Faktor Umur
2. Faktor Pengalaman
3. Faktor Pendidikan
4. Faktor selama Proses Persalinan
5. Faktor Dukungan sosial
Perubahan Fisiologis
1. Retrogresif
Yaitu perubahan sistem reproduksi (involusi/pulihnya kembali alat kandungan ke
keadaan sebelum hamil) dan sistemik.
A. Uterus
- Pada kala tiga TFU setinggi umbilikus dan beratnya 1000 gram. Selama 7-10 hari pertama
mengalami involusi dengan cepat. Post natal 12 hari sudah tidak dapat diraba melalui abdomen,
setelah 6 minggu ukuran seperti sebelum hamil setinggi 8 cm dengan berat 50 gram. Involusi
disebabkan oleh:
- Kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terus-menerus sehingga terjadi kompresi
pembuluh darah yang menyebabkan anemia setempat dan akhirnya menjadi iskemia.
- Otolisis: Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tinggal jaringan fibro-
elastik.
- Atrofi: Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen kemudian mengalami atrofi akibat
penghentian produksi estrogen.
B. Lokhea
Yaitu pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Jenisnya:
1. Rubra (hari 1-4) jumlahnya sedang, berwarna merah, terutama lendir dan darah.
2. Sanguinolenta berwarna coklat, terdiri dari cairan bercampur darah.
3. Serosa (hari 4-8) jumlah berkurang dan berwarna merah muda.
4. Alba (8-14) jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna.
C. Serviks
Setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki 2-3 jari tangan, setelah 6 mingu
serviks menutup.
D. Vulva dan vagina
Dalam beberapa hari setelah persalian dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
kembali dalam keadaan tidak hamil, rugae berangasur-angsur muncul kembali dan labia
lebih menonjol. Himen mengalami ruptur dan yang tersisa hanya kulit (karunkulae
mirtiformis).
E. Perineum
Pada post natal hari ke-5 sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya.
F.Payudara
Menjadi lebih besar, lebih kencang, mula-mula nyeri tekan sebagai reaksi terhadap
perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
G. Traktus urinarius
Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Terdapat spasme spigter dan edema leher buli-
buli. Urin dalam jumlah besar dihasilkan dalam waktu 12-36 jam post partum. Ureter akan
kembali normal dalam waktu 6 mingu.
H. Sistem Gastrointestinal
Diperlukannya waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Asupan makanan berkurang,
gerak tubuh berkurang, usus bagian bawah sering kosong.
I. Sistem Kardiovaskuler
Jumlah sel darah merah dan Hb kembali normal setelah hari ke-5.
J. Hormonal
Prolaktin: diproduksi hipofise anterior untuk memproduksi ASI, meningkat saat putting
dirangsang oleh penghisapan bayi, menyebabkan amenorea.
Oksitosin: merangsang kontraksi myoepitel sehingga terjadi ejeksi dan ASI keluar,
menyebabkan kontraksi uterus yang membantu involusi dan mencegah perdarahan post
partum.
2. Progresif
Berupa laktasi (pembentukan air susu ibu) dan kembalinya menstruasi.
Pembentukan ASI dipacu oleh hormon prolaktin (dihambat oleh estrogen yang dihasilkan
plasenta). Dimulai pada hari 3-4 post partum dengan hormon oksitosin yang berperan dalam
ejakulasinya.
D. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.
Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh dengan lama
6-8 minggu.
Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila saat
hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.
Klasifikasi Perdarahan Postpartum
- Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2008) :
- Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama
kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri.
- Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam
pertama kelahiran. Perdarahan postpartum 13 sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim
yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Atoni uteri
Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
Perdarahan segera setelah anak lahir.
2. Trauma genital
Titik perdarahan terlihat pada perineum, vulva, dan vagina bagian bawah
Titik perdarahan tidak terlihat pada vagina bagian atas, servik dan uterus.
3. Retensio plasenta
Plasenta belum lahir setelah 30 menit.
Perdarahan segera setelah anak lahir.
Uterus kontraksi baik.
Tali pusat putus akibat traksi berlebihan.
Inversio uteri akibat tarikan.
Perdarahan lanjutan
4. Sisa plasenta
Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap.
Perdarahan segera setelah anak lahir.
5. Robekan jalan lahir
Perdaraha segera setelah anak lahir.
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir.
Uterus kontraksi baik.
Plasenta lengkap.
Pucat ,lemah
6. Fragmen plasenta
Nyeri tekan perut bawah
Sub involusi uterus
Perdarahan lebih dari 24 jam setelah persalinan (persalinan sekunder)perdarahan
bervariasi (ringan atau berat, terus menerus atau tidak beraturan) dan berbau jika
disertai infeksi
Anemia
Demam
7. Ruptura uteri
Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan intra abdominal dan atau vaginum)
Nyeri perut berat
Nyeri tekan perut
Denyut nadi ibu cepat
F. PATOFISIOLOGI
A.Post partum
Pembengkakan payudara
Mastitis (peradangan pada payudara)
Endometritis (peradangan pada endometrium)
Post partum blues
Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan
pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam
persalinan atau sesudah persalinan.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
Pemeriksaan tambahan (USG, amniosintesis)
Darah lengkap
Kultur uterus dan vaginal
Sonografi: Menentukan adanya jaringan plasenta tertahan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan Khusus : Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-
tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh.
Data Penunjang
Laboratorium
Radiologi
Pemeriksaan tambahan (USG, amniosintesis)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan aktif (perdarahan)
Resiko syok (hipovolemik) b.d. penurunan aliran darah ke jaringan
ditandai dengan hipotensi, hipoksia
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d. penurunan perfusi darah
ke perifer
Resiko infeksi b.d. trauma jaringan, stasis cairan tubuh, penurunan Hb
Nyeri akut b.d. trauma/distensi jaringan
Ansietas b.d. perubahan dalam fungsi peran
Koping individu tidak efektif b.d. stress kelahiran, konsep diri
negative, system pendukung, yang tidak adekuat
Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan b.d. depresi
mental dan efek pada keluarga
RENCANA KEPERAWATAN
N
o Diagnosa Analisa Data Intervensi
.
Kekurangan volume cairan Tujuan: O:
1. b.d. kehilangan cairan aktif - Intake cairan meningkat - Monitor vital sign
(perdarahan) - Monitor status hidrasi
Kriteria Hasil: - Monitor intake cairan dan
- Mempertahankan urine hitung intake kalori harian
output sesuai dengan usia - Monitor status nutrisi
dan BB, BJ urin normal, HT N:
normal - Dorong masukan oral
- Tanda-tanda vital normal E:
- Tidak ada tanda dehidrasi - Dorong keluarga untuk
- Turgor kulit <2 detik, membantu pasien makan
membran mukosa lembab, C:
tidak ada rasa haus - Kolaborasikan dengan
berlebihan dokter untuk pemberian
cairan IV
Resiko syok (hipovolemik) b.d. Tujuan: O:
2. penurunan aliran darah ke jaringan - Manajemen syok - Monitor tanda-tanda vital
ditandai dengan hipotensi, hipoksia - Monitor input dan output
Kriteria Hasil: - Monitor tanda awal syok
- Tanda-tanda vital dalam rentang - Monitor tanda inadekuat oksigenasi
normal jaringan
- Irama jantung dalam batas normal N:
- Posisikan pasien supine, kaki
elevasi untuk meningkatkan
preload dengan tepat
E:
- Ajarkan keluarga dan pasien
tentang tanda dan gejala syok
- Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah untuk mengatasi
gejala syok
C:
- Kolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian obat IV
Ketidakefektifan perfusi jaringan Tujuan: O:
3. perifer b.d. penurunan perfusi darah - Perfusi jaringan: Otak membaik - Monitor tanda-tanda vital
ke perifer - Monitor adanya tromboplebitis
Kriteria Hasil: - Monitor adanya paretese
- Tekanan sistol dan diastol dalam N:
rentang normal - Gunakan sarung tangan untuk
- Tidak ada ortostatik hipertensi proteksi
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan E:
tekanan intrakranial (tidak lebih dari - Instruksikan keluarga untuk
15 mmHg) mengobservasi kulit jika asa lesi
atau laserasi
C:
- kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat analgetik
Resiko infeksi b.d. trauma Tujuan: O:
4. jaringan, stasis cairan tubuh, - Status imun - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
penurunan Hb - Kontrol infeksi - Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
Kriteria Hasil: N:
- Klien bebas dari tanda gejala infeksi - Dorong masukan nutrisi yang cukup
- Jumlah leukosit dalam batas normal - Dorong intake cairan
- Dorong istirahat
E:
- Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Instruksikan kepada pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
C:
- Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat
antibiotik
Nyeri akut b.d. trauma/distensi Tujuan: O:
5. jaringan - Level nyeri - Kaji nyeri secara komprehensif PQRST
- Kontrol nyeri - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Kaji tanda-tanda vital
Kriteria Hasil: - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Mampu mengontrol nyeri (tahu - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
penyebab nyeri, mampu menggunakan intervensi
tehnik nonfarmakologi untuk N:
mengontrol nyeri) - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
- Mampu mengidentifikasi nyeri (skala, mengetahui pengalaman nyeri pasien
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
berkurang E:
- Ajarkan teknik penanganan nyeri secara
nonfarmakologi
C:
- Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat
analgesik jika ada keluhan dan tindakan penanganan
nyeri nonfarmakologi tidak berhasil
6. Koping individu tidak efektif b.d.
stress kelahiran, konsep diri -
Tujuan:
Kontrol kecemasan -
O:
Kaji munculnya kemampuan koping
negative, system pendukung, yang - Koping individu efektif positif, misalnya penggunaan teknik
tidak adekuat ralaksasi, keinginan untuk
Kriteria Hasil: mengekspresikan perasaan
- Klien menunjukkan kemampuan - Identifikasi tingkah laku
menyelesaikan masalah penanggulangan yang baru bahwa
- Klien menunjukkan kemampuan untuk klien menunjukkan dan
mengekspresikan perasaannya serta memperkuat adaptasi positif
menunjukkan kemampuan memenuhi N:
kebutuhan fisilogis dan psikologis - Sediakan lingkungan yang tenang
dan tidak memanipulasi serta
menentukan apa yang dibutuhkan
klien
- Terapkan hubungan terapeutik
perawat- klien
E:
- Dorong klien untuk berbicara
mengenai apa yang terjadi saat ini
dan apa yang telah dilakukan untuk
mengatasi perasaan ansietas
C:
- Kolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian obat antidepresan jika
tingkat kecemasan klien meningkat
Koping keluarga yang tidak efektif, Tujuan: O:
7. ketidak nyamanan b.d. depresi - Koping keluarga efektif - Kaji tingkat ansietas yang muncul
mental dan efek pada keluarga pada keluarga atau orang
Kriteria Hasil: terdekat
- Klien menunjukkan kemampuan - Kaji masalah sebelum sakit/
untuk menunjukkan identifikasi tingkah laku saat ini yang
sumber-sumber dalam diri sendiri mengganggu perawatan/ proses
untuk berhadapan dengan situasi penyembuhan klien
- Klien menunjukkan kemampuan - Kaji tindakan orang terdekat
untuk menghadapi situasi dengan sekarang ini dan bagaimana
caranya sendiri mereka diterima oleh klien
N:
- Ikut sertakan orang terdekat
dalam pemberian informasi,
pemecahan masalah dan
perawatan klien sesuai
kemungkinan
E:
- Dorong pencarian bantuan situasi
kebutuhan memberikan informasi
mengenai orang dan institusi yang
tersedia bagi mereka
C:
- Kolaborasikan dengan dokter
untuk pemberian obat
antidepresan jika tingkat
kecemasan klien meningkat