Islam Dalam Kehidupan - Profesi Dan Harta
Islam Dalam Kehidupan - Profesi Dan Harta
ISLAM DALAM
KEHIDUPAN
— Profesi dan Harta/Mal —
S1 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
KELOMPOK 5
FITRI KUMALASARI G2E022013
Pengertian Pengertian
Etika dalam
Fungsi Harta
Berprofesi
Profesionalisme
Kerja Karakteristik Harta
Jenis-jenis Harta
Tujuan dari berprofesi dalam Islam adalah untuk keridhaan Allah Swt, memenuhi kebutuhan hidup baik
primer (dharuriyat), sekunder (tahsiniyat), atau pun tersier atau (hajiyat), memenuhi nafkah keluarga,
untuk kepentingan amal sosial, kepentingan ibadah, menolak kemungkaran.
Setiap profesi diperbolehkan dalam Islam kecuali profesi yang terkandung
pelaksanaan larangan-larangan dalam Islam misalnya menjual minuman keras
atau pun narkoba. Kita pun harus mengingat bahwa setiap profesi atau pun
pekerjaan yang ditekuni akan dipertanggung jawabkan kepada Allah.
Dia berfirman:
Profesi atau pekerjaan bagi seorang Muslim adalah suatu upaya yang sungguh – sungguh, dengan
mengerahkan seluruh aset, fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya
sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
masyarakat yang terbaik , atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dengan bekerja manusia itu
memanusiakan dirinya.
Rasulullah Saw. bersabda:
Etika
dalam
Berprofesi
a. Memegang Amanah dan Menaati Perintah Pimpinan
Dalam berprofesi, ada juga pembagian kerja dan hirarki wewenang seperti halnya
organisasi. Beberapa orang atasan baik manajer atau kepala divisi merupakan pemegang
wewenang yang tinggi dalam profesi. Mereka adalah memiliki wewenang untuk mengatur,
mengawasi, dan menilai pelaksanaan kerja. Oleh karenanya, pemegang wewenang ini harus
memiliki sikap amanah. Amanah dapat membawa pemegang wewenang menjadi seorang
yang memiliki visi dan misi yang jelas, tegas dan nyata. Allah Swt. berfirman:
Lanjutan….
Sebagai seorang karyawan biasa, patuh pada perintah atasan merupakan sebuah keharusan
dalam profesi. Tak bisa seorang karyawan mencela atasannya atau bahkan menyimpang
dalam perintahnya. Jika seorang mencela atau pun menyimpang dari perintah atasannya,
maka akan timbul kekacauan dalam profesi baik dari proses pelaksanaan profesi atau
pun hasil dari profesi. Allah Swt. berfirman:
b. Etos Kerja yang Tinggi
Etosk erja dalam Islam adalah Cara pandang yang diyakini seorang Muslim bahwa bekerja
itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga
sebagai suatu manifestasi dari amal shaleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang
sangat luhur.
Kualitas hidup Islami dapat diperoleh dengan tauhid atau keyakinan, tujuan atau arah
tujuan, motivasi atau dorongan, ide atau rasio, intuisi atau rasa, dan aksi atau aktualisasi
amal saleh.
Lanjutan…..
□ Efisien
□ Rajin
□ Teratur
□ Disiplin dan tepat waktu
□ Hemat
□ Jujur dan teliti
□ Rasional dalam mengambil keputusan dan
Tindakan
□ Bersedia menerima perubahan atau bersikap
dinamis
□ Pandai memanfaatkan kesempatan
□ Energik atau penuh semangat
□ Ketulusan dan percaya diri
□ Mampu bekerjasama
□ Mempunyai visi yang nyata dan futuristik
c. Prinsip yang Kokoh dalam Profesi
Profesi, kerja, atau amal adalah Menghindari larangan-larangan Profesi atau pekerjaan dilakukan
bentuk eksistensi manusia. dalam agama. dengan turut saling menjaga
Artinya manusia ada karena persaudaraan.
kerja, dan kerja itulah yang
membuat atau mengisi
keberadaan kemanusiaan.
Profesionalisme Kerja
Profesionalisme berasal dari kata profesional yang Dalam hadits Rasulullah digambarkan bahwa Allah
mengandung arti berhubungan dengan profesi dan menyukai seorang hamba yang melakukan sesuatu
memerlukan kepandaian khusus untuk secara itqân atau memberikan kualitas terbaik :
menjalankannya.
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan supaya selalu
Dalam terminologi Islam, kata profesional bersikap baik
disamakan dengan itqân. terhadap setiap sesuatu”. (HR. Muslim)
Itqân berarti doing at the best possible quality,
Bekerja secara itqân artinya
mencurahkan pikiran terbaik, fokus terbaik,
koordinasi terbaik, semangat
terbaik dan dengan bahan baku terbaik. Itqân juga
memiliki makna
profesionalisme dan spesialisasi.
Lanjutan….
Seseorang dikatakan mempunyai sikap profesional jika dia selalu bersemangat dan bersungguh-
sungguh dalam menjalankan pekerjaan yang menjadi tugasnya.
Sebagaimana Firman Allah dalam QS Al-Israa‟ ayat: 36
ٰۤل
َو اَل َت ْق ُف َم ا َلْيَس َلَك ِبٖه ِع ْلٌمۗ ِاَّن الَّس ْم َع َو اْلَبَص َر َو اْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُاو ِٕىَك َك اَن َع ْن ُه َمْس ُٔـْو اًل
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.
Jadi tanpa adanya profesionalisme atau keahlian, suatu usaha akan mengalami kerusakan dan
kebangkrutan. Juga menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas produksi. Hal ini tentunya
jelas akan menyebabkan juga terjadinya kebangkrutan total yang tidak diinginkan.
PENGERTIAN
HARTA
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, berasal dari
akar kata maala-yamiilu-mailan yang secara etimologis berarti doyong,
miring, suka, senang, atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi.
Bermakna sesuatu yang manusia condong atau suka terhadapnya.
ILAHIYAH
Titik berangkat kita dalam kepemilikan maupun pengembangan harta kita adalah dari Allah.
Tujuannya adalah mencari ridha Allah dan cara caranya juga tidak bertentangan dengan
syari’at-Nya. Kegiatan produksi, konsumsi, penukaran dan distribusi diikatkan pada prinsip
Ilahiyah dan tujuan Ilahi. Seorang Muslim melakukan kegiatan produksi, disamping
memenuhi hajat hidupnya, keluarga dan masyarakatnya juga karena melaksanakan perintah
Allah.
Dalam pandangan Islam harta bukanlah tujuan, melainkan semata-mata sarana untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi dan sarana penunjang bagi realisasi akidah dan syariat-
Nya.
Lanjutan….
Kesatuan antara kegiatan ekonomi dengan akhlak ini semakin jelas pada
setiap langkah. Akhlak adalah bingkai bagi setiap aktivitas ekonomi.
Ekonomi Islam adalah ekonomi kemanusiaan. Artinya, ekonomi yang me- Kemanusiaan
mungkinkan manusia memenuhi kebutuhan hidup, baik yang bersifat
kebendaan maupun kejiwaan. Manusia merupakan tujuan antara, kegiatan
ekonomi dalam Islam, sekaligus merupakan sarana dan pelakunya dengan
memanfaatkan ilmu yang telah diajarkan oleh Allah kepadanya dan anugerah
serta kemampuan yang diberikan-Nya.
Adanya kesadaran bahwa pada setiap harta yang manusia miliki terdapat hak
orang lain. Kesadaran ini tercermin dalam pelaksanaan zakat, infak, sadaqah
yang dikeluarkan untuk diberikan kepada yang berhak menerima (dhuafa’ dan
masakin) maupun untuk kegiatan fi sabilillah.
JENIS-JENIS HARTA
Harta mutaqawwim ialah segala sesuatu yang Harta mitsli dan qimi sebagai sesatu yang
dapat dikuasai dengan pekerjaan dan memiliki persamaan atau kesetaraan di pasar,
dibolehkan syara’ untuk memanfaatkannya. tidak ada perbedaan yang pada bagian bagiannya
Maksud pengertian harta ghair al-Mutaqawwim atau kesatuannya. harta yang ada duanya atau
merupakan kebalikan dari harta mutaqawwim, dapat ditukar dengan hal serupa dan sama disebut
yakni segala sesuatu yang tidak dapat dikuasai mitsli dan harta yang tidak duanya atau berbeda
dengan pekerjaan dan dilarang oleh syara’ secara tepat disebut qimi.
untuk memanfaatkannya.
LANJUTAN….
Harta Nafi’i Harta Khas dan ‘Am Harta Pokok dan Hasil
Harta nafi’i yaitu harta Harta khas yaitu harta milik individu Harta pokok ialah harta yang
yang tidak berbentuk yang tidak boleh diambil manfaatnya mungkin menumbulkan harta
jika tidak direstui pemiliknya. lain atau dalam istilah ekonomi
sedangkah harta ‘am yaitu harta milik disebut harta modal.
umum yang dibebaskan dalam
mengambil manfaatnya.
LANJUTAN….
Harta Mamluk, Mubah dan Mahjur Harta Dapat Dibagi dan Tidak Dapat
Dibagi
Harta mamluk yaitu harta yang statusnya
memilikik kepemilikian baik individu, Pembagian harta ini didasari oleh potensi
umum atau negara. harta mubah yaitu harta menimbulkan kerugian atau
hukum harta pada asalnya yaitu tidak kerusakan apabila dibagikan. harta yang
ada yang memiliki. sedangkan, harta dapat dibagi yaitu harta tidak
mahjur yaitu harta yang tidak boleh menimbulkan kerugian atau kerusakan
dimilikioleh pribadi. apabila dibagikan seperti beras.
sedangkan, harta yang tidak dapat dibagi
yaitu harta menimbulkan kerugian atau
kerusakan apabila dibagikan seperti
benda-benda mewah.
HAL YANG DIHARAMKAN DALAM MENCARI HARTA
Ketidakadilan, hanya
Adanya Riba, karena hal ini menguntungkan salah satu
merupakan larangan Allah. pihak dan merugikan pihak
lain.
Ghasiy, kecurangan.
TERIMAKASIH