Anda di halaman 1dari 43

KEGAWATDARURATAN

PSIKIATRI
DR. EMIR ABDULLAH, SPKJ
Bag. Psikiatri FK Unsyiah
Rumah Sakit Jiwa Aceh
Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam
pikiran, perasaan, atau tindakan yang membahayakan diri
dan hidup individu bersangkutan yang memerlukan
intervensi teraputik segera.
Kasus kedaruratan psikiatri adalah:
Gaduh Gelisah
Violence (tindak Kekerasan)

Suicide (bunuh diri) dan

Homicide (keinginan membunuh)


Delirium

Gejala Ekstra Piramidal akibat

penggunaan obat
Yang perlu diperhatikan untuk pelayanan
Kegawatdaruratan Psikiatri
Keamanan
Ruangan Khusus
Akses yang berhubungan dng Ruang
Gawatdarurat Medik
Tersedia obat Psikofarmaka
Staf (tim) yang bertugas harus memiliki
keterampilan khusus
Sikap dan perilaku staf dan pasien
Evaluasi
Evaluasi yaitu:
Menentukan diagnosis awal
Identifikasi faktor presipitasi dan

kebutuhan segera bagi pasien


Mulai terapi atau merujuk pasien ke

fasilitas yang sesuai


Hal yang perlu diperhatikan

Keamanan pasien
Menentukan Kedaruratan Medik atau Kedaruratan
Pskiatri
Psikosis, bukan diagnosis
Pasien Suicidal atau Homicidal
Kemampuan merawat diri sendiri
Gaduh Gelisah
Keadaan gaduh gelisah bukan suatu diagnosis, tetapi
gambaran perilaku kacau, suara keras (berteriak-
teriak), jalan mondar-mandir, sering melakukan
tindak pengrusakan (destructive) dan permusuhan
(hostile).
Gaduh gelisah disebabkan (etiologi) antara lain.
Psikosis Organik
Psikosis Fungsional
Kecemasan atau Reaksi stress akut
Gejala
Terjadi akut atau sub akut. Berupa Gejala
Psikomotor:
Jalan mondar mandir ,berlari-lari atau jalan bergegas
Meloncat-lancat
Gerakan tangan dan kaki serta mimik dan suara cepat
dan hebat/keras
Ekspresi bingung, marah atau ketakutan (gangguan
afek-emosi)
Cara berpikir capat dan sering terdapat waham
referensi (ideas of reference)
Ada halusinasi visual (terutama pada Gangguan Mental
Organik akut), atau halusinasi auditorik (terutama pada
skizofrenia)
Psikosis Organik

Psikosis organik yang sering menimbulkan gaduh


gelisah adalah Delirium dan Kebingungan post
konvulsi
Delirium

Delirium merupakan suatu ganguan


metabolisme otak yang difus di kedua belahan
hemisferium yang menyebabkan terjadi
perubahan kesadaran, onset bisa perlahan-lahan
atau mendadak dan hilang timbul (up and down)
Gejala gangguan psikiatrik yang bisa ditemukan adalah
- Gangguan kognitif
- Gangguan mood
- Gangguan Persepsi
- Gangguan perilaku

Gejala neurologis yang sering adalah


- Tremor
- Nistagmus
- Inkordinasi
- Inkontinensia urin
 Etiologi bermacam-macam

 Kriteria diagnostik Delirium untuk kondisi


medik umum (PPDGJ III)
Kebingungan Post Konvulsi
terjadi setelah:
 serangan epilepsi grand mal
terapi kejang listrik (ECT).
Penatalaksanaan :
memegang kedua tangan pasien
bujuk dengan kata-kata yang menentramkan
biasanya 15 menit pasien sudah tenang
Bila tetap bingung ij. Diazepam 10 mg iv.
Psikosis Fungsional

yang sering menyebabkan gaduh gelisah antara lain:


Psikosis Akut
Skizofrenia Furor Kataton
Gangguan Afektif Mania
Psikosis Akut
onsetnya mendadak setelah sesudah terjadi stress psikologik.
Sehingga menyebabkan frustrasi, konflik, tekanan atau
krisis. Stres mendadak,hebat dan harus jelas , misalnya :
 kehilangan orang yang dicintai
 kegagalan pekerjaan
 kerugian atau kebangkrutan
 bencana

Diferensail Diagnosis Stres Akut Psikosis aAkut


• Perhatian bisa dialihkan • Bisa • Tidak bisa

• Perlansungan • Beberapa jam • Tidak dapat ditentukan

• Halusianasi • Tidak ada • Ada


• Waham • Tidak ada • Ada
Furor Kataton

 Otot berkontraksi maksimal (rigiditas)


 Menahan atau melawan tenaga yang mengekang
(negativistik)
 Gagguan arus pikir selalu ditemukan (inkoherensi
dan asosiasi longgar)
 Ada waham persekutorik.
Gangguan Afektif Mania

 tidak ditemukan inkoherensi,


 Arus fikir (flight of ideas)
 mood dan afek eforia
 ide kebesaran mirip waham; segala sesuatu mudah
dilakukan
 pembicaraan membanjir (logorrhoe)
 boros
Violence
(Tindak Kekerasan)

Tindak kekerasan adalah suatu tindakan agresi fisik


yang dilakukan seseorang terhadap orang lain atau
terhadap diri sendiri.
Tindak kekerasan pada diri sendiri (melukai atau
menyakiti diri sendiri) disebut mutilasi, mengakhiri
hidup sendiri disebut perilaku bunuh diri atau
behavior suicide.
Penyebab

 Pengguna minuman beralkohol dan narkotika.


 Ada riwayat tindak kekrasan
 Ada riwayat penyiksaan pada masa anak-anak
 Pertimbangan lain kemungkinan terjadi tindak kekerasan adalah.
 Furor kataton
 Depresi agitatif
 Gangguan kepribadian ambang dan antisocial
 Adanya pernyataan pasien bahwa berniat melakukan tindak
kekerasan
 Ada kesempatan atau ada cara untuk terjadi tindak kekerasan
 Laki-laki, usia muda
 Sosioekonomi sangat sederhana
 Pengendalian impuls buruk
 Ada stressor baru
Evaluasi
Lindungi diri sendiri
- Wawancara tidak dilakukan di ruangan yang terdapat
barang yang dapat digunakan sebagai senjata
- Tidak berdekatan dengan pasien
- Duduk dekat pintu
- Tidak membelakangi
- Jangan memakai dasi
Waspada bila teramati
Gigi terkatup erat,
Telapak Tangan dikepal
Mengancam
Jauhkan alat yang dapat digunakan sebagai senjata
(garpu, asbak, pinsil dan lain-lain)
Penatalaksanaan
• Bujuk dan Tenangkan pasien
• Pengikatan
• Menegakkan diagnosis
• Bisa melibatkan aparat hukum
• Terapi psikofarmaka
-Haloperidol 5 mg/ im (perhari atau tiap 12 jam
atau tiap 8 jam)
-Olanzapin injeksi 10 mg im, dapat diulangi 1 jam
kemudian bila pasien belum tenang.
-Lorazepam 2 – 4 mg atau diazepam 5 – 10 mg iv
(perlahan-lahan, 2 menit atau lebih)
•Hindari pemberian antipsikotik pada pasien yang
memiliki riwayat kejang
SUICIDE DAN HOMICIDE
Pengertian: Suicide adalah kematian yang
direncanakan seseorang terhadap dirinya
sendiri
Homicide adalah tindakan yang
menyebabkan orang lain mati atau
berakhir hidupnya.
Identifikasi
Resiko tinggi untuk melakukan bunuh diri seperti
•Laki-laki
•Usia tua
•Hidup menyendiri (isolasi sosial)
•Ada riwayat percobaan bunuh diri atau dalam
keluarga.
•Mengidap penyakit kronis atau nyeri kronis
•Baru menjalani operasi
•Tidak mempunyai pekerjaan
•Sudah meninggalkan wasiat
•Akan melakukan ulang tahun kehilangan yang
erarti dalam hidup
•Ketergangtungan obat atau alkohol
Tanda-tanda Resiko Bunuh Diri
1. Pernyataan berulang-ulang ingin mati
2. Depresi berat
3. Bersdia dihukum berat karena bersalah
4. Napsu makan tak ada
5. Menolak makan-minum untuk suatu tuntutan
6. Psikosis dengan gejala impulsiveness
Krisis Suicidal
Fase sebelum melakukan tindak bunuh diri ditandai
dengan putus asa dan hanya ingin mati (depresi berat)
disebut krisis bunuh diri perasaan sangat sedih dan
putus asa.
2 hal yang perlu diperhatikan yaitu:
Isyarat bunuh diri
Jeritan minta tolong
Fase berikutnya adalah Proses Bunuh diri
Motivasi untuk bunuh diri,
Niat atau gagasan untuk bunuh diri
Penjabaran gagasan,
Krisis , menjerit minta tolong.
Tindak bunuh diri.
Penatalaksanaan
Evaluasi pasien yang gagal melakukan bunuh diri
Tentukan Tingkat kemungkinan mati
Apakah dilakukan secara impulsive atau direncanakan
Perhatikan keadaan pasien bila tertolong, kecewa atau lega
dapat diselamatkan
Dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau ketika ada orang
yang melihatnya
Pasien ketergantungan obat atau alkohol akan menghentikan
tindakannya bila dapat dibebaskan dari ketergantungannya.
Pasien gangguan kepribadian pendekatan secara empatik dan
dibantu memecahkan masalahnya secara rasional dan
bertanggung jawab
Pasien skizofrenia harus dianggap serius sebab biasanya
menggunakan cara keras, sadis dan aneh dengan tingkat letal
yang tinggi.
Terapi
Pemberian antidepresan, sebaiknya tidak diberikan di
ruang gawat darurat.
Restrain
Terapi Kejang Listrik.
ELECTRO CONVULSIVE THERAPY
(TERAPI KEJANG LISTRIK = ECT)
Indikasi
Depresi
Mania
Skizofrenia furor kataton
Skizofrenia stupor kataton
Depresi nerotik
Tanda-tanda Suicide
Kontra indikasi

Payah jantung Osteomielitis


Aneurisma aorta Tumor otak
Pasien usila Wanita hamil (berhati-hati)
Hipertensi Trombosis koroner
Pengenalan alat

2 kondensator, alat yang melepaskan listrik ke kepala


pasien

Kondensator untuk mengatur (voltase) dan


waktu pelepasan muatan listrik

2 elektroda, alat yang di tempelkan di pelipis


pasien
Persiapan pasien

Periksa fisis secara teliti : tekanan darah,


nadi/menit, Pernapasan/menit, suhu tubuh.
Pasien dipuasakan
Kosongkan kandung kencing dan rectum
Kepala (rambut) dishampo
Gigi palsu, benda-benda lainnya dilepas.
Teknik Pelaksanaan (1)
Dosis awal 100-150 volt

Waktu 0,2 – 0,3 detik

Pasien baring lurus diatas permukaan datar dan agak


keras

Pakaian ketat (sabuk, BH, pakaian dalam lainnya


dilonggarkan)
Teknik Pelaksanaan (2)

Bagian kepala (pelipis) yang akan ditempelkan


elektroda bersihkan dengan kapas alkohol.

Oleskan air garam atau pasta khusus di pelipis.

Diantara gigi diganjal dengan bahan yang lunak.


Teknik Pelaksanaan (3)

Dagu pasien ditekan agar mulut tidak terbuka pada waktu


kejang.

Anggota gerak pasien dipegang untuk


mengendalikan gerak pasien waktu kejang klonik.

Rambut tebal disisihkan seoptimal mugkin

Elektroda ditekan dengan kekuatan sedang pada


tempatnya.
Frekwensi dan jumlah ECT

 Cara blok 2 sampai 4 hari berturut-turut

 Cara semi blok 2 – 3 kali seminggu selang


1 – 2 hari

 Sekali tiap 2 atau 4 minggu


Komplikasi
 Luxasi  Lidah / pipi / bibir
tergigit
 Fraktur

 Ruptur otot  Sakit kepala

 Dislokasi mandibula  Amnesia retrograde


Gejala EPS akibat penggunaan antipsikotik

pasien psikiatrik ke ruang gawat darurat kerena EPS


pemberian antipsikotik dapat menyebabkan Sindrom
Neuroleptik Maligna.
Gejala
demam tinggi, 41,5 0C
Otot-otot kaku (lead pipe rigidity)
Takhikardia, tekanan darah labil keringat berlebihan
Mioglobinuria
Terjadi hari pertama sampai hari ke 10 pemberian anti
psikotik
Kesadaran terganggu
Enzim CPK meningkat
Leukositosis
Faktor resiko
Usia 20 -40 tahun
Dehidrasi
Malnutrisi
Restrain

Penatalaksanaan
- Kalau Demam tinggi pemberian antipsikotik dihentikan.
- Pasien rigiditas, meskipun ringan atau tidak berespon
terhadap antikholinergik hentikan segera pemberian
antipsikotik
- Monitor tanda-tanda vital
- Pemeriksaan laboratorium
- Perhatikan ada atau tidak lekositosis dan peningkatan
Enzym Creatinine Phospokinase (CPK)
- Rehidrasi cepat untuk menghindari kejang dan gagal ginjal
Terapi Psikofarmaka
Amantadin 200 – 400 mg oral / hari dalam dosis
terbagi
Bromocriptin 2,5 mg /2 atau 3 kali sehari
Levodopa 50 – 100 mg/hr dalam infus
Dantrolen 1 mgkg/hr iv selama 8 hr , lalu dilanjutkan
pemberian oral selama 7 hr
Benzodiazepin bila obat-obatan lain tidak berhasil
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai