Anda di halaman 1dari 25

Konstruksi Beton 1

Perancangan Tulangan Lentur


untuk Balok Persegi
Sekar Mentari
Oktober 2018
INTRODUCTION TO CONCRETE
STRUCTURE

Beton merupakan bahan struktur yang paling lama


dan paling banyak digunakan di Indonesia , karena
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
• Bahan pembentuk beton mudah didapat
• Mempunyai kekuatan (kuat tekan) yang tinggi, dan
mudah dirancang sesuai dengan kebutuhan
• Mempunyai kekakuan yang baik
• Mempunyai ketahan terhadap panas (kebakaran)
• Biaya pemeliharaan struktur sangat ringan
• Harganya relatif murah
Disamping keunggulan tersebut diatas, beton mempunyai
beberapa kelemahan, yaitu :
• Kekuatan tarik sangat rendah (± 10 % dari kuat
tekan)
• Mudah retak akibat beban kerja yang berlebih
• Perilakunya yang getas sehingga mudah runtuh
apabila mengalami oveload
• Menimbulkan panas (panas hidrasi)
• Perilaku susut (shrinkage) dan rangkak (creep)
• Tidak bisa kedap air sama sekali, sehingga bisa
mengakibatkan kebocoran dan mudah terkorosi.

Dalam penggunaan dan pelaksanaan struktur beton


kelemahan-kelemahan tersebut diatas dapat diatasi.
Sebagai tulangan beton dipilih baja karena baja mempunyai
beberapa kecocokan dengan beton, yaitu :

• Beton dan baja dapat mengikat (melekat) dengan baik


• Baja mempunyai kuat terik yang tinggi
• Baja mempnyai sifat daktail (daktilitas) yang tinggi
• Beton dan baja mempunyai koefisien muai panas yang tidak
berbeda jauh
• Baja harganya relatif murah
KONSEP PERANCANGAN
STRUKTUR BETON BERTULANG
• Elemen Struktur :

-
• Beban Luar + +

• Gaya dalam : - M. Lentur


- Geser
- Normal
- Torsi
• Ilmu Bahan : - Beton
- Baja
- Kayu
P
Normal (Aksial) :

Torsi (Puntir) :

Torsi
REINFORCE CONCRETE
(BETON BERTULANG)
BAHAN : 1. BETON
2. BAJA TULANGAN
1. BETON :
• Sifat-sifat Beton
Perilaku struktur beton bertulang tergantung dari sifat-sifat dan perilaku
material pembentuknya :
1. Strength (kekuatan) :
- Compressive Strength (Kuat tekan)
- Flexural Strength (kuat lentur)
- Tensile Strength (kuat tarik)
- Shear Strength (kuat geser)
Klasifikasi mutu beton : - Beton mutu rendah (fc’ = 12,5 – 17,5 MPa.)
- Beton mutu sedang (fc’ = 20 - 30 MPa.)
- Beton mutu tinggi (fc’ = 35 - 60 MPa.)
- Beton mutu sangat tinggi ( > 60 MPa.)
2. Modulus Elastisitas (Ec)
Modulus Elastisitas beton akan berubah-ubah sesuai dengan
kekuatan (tekan) beton. Dan nilai Ec ini juga tergantung dari umur
beton dan percepatan pembebanan.
fc’ (MPa.)

Curva tegangan – regangan unt.


40
fc’=40 MPa. setiap mutu beton yg berbeda
30 mencapai teg. maksimum pada
fc’=30 MPa.
regangan yang sama sekitar
0.00220
fc’=20 MPa. atau 0.2 %

Ec = Wc1.5 . 0.043 √fcm’


[MPa] 0.001 0.002 0.003 0.004 ε
dimana : Wc : density beton
Kurva hub. Tegangan – regangan berbagai beton
fcm’ : kuat tekan
beton rata2
2 Creep (Rangkak)
Kenaikan regangan (strain) pada tegangan tetap secara
berangsur-angsur sebagai fungsi dari waktu pada pembebanan
tetap.

3. Shrinkage (Susut)
Perubahan volume/penyusutan volume beton pada
waktu/akibat penguapan air adukan beton dalam beton
(moisture).

2. BAJA TULANGAN
Jenis Berdasarkan penampang :
- Baja tulangan polos (code : BJTP)
- Baja tulangan berprofil/deform (code : BJTD)
2. BAJA TULANGAN
Jenis Berdasarkan penampang :
- Baja tulangan polos (code : BJTP)
- Baja tulangan berprofil/deform (code : BJTD)
Jenis/klasifikasi berdasarkan mutu :
PBI 71
TYPE KELAS/MUTU TEG. LELEH MIN. [MPa.]
Polos dan U-24 240
Berprofil U-32 320
U-39 390

PPBBI :
TYPE KELAS/MUTU TEG. LELEH MIN. [MPa.]
Polos BJTP 24 240
BJTP 30 300
Berprofil BJTD 30 300
BJTD 35 350
BJTD 40 400
BJTD 50 500
PERSYARATAN DAN
METODE PERANCANGAN

• PERSYARATAN
Persyaratan diatur dalam peraturan (Code), dan setiap negara masing-
masing mempunyai peraturan sendiri :
1. SK SNI T –15 - 1991 – 03 : Tata cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung.
RSNI : Tata cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung – tahun 2000

2. ACI : American Concrete Institut


3. BS : Britis Standard
4. JIS : Japan Industrial Standar
JSCE : Japan Sosiety of Civil Engineer
5. AS : Australian Standard
• METODE PERHITUNGAN
1. Metode Tegangan Kerja (Working Stress Design)
2. Metode Kekuatan Batas (Ultimate Strength Design)

1. Metode Tegangan Kerja (Working Stress Design) :


Dalam metode ini suatu struktur dirancang sedemikian
rupa sehingga tegangan yang terjadi akibat beban
kerja, dan dihitung dari unsur-unsur yang elastis, tidak
melampaui suatu nilai ijin yang ditetapkan.

2. Metode Kekuatan Batas (Ultimate Strength Design)


Metode ini memperhitungkan sifat hubungan yang tidak
linier antara tegangan dan regangan dari beton.
METODE KEKUATAN BATAS
(ULTIMATE STRENGTH DESIGN)
Metode kekuatan Batas ini memperhitungkan sifat
hubungan yang tidak linier antara tegangan dan regangan
beton.
1. Faktor Beban (Load Factor)
Dalam Metode Kekuatan Batas beban kerja dinaikan
secukupnya dengan beberapa faktor (faktor beban), sehubungan
dengan ketidak pastian besarnya beban kerja tersebut, untuk
mendapatkan beban dimana keruntuhan dinyatakan telah diambang
pintu. Beban yang telah dinaikan tersebut disebut beban berfaktor
(factored load).
SK SNI T-15-1991-03 butir 3.2.2 menentukan :
- untuk beban mati (DL) = 1.2
- untuk beban hidup (LL) = 1.6
sehingga :
Qu = 1.2 DL + 1.6 LL
2. Faktor Reduksi Kekuatan
Faktor ini diberikan sehubung dengan ketidak pastian
kekuatan bahan terhadap beban.
Faktor Reduksi Kekuatan () menurut SK SNI T-15-1991-03
:
a) Lentur tanpa beban aksial . . . . . . . . . . . . . . . . . 0.80
b) Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur . . . . . . 0.80
c) Aksial tekan aksial tekan dengan lentur . . . . . . . . 0.65
d) Untuk gaya geser dan torsi . . . . . . . . . . . . . . . .
0.60

Faktor Reduksi Kekuatan () menurut RSNI - 2000 :


a) Lentur tanpa beban aksial . . . . . . . . . . . . . . . . . 0.80
b) Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur . . . . . . 0.80
c) Aksial tekan aksial tekan dengan lentur :
- elemen struktur dg tulangan spiral . . . . . . . . . 0.70
- elemen struktur lainnya . . . . . . . . . . . . . . . . . 0.65
d) Geser dan torsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 0.75
Faktor Reduksi Kekuatan () menurut ACI – 9.3 :
a) Lentur dengan atau tanpa beban aksial . . . . . . . 0.90
b) Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur . . . . . . 0.90
c) Aksial tekan aksial tekan dengan lentur . . . . . . . 0.90
d) Geser dan Puntir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 0.85
e) Tekan dengan tulangan spiral atau . . . . . . . . . . . 0.70
tekan dengan tulangan pengikat
PENAMPANG PERSEGI YANG MENAHAN LENTUR
Perilaku penampang beton bertulang apabila menahan momen murni yang besarnya
terus ditingkatkan :

b
εc fc Cs
εsc
C
M ε Cc
x
h d

Tc T
εst
Ts
(a) section (b) train (c) stress (d) forces
Gambar-1 : Penampang beton bertulang yang belum retak

Momen meningkat --› penampang rata tetap rata, strain bergerak linier
Momen masih kecil --› serat bawah beton dan baja memikul tarik & serat atas tekan,
pada tegangan rendah hubungan stress - strain masih linier
Momen terus naik --› tegangan tarik beton dilampaui, dan penampang mulai retak
Pada saat awal retak :
- baja tulangan tarik memikul gaya tarik T
- grs netral penampang mulai naik, dan tegangan pada tulangan tarik naik.
- Segera setelah retak distribusi teg. tekan pd beton masih linier, akan tetapi hal ini
tergantung juga pada tinggi grs netral dan strain pada serat tekan teratas.

Gambar-2 : Penampang beton bertulang yang mulai retak

b
εc fc
C
x εsc fsc

d Lengan
momen (L)

εst fst T

(a) sectin (b) strain (c) stress (d) forces

- Momen yg bekerja (pd penamp retak) terus meningkat tapi tinggi grs netral hampir
tetap dan regangan pd serat tepi naik. Peningkatan Momen akan meningkatkan secara
proporsional besaran gaya tekan C dan gaya tarik T
- Bila gaya C dan T tsb naik terus baja tul akan leleh dan distribusi teg beton akan
- Apabila leleh baja tulangan yang disebabkan oleh gaya T mencapai maksimum kapasitas
momen akan naik hanya dengan naiknya lengan momen (L) antara C dan T atau akibat
naiknya grs netral.
- Dengan naiknya grs netral daerah tekan menjadi mengecil, dan distribusi tegangan beton
meningkat secara tidak linier.

f0
C C
C x
x
x

l2 > l 1 l3 > l 2
l1

T T T
fst = fsy fsy fsy

(a) First yield (b) Post yield (c) Ultimate strength


My My < M < Mu Mu

Gambar-3 : Concrete stress after first yield in an under-reinforced section

- Regangan pada baja tulangan dan slope dari diagram regangan menjadi sangat besar,
dimana hal ini menunjukan deformasi yang besar sebelum terjadi keruntuhan.
- Apabila tulangan tarik diperbesar, kapasitas beton akan berkurang sebelum baja leleh, tinggi
- Apabila momen tersus dinaikan tinggi grs netral juga akan terus naik sehingga blok
tegangan tekan pada beton menjadi tidak linier, regangan baja tulangan tetap kecil
(lebih kecil dari regangan baja leleh), maka dalam hal ini terjadi deformasi kecil
sebelum mencapai keruntuhan.

- Apabila momen tersus dinaikan dan pada suatu saat penampang tidak lagi bisa
memikul momen  Momen ultimate telah dicapai.

- Apabila suatu penampang beton bertulang dapat bertahan dengan deformasi besar
sebelum terjadi keruntuhan, maka penampang tersebut dikatakan ductile. Dan
sebaliknya apabila telah terjadi keruntuhan pada deformasi kecil maka penampang
tersebut dikatakan brittel.

Apabila suatu penampang beton bertulang :


- Tualangannya leleh sebelum momen ultimate dicapai, penampang tersebut
dikatakan under reinforced.
- Tulangannya belum leleh sebelum momen ultimate dicapai, penampang tersebut
dikatakan over reinforced.
TEORI KEKUATAN BATAS

Perhitungan kekuatan penampang yang memikul momen pada dasarnya


menggunakan persamaan keseimbangan gaya, dan dengan asumsi bahwa
permukaan rata tetap rata dan beton tidak menerima tarik.

Distribusi tegangan dan regangan yang disebabkan oleh momen ultimate pada suatu
penampang beton bertulangan lemah (under reinforce) seperti gambar dibawah ini :

Gambar-4 : Under reinforced section at ultimate


b
fu
εu
C
x

d
h l M

Ast T εst fsy

(a) section (b) forces (c) strain (d) stresses


Persamaan keseimbangan horizontal : C = T

Momen ultimate Mu = C x l = T x l

Dengan asumsi under reinforce : T = Ast x fsy . . . . . . . . . . . . . . . . (1)

Untuk menghitung momen, lengan momen l harus ditentukan harga l sedikit


lebih kecil dari d, untuk perancangan awal biasanya diambil l = 0.9 d cukup
memadai.
 Sehingga : Mn = Ast x fsy x 0.9 d . . . . . . . . . . . .
(2)

Untuk mendapatkan harga l yang lebih mendekati kebenaran posisi gaya


tekan C harus ditentukan dengan sebenarnya, sehingga dibutuhkan bentuk
diagram tegangan yang lengkap dan benar, seperti terlihat pada gambar-4.

Oleh WHITNEY diagram distribusi tegangan tersebut disederhanakan


menjadi bentuk segi empat sehingga mudah ditentukan titik tangkap dan
besarnya gaya C, seperti gambar-5 berikut ini :
b fc’ 0.85 fc’
εu = 0.003 x/2

C
x x x

d=βh l

Ast εst fst fst T

(a) section (b) strain (c) Axial compression (d) Idealized compressio
stress block stress block
Gambar-5 : Rectangular stressed block

Pada momen ultimate Mu regangan tekan pada tepi atas εu diambil 0.003 dan
regangan terik baja εy = fsy/Es
Diagram ini menunjukan bahwa tergangan tekan beton dan batas leleh baja yang
disyaratkan dicapai bersamaan.
Tinggi diagram tegangan tekan menjadi x seperti terlihat pada gambar-5(c).
Dan parameter  tergantung dari mutu beton, yang diberikan oleh rumus berikut :

 = 0.85 – 0.007 (fc’ -28) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)

dan 0.65 ≤  ≤ 0.85


Dari rumus diatas untuk berbagai mutu beton, standar harga-harga  telah ditentukan
sebagasi berikut :

fc’ [MPa.] : 20 25 30 35 40
 : 0.65 0.85 0.836 0.801 0.766

Diagram tegangan tekan beton merata diseluruh penampang dan besarnya nebjadi 0.85
fc’, luas bidang kontak menjadi x.b dimana bidang ini memikul gaya tekan merata
sebesar 0.85 fc’, sehingga :

C = 0.85 fc’. x . b
= 0.85 .  x . b . fc’ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)

penampang diasumsikan sebagai penampang under reinforced, dimana baja tulangan


leleh (yield) pada momen ultimate, maka didapat :

T=C
As . fsy = 0.85 .  x . b . fc’
As . fsy
x = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
0.85 .  . b . fc’
x εu
Dari diagram regangan (gambar-5b) : =
d–x εst
0.003(d – x)
εst = . . . . . . . . . . . . . . (6)
x
Sehingga momen nominal dapat dihitung :

Mn = T . l = T (d - x/2)

Mn = Ast . fsy (d - x/2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


(7)

dari pers. (5) + (7) didapat :


Ast . fsy
MnMu
==Ast . fsy . d (1 – Ast . fsy
Ast . fsy . d (1 – )) . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(8) 1.7 b d fc’
1.7 b d fc’

Anda mungkin juga menyukai