Anda di halaman 1dari 37

OM SWASTYASTU

SEJARAH PERKEMBANGAN

AGAMA HINDU
PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA

• Agama Hindu merupakan agama tertua


• Kata Hindu berasal dari nama sungai Indus yang melewati daerah barat bumi India
• Sindhu Hindu
• Pada mulanya Agama Hindu muncul di lembah sungai Sindhu di India, tepatnya di Punyab.
• Menurut pendapat Tilak, Wahyu Tuhan yang pertama telah diturunkan pada tahun 6000 SM
SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU

• Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan masuknya bangsa Aria ke India, dimana penduduk asli
yang mendiami India adalah bangsa Dravida.
• Bangsa Dravida berhasil didesak oleh bangsa Aria.
• Bangsa Aria menerap dilembah sungai Sindhus.
• Terjadi percampuran kebudayaan bangsa Aria dengan bangsa Dravida
• Sejarah perkembangan agama Hindu dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu Zaman Weda Kuno,
Zaman Brahmana dan Zaman Upanisad.
KITAB SUCI WEDA TIDAK TURUN DALAM WAKTU
BERSAMAAN, MELAINKAN MELALUI BEBERAPA
FASE/JAMAN:
1. Jaman Weda
2. Jaman Brahmana
3. Jaman Upanisad
1. JAMAN WEDA (1000 SM)
• Bangsa Arya datang ke India menempati daerah Punyab, yaitu sungai Shindus
• Terjadi pencampuran kebudaayaan Bangsa Arya dengan Dravida sehingga terbentuk kebudayaan India
• Kehidupan beragama pada zaman ini berdasarkan ajaran-ajaran Weda
• Weda di wahyukan oleh Sang Hyang Widhi dan diterima oleh Sapta Rsi
• Weda dinyanyikan dan diucapkan secara berkelompok
• Pada zaman dulu, Weda tidak ditulis, tapi dihafalkan
• Dalam Weda menyebutkan nama-nama Dewa, walaupun banyak Dewa namun tetap Tuhan adalah Esa
2. JAMAN BRAHMANA

• pada zaman Brahmana telah sampai India bagian tengah yaitu di dataran tinggi Dekan di lembah
sungai Yamuna.
• Pokok pembicaraan dalam zaman ini adalah tentang upacara yadnya
• Unsur unsur upacara dalam kitab Veda dikembangkan secara meluas di Kitab Brahmana. para
dewata memiliki kedudukan yang amat penting terutama dalam sistem upacara.
3. JAMAN UPANISAD
• Dari lembah sungai Yamuna, agama Hindu meluas ke lembah sungai Gangga, yang
penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang.
• Upacara beraneka ragam dan dianggap sulit
• Diskusi Guru dengan murid
• diskusi tersebut mengakibatkan berkembangnya filsafat Hindu yang lebih menekankan aspek
jnana.
• Cara ini disebut dengan upanisad (duduk dekat guru menerima wejangan-wejangan)
PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDONESIA

J. Brandes mengatakan bahwa datangnya pengaruh Hindu ke Indonesia, sebelumnya di Indonesia


sudah mengenal 10 unsur kebudayaan asli: seni wayang, gambelan, puisi, seni batik, memande
logam, sistim mata uang, pengetahuan berlayar, sistim pemerintahan dan hasil kebudayaan lain
berupa Megalith dan perunggu.
• Masyarakat Indonesia pada saat itu sudah mempercayai jiwa dan roh, ditemukan peninggalan
berupa Menhir, Dolmen, Sarkopagus, Kubur batu, dolmen berundak-undak.
• Sebelum Hindu masuk sudah mempercayai roh nenek moyang berupa pembuatan arca-arca
TEORI –TEORI MASUKNYA AGAMA HINDU :

1. Teori Brahmana (Van Leur) : masuknya Hindu ke Indonesia oleh kaum Brahmana bersama para
pedagang
2. Teori Ksatria (Majundar): masuknya Hindu ke Indonesia disebarkan oleh para Ksatria India melalui
perang
3. Teori Wesya (Kroom): bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para
pedagang yang besar. Setelah sampai di Indonesia mereka membentuk koloni dan membangun kota
kemudian mengadakan kontak hubungan dengan India, maka terjadilah penyebaran agama Hindu di
Indonesia
4. Teori Sudra; bahwa agama Hindu masuk dibawa oleh pada budak atau golongan sudra.
5. Teori arus balik: menyatakan bahwa bangsa Nusantara belajar tentang agama Hindu di India
kemudian menyebarkan agama Hindu kembali ke Indonesia
AGAMA HINDU DI KUTAI

• Kehidupan keagamaan di Indonesia dapat diketahui pada abad IV masehi dengan ditemukannya
tujuh buah Yupa peninggalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
• Yupa sendiri adalah sebuah tiang batu yang digunakan untuk mengikat korban berupa hewan.
menggunakan bahasa Sansekerta dan aksara / huruf Pallawa. Sekitar 400 M
• Raja mulawarman memberikan 20 ribu ekor sapi kepada Brahmana di lapangan bernama
Waprakeswara.
AGAMA HINDU DI JAWA TENGAH

• Perkembangan agama Hindu selanjutnya ternyata bergeser ke arah timur yaitu Jawa Tengah
sekitar 686 M. Perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah dapat dibuktikan dengan adanya
prasasti Tukmas di lereng gunung. Merbabu. Pada prasasti ini berisi atribut Dewa Tri Murti, Tri
Sula (Dewa Siwa), Kendi (Dewa Brahma), dan Cakra (dewa Wisnu)
KERAJAAN TARUMANEGARA

• Berkembang di Jawa Barat pada abad V hal ini dibuktikan dari tujuh buah prasasti yaitu
Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasiwari, Muara Cianten,Tugu dan Prasasti Lebak. Prasasti
tersebut memakai huruf Pallawa dan bahasa Sansekrta.
• Dari prasasti tersebut dapat dipastikan bahwa raja Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang
beragama Hindu. Karena pada prasasti Ciarutiyun ada lukisan dua tapak kaki raja yang
disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu
1. PRASASTI KEBON KOPI
• Lokasi prasasti ini di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Prasasti
ini ditemukan pada awal abad XIX oleh N.W. Hoepermans, tertulis pada bongkahan andesit rata
dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Dinamakan prasasti Tapak Gajah karena diapit
oleh sepasang gambar kaki telapak gajah. Pahatan pada prasasti ini tidak terlalu dalam sehingga
seiring dengan bertambahnya waktu tulisan pada prasasti sulit untuk terbaca
2. PRASASTI TUGU
• Lokasi saat ini Prasasti Tugu di Kampung Batu Tumbuh, Kelurahan Tugu, Koja, Jakarta Utara.
Prasasti ini keluar pada masa pemerintahan Punawarman ditemukan pada abad ke-X Masehi tertulis
dalam bahasa Sanskerta, aksara Pallawa dalam bentuk sloka dengan metrum anustubh. Dari sekian
prasasti yang ditemukan saat pemerintahan raja Purnawarman, prasasti Tugu adalah yang terlengkap
walaupun tidak menuliskan angka tahun.
• Prasasti Tugu menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian
Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam
berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi
pada musim kemarau.
3. PRASASTI CIDANGHIANG
• Lokasi prasasti ini di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kapubaten Pandeglang. Lokasinya masih
insitu, ditemukan di tepi sungai Cidanghiang. Pada prasasti ini tertulis dalam bahasa Sanskerta,
dengan aksara Pallawa dan metrum anustubh, tampak keausan dan permukaan yang ditutupi
lumut pada permukaan prasasti ini namun tulisan masih dapat dibaca. Isi dari prasasti ini
merupakan pujian dan pengagungan terhadap raja Purnawarman. Prasasti ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1947 oleh Toebagus Roesjan dan diteliti pada tahun 1947
4. PRASASTI CIARUTEUN

• Lokasi Prasasti Ciaruteun di Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor


ditemukan di aliran Sungai Ciaruteun, Bogor pada tahun 1863, prasasti ini terbagi menjadi dua
bagian yaitu Prasasti Ciaruteun A yang tertulis dengan bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa
terdiri atas 4 baris puisi India (irama anustubh) , dan Prasasti Ciaruteun B berisikan goresan
telapak kaki dan motif laba-laba yang belum diketahui maknanya, Menurut juru kunci Prasasti
Ciaruteun, simbol yang terdapat pada prasasti tersebut menandakan Raja Purnawarman yang
gagah perkasa dan berkuasa.
• Baris pertama: vikkrantasya vanipateh
• Baris kedua: srimatah purnnavarmmanah
• Baris ketiga: tarumanagarendrasya
• Baris keempat: visnor=iva padadvayam
Arti:
“Inilah sepasang (telapak) kaki, yang seperti (telapak kaki) Dewa Wisnu, ialah telapak kaki Yang
Mulia Purnnawarman, raja di negara Taruma (Tarumanagara), raja yang gagah berani di
dunia
5. PRASASTI MUARA CIANTEN

• Lokasi Prasasti Muara Cianten di Kampung Muara, Desa Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1864 oleh N.W. Hoepermans dan beberapa
tokoh lainnya, ukuran Prasasti Muara Cianten sekitar 2,7 x 1.4 x 1.4 meter dengan jenis batu
andesit, hingga saat ini isi prasasti ini belum dapat dibawa sebab menggunakan huruf sangkha
atau ikal seperti huruf pada Prasasti Pasir Awi dan Ciaruteun B
6. PRASASTI JAMBU

• Lokasi Prasasti Jambu di Desa Parakanmuncung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,


tempat ditemukannya prasasti ini merupakan Perkebunan Karet Sadeng Djamboe pada masa
Kolonial Belanda, Prasasti ini ditemukan pada tahun 1854 oleh Jonathan Rigg, diduga dibuat
pada abad ke-V. Tulisan pada prasasti ini dipahat pada batu menyerupai segitiga berukuran
sekitar 2-3 meter tiap sisinya, tertulis dalam huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta dan
terdapat pahatan sepasang telapak kaki
7. PRASASTI PASIR AWI
• Prasasti ini telah ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya peringkat nasional. Berbeda dengan keenam
prasasti lainnya yang hampir seluruhnya berada di dekat aliran sungai, lokasi prasasti ini justru berada
di perbukitan. Tepatnya di sebelah selatan bukit Pasir Awi (± 559 mdpl) di kawasan hutan di
perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor.
• Sejarah prasasti ini tidaklah banyak diungkap. Hanya saja keberadaannya sudah diketahui sejak 1864.
Ditemukan kali pertama oleh seorang arkeolog asal Belanda, bernama N.W. Hoepermans. S. Pada
prasasti ini terdapat pahatan sepasang tapak kaki yang menghadap ke arah utara dan timur. Pahatan
serupa juga ditemukan di Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Pasir Jambu yang terletak di Kecamatan
Cibungbulan dan Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Pahatan tapak kaki tersebut dianggap
sebagai tapak kaki milik Sri Purnawarman raja dari Kerajaan Taruma atau Tarumanegara.
KERAJAAN KEDIRI
• Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan besar di nusantara.
• Para raja di Kerajaan Kediri merupakan keturunan dari Raja Airlangga
• Raja Airlangga merupakan raja yang berkuasa di kerajaan Medangkamulan.
• Di tengah kejayaannya, Airlangga kemudian memindahkan pemerintahan ke wilayah Kahuripan.
• Kerajaan ini disebut dengan Panjalu dengan pusat pemerintahan berada di Daha.
• Kisah ini tertuang dalam kitab Negarakertagama.
KERAJAAN KEDIRI

• Airlangga memiliki dua putra yakni, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.
• Kedua putra Airlangga ini ternyata saling berebut kekuasaan.
• Demikian dilansir dari laman Pemkot Kediri.
• untuk menghindari bentrokan pada tahun 1041, Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua.
• Kerajaan tersebut adalah Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri).
• Kedua kerajaan ini dipisahkan oleh Gunung Kawi dan sungai Brantas.
• Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan wilayah barat yakni Kerajaan Panjalu dengan pusat
pemerintahan di kota Daha.
• Sementara Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan wilayah timur yang bernama Janggala
dengan pusat pemerintahan di Kahuripan.
• Pembagian dua kerajaan ini dikisahkan dalam prasasti Mahasukbya, serat Calon Arang dan kitab
Negarakertagama.
• Kerajaan Panjalu akhirnya dikenal dengan nama Kediri, memiliki wilayah kekuasaan
diantaranya Kediri dan Madiun.
• Meski kerajaan sudah terbagi dua, namun kedua anak Airlangga merasa berhak atas seluruh tahta
Airlangga. Sehingga peperangan terus terjadi diantara kedua kerajaa selama 60 th
• Meski di awal peperangan Jenggala menang, namun Panjalu lah yang mampu menguasai seluruh
tahta Airlangga.
• Dengan kemenangan Panjalu ini, akhirnya ibukota kerajaan dipindahkan dari Daha ke Kediri.
Akhirnya Panjalu lebih dikenal dengan nama Kediri.
KERAJAAN SINGASARI
• Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok yang sekaligus menjabat sebagai raja pertama
dengan gelar Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi pada 1222 masehi.
• Nama kerajaan ini sebenarnya adalah Kerajaan Tumapel dengan ibu kota Kutaraja.
• Penamaan Singasari bermula saat Raja Wisnuwardhana menunjuk putranya, Kertanegara,
sebagai putra mahkota dan mengganti nama pusat pemerintahan menjadi Singasari.
KEN AROK MEREBUT TUMAPEL

• Ken Arok adalah seseorang dari kalangan sederhana yang memulai karir dengan menjadi pengawal
Tunggul Ametung, seorang akuwu (camat) di Tumapel.
• Saat bekerja menjadi pengawal Tunggul Ametung, Ken Arok tertarik kepada Ken Dedes.
• Ken Dedes adalah istri Tunggul Ametung yang sangat cantik.
• Keinginan Ken Arok untuk memiliki istri majikannya semakin kuat saat Ken Dedes diramalkan akan
menurunkan raja-raja tanah Jawa.
• Ken Arok kemudian membunuh Tunggul Ametung dengan Keris Mpu Gandring. Setelah itu, Ken
Arok menyatakan dirinya sebagai akuwu baru Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Pada saat itu,
Tumapel masih menjadi daerah kekuasaan Kediri.
RUNTUHNYA KERAJAAN KEDIRI
• Kejayaan Kerajaan Kediri berakhir di tangan Raja Kertajaya, yang dikenal kejam dan berseteru
dengan kaum brahmana.
• Mendengar bahwa Ken Arok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kediri, para
brahmana akhirnya bergabung.
• Pada 1222, Ken Arok memimpin pemberontakan dan berhasil mengalahkan Raja Kertajaya dalam
pertempuran Ganter.
• Raja Kertajaya kemudian menyerahkan kekuasaan kepada Ken Arok, dan kerajaan dipindah ke
Singasari.
• Ken Arok pun menjadi raja pertama Kerajaan Tumapel atau lebih dikenal sebagai Kerajaan Singasari.
KERAJAAN MAJAPAHIT
• Pusat pemerintahan atau ibu kota kerajaan yang berdiri pada akhir abad ke-13
Masehi ini beberapa kali berpindah lokasi di Jawa Timur seiring era
kepemimpinan raja-raja yang pernah berkuasa.
• Pendiri Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya yang merupakan menantu dari
Raja Kertanegara, -penguasa terakhir Kerajaan Singasari, yang terbunuh lantaran
pemberontakan Jayakatwang pada 1292. Raden Wijaya berhasil menyelamatkan
diri dari insiden tersebut.
• Raden Wijaya kemudian membuka hutan di delta Sungai Brantas. Desa inilah
yang pada akhirnya berkembang pesat dan menjadi kerajaan dengan nama
Majapahit.
• Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dengan
gelar Sri Rajasanagara (1350-1389) yang tidak lain adalah cucu Raden Wijaya
• Kepemimpinan Hayam Wuruk amat kuat berkat dukungan dari Mahapatih Gajah Mada yang
bertekad menyatukan Nusantara di bawah naungan Majapahit.

Perpindahan Pusat Kerajaan Majapahit Mojokerto pada era Raden Wijaya (1293-1309)
Trowulan pada era Sri Jayanagara (1309-1328) Daha atau Kediri pada era Brawijaya VI (1478-
1489)
AGAMA HINDU DI BALI
• Dalam Lontar Markandeya: Rsi Markandeya menyebarkan agama Hindu di Bali abad 4-5 M.
Dengan menanam panca datu di lereng gunung agung (Pura Basukian/Besakih)
• Kehidupan keagamaan dengan berbagai sekta-sekta yang hidup pada jaman sebelumnya dan
akhirnya dapat disatukan dengan melalui Sad Kahyangan. Kahyangan Jagad, Kahyangan Tiga.
• Konsepsi pemujaan Dewa Tri Murti dimasyarakatkan dengan melalui Desa Pakraman pada setiap
Kahyangan Tiga. Sebagai penghormatan kepada Empu-Kuturan dibuatlah pelinggih Menjangan
Salwang pada kebanyakan pura yang ada di Bali. Sedangkan tempat moksa beliau didirikan pura
Silayukti
R. GORIS DALAM BUKUNYA SEKTA-SEKTA DI
BALI ADA 9 MASHAB YANG BERKEMBANG :
• Siwa Sidhanta
• Pasupata
• Bhairawa
• Wesnawa
• Budha / Soghata
• Brahma/ Smartha
• Rsi
• Sora
• Ganesha
CARA MELESTARIKAN PENINGGALAN
SEJARAH
• Menyimpan peninggalan sejarah di Museum
• Mempelajari peninggalan-peninggalan sejarah
• Mengadakan restorasi
• Dengan menjaga kebersihan peninggalan sejarah
• Menjadikan objek wisata
• Tidak mencoret-coret
• Tidak merusak
• Memberikan denda jika melakukan perusakan pada peninggalan sejarah

Anda mungkin juga menyukai