Anda di halaman 1dari 30

2022

ISLAM DALAM
KEHIDUPAN
— Profesi dan Harta/Mal —

S1 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
KELOMPOK 5
FITRI KUMALASARI G2E022013

ANNISA MELANI PUTRI G2E022016

UUN MUSTAGFIROH G2E022027

AQIDATUL AISYAH G2E022037

SABRINA NURHASANAH MARPAUNG G2E022052

ISMA NURCAHYANI G2E022055

FATHIA AYU MAHARANI G2E022057

CHELSEA LEDYFIA VERNANDA G2E022062


Table of contents
Profesi Harta/Mal

Pengertian Pengertian

Etika dalam
Fungsi Harta
Berprofesi

Profesionalisme
Kerja Karakteristik Harta

Jenis-jenis Harta

Hal yang diharamkan


dalam Mencari Harta
PENGERTIAN
PROFESI
Dalam KBBI, istilah profesi dimaknai dengan pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian tertentu. Menurut De George,
profesi ialah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan
suatu keahlian.

Dalam Islam, profesi ialah segala aktivitas dinamis dan


mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu
dan di dalam mencapainya dia berupaya dengan penuh
kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai
bukti pengabdiannya kepada Allah Swt.
Secara umum profesi ada beberapa ciri yang selalu melekat padanya, yaitu :

1) Adanya pengetahuan khusus.


2) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi.
3) Mengabdi pada kepentingan masyarakat.
4) Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.
5) Kaum profesional biasannya menjadi anggota dari suatu profesi.

Tujuan dari berprofesi dalam Islam adalah untuk keridhaan Allah Swt, memenuhi kebutuhan hidup baik
primer (dharuriyat), sekunder (tahsiniyat), atau pun tersier atau (hajiyat), memenuhi nafkah keluarga,
untuk kepentingan amal sosial, kepentingan ibadah, menolak kemungkaran.
Setiap profesi diperbolehkan dalam Islam kecuali profesi yang terkandung
pelaksanaan larangan-larangan dalam Islam misalnya menjual minuman keras
atau pun narkoba. Kita pun harus mengingat bahwa setiap profesi atau pun
pekerjaan yang ditekuni akan dipertanggung jawabkan kepada Allah.
Dia berfirman:
Profesi atau pekerjaan bagi seorang Muslim adalah suatu upaya yang sungguh – sungguh, dengan
mengerahkan seluruh aset, fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya
sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
masyarakat yang terbaik , atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dengan bekerja manusia itu
memanusiakan dirinya.
Rasulullah Saw. bersabda:
Etika
dalam
Berprofesi
a. Memegang Amanah dan Menaati Perintah Pimpinan

Dalam berprofesi, ada juga pembagian kerja dan hirarki wewenang seperti halnya
organisasi. Beberapa orang atasan baik manajer atau kepala divisi merupakan pemegang
wewenang yang tinggi dalam profesi. Mereka adalah memiliki wewenang untuk mengatur,
mengawasi, dan menilai pelaksanaan kerja. Oleh karenanya, pemegang wewenang ini harus
memiliki sikap amanah. Amanah dapat membawa pemegang wewenang menjadi seorang
yang memiliki visi dan misi yang jelas, tegas dan nyata. Allah Swt. berfirman:
Lanjutan….

Sebagai seorang karyawan biasa, patuh pada perintah atasan merupakan sebuah keharusan
dalam profesi. Tak bisa seorang karyawan mencela atasannya atau bahkan menyimpang
dalam perintahnya. Jika seorang mencela atau pun menyimpang dari perintah atasannya,
maka akan timbul kekacauan dalam profesi baik dari proses pelaksanaan profesi atau
pun hasil dari profesi. Allah Swt. berfirman:
b. Etos Kerja yang Tinggi

Etos kerja adalah motivasi dan dorongan untuk bekerja.


Apabila seseorang memiliki etos kerja yang tinggi, maka pelaksanaan kerja akan menjadi
lebih maksimal. Selain itu, etos kerja ini menjadi alasan kuat mengapa seseorang melakukan
pekerjaan.

Etosk erja dalam Islam adalah Cara pandang yang diyakini seorang Muslim bahwa bekerja
itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga
sebagai suatu manifestasi dari amal shaleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang
sangat luhur.
Kualitas hidup Islami dapat diperoleh dengan tauhid atau keyakinan, tujuan atau arah
tujuan, motivasi atau dorongan, ide atau rasio, intuisi atau rasa, dan aksi atau aktualisasi
amal saleh.
Lanjutan…..

Indikasi-indikasi orang atau kelompok


memiliki etos kerja tinggi :

□ Efisien
□ Rajin
□ Teratur
□ Disiplin dan tepat waktu
□ Hemat
□ Jujur dan teliti
□ Rasional dalam mengambil keputusan dan
Tindakan
□ Bersedia menerima perubahan atau bersikap
dinamis
□ Pandai memanfaatkan kesempatan
□ Energik atau penuh semangat
□ Ketulusan dan percaya diri
□ Mampu bekerjasama
□ Mempunyai visi yang nyata dan futuristik
c. Prinsip yang Kokoh dalam Profesi

Profesi atau pekerjaan dilaksanakan


Profesi atau pekerjaan itu dilakukan dengan jujur amanah dan penuh
berdasarkan pengetahuan. tanggung jawab.

Profesi atau pekerjaan harus


dilaksanakan berdasarkan keahlian Profesi atau pekerjaan dilakukan
atau profesional, tekun dan dengan semangat dan etos kerja
sungguh-sungguh. yang tinggi.

Pekerja ialah orang berhak


Berorientasi kepada mutu dan hasil mendapatkan imbalan atas apa yang
yang baik. telah ia kerjakan.
Lanjutan….

Profesi, kerja, atau amal adalah Menghindari larangan-larangan Profesi atau pekerjaan dilakukan
bentuk eksistensi manusia. dalam agama. dengan turut saling menjaga
Artinya manusia ada karena persaudaraan.
kerja, dan kerja itulah yang
membuat atau mengisi
keberadaan kemanusiaan.
Profesionalisme Kerja

Profesionalisme berasal dari kata profesional yang Dalam hadits Rasulullah digambarkan bahwa Allah
mengandung arti berhubungan dengan profesi dan menyukai seorang hamba yang melakukan sesuatu
memerlukan kepandaian khusus untuk secara itqân atau memberikan kualitas terbaik :
menjalankannya.
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan supaya selalu
Dalam terminologi Islam, kata profesional bersikap baik
disamakan dengan itqân. terhadap setiap sesuatu”. (HR. Muslim)
Itqân berarti doing at the best possible quality,
Bekerja secara itqân artinya
mencurahkan pikiran terbaik, fokus terbaik,
koordinasi terbaik, semangat
terbaik dan dengan bahan baku terbaik. Itqân juga
memiliki makna
profesionalisme dan spesialisasi.
Lanjutan….

Seseorang dikatakan mempunyai sikap profesional jika dia selalu bersemangat dan bersungguh-
sungguh dalam menjalankan pekerjaan yang menjadi tugasnya.
Sebagaimana Firman Allah dalam QS Al-Israa‟ ayat: 36

‫ٰۤل‬
‫َو اَل َت ْق ُف َم ا َلْيَس َلَك ِبٖه ِع ْلٌمۗ ِاَّن الَّس ْم َع َو اْلَبَص َر َو اْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُاو ِٕىَك َك اَن َع ْن ُه َمْس ُٔـْو اًل‬

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.

Jadi tanpa adanya profesionalisme atau keahlian, suatu usaha akan mengalami kerusakan dan
kebangkrutan. Juga menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas produksi. Hal ini tentunya
jelas akan menyebabkan juga terjadinya kebangkrutan total yang tidak diinginkan.
PENGERTIAN
HARTA
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, berasal dari
akar kata maala-yamiilu-mailan yang secara etimologis berarti doyong,
miring, suka, senang, atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi.
Bermakna sesuatu yang manusia condong atau suka terhadapnya.

Menurut ulama’ Hanafiyah, yang dimaksud dengan harta (al-mal) adalah


“Segala sesuatu yang digandrungi oleh tabiat manusia dan dapat disimpan
hingga waktu dibutuhkan”.
Sementara mayoritas ulama’ (termasuk ulama’ Hanafiyah generasi
belakangan) mendefinisikan harta sebagai “Segala sesuatu yang
mempunyai nilai, dan dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak atau
melenyapkannya”
FUNGSI HARTA

Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab ibadah


memerlukan alat-alat, seperti kain untuk menutup aurat dalam pelaksanaan shalat,
bekal materi untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, shadaqah, hibah, dan
seterusnya.

Untuk meneruskan kehidupan dari satu generasi kepada generasi berikutnya,


sebagaimana firman Allah SWT., dalam QS. An-Nisa’[4]: 9,
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anakanak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. AnNisa’[4]: 9).
LANJUTAN….

Untuk meningkatkan keimanan (ketakwaan) kepada Allah SWT., sebab


kefakiran cenderung mendekatkan diri kepada kekufuran, sehingga
kepemilikan harta dimaksudkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada
Allah SWT.

Untuk menegakkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, karena


menuntut ilmu tanpa modal akan terasa sulit, misalnya, seseorang tidak
bisa kuliah di perguruan tinggi bila ia tidak memiliki biaya.

Untuk memutarkan (men-tasharruf-kan) peranan-peranan kehidupan,


yakni dengan adanya pembantu (khadam) dan tuan. Adanya orang kaya
dan miskin yang saling membutuhkan sehingga terciptalah masyarakat
yang harmonis dan berkecukupan.
LANJUTAN…

Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan


kehidupan akhirat, seperti sabda Nabi SAW., “Bukanlah orang yang baik, yang
meninggalkan masalah dunia untuk masalah akhirat, dan yang meninggalkan
masalah akhirat untuk urusan dunia, sehingga seimbang antara keduanya,
karena masalah dunia adalah menyampaikan manusia kepada kemaslahatan
akhirat” (HR. Imam Bukhari).

Untuk menumbuhkan silaturrahim, karena adanya perbedaan dan keperluan,


misalnya Ciamis merupakan daerah penghasil galendo, Bandung merupakan
daerah yang menghasilkan kain, maka orang Bandung yang membutuhkan
galendo akan membeli produk orang Ciamis tersebut, dan begitu juga
sebaliknya. Dengan begitu, terjadilah interaksi dan komunikasi (silaturrahim)
dalam rangka saling mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu, perputaran harta
dianjurkan oleh Allah SWT., seperti firman-Nya dalam QS. Al-Hasyr [59]: 7,
“Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu” (QS. Al-Hasyr [59]: 7).
KARAKTERISTIK HARTA

ILAHIYAH

Titik berangkat kita dalam kepemilikan maupun pengembangan harta kita adalah dari Allah.
Tujuannya adalah mencari ridha Allah dan cara caranya juga tidak bertentangan dengan
syari’at-Nya. Kegiatan produksi, konsumsi, penukaran dan distribusi diikatkan pada prinsip
Ilahiyah dan tujuan Ilahi. Seorang Muslim melakukan kegiatan produksi, disamping
memenuhi hajat hidupnya, keluarga dan masyarakatnya juga karena melaksanakan perintah
Allah.
Dalam pandangan Islam harta bukanlah tujuan, melainkan semata-mata sarana untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi dan sarana penunjang bagi realisasi akidah dan syariat-
Nya.
Lanjutan….

Kesatuan antara kegiatan ekonomi dengan akhlak ini semakin jelas pada
setiap langkah. Akhlak adalah bingkai bagi setiap aktivitas ekonomi.

Jack Aster, pakar ekonomi Perancis, menyatakan bahwa Islam adalah


sistem hidup yang aplikatif dan secara bersamaan mengandung nilai-nilai
akhlaq yang tinggi.
Akhlaq
Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa Ekonomi Islam adalah ekonomi yang
mengambil kekuatan dari wahyu al-Qur’an, dan karena itu pasti
berakhlak. Akhlak memberikan makna baru terhadap konsep nilai dan
mampu mengisi kekosongan pikiran yang nyaris muncul akibat era
industrialisasi.
Lanjutan….

Ekonomi Islam adalah ekonomi kemanusiaan. Artinya, ekonomi yang me- Kemanusiaan
mungkinkan manusia memenuhi kebutuhan hidup, baik yang bersifat
kebendaan maupun kejiwaan. Manusia merupakan tujuan antara, kegiatan
ekonomi dalam Islam, sekaligus merupakan sarana dan pelakunya dengan
memanfaatkan ilmu yang telah diajarkan oleh Allah kepadanya dan anugerah
serta kemampuan yang diberikan-Nya.

Di antara kegiatan yang menonjol dalam segala aktivitas yang diperintahkan


ajaran Islam adalah keadilan, persaudaraan, saling mencinta, saling membantu,
dan tolong-menolong. Karena harta bukan hanya berkembang dikelompok
orang kaya saja.

Adanya kesadaran bahwa pada setiap harta yang manusia miliki terdapat hak
orang lain. Kesadaran ini tercermin dalam pelaksanaan zakat, infak, sadaqah
yang dikeluarkan untuk diberikan kepada yang berhak menerima (dhuafa’ dan
masakin) maupun untuk kegiatan fi sabilillah.
JENIS-JENIS HARTA

Harta Mutaqawwim dan Harta


Mal Mitsli dan Mal Qimi
Ghair al -mutaqawwim

Harta mutaqawwim ialah segala sesuatu yang Harta mitsli dan qimi sebagai sesatu yang
dapat dikuasai dengan pekerjaan dan memiliki persamaan atau kesetaraan di pasar,
dibolehkan syara’ untuk memanfaatkannya. tidak ada perbedaan yang pada bagian bagiannya
Maksud pengertian harta ghair al-Mutaqawwim atau kesatuannya. harta yang ada duanya atau
merupakan kebalikan dari harta mutaqawwim, dapat ditukar dengan hal serupa dan sama disebut
yakni segala sesuatu yang tidak dapat dikuasai mitsli dan harta yang tidak duanya atau berbeda
dengan pekerjaan dan dilarang oleh syara’ secara tepat disebut qimi.
untuk memanfaatkannya.
LANJUTAN….

Mal Istihlak dan Mal Isti’mal


Harta istihlak merupakan harta yang penggunaannya hanya sekali pakai sedangkan harta
isti’mal harta yang penggunaannya bisa berkali-kali pakai.

Mal Manqul dan Mal Ghair al-Manqul


Harta manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan dan diubah dari tempat satu ketempat yang
lain, baik tetap pada bentuk dan keadaan semula ataupun berubah bentuk dan keadaannya
dengan perpindahan dan perubahan tersebut. Sedangkan harta ghair al-manqul maksudnya
segala sesuatu yang tetap (harta tetap), yang tidak mungkin dipindahkan dan diubah
posisinya dari satu tempat ketempat yang lain menurut asalnya, seperti kebun, rumah, pabrik,
sawah dan lainnya.

Harta ‘Ain dan Dayn


Harta ‘ain yaitu harta yang berbentuk. sedangkan, harta dayn harta yang menjadi tanggung
jawab seperti uang yang dititipkan ke orang lain.
LANJUTAN….

Harta Nafi’i Harta Khas dan ‘Am Harta Pokok dan Hasil

Harta nafi’i yaitu harta Harta khas yaitu harta milik individu Harta pokok ialah harta yang
yang tidak berbentuk yang tidak boleh diambil manfaatnya mungkin menumbulkan harta
jika tidak direstui pemiliknya. lain atau dalam istilah ekonomi
sedangkah harta ‘am yaitu harta milik disebut harta modal.
umum yang dibebaskan dalam
mengambil manfaatnya.
LANJUTAN….

Harta Mamluk, Mubah dan Mahjur Harta Dapat Dibagi dan Tidak Dapat
Dibagi
Harta mamluk yaitu harta yang statusnya
memilikik kepemilikian baik individu, Pembagian harta ini didasari oleh potensi
umum atau negara. harta mubah yaitu harta menimbulkan kerugian atau
hukum harta pada asalnya yaitu tidak kerusakan apabila dibagikan. harta yang
ada yang memiliki. sedangkan, harta dapat dibagi yaitu harta tidak
mahjur yaitu harta yang tidak boleh menimbulkan kerugian atau kerusakan
dimilikioleh pribadi. apabila dibagikan seperti beras.
sedangkan, harta yang tidak dapat dibagi
yaitu harta menimbulkan kerugian atau
kerusakan apabila dibagikan seperti
benda-benda mewah.
HAL YANG DIHARAMKAN DALAM MENCARI HARTA

Ketidakadilan, hanya
Adanya Riba, karena hal ini menguntungkan salah satu
merupakan larangan Allah. pihak dan merugikan pihak
lain.

Gharar, ketidakpastian yang


mengandung unsur jahalah
Maisir/perjudian untung-
(pembodohan), mukhatarah
untungan.
(spekulasi), qumaar
(pertaruhan)
LANJUTAN….

Ghasiy, kecurangan.

Menyalahi hukum Islam,


misalnya hukum waris.
SEKIAN

TERIMAKASIH

DO YOU HAVE ANY QUESTIONS???

Anda mungkin juga menyukai