Anda di halaman 1dari 12

MAKNA IMAN

• Makna iman adalah tashdiq (pembenaran). Dalam kitab al-


Tahdzib, disebutkan bahwa iman berasal dari kata amana -
yu'minu- îmânan, yang artinya membenarkan. Ahli bahasa
sepakat bahwa iman berarti tashdiq (pembenaran).
• Imam al-Nasafiy, berpendapat, "Îman adalah pembenaran hati
sampai pada tingkat kepastian dan ketundukan." [Imam al-
Nasafiy, Al-'Aqâid al-Nasafiyyah, hal. 27-43
• Imam Ibnu Katsir menjelaskan,"Îman yang telah ditentukan
oleh syara' dan diserukan kepada kaum muslimîn adalah berupa
i’tiqâd (keyakinan), ucapan, dan perbuatan. Inilah pendapat
sebagian besar Imam-imam madzhab. Bahkan, Imam Syafi'iy,
Ahmad bin Hanbal, dan Abu Ubaidah menyatakan, pengertian
ini sudah menjadi suatu ijma'. (kesepakatan)". [Ibnu Katsîr,
Tafsir Ibnu Katsîr, jilid.I, hal. 40]
MAKNA IMAN
• Imam Nawawi, menyatakan, "Ahli Sunnah dari kalangan
ahli hadits, para fuqaha, dan ahli kalam, telah sepakat
bahwa seseorang dikategorikan muslim apabila orang
tersebut tergolong sebagai ahli kiblat (melakukan
sholat). Ia tidak kekal di dalam neraka. Ini tidak akan
didapati kecuali setelah orang itu mengimani dienul
Islâm di dalamnya hatinya, secara pasti tanpa keraguan
sedikitpun, dan ia mengucapkan dua kalimat syahadat."
[Imam Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I, hal. 49]
• Imam al-Ghazali, menyatakan,"Îman adalah pembenaran
pasti yang tidak ada keraguan maupun perasaan
bersalah yang dirasakan oleh pemeluknya." [Imam Al-
Ghazali, Iljâm al-'Awam 'an 'Ilm al-Kalâm, hal. 112]
MAKNA IMAN
• Iman/Keyakinan bermakna, tashdiiq al-jaazim al-muthaabiq
li al-waaqi’ ‘an al-daliil (pembenaran pasti yang sesuai
dengan kenyataan dan ditunjang dengan bukti). [ Fathi
Salim, al-Istidlaal bi al-Dzan fi al-‘Aqidah, ed. II, Daar al-
Bayaariq, 1414 H/199 M , hal. 22.]
• Syekh Taqiyudin An-Nabhani : Tashdiq Al jazim muthoobiq
al waaqi’ aan Al-Daliliin qoth’iyiin ( Pembenaran secara Pasti
sesuai dengan kenyataan berdasarkan dalil-dalil yang
qot’iy--- Ta’riif shohih an yakuna jaami’an wa maani’an
• Imam Zamakhsyariy berkata, “bi’r dzannuun: la yutsaaq bi
maa’iha.[Sumur yang meragukan adalah sumur yang airnya
tidak bisa dipercaya]; rajul dzannuun: la yutsaaq bi
khabarihi [laki-laki yang meragukan adalah laki-laki yang
beritanya tidak bisa dipercaya].” [Asaas al-Balaaghah, hal.
MAKNA AN NAHDLOH
• Kebangkitan adalah perpindahan umat, bangsa
atau individu dari suatu keadaan menuju keaadaan
yang lebih baik. (Hafizh Shalih, An Nahdhah, hal.
13)
• Penampakan kebangkitan yang paling susah untuk
dilihat adalah perubahan perilaku. Kebangkitan
individu Umar bin khaththab misalnya, tampak
pada perubahan perilaku beliau, dari perilaku
memusuhi nabi saw berubah menjadi pembela
rasulullah saw.
MAKNA KEBANGKITAN
• Mengapa terjadi perubahan perilaku pada diri Umar bin khaththab ra?
Perubahan perilaku itu didahului oleh perubahan mafahim/persepsi dalam diri
beliau. Perilaku memusuhi nabi saw berubah muncul karena adanya “persepsi
kebencian” (Mafhumul bughdi) Umar terhadap Rasulullah. Sebaliknya perilaku
pembelaan terhadap rasulullah saw karena dorongan “persepsi kecintaan”
(mafhumul khubbi) Umar kepada manusia paling mulia ini.
• Lalu, mengapa terjadi perubahan persepsi, dari “persepsi kebencian” menjadi
“persepsi kecintaan”? persepsi/mafahim dibentuk oleh pemikiran/fikrah. Fikrah
jahiliyyah mengatakan: “Muhammad adalah tukang sihir, dukun, dan ahli syair.
Karena itu jangan dekat-dekat denganya, kalian bisa kena sihir, kena tenung,
dan terpengaruh kata kata atau mantera mantera yang memukau, sehingga
kalian meninggalkan agama nenek moyang kalian
• Fikrah/pemikiran semacam ini akan membentuk “persepsi kebencian” yang
kemudian memunculkan perilaku permusuhan terhadap Rasulullah saw.
MAKNA KEBANGKITAN
• Ketika terjadi perubahan pemikiran, dari fikrah jahiliyyah ke
fikrah islamiyah dalam diri seseorang, maka akan berubah
pula persepsi/mafahim seseorang, lalu kemudian disusul
dengan perubahan tingkah lakunya.
• Fikrah islamiyah menyatakan : “Muhammad adalah nabi,
Rasul, Utusan Allah. Karena itu, ikuti semua tuntunan dan
ajaranya agar hidupmu terarah dan penuh berkah dalam
naungan kasih sayang Allah dan ampunanNya.
“fikrah/pemikiran” ini akan membentuk persepsi kecintaan
pada Rasulullah saw. Dan selanjutnya mampu mengkristalkan
perilaku cinta melebihi cinta seseorang kepada orang tua,
anak, istri, bahkan pada dirinya sendiri dan seluruh umat
manusia. ini kebangkitan pada individu
MAKNA KEBANGKITAN
• Proses kebangkitan pada umat atau bangsa juga mengikuti
alur perubahan yang sama, dimulai dari pemikiran, persepsi
kemudian perilaku.
• Dalam sejarah kebangkitan bangsa Indonesia, misalnya pada
diri para shuhada’ pejuang kemerdekaan telah tertanam
fikrah islamiyah. Diantaranya adalah fikrah jihad sebagai
konsekuensi dari keimanan mereka. Allah Swt berfirman :
“ Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia,
mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. dan mereka
Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka
Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. At Taubah : 88)
MAKNA KEBANGKITAN
• Fikrah jihad membentuk persepsi anti penjajahan dan menggerakan mereka
untuk bangkit mengusir penjajah dari bumi nusantara. Sebaliknya kalau yag
tertanam adalah fikrah jahat, maka yang muncul justru persepsi pro penjajah
yang menimbulkan perilaku antek, menjilat penjajah, menjual bangsa,
mengkhianati umat.
• Jadi untuk bangkit melawan penjajah, harus ada peningkatan taraf berfikir dari
fikrah jahat ke fikrah jihad, agar persepsi pro penjajah berubah menjadi anti
penjajahan dan mengubah perilaku mendiamkan penjajahan menjadi perilaku
bangkit mengusir penjajah
• disinilah arti pentingnya peningkatan taraf berpikir dalam proses kebangkitan.
Oleh karena itu dalam kitab hadist Ash Shiyam kebangkitan juga didefinisikan
sebagai “al irtifa’ul fikri” atau peningkatan taraf berfikir. (An Nabhaniy, Hadist
As Shiyam, hal. 1)
• dengan peningkatan taraf berpikir, mafahim/persepsi mereka meningkat, dan
membuahkan perubahan perilaku yang mewujudkan keadaan baru yang lebih
baik. Allah swt berfirman :
“ Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Ra’du : 11)
PONDASI KEBANGKITAN
• Alur perubahan dari pemikiran, persepsi kemudian perilaku,
menunjukan bahwa perilaku dan mafahim bukanlah dasar
kebangkitan. Tetapi fikrahlah yang merupakan pondasi
kebangkitan.
• Apa dasar /pondasi yang kuat, agar bangunan kebangkitan
mampu berdiri dengan kokoh?
Pada tataran individu, kita dapat melihat individu yang
bangkit adalah orang yang tegar, yakin, dan mantab
menjalani hidup. Sementara individu yang tidak bangkit akan
terlihat rapuh, ragu dan gamang mengarungi kehidupan
Mengapa ada perbedaan yang sangat mencolok
diantara keduanya?
PONDASI KEBANGKITAN
• Seseorang bisa menjalani hidup dengan tegar yakin dan mantap,
karena ia telah menemukan jati dirinya. Penemuan jati diri
membuatnya sadar diri, sadar posisi dan sadar fungsi dalam peta
kehidupan ini. Ia tahu betul bagaimana menjalani peta
kehidupan ini. Ia tahu betul bagaimana hidup ini harus dia jalani.
Inilah yang mendorongnya untuk bangkit dengan ketegaran,
keyakinan dan kemantapan diri.
• Sedangkan orang yang ragu, rapuh dan gamang dalam
mengarungi kehidupan adalah orang yang belum menemukan
jati dirinya. Karena itu ia bingung memposisikan dan
memfungsikan dirinya dalam peta kehidupan ini. Ia tidak tahu
bagaimana hidup ini harus dijalani. Ia menatap kehidupan
dengan kerapuhan, keraguan dan kegamangan diri yang
menyebabkan ia tidak bisa bangkit.
kebangkitan memerlukan landasan fikrah yang bersifat:

1. Mampu mengungkap misteri jati diri manusia, darimana ihwal


asal muasalnya, untuk apa ia hidup didunia dan kemana tempat
kembali setelah mati.
2. Mampu melahirkan suatu sistem tatanan kehidupan sebagai
pedoman bagi manusia untuk menyelesaikan seluruh
problematika hidupnya.
• Pertanyaanya sekarang, fikrah apa yang mampu mengungkap
misteri jati diri manusia? Jawabanya adalah: Aqidah!
• aqidah apa yang sanggup melahirkan sebuah system/tatanan
kehidupan? Jawabnya adalah : aqidah yang rasional, aqidah
yang produktif!
• aqidah rasional yang memancarkan system kehidupan (aqidatun
‘aqliyyah yanbatsiqu ‘anha nizham) adalah mabda’/ideology
(Muhammad Muhammad Ismail, Al Fikru Islamiy, Hal. 10).
Sejarah Kebangkitan Peradaban Dunia
Dengan Pondasi Ideologi
• Arab yang dulu identik dengan kebodohan dan
keterbelakangan, bangkit berdasarkan ideology islam dan
berhsil membangun peradaban besar yang agung dan
mengendalikan dunia.
• Eropa yang semula tenggelam dalam masa kegelapan yang
panjang, bangkit berdasarkan ideology kapitalisme dan
muncul sebagai kekuatan adidaya.
• Rusia juga pernah bangkit di atas ideology sosialisme-
komunisme dan menguasai hampir sepertiga dunia.
• Maka tepat sekali jika dikatakan, keberadaan mabda’/ideology
pada suatu umat adalah sebab kebangkitanya (Ahmad Al
Qashsh, Ususun Nahdhatir Rashidah, Hal. 39).

Anda mungkin juga menyukai