Anda di halaman 1dari 154

ADMINISTRASI PERTANAHAN

DI INDONESIA

1. Konsepsi Hukum Pertanahan di Indonesia;


2. Sejarah Hukum Pertanahan Indonesia (zaman Penjajahan & setelah
merdeka);
3. Kebijakan Pertanahan di Indonesia Keppres No. 34 Thn 2003 Ttg Kebijakan
Nasional di Bid Pertanahan;
4. Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan utk Kepentingan Umum
 (Perpres No. 36/2005 diubah dgn Perpres No. 65/2006);
5. Perda No. 16 Thn 2008  Tanah Ulayat & Manfaatnya;
6. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Utk Kepentingan Umum  (UU No. 2
Tahun 2012);
7. Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan;
8. Reforma Agraria di Indonesia.
BIO DATA
 NAMA : DRS. H. IDRIS. M.Si
 TEMPAT/TGL LHR : SIBOLGA; 16 MARET 1958
 NIP : 195803161979031001
 JABATAN SEBE- : 1. Kasubag. Pemberdayaan & Diklat Luar
Negeri LUMNYA Badan Diklat ( BPSDM ) Depdagri
2. Kabag. Adm. Keprajaan Kampus Riau – Rohil
3. Dosen Uir Pekanbaru-Riau
4. Dosen IPDN Kampus Riau
 SEKARANG : DOSEN IPDN KAMPUS SUMBAR
 PENDIDIKAN FORMAL KESARJANAAN :
 D-3 AKADEMI AGRARIA  D.I. YOGYAKARTA 1985
 S -1 IIP JURUSAN POLITIK AGRARIA  DKI JAKARTA 1990
 S -2 UIR JURUSAN PEMERINTAHAN  PEKANBARU 2012
 PENDIDIKAN NON FORMAL :
 TOT Lingkungan : LAN RI
 Barang dan Jasa : Badan Diklat Kemendagri
 Percepatan Reformasi: Hotel Labersa Pekanbaru
Bid. Keuangan di Badan Diklat Keuangan
 Lingkungan Hidup : Kement Lingkungan Hidup
 Agrobussinis : IDACA Mitsubissi – Jepang
 HP NO : 0821 7221 2388
1. Senin Klas G3 G4  hal. 55 sd. hal. 68  10.30-
12.10 Wib

2. Selasa Klas F3 F4  hal. 68 sd. hal. 95  10.30-12.10


Wib
Klas F1 F2  hal. 68 sd. hal. 97  13.30-15.10
Wib
3. Rabu Klas G1 G2  hal. 68 sd. hal. 98  07.45-09.25
Wib
POINTER I

KONSEPSI HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA

TANAH ADALAH KARUNIA ALLAH SWT


Diperuntukan untuk :

 Kepentingan manusia, yang semakin lama semakin meningkat


disebabkan oleh kebutuhan hidup manusia yang selalu
berkembang; Contoh : 2 org  menjadi 7 org  menjadi 70 org.
 Disisi lain persediaan tanah untuk keperluan manusia tetap, tidak
pernah berubah, apalagi bertambah;
Contoh : B |-------------------------------------| T
B >------------------------------------------> T
 karena itu Tanah sebagai kurnia Allah SWT perlu dijaga dan
dilestarikan sesuai kegunaan dan manfaatnya.
KONSEPSI
TANAH BERDASARKAN HUKUM
DI INDONESIA

ADLH KOSEPSI ASLI INDONESIA YG BERTITIK TOLAK DARI


KESEIMBANGAN ANTARA KEPENTINGAN BERSAMA DAN KEPENTINGAN
PERORANGAN DAN SEBALIKNYA;

KONSEPSI
TANAH BERDASARKAN PANCASILA
DI INDONESIA
ADLH MEPOSISIKAN MANUSIA DAN MASYARAKAT-NYA DLM POSISI YG
SELARAS, SERASI DAN SEIMBANG SERTA TDK BERTENTANGAN ANTARA
KEPENTINGAN MASY DGN INDIVIDU.
Dijabarkan Ke Dalam
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
Bumi, air dan kekayaan alam yg terkandung di
dlm-nya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dijabarkan ke Dlm…. UU No. ?


 Dijabarkan Ke Dalam
UU NO. 5 TAHUN 1960 (UUPA)
Ps. 1 Ayat (2)

SELURH BUMI, AIR DAN RUANG ANGKASA, TERMSK KEKAYAAN


ALAM YG TERKDUNG DI DLMNYA DLM WIL RI, SEBAGAI
KURNIA TUHAN YME ADALAH BUMI, AIR DAN RUANG
ANGKASA BANGSA INDO DAN MERPKAN KEKAYAAN
NASIONAL.

DIKUASAI NEGARA
BUKAN DIMILIKI
• Pasal 1 Ayat (3)
HUB ANTARA BNGSA INDO DAN BUMI, AIR SERTA
RUANG ANGKASA TERMASUK DLM AYAT (2) PSL INI
ADLH HUB YG BERSIFAT ABADI
• Pasal 1 Ayat (4)
Bumi  SELAIN PERMUKAAN BUMI, TERMASUK
TUBUH BUMI DI BAWAHNYA SERTA YG
BERADA DI BAWAH AIR.
---------------------- > PERMUKAAN BUMI
---------------------- > TUMBUH BUMI
---------------------- > DI BAWAH AIR
Pasal 2 Ayat (1) Berbunyi :
Atas dasar ketentuan dlm ps. 33 ayat 3
UUD 1945 …............... “ dan hal-hal
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1
bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh
rakyat ”.
Contoh :
Contoh :
Baik atas nama : - Hak Milik
- HGU
- HGB
- HP
- Hpengelolaan dll
Apabila utk kepentingan Umum, tanah tsb bisa diambil alih
kewenangannya dgn ganti kerugian kpd yg berhak ??? (siapa
dan berapa) -> Harga Umum
Pasal 2 Ayat ( 2 )
………… pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara ?

Maksud kalimat ini  Memberikan Kewenangan kpd Neg Utk


apa ? :
a. Mengatur dan menyeleng peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan B, A dan R Angkasa;
b. Menentukan dan mengatur hub-2 hukum antara org-2 dgn B,
A, R Angkasa;
c. Menentukan dan mengatur hub-2 hukum antr org-2 dan
perbuatan-2 hukum yg mengenai B, A dan R Angkasa;
Semua ini bertujuan utk mencapai sebesar-2 nya
kesejahteraan  Masy Adil dan Makmur.
Pasal 2 Ayat (3)

2.3. Wewenang yang bersumber kepada hak


menguasai dari Negara tersebut pada ayat 2 pasal
ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar
kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan,
kesejahteraan dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang
merdeka, berdaulat, adil dan makmur;
Pasal 2 Ayat (4 )

2.4. Hak menguasai dari Negara tersebut di atas


pelaksanaanya dpt dikuasakan kpd daerah-s
Swatantera dan masyarakat-s hukum adat,
sekedar diperlukan & tidak bertentangan
dgn kepentingan nasional, menurut
ketentuan-s peraturan pemerintah.
Pasal 3

Dgn mengingat ketentuan-s dlm pasal 1 ayat 2 pelaks


Hak Ulayat & hak-hak yg serupa itu dri masyarakat-s
hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih
ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dgn
kepentingan Nas dan Neg, yg berdasarkan atas
persatuan bangsa serta tdk boleh bertentangan dgn
Undang-s dan peraturan yg lebih tinggi.  maksud ?
Disini Manusia Mengharapkan :
1. Tanah mempunyai peranan penting di dalam memenuhi
kebutuhan manusia sebagai mahluk hidup yang selalu ingin
maju dan berkembangan sesuai kebutuhannya; serta
2. Meningkatkan kesejahteraan yang dicita-citakan selama ini,
yaitu ingin hidup Adil dan Makmur.
Oleh sebab itu  Tanah mempunyai sifat Politik, budaya
dan Ekonomis  sebab itu Dikuasai Neg.
POINTER II
TINJAUAN KEBIJAKAN PERTANAHAN

Jadi Kompleksitas Masalah Pertanah Tdk Terlepas dri :


1. Politik Pertanahan (Kebijakan Pertanahan)
- Pengaturan
- Pengelolaan Ps. 33 ayat (3) UU No.5/1960
- Permanfaatan UUD No. 45 Ps. 2 (1,2a,b,c; 3 dan4)
- Penetapan

Kesejahteraan dan
kemakmuran Rakyat
2. Politik Hukum Pertanahan :
a. Era Kolonialisme (penjajahan)
- Zaman Penjajahan Belanda;
- Zaman Penjajahan Jepang;
- Zaman Setelah merdeka s.d Tahun 1960.
b. Politik Pertanahan di Indo sesuai dgn UU No.5/1960 (UUPA)
- Kebijakan pertanahan yg terkait dgn pasal-s; termasuk
Hak Ulayat; dan proses pembuatan Sertifikat;
- Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pemb utk
Kepentingan Umum
- Perpres No. 65 Tahun 2006;
- UU No. 2 Tahun 2012 ( pelaksanaannya).
A. POLITIK PERTANAHAN
DLM PENGENDALIAN PEMILIKAN DAN PENGUASAAN TANAH DI ERA :

1. Zaman Pemerintahan Belanda

Orientasi kebijakan pertanahan pd zaman Belanda dlm pengaturan pemilikan


penguasaan tanah lebih memberikan prioritas dan peluang terhdp WNB/A, serta
Badan Hkm Belanda dan BHkm-Asing lainnya dripd Penduduk Pribumi;

Maksudnya, agar tanah-s di Indo bisa dimanfaatkan utk membangun industri,


pertambangan dan pertanian; dan hasilnya dibawa ke Negnya.
Tujuan Mendasar adlh utk dpt memperoleh keuntungan se-besar-s nya bgi
Pem-an Belanda.
SISTEM POLITIK PERTNHAN SEBLM BERLAKUNYA AGRARISEHE WET, YAITU :
1. SISTEM MONOPOLI; DAN
2. SISTEM KERJA PAKSA
TTP ATAS DESAKAN MODAL BESAR SWASTA; LAHIRLAH AGRARISEHE WET (1870)
DGN KONSEPSI KAPITALISME LIBERAL DAN MEMPERGUNAKAN SISTEM :
a. SISTEM PERSAINGAN BEBAS; DAN
b. KERJA BEBAS

 BERHSL MENCIPTAKAN KAPITALISME-MODERN YG MELAHIRKAN


IMPERIALISME-MODERN DI INDO  DGN MENCIPTAKAN EKSPLOITASI
BARU SECARA BESARS-AN, TTP TDK MEMBAWA KEBAHAGIAAN, BAGI
BANGSA INDO; MELAINKAN JUSTRU MEMBAWA KEMISKINAN DAN
PENDERITAAN YG MAKIN HEBAT BAGI RAKYAT DAN BANGSA INDO.
• TUJUAN AGRARISEHE WET YAITU utk memberi kemungkinan dan
jaminan kpd pemodal besar asing agar dpt berkembang di Indo
dgn memberi hak-s Atas Tanah, dgn Hak Erfpacht yg berjangka
wkt lama.
• HAK ERFPACHT memberi kewewenang penggunaan tanahnya
Sama dgn HAK EIGENDOM sesuai psl 721 KUUHP (Kitab Undan
Undang Hukum Perdata) mengatakan “ yg mempunyai Hak
Erfpacht mempunyai wewenang yg terkandung di dlm Hak
Eigendom atas tanah ybs, ttp ia tdk boleh berbuat sesuatu yg
kiranya dpt mengakibatkan turunya harga tanah”.
• Pelaks Agrarisehe Wet di lap diatur lebih lanjut dgn UU dgn nama
Agrarisch Besluit & di Undangkn dlm Staats-blad thn 1870 No. 118.
• Agrarisch Besluit psl 1, memuat peryantaan penting yg terkenal dgn
sbg Domein verklaring (pernyataan domein) dan berbunyi : “ bahwa
semua tnh orang lain tdk dpt dibuktikan, bhw tnh itu tnh Eigendom-
nya, adlh domein negara at tnh milik negara”.
• Berdsrkan peraturan II dan III Agrarische wet  Semua tanah yg tdk
dpt dibuktikan kepemilikannya menjd Tanah Negara.  Aturan ini
di kenal dgn Pernyataan Domein atau Domein Verklaring.
• Hak Milik (adat) atas tanah tdk dpt dipindahkan oleh org-s Indo
Asli kpd bukan Indo Asli  oleh sebab itu semua perjanjian yg
bertujuan utk memindahkan hak tsb, baik langsung maupun
tdk langsung batal krn hukum.

• Tdk ada jaminan hkm bgi rakyat Indo Asli, sdgkan tanah-s barat
semuanya terdaftar  Kebijakan Pertnhan di Zaman Belanda
 Tdk Memperhtikan hak rakyat Indo Asli.
DOMEIN VERKLARING
MEMPERKOSA HAK-HAK RAKYAT
1. Semua tnh yg bukan tnh Eigendom dan bukan pula tnh agrarisch Eigendom,
sepanjang ada di daerah merupkan milik pemerintah adlh Domein Neg.
2. Semua tnh yg bukan tnh Eigendom, bukan tnh agrarisch Eigendom dan
bukan pula tnh milik rakyat yg telah bebas dri kunkungan hak hulayat adlh
tnh neg (milik negara).
3. Semua tnh yg bukan tnh Eigendom, bukan tnh agrarisch Eigendom & bukan
pula tnh milik rakyat, baik yg sdh mapun yg blm bebas dri kunkungan hak
hulayat, adlh milik neg.
** Oleh sebab itu Azas Domein adlh bertentangan dgn kesadaran hukum
rakyat Indo (azas Feodal-Individualistis).
FUNGSI DOMEIN VERKLARING
DLM PRAKTEK AGRARIA DOMEIN VERKLARING

1. DIPAKAI SBG LANDASAN HKM BGI PEM BELANDA UTK DPT


MEMBERIKAN TNH DGN HAK-S BARAT; YAITU HAK-S YG DIATUR
DLM KUUH PERDATA, SEPERTI HAK EIGENDOM, ERFPACHT DAN
OPSTAL.
2. UTK KEPERLUAN PEMBUKTIAN
HANYA EIGENAARLAH YG BERWENANG MEMBERIKAN HAK-S
ERFPACHT DAN OPSTAL (SUBJEK HUKUM YG MEMPUNYAI
EIGENDOM).
2. Zaman Pemerintahan Jepang
 Kebijak pertnhan di Zaman Jepang hampir sama dgn Pem-an
Belanda, krn sama-s mempunyai :
 Maksud dan Tujuan  Ttap utk dpt mengmbil hasil prtnian &
pertmbangan, bahkan brg-s bergrak dan tdk bergerak milik
Belanda di bawa ke Neg. Jepang sbg barang rampasan.
Ini bertentngan dgn UU No. 39 Th 1999, yg menyatakan tdk
seorgpun boleh dirampas miliknya dgn se-wenang-s dgn
secara melawan hkm.
• Dlm Kebijakan Pertnhan pd zaman Jepang yg dituangkan dlm OSAMU SEREI
No. 2 Th 1942  diubah menjadi OSAMU SEREI No. 4 dan 25 Th 1944 ps. 10
menyatakan  Buat sementra wkt dilarang keras memindahkan ke tangan
lain, harta benda yg tdk bergerak, surat-s berharga, uang simpanan di bank
dsbgnya dgn hrs mendptkan ijin terlebih dahulu dri Balatentera Dai Nippon.
• Tanah-s pertikelir tsb diurus oleh Kantor Pertnhan dgn nama Siriyoeti
Kanrikoosya (UU Balatentera Dai Nippon tgl 1 bln 6 th Syoowa 17 (2602) yo,
Osamu Serei No. 2 tgl 30 bln 1 th Syoowa 18(2603).
• Sejak keluarnya UU ini thn 1942, kemudian disusul oleh Verordening
CCOAMACAB 1946 No. XXIX  Tanah-s Partikelir tdk lagi diusahakan atas
dasar hak-s pertuanan.
• Artinya bhw pemindahtangani hak atas tanah utk sementara
waktu tidak diperbolehkan, kecuali mendptkan izin terlebih
dahulu dari Balatentara Dai Nippon.

•  Kebijakan Pertanhan di Zaman Jepang Tdk


Memperhtikan hak-hak rakyat Indo Asli, apalagi masy miskin
(jauh lebih kejam dri pd kebijakan Pertanahan wkt pem-an
Belanda).
POINTER III
SETELAH INDO MERDEKA

Kebijakan Pertnhan pd saat itu ttg Pengaturan,


pengendalian, pemilikan dan penguasaan tanah melalui
Perijinan sangat bervariasi, krn aparat at Departemn at instns
dlsbnya ber-ubah-s penanganannya, mulai :

Menteri Kehakiman, menteri Agraria, Mendagri, Menteri


Muda Agraria, Direktur Jenderal Agraria, Ka. Jawatan Agraria,
Ka. ,Inspeksi Agraria, Ka Pengawas Agraria, Ka. Kantor
Pertanahan, ---------> Terakhir Tahun 1989 menjadi BPN RI, Ka.
Kanwil BPN utk Prov dan Utk Kab/Kota Ka. Kantor Kab/Kota.
Contoh-s di lapangan
1. Penetapan UU Darurat No. 1 Th 1952 dan UU No. 24 Th 1954 ttg
pemindahan Hak Tanah-s dan brg-s tetap, tunduk pd hukum barat dan
pemberian ijin pemindahan hak dilaks oleh Menteri Kehakiman;
2. Pengawasan pemindahan hak atas tanah Perkebunan UU No. 28 Th 1956
ttg pemindahan Hak Eigendom, Erfpacht dan opstal dan kebendaan lainnya
 dilakukan dgn Ijin Menteri Kehakiman dgn persetujuan Menteri
Pertanian, dan apabila tdk dilakukan melalui Kementerian ini, batal krn
hukum.
3. Dstnya....................
AKIBAT KETIDAK TERATURNYA HUKUM PERTNHAN DI INDO,
MENIMBULKAN DUALISME DLM PELAKS-NYA; YAITU :

1. Bersumber pd Hukum Adat (hukum agr adat)


Contoh: Tanah-s Ulayat, milik, usaha, gogolan, bengkok,
agrarisch eigendom, grant Sultan, dll

2. Bersumber pd Hukum Perdata Indo (hukum agr


barat/eropa)
Contoh : Tanah Egendom, Erfpacht, opstal dll
DLM HUKUM AGRARIA ADAT
MENGANDUNG CACAT

1. HUKUM AGR ADAT (sifat : Tertulis)


2. HUKUM AGR ADAT (sifat : Tidah Tertulis) 
mengurangi kepastian hukum
3. HUKUM ANTAR GOL (indo asli dgn non asli)
HUKUM AGR ADAT
DI INDONESIA

Hukum Agraria Adat


Hukum Agraria Adat
(Sifat : Tertulis)
(Sifat : Tidak Tertulis)

HUKUM AGR ANTAR GOL


(indo asli dgn non asli)
Hal 7 berbunyi --- antar
Negara, antar tempat at antar waktu
MACAM-S HAK
PADA HUKUM AGR ADAT/INDO
1. TANAH ULAYAT  komversi  Hak Milik Adat
2. TANAH MILIK  kompersi  Hak Milik
3. TANAH USAHA  kompersi  HGU
4. TANAH GOGOLAN  konversi  HGU at HP
5. TANAH BENGKOK  konversi  HGU at HP
6. TANAH GRANT SULTAN  komversi  HM Stn
7. DLL
DLM HUKUM AGR BARAT (Hukum Perdata Indo)
JUGA TERJADI DUALISME HUKUM :

1. Hukum Agraria Barat (sbr: KUUH Perdata)


2. Bataviase Grondhuur(sbr: Hkm kebiasaan)

AKIBATNYA
TIMBUL MASALAH-S PERTANAHAN
AKIBAT LEBIH LANJUT
MUNCUL
HUKUM AGR ANTAR GOL
(Gouw Giok Siong : “ Hkm Agr Antar Gol; Hal 7”)
Berlaku utk  Negara, antar tempat at antar waktu

Kembali Diperlukan
HUKUM AGR ADMINISTRATIF
(UU Agrarische Wet Thn 1870)
DUALISME
HUKUM AGR BARAT

HUKUM AGR BARAT


DASAR
Agrarische Wet 1870
(staatsblad No. 55)

Hukum Agraria Barat Bataviase Grondhuur


(sbr: KUUH Perdata) (sbr: Hkm kebiasaan)

HUKUM AGR ANTAR GOL


(Gouw Giok Siong : “ Hkm Agr Antar Gol)
Hal 7 berbunyi --- antar
Negara, antar tempat at antar waktu
DIPERLUKAN
HUKUM AGR ADMINISTRATIF
Agrarische Wet
MACAM-S HAK
PADA HUKUM AGR BARAT

1. HAK EIGENDOM  Konversi  Hak Milik


2. HAK ERFPACHT  Konpersi  HGU
3. Hak Opstal  Konpersi  HGB
*** TERKECUALI YG TIDAK MEMENUHI SYARAT SESUAI PASAL 21 UUPA
DUALISME HUKUM AGR
MENIMBUKAN BBRP MASALAH :

1. TIDAK ADA JAMINAN KEPASTIAN HUKUM DI BID AGR


2. CACAT HUKUM (BATAL HUKUM) DI BID AGR
AKIBATNYA
TIMBUL MASALAH-S HUKUM BID AGR DI INDO
USAHA-S UTK MENYESUAIKAN HUKUM AGR KOLONIAL
DGN KEADAAN DAN SETUASI SESUDAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN

1. GUNAKAN KEBIJAKAN DAN TAFSIRAT BARU


2. TIADAKAN LEMBAGA FEODAL
3. TIADAKAN LEMBAGA KOLONIAL
4. PERUBAHAN ATURAN SEWA TANAH RAKYAT
5. MENGAWASI PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH
6. LARANGAN PEMAKAIAN TANAH TANPA IJIN
7. PERALIHAN TUGAS DAN WEWENANG DI BID AGRARIA
POINTER III
SEJARAH PENYUSUNAN UUPA
THN 1948 SEC KONKRIT DISUSUN RUUPA SBG PENGGANTI HKM AGR LAMA :
1. PANITIA AGRARIA YOGYA  SARIMIN REKSODIHARDJO
2. PANITIA AGRARIA JAKARTA  SARIMIN REKSODIHARDJO
3. PANITIA SOEWAHJO S  KEMENTRIAN AGR – KEPPRES NO 55/93
4. RANCANGAN SOENARJO  DIAJUKAN & DITERIMA DEWAN
5. RANCANGAN SADJARWO  UUD 45 DAN DISESUAIKAN/1960
6. PENGESAHAN DAN PENGUNDANGANNYA 24 April Th 1960
ADIL dan MAKMUR  PANCA SILA dan UUD’45
AGRARIA REFORM INDONESIA
MEMPUNYAI 5 (LIMA) PROGRAM (Panca Program) :
1. Pembaharuan hukum agraria
2. Penghapusan hak-s asing dan konsesi-s kolonial atas tanah
3. Mengakhiri penghisapan feodal secara ber-angsur-s
4. Perombakan mengenai pemilikan & penguasaan tanah serta
hubungan-s hukum ybs dgn pengusahaan tanah (Land Reform), dan
5. Perencanaan persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan
kekayaan alam (Landuse Planning).
KONSEPSI HUKUM TANAH DI INDONESIA

ADLH KOSEPSI ASLI INDO YG TERTITIK TOLAK DRI


KESEIMBANGAN ANTARA KEPENTINGAN BERSAMA DAN
KEPENTINGAN PERORANGAN

KONSEPSI PANCASILA
MEPOSISIKAN MANUSIA DAN MASY-NYA DLM POSISI YG
SELARAS, SERASI DAN SEIMBANG DAN TDK BERTTGAN
ANTARA MASY DGN INDIVIDU.
KEBIJAKAN

• Menurut Dye dalam buku Dwiyanto Indiahono adalah What ever


governments choose to do or not to do. Maksudnya apapun
kegiatan pemerintah baik yang eksplisit maupun implisit yang
dilakukan ataupun tidak dilakukan itu merupakan kebijakan.

• Selanjutnya Dye (1995:1) juga mengemukakan Pendapat yang


sama dalam buku Leo Agustinom bahwa Kebijakan publik adalah
apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak
dikerjakan
BBRP KEBIJAKAN PERTANHAN SETELAH INDO MERDEKA
(PERUBAHAN & PENCABUTAN)

 Kebijakan Pengadaan Tnh  dikenal Bijblad No. 11372


merupakan Governements besluit tgl 1 Juli 1927 No. 7 di ubah
Governementsbesluit tgl 8 Januari 1933 No. 12746 intinya Setiap
pembelian tanah ut keperluan Dinas hrs melalui prosedur sesuai
aturan di atas.  Peraturan ini yg mengatur Pengadan Tanah utk
kepentingan Pemerintah. ?

 Peraturan ini dicabut oleh Surat Edaran Menteri Pertama RI Thn


1961  krn tidak sesuai dgn Alam Indo Merdeka.
 Srat Edaran yg sama (Dirjen Agraria) mengatakan ketentuan-s
mengatur ttg Tata Cara pembelian tanah utk kepentingan negara
dan Panitianya “sbgm diatur dlm Bijblad No. 11372 jo.12476”
sudah tidak sesuai lagi, utk itu perlu dicabut Tahun 1975 secara
resmi.
 Akibat dari srt Edaran tsb di atas, daerah-s utk memnuhi
kebutuhan daerahnya, membuat ketentuan-s sendiri mengenai
pembebasan tanah utk keperluaran Pemerintah. Akibat lebih
lanjut Tdk ada keseragaman dan kepasti hukum di Indo.
• PENCABUTAN HAK ATAS TANAH DI DLM BIJBLAD NO. 11372 PS. 1320  DPT
DILAKUKAN, APBILA :
 Apabila tdk tercapai kesepakatan harga pembelian Tnh;
 Azas yg dianut dlm pencabutan ini yaitu azas Kesepakatan
 Hukum yg digunakan Hukum Perdata ps. 1320;
 Susunan Panitia asal dri pihak Pemerintah dan Pihak Swasta (Tua Tnh)
 Dikenal sekali pihak perantara (Calo yg disebut Monopsoni).

• SEDANGKAN DLM KEPPRES RI NO. 55 TH 1993 PENCABUTAN  DPT DILAKUKAN :

 Bila tdk ada upaya penyelesaian dan ganti rugi tsb tetap tdk diterima
oleh Pemegang, sedangkan lokasi tdk dpt dipindahkan ke lokasi lain;
 Azas yg dianut adalah Musyawarah dan Mufakat;
 Hukum yg digunakan adalah Hukum Adat
 Susunan Panitia berasal dari Pjbt Pemerintah Prov dan Daerah;
 Calo tidak diperbolehkan dlm Keppres No.55 Thn 1993.
POINTER IV
UU NO. 5 THN 1960
TTG UNDANG UNDANG POKOK AGRARIA (UUPA)
Pasal 1
(1) Sel Wil Indo adlh kesatuan tanah-air dr sel rakyat Indo ......
(2) Sel bumi, air & ruang angkasa, termsk kekayaan alam yg terkandung di dlmnya
dlm wil RI sbg Kurnia Tuhan YME adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa
Indo dan merpkan kekayaan Nas.
(3) Hub ant bangsa Indo dan bumi, air serta R.Angk termsk dlm ayat 2 adalah hub
yg bersifat abadi.
(4) Pengertian bumi, selain permukaan bumi juga bumi dibawah dan berada di
bawah air.
(5) Pengertian air, baik perairan pedalaman maupun laut wil Indo
(6) Ruang angkasa adalah ruang di atas bumi dan air tsb ayat 4 dan 5 pasal ini.
Pasal. 2

(1) Atas dasar pasal 33 ayat 3 UUD45 ....., bumi, air & R.A termsk kekayaan alam yg terkdg di
dlmnya itu pd tk tertinggi dikuasai oleh Neg., sbg organ kekuasan sel rakyat.
(2) Hak menguasai dari Negara Memberi wewenang utk :
a. mengatur dan menyelenggarakan perutkan, pengguna an, persediaan dan pemeliharaan
bumi, air dan ruang angkasa tsb.
b. Menentukan dan mengatur hubungans hukum antara orangs dgn bumi, air & ruang
angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungans hukum antara orangs dan perbuatans hukum yg
mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
(3) Psl.2 di atas .....Utk mencapai sebesar besarnya kemakmuran rakyat dlm arti kebangsaan,
kesejahteraan dan kemerdekaan dlm masy dan negara hkm Indo ...
(4) Hak menguasai dr Neg tsb dpt dikuasakan kpd daerah-s Swatantra dan masyarakat-s hukum
adat sekedar diperlukan dan tdk bertentangan dgn kepentingan Nas, menurut ketentuan-s
Peraturan Pemerintah.
Pasal. 3

Dgn mengingat ketentuan-s dlm Psl. 1 dan 2 Pelaks


Hak Ulayat dan Hak-s yg serupa itu dr masy-s hukum adat,
sepanjang menurut kenyataannya masih ada, hrs
sedemikian rupa sehingga sesuai dgn kepentingan Nas
dan Neg, yg berdasarkan atas persatuan bangsa serta tdk
boleh bertentangan dgn UU dan Per-UU-an yg lebih
tinggi.
Pasal 4
(1) Atas dasar hak menguasai dr Neg sbgm dimasuk psl 2 ditentukan
adanya macam-s hak atas permukaan bumi, yg disebut tanah yg
dpt diberikan kpd org-s baik sendirian maupun ber-sama-s dgn
org lain serta badan-s hukum.
(2) Hak atas tanah yg dimsk ayat (1) ini, memberi wewenang utk
mempergunakan tanah ybs, demikian pula tubuh bumi, air dan
ruang yg ada di atasnya sesuai dgn UU dan aturan yg lebih tinggi.
(3) Selain hak-s atas tanah sbgm dimaksud dlm ayat (1) psl ini,
ditentukan pula hak-s atas air dan ruang angkasa.
Pasal 5  Hub dgn ps. 3
HUKUM AGR YG BERLAKU ATAS BUMI, AIR DAN RUANG
ANGKASA IALAH HUKUM ADAT, SEPANJANG TDK
BERTTGAN DGN KEPENTINGAN NAS DAN NEG,
BDSARKAN ATAS PERSATUAN BANGSA DGN SOSIALISME
INDO SERTA DGN PERATUAN-S YG TERCANTUM DLM UU
INI DAN DGN PERATURAN PER-UU-AN LAINNYA, SEGALA
SESUATU DGN MEINDAHKAN UNSUR-S YG BERSANDAR
PD HUKUM AGAMA.
PASAL 6
SEMUA HAK ATAS TANAH
MEMPUNHYAI FUNGSI SOSIAL

PASAL 7
UTK TDK MERUGIKAN KEPENTINGAN UMUM
MAKA PEMILIKAN DAN PENGUASAAN TANAH
YG MELAMPAUI BATAS TDK DIPERKENANKAN

PASAL 8
ATAS HAK MENGUASAI DR NEG (PSL 2)
DIATUR
PENGAMBILAN KEKAYAAN ALAM YG TERKANDUNG DLM
BUMI, AIR DAN RUANG ANGKASA
Pasal 9
(1) HANYA WNI YG DPT MEMPUNY HUB SEPNHNYA
DGN BUMI, AIR & R. AKS DLM BATAS-S PSL 1 & 2
(2) TIAP WNI, BAIK LAKI-S MAUPUN WNT MEMPUNY
KESEMPTAN YG SAMA UTK PEROLEH SESUATU HAK
ATAS TANAH SERTA MDPTKAN MANFAAT & HASIL
PASAL 10
(1) SETIAP ORG & BDN HKM YG MEMPUNY SUATU HAK
ATAS TANAH PERTANIAN PD AZASNYA DIWAJIBKAN
MENGERJKAN AT MEGUSAHAKAN SENDIRI SCR
AKTIF DGN MENCEGAH CARA-S PEMERASAN;
(2) PELAKS AYAT (1) INI DIATUR LBH LANJUT DG UU;
(3) PENGECUALIAN TERHDP AZAS PD AYAT 1 DIATUR
DLM PERATURAN PER-UU-AN.
Pasal 11

(1) HUB HKM ANTARA ORG TERMSK BDN HKM DGN BUMI,
AIR DAN RA SERTA WEWENANG-S YG BERSUMBER PD
HUB HKM AKAN DIATUR, AGAR TERCPAI TUJUAN PSL 2
AYAT 3 UUPA
(2) PERBEDAAN DLM KEADAAN MASY DAN KEPERLUKAN
HKM GOL RAKYAT DIMANA PERLU DAN TDK
BERTENTANGAN DGN KEPENT NAS DIPERHATIKAN, DGN
MENJAMIN PERLINDGAN TERHDP KEPENTGAN NAS
DAN GOL YG EKON LEMAH
PASAL 13
(1) PEM BERUSAHA AGAR SPY USAHA-S DLM
LAPANGAN AGRARIA DIATUR SEDEMIKIAN RUPA,
SEHINGGA MENINGGIHKAN PRODUKSI DAN
KEMAKMURAN RAKYAT .........................;
(2) PEM BERUSAHA MEMAJUKAN KEPASTIAN DAN
JAMINAN SOSIAL TERMSK BID PERBURUHAN DLM
USAHA-S DI LAPANGAN AGRARIA.
Pasal 14 ***)

(1) MENGINGAT KETENTUAN-S PSL 2(2&3), PSL 9(2), PSL 10 (1&2) PEM DLM RANGKA
SOSIALISME INDO, MEMBUAT SUATU RENC UMUM MENGENAI PERSEDIAN,
PERUTKAN & PENGGUNAAN B,A, RA SERTA KEKAYAAN ALAM YG TERKNDUNG
DIDLMNYA :
a. Utk keperluan Negara;
b. Utk keperluan peribadatan & keperluan-s suci lainnya, sesuai dgn dasar
Ketuhanan YME;
c. Utk keperluan pusat-s kehidupan masy, sosial, kebudayaan dan lain-s
kesejahteraan;
d. Utk kperluan perkembangan produksi ptani, peternakan & prikanan serta
seajalan dgn itu; dan
e. Utk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi dan pertambangan.
(2) BERDSRKAN RENC UMUM TSB AYAT (1) DAN PERATUR
AN YBS, PEMDA MENGATUR PERSEDIAN, PERUNTUKN
DAN PENGGUNAAN B,A & R. ANGKASA UTK DAERAH
NYA, SESUAI DGN KEADAAN DAERAHNYA MASING-S.

(3) PERATURAN PEMDA YG DMAKSUD DLM AYAT 2,


BERLAKU SETELAH MENDPTKAN PENGESAHAN,
MENGENAI DATI I PRESIDEN, DATI II OLEH GUB
KDH YBS DAN DATI III OLEH BUPATI/WALIKOTA YBS
PASAL 16
(1) HAK-S ATAS TANAH SBG YG DIMAKSUD DLM PSL 4 AYAT I
IALAH :
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
d. Hak Pakai
e. Hak Sewa
f. Hak Membuka Tanah
g. Hak Memungut Hasil
h. Hak-s lain yg tdk tsb diatas, ditetapkan dgn UU serta sifat sementara
sbg disebut psl 53
(2) HAK-S ATAS AIR & RUANG ANGKASA SBG
DIMAKSUD DLM PSL 4 AYAT 3 ADALAH :
a. Hak Guna air;
b. Hak Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan;
c. Hak Guna Ruang Angkasa
Pasal 17  Hub dgn ps. 7
(1) DGN MENGINGAT PSL 7, UTK MENCAPAI TUJUAN PSL 2
AYAT 3 DIATUR LUAS MAX/ MIN YG BOLEH DIPUNYAI DLM
PSL 16 UUPA, OLEH SATU KEL ATAU BADAN HUKUM;
(2) BATAS MAX AYAT 1 DIATUR DGN PER-UU-AN;
(3) TANAH KELEBIHAN AYAT 2 INI DIAMBIL OLEH PEM DGN
GANTI RUGI, UTK DIBAGI KE RAKYAT SESUAI PP; dan
(4) TERCAPAI BATAS MIN AYAT 1 DITTPKAN DGN PER-UU-AN,
DILAKS SECA BER-ANGSUR-S.
PASAL 18
UTK KEPENTGAN UMUM, BANGSA, NEG & RAKYAT,
HAK-HAK ATAS TANAH DPT DICABUT DGN GANTI
KERUGIAN YG LAYAK MENURUT UU.  ...... SAAT
INI GANTI  BERDSRKAN HARGA PASAR.
PASAL 19
(1) UTK MENJAM KEPSTIAN HKM OLEH PEM DIADAKAN PENDAF TANAH DI SEL
WIL RI DIATUR DGN PP
(2) PENDAF TSB DLM AYAT 1 MELIPUTI :
a. Pengukuran, perpetaan & pembukuan tanah
b. Pendaf hak-s atas tanah & peralihan hak-s tsb
c. Pemberian surat-s tanda bukti (sertifikat) yg berlaku sbg alat bukti yg
kuat
(3) PENDAF TANAH DISELENGKAN DGN MENGINGAT KEADAAN NEG & MASY,
KEPERLUAN LALU LINTAS SOSIAL, MENURUT PERTIMBGAN MENTERI AGR
(4) DLM PP DIATUR BIAYA-S YBS DGN PENDAF PENDAF YG DIMAKSUD AYAT (1),
DGN KETENTUAN RAKYAT YG TDK MAMPU DIBEBASKAN DRI BIAYA-S TSB.
PASAL 20

(1) HAK MILIK ADALAH HAK TURUN MENURUN,


TERKUAT & TERPENUH YG DPT DIPUNYAI
ORG ATAS TANAH DGN MENGINGAT PSL.6;

(2) HAK MILIK DPT BERALIH & DIALIHKAN KPD


PIHAK LAIN.
PASAL 21

1) HANYA WNI DPT MEMPUNYAI HM;

2) OLEH PEM DITETPKAN BADAN-S HKM YG DPT MEMPUNY HM


DAN SYARAT-S NYA;

3) ORG ASING YG SESUDAH BERLAKU UUPA MEMPEROLEH HM


KRN PERWARISAN TANPA WASIAT DAN WNI YG MEMPUY HM
DAN SETELAH BERLAKU UUPA KEHILANGAN KE WNI, WAJIB
MELEPASKAN HM DLM JANGKA WKT 1 THN DAN APABILA
JANGKA WKT HABIS, HM TSB HAPUS KRN HKM;

4) SESEORG DISAMPING WNI, JUGA MEMPUY WNA , MAKA IA


TDK DPT MEMPUNY TANAH DGN HM & BG NYA BERLAKU
KETENTUAN AYAT 3 PSL INI.
PASAL 22

(1) Terjdnya HM menurut Hukum Adat Diatur dgn Pp;


(2) Selain cara sbgm Ayat 1 di atas, HM Terjadi Krn :
a. Penetapan PEM, menurut cara dan syarat-s yg
ditetpkan dgn pp;
b. Ketentuan UU.
PASAL 23

(1) HM, dmkian juga setiap peralihan, hapusnya dan


pembebanan dgn hak-s lain hrs didaftarkan
menurut psl 19;

(2) Pendaf dimaksd ayat 1 di atas, merpkan alat


bukti yg kuat mengenai hapusnya HM serta
sahnya peralihan dan pembebanan hak tsb.
PASAL 24

PENGGUNAAN TNH MILIK OLEH BUKAN PEMILIKNYA


DIBATASI DAN DIATUR DGN PERATURTAN
PERUNDANGAN.

PASAL 25
HAK MILIK DPT DIJADIKAN JAMINAN UTANG DGN
DIBEBANI HAK TANGGUNGAN.
PASAL 26

(1) JUAL BELI, PENUKARAN, PENGHIBAHAN, PEMBERI AN


DGN WASIAT, PEMBERIAN MENURUT ADAT DAN
PERBUATAN-S LAIN YG DIMAKSD UTK MEMINDAH KAN HM
SERTA PENGAWASAN NYA DIATUR OLEH PP.  (PP NO.
37/1998 TTG JABATAN PPAT DI UBAH DGN PERATURAN
KEPALA BPN NO. 1/2006);

(2) PEMINDAHAN TSB DI ATAS AYAT 1 KPD WNA ADALAH


BATAL KRN HUKUM DAN TNHNYA JATUH PD NEG DGN
KETENTUAN BHW PIHAK-S LAIN YG MEMBEBANINYA
TETAP BERLANGSUNG SERTA SEMUA PEMBAYARAN YG
TELAH DITERIMA OLEH PEMILIK, TIDAK DAPAT DITUNTUT
KEMBALI.
PASAL 27

HAK MILIK HAPUS BILA :


(1). TANAHNYA JATUH PD NEG :
a. KRN PENCABUTAN HAK DASAR PSL 18;
b. KRN PENYERAHAN DGN SUKARELA;
c. KRN DITERLANTARKAN; dan
d. KRN KETENTUAN PSL 21 (3) DAN PSL 26 (2).

(2). TANAHNYA MUSNAH.


PASAL 28

(1). HGU ADLH HAK UT MENGUSAHKAN TNH YG DIKUASAI


LSG OLEH NEG, DGN WKT SBGM DLM PS.29, GUNA
PERUSAHAAN PERKEBUNAN, PERTANIAN, PERIKANAN&
PETERNAKAN;

(2).HGU DIBERIKAN MIN 5 HA DGN KETENTUAN JIKA


LUASNYA 25 HA ATAU LEBIH, HRS MEMAKAI INVESTASI
MODAL YG LAYAK & TEHNIK PERUSAHAN YG BAIK;

(3).HGU DPT BERALIH DAN DIALIHKAN KPD ORG LAIN (wni).


PASAL 29

(1). HGU DIBERIKAN UT WKT 30 THN;

(2). UTK PERUSAHAAN YG LEBIH LAMA, HGU DPT


DIBERIKAN WKT 35 THN;

(3). ATAS PERMINTAAN PEMEGANG HAK, DAN


MENGINGAT KEADAAN PERUSAHAANNYA BISA
DIPERPAJG PALING LAMBAT 25 THN  30 Thn.
PASAL 30

1. YG DPT MEMPUNYAI HGU ADLH :


a. WNI
b. BDN HKM YG DIDIRIKAN MENURUT HKM INDO DAN
BERKDDKAN DI INDO;

2. ORG AT BDN HKM YG MEMPUNYAI HGU DAN TDK LAGI


MEMENUHI SYARAT SESUAI PSL 1 INI, DLM JGK WKT 1 TH WJIB
MELEPASKAN, AT MENGALIHKAN KPD YG MEMENUHI SYRAT;

APABILA TDK DILEPASKAN SESUAI YG DITTPKAN HAPUS


SECARA HKM, DGN KETENTUAN HAK-S PIHAK LAIN
DIINDAHKAN.
PASAL 31
HGU TERJADI KRN PENETAPAN PEMERINTAH.

PASAL 32
1. HGU TERMSK SYRT-S PEMBERIAN, DMKIAN JUG SETIAP PERALIHAN &
PENGHAPUSAN HRS DIDAFKAN (PSL 19);
2. PENDAF DIMKSD, MERPKAN ALAT BUKTI YG KUAT MENGENAI HAL DIMKSD
DI ATAS, KECUALI HAPUS KRN WKTNYA HABIS.

PASAL 33
HGU DPT DIJADIKAN JAMINAN UTANG DGN DIBEBANI HAK
TANGGUNGAN
PASAL 34

HGU HAPUS KARENA :


1. JANGKA WKTU BERAKHIR;
2. DIHENTIKAN SBLM YWKT BERAKHIR;
3. DILEPASKAN OLEH PEMEGANG HAKNYA;
4. DICABUT UTK KEPENTINGAN UMUM;
5. DITELANTARKAN;
6. TANAHNYA MUSNAH;
7. KETENTUAN DLM PSL 30 AYAT 2.
HAK GUNA BANGUNAN (HGB)

PASAL 35
1. HGB adlh hak ut mendirikan & mempy bangun-an-s atas
tnh yg bukan miliknya sendiri, dgn jwkt palng lama 30 thn.
2. Atas permintaan Pemegang Hak & dgn mengingat
keperluan serta keadaan bangun-an, jwkt tsb dpt
diperpjang paling lama 20 thn.
3. HGB dpt beralih & dialihakn kpd pihak lain.
Pasal 36
1. YG DPT MEMP HGB IALAH :
a. WNI
b. B-HKM YG DIDIRIKN MENURUT HKM INDO & BER-KEDDKAN DI
INDO;

2. ORG AT B-HKM YG MEMP HGB & TDK MEMENUHI SYARAT


DLM AYAT 1 PSL INI, DLM WKT 1 THN WAJIB MELEPASKAN AT
MENGALIHKAN HAKNYA KPD PIHAK LAIN YG MEMENUHI
SYARAT, DGN KETENTUAN BHW HAK-S PIHAK LAIN DI
INDAHKAN.
Pasal 37
HGB TERJADI :
1. TNH YG DIKUASAI NEG KRN PENETAPAN PEMERINTAH;
2. TNH MILIK KRN PERJANJIAN YG BERBENTUK OTENTIK
ANTR PEMILIK TNH YBS DGN PIHAK YG AKAN MEM
PEROLEH HGB, YG BERMKSD MENIMBULKAN HAK TSB
Pasal 38
1. HBG TERMSK SYARAT-S PEMBERIANNYA & SETIAP
PER-ALIHAN DAN HAPUSNYA HRS DIDAFTAR
MENRT PSL. 19
2. PENDAF TSB DLM AYAT 1 MERPKAN ALAT PEM
BUKTIAN YG KUAT MENGENAI HAPUSNYA HGB
SERTA SAHNYA PERALIHAN HAK TSB, TERKECUALI
HAPUS KRN JANGKA WKTNYA BERAKHIR.
Pasal 39
HAK GUNA BANGUNAN DPT DIJADIKAN JAMINAN UTANG
DGN DIBEBENI HAK TANNGGUNGAN.

Pasal 40
HGB HAPUS KRN :
a. Jangka wkt nya berakhir;
b. Dihentikan sebelum jangka wkt nya;
c. Dilepaskan oleh pemegang haknya;
d. Dicabut utk kepentingan umum;
e. Di terlantarkan;
f. Tanahnya musnah; at kentuan dlm ps. 36 ayat (2).
PASAL 41
1). HAK PAKAI (HP) ADLH HAK UTK MEGUNAKAN /MEMUNGUT HSIL DRI TNH YG
DIKUASAI OLEH NEG AT TNH MILIK (HM) ORG LAIN OLEH PJB YG BERWENANG.
TTP BUKAN PERJANJIAN SEWA-MENYEWA AT PERJANJIAN PENGELOLAAN
TNH.
2). HP DPT DIBERIKAN :
a. Selama jangka wkt tertentu at selama tnhnya dipergunakan utk keperluan
yg tertentu;
b. Dgn Cuma-2 dgn pembayaran at pemberian jasa brp apapun.
3). Pemberian HP tdk boleh disertai syarat-s yg mengandung unsur-s pemerasan.
Pasal 42
YG DPT MEMPUNYAI HP IALAH:
a. WNI;
b. ORG ASING YG BERKDDKAN DI INDO;
c. B. HUKUM YG DIDIRIKAN MENRUT HKM INDO DAN
BERKDDKAN DI INDO;
d. B. HUKUM ASING YG MEMPUNY PERWAKILAN DI INDO.
PASAL 43
1) SEPANJNG MENGENAI TNH YG LANGSUNG DIKUASAI OLEH
NEG, MK HP HANYA DPT DIALIHKAN KPD PIHAK LAIN DGN
IZIN PEJABAT YG BERWENANG;

2) HP ATAS TNH MILIK HANYA DPT DIALIHKAN KPD PIHAK LAIN,


JIKA HAL ITU DIMUNGKINKAN DLM PERJANJIAN YBS.
HAK SEWA UTK BANGUNAN
PASAL 44
1) SESEORG AT B HUKUM MEMPUNY HAK SEWA ATAS TNH, APABILA IA
BERHAK MEMPERGUNAKAN TNH MILIK ORG LAIN UTK KEPERLUAN
BANGUNAN, DGN MEMBAYAR KPD PEMILIKNYA SEJMH UANG SEWA DPT
DILAKUKAN.
2) PEMBAYARAN UANG SEWA DPT DILAKUKAN :
a. SATU KALI ATAU PD TIAP-S WKT TERTENTU;
b. SEBELUM AT SESUDAH TNHNYA DIPERGUNAKAN.
3) PERJANJIAN SEWA TNH YG DIMAKSUD DLM PS INI TDK BOLEH DISERTAI
SYARAT-S YG MENGANDUNG UNSUR-S PEMERASAN.
PASAL 45
YG DPT MENJADI PEMEGANG HAK SEWA IALAH :
a. WNI;
b. ORG ASING YG BERKEDDKAN DI INDO;
c. B. HKM YG DIDIRIKAN MENURUT HKM INDO DAN
BERKEDDKAN DI INDO;
d. B. HKM ASING YN MEMPUY PERWAKILAN DI INDO.
HAK-S TANAH UTK KEPERLUAN SUCI DAN SOSIAL
PASAL 49
1) HAK MILIK TNH BADAN-S KEAGAMAAN DAN SOSIAL SEPANJG DIPERGU
NAKAN UTK USAHA DLM BID KEAGAMAAN DAN SOSIAL, DIAKUI DAN
DILINDUNGI. BADAN-S TSB DIJAMIN PULA AKAN MEMPEROLEH TNH YG
CUKUP UTK BANGUNAN & USAHANYA DLM BID KEAMANAAN&SOSIAL;
2) UTK KEPERLUAN PERIBADATAN DAN KEPERLUAN SUCI LAINNYA SBGM
DIMAKSUD PSL 14 DPT DIBERIKAN TNH YG DIKUASAI LANGSUNG OLEH
NEG DGN HAK PAKAI; DAN
3) PERWAKAFAN TNH MILIK DILINDUNGI DAN DIATUR DGN PERATURAN
PEMERINTAH.
POINTER IV
KEBIJAKAN PERTANAHAN

PENGADAAN TANAH BAGI PELAKS PEMBANGUNAN


UTK KEPENTINGAN UMUM (PERPRES No.65/2006)

DASAR HUKUM
1. Ps. 4 ayat (1) UUD 1945
2. UU NO. 5 THN 1960 (UUPA);
3. UU no. 20/1961 ttg Pencabutan Hak Atas Tanah,dan benda-2 lain yg di
atasnya;
4. UU No. 24/1992 ttg Tata Ruang; dan
5. Perpres No. 36/2005 ttg Pengadaan Tnh bg kep Pemb utk Kep Umum.
BAB I
Pasal 1
Dalam Peraturan Presidan ini yg dimaksud dgn :
1. ....; dstnya
3. Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan utk mendptkan tnh dgn cara
memberikan ganti rugi kpd yg melepaskan hak atau menyerahkan
tnh, bangunan, tanaman dan benda-s lain yg berkaitan dgn tnh tsb
dgn Pencabutan Hak Atas Tanah;
5. Kepentinhan Umum adalah Kepentingan sebagian besar Masy;
6. Pelepasan dan penyerahan hak atas tnh adalah kegiatan melepaskan
hub hukum antara pemegang hak atas tnh dgn tnh yg dikuasainya dgn
memberikan ganti rugi atas dasar musy;
8. Pelepasan Hak atas tnh adalah Hak atas bidang tnh sbgm diatur dlm
UU No. 5 Tahun 1960 (psl. 16);
9. Panitia Pengadaan Tnh adalah Panitia yg dibentuk utk membantu
pengadaan tnh bagi pelaks pemb utk kepentingan umum;
11. Ganti rugi adalah penggantian terhdp kerugian baik fisik dan/atau
non fisik sbg akibat pengadaan tnh kpd yg mempuy tnh, bangunan,
tanaman atau benda-s lain; dan
12. Lembaga/Tim Penilai harga Tnh adalah Lembaga/Tim yg prof dan
independen yg telah mendptkan sertifikasi dri Depkeu dan
rekomentasi dri KantorAgr/BPD/Tata Ruang setempat disebut Tim
Apresiael.
BAB. II
PENGADAAN TANAH
Pasal 2 :
1) Pengadaan tnh bagi pelaks pemb utk kepentingan umum oleh Pem atau Pemda dilaks dgn
cara :
a. Pelepasan atau penyerahan hak atas tnh; atau
b. Pencabutan hak atas tnh.

2) Pengadaan tnh selain bagi pelaks pemb utk kepentingan umum oleh Pem atau Pemda
dilakukan dgn cara jual beli, tukar menukat atau cara lain yg disepakati sec sukarela oleh
pihak-s ybs.

Pasal 3 :
3) Pelepasan atau penyerahan hak atas tnh sbgm dimaksud psl 2 ayat (1) dilakukan
berdasarkan prinsip penghormatan terhdp hak atas tnh;
4) Pencabutan hak atas tnh sbgm dimaksud dlm psl 2 huruf b dilakukan berdsrkan ketentuan
UU No. 20 Tahun 1961 ttg Pencabutan Hak-hak atas tnh dan benda-s yg ada di atasnya dan
terakhir dgn Perpres No. 55 Tahun 1993.
Pasal 4 :

1) Pengadaan dan renc pemenuhan kebutuhan utk pelaks pemb


utk kepentingan umum, hanya dpt dilakukan dgn apabila
didsrkan pd Renc Tata Ruang Wilayah (RTRW) yg telah
ditetapkan lebih dahulu;
2) Bagi daerah yg belum mempuny RTRW sbgm dimaksud di
atas dilakukan berdsrkan Ruang Wilayah ( RW) atau Ruang
Kota (RK) yg telah ada;
3) Apabila ditetapkan lokasi pelaks pemb utk kepentingan
umum berdsrkan SK Penetapan Lokasi yg ditetapkan oleh
B/W/Gub, maka barang siapa yg membutuhkan tanah tsb,
terlebih dahulu hrs mendptkan persetujuan tertulis dri
B/W/Gub sesuai dgn kewenangannya.
Pasal 5 :

Pemb Kepentingan Umum yg dilaks Pem atau Pemda meliputi :


a. Jln umum, jalan Tol, Rel KA, (di atas tnh, di ruang atas tnh atau pun di
ruang bawah tnh), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air
dan sanitasi;
b. Waduk, bendungan, irigasi, dan bangunan pengairan lainya;
c. Rumah sakit umum dan pusat kesehatan masy;
d. Pelabuhan, Bandar Udara, stasiun KA dan terminal;
e. Peribadatan; Pendidikan atau sekolah;
f. Pasar Umum; Fasilitas Pemakaman Umum;
g. Pos dan Telekomunikasi;
h. Sarana Olah Raga; Stasiun penyiaran radio, televisi & sarana pedunkung;
i. Kantor Pem, Pemda, Perwakilan Neg Asing; Kantor PBB; Lembaga-s Inter;
j. Fasilitas TNI dan Polri dsb.
BAB III
PANITIA, MUSYAWARAH DAN GANTI RUGI

Panitia Pengadaan Tanah :


1) Pengadan tnh utk kepentingan umum di wil Kab/Kota dilakukan dgn
bantuan Panitia Pengadaan Tnh Kab/Kota yang dibentuk oleg
Bupati/Walikota;
2) Panitia Pengadaan tnh Prov dan DKI Jkt dibentuk oleh Gunernur;
3) Pengadaan tnh yg terletak di dua wil Kab/Kota atau lebih, dilakukan dgn
bantuan Panitia Pengadaan Tnh Prov yg dibentuk oleh Gub;
4) Pengadaan tnh yg terletak di dua wil Prov. atau lebih, dilakukan dgn
bantuan Panitia Pengadaan Tnh yg dibentuk oleh Menteri Dalam Negeri yg
terdiri atas unsur Pem dan Unsur Pemda terkait;
5) Susunan keanggotaan Panitia Pengadaan tnh sbgm dimaksud pd ayat (1),
ayat (2), ayat (3) terdiri atas unsur perangkat daerah terkait.
MUSYAWARAH
Pasal 8
1) Pengadaan tnh bagi pelaks pemb utk kepentingan umum dilakukan
melalui musyawarah dlm rangka memperoleh kesepakatan mengenai :
a. Pelaks pemb utk kepentingan umum di lokasi tsb;
b. Bentuk dan besarnya ganti rugi.
2) Musyawarah dilakukan di tempat yg ditentukan dlm surat undangan.

Pasal 9
3) Musyawarah dilakukan sec langsung antara pemegang hak atas tnh dgn
Panitia Pengadaan tnh, Instansi Pem atau Pemda yg memerlukan tnh.
4) Apabila jmh pemegang hak atas tnh tdk dimungkin utk terselenggaranya
musyawarah yg efektif, maka musyawarah dilaks oleh Panitia Pengadaan
Tnh, Pem dan atau Pemda yg memerlukan tnh dgn wakil-s mereka
sekaligus bertindak kuasa mereka.
3) Penunjuk wakil-s at kuasa dri para pemegang hak sbgm dimaksud ayat (2) hrs
dilakukan sec tertulis bermetrai cukup yg diketahui oleh Kepala Desa/ Lurah at surat
Penunjukan/kuasa yg dibuat dihdpan Pejabat yg berwenang.
4) Musyawarah sbgm dimaksud ayat (1) dan (2) dipimpin oleh Ketua Panitia.
Pasal 10 :
1) Dlm hal kegiatan pemb ut kepentingan umum yg tdk dpt dialihkan atau dipindahkan
secara teknis Tata Ruang ke tempat at lokasi lain, maka musya dilakuakan dlm jangka
wkt paling lama 90 hari kelender terhitung sejak tanggal undangan pertama;
2) Apabila musy tdk tercapai sbgm dimaksud ayat (1) di atas, Panitia Pengadaan tnh
menetapkan bentuk dan besarnya ganti rugi ruang sbgm dimaksud pasal 13 dan
menitipan ganti rugi kpd pengadilan Negeri yh wil hukumnya meliputi tnh dimaksud.
3) Apabila terjadi sengketa kepemilikan setelah penetapan ganti rugi sbgm dimaksud
ayat (2), maka Panitia menitipan uangnya ke Pengadilan Negeri ybs.
Pasal 11:
Apabila telah tercapai kesepakatan ant kedua belah pihak , Panitia Pengadaan tnh
mengeluarkan SK mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi sesuai dgn kesepakatan.
GANTI RUGI

Pasal 12 :
Ganti rugi dlm rangka pengadaan tnh diberikan untuk :
a. Hak atas tanah;
b. Bangunan;
c. Tanaman; dan Benda-benda lain yg berkaitan dgn tnh.

Pasal 13 :
1) Bentuk ganti rugi dapat berupa :
a. Uang; dan/atau
b. Tanah pengganti; dan/atau
c. Pemukiman kembali

2) Dlm hal pemegang hak atas tnh tdk menghendaki bentuk ganti rugi sbgm dlm
ayat (1), maka dpt diberikan kompensasi berupa penyertaan modal (saham)
sesuai ketentuan per-udang-an.
Pasal 14 :
Penggantian terhdp bid tnh yg dikuasai dgn hak ulayat diberikan dlm bentuk pemb
fasilitas umum atau bentuk lain yg bermanfaat bagi masy setempat.

Pasal 15 :
1) Dasar perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan pd :
a. Nilai Jual Objek Pajak atau Nilai nyata/sebenarnya dgn memperhatikan Nilai
Jual Objek Pajak thn berjln berdasarkan penetapan Lembaga/Tim Penilai
Harga Tanah yg ditunjuk oleh Panitia;
b. Nilai jual bangunan yg ditafsir oleh Perangkat Daerah yg bertanggung jawab
di bidang bangunan;
c. Nilai jual tanaman yg ditafsir oleh Perangkat Daerah yg bertanggung jawab
di bidang Pertanian.

2) Dlm rangka menetapkan dasar perhitungan ganti rugi, lembaga/Tim Panilai


Harga Tanah ditetapkan oleh Bup/Walikota atau Gub bagi Prov dan DKI Jakarta.
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012
TENTANG
PENGADAAN TANAH
BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
BAB I
KETENTUAN
PASAL 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara
memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.
2. Pihak yang Berhak adalah pihak yang menguasai atau memiliki objek
pengadaan tanah.
3. Objek Pengadaan Tanah adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah
tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau
lainnya yang dapat dinilai.
4. Kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat
yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat.
5. Hak pengelolaan adalah hak meguasai dari negara yang kewenangan
pelaksanaanya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.
6. Konsultasi Publik adalah proses komunikasi dialogis atau musyawarah
antar pihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan
kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum.
7. Pelepasan Hak adalah kegiatan pemutusan hubungan hukum daripihak
yang berhak kepada negara melalui Lembaga Pertanahan.
8. Ganti Kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak
yang berhak dalam proses pengadaan tanah.
9. Pernilaian Pertanahan, yang selanjutnya disebut Penilai, adalah orang
perseorangan yang melakukan penilaian secara independen dan
profesional yang telah mendapat izin praktik penilaian dari Menteri
Keuangan dan telah mendapat lisensi dari Lembaga Pertanahan untuk
menghitung nilai/ harga objek pengadaan tanah.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
• Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmur an rakyat.
a. kemanusiaan; f. Kesepakatan;
b. Keadilan; g. Keikutsertaan;
c. Kemanfaatan; h. Kesejahteraan;
d. Kepastian; i. Keberlanjutan; dan
e. Keterbukaan; j. Keselarasan.

PASAL 3
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan
menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara,
dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum
BAB III
POKOK-POKOK PENGADAAN TANAH
Pasal 4
1) Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah menjamin
tersedianya tanah untuk Kepentingan Umum.
2) Pemerintah dan/ atau Pemerintah Daerah menjamin
tersedianya pendanaan untuk Kepentingan Umum.
Pasal 5
Pihak yang Berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat
pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 6
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan oleh
Pemerintah.
Pasal 7
1) Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan
sesuai dengan
a. Rencana Tata Ruang Wilayah;
b. Rencana Pembangunan Nasional/ Daerah;
c. Rencana Strategis; dan
d. Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.
2) Dalam hal Pengadaan Tanah dilakukan untuk infrastruktur
minyak, gas, dan panas bumi, pengadaannya diselenggarakan
berdasarkan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Instansi
yang memerlukan tanah.
3) Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan
melalui perencanaan dengan melibatkan semua pengampu
dan pemangku kepentingan.
Pasal 8
Pihak yang Berhak dan pihak yang menguasai Objek
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum wajib
mematuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 9
1) Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum memperhatikan keseimbangan
antara kepentingan pembangunan dan kepentingan
masyarakat.
2) Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
dilaksanakan dengan pemberian Ganti Kerugian
yang layak dan adil
BAB IV
PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1) digunakan untuk pembangunan:
a. Pertahanan dan Keamanan Nasional;
b. Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api,
stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api;
c. Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air
minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan
bangunan pengairan lainnya;
d. Pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
e. Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;
f. Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi
tenaga listrik;
g. Jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;
h. Tempat pembuangan dan pengolahan sampah;
i. Rumah sakit Pemerintah/ Pemerintah Daerah;
j. Fasilitas keselamatan umum;
k. Tempat pemakaman umum Pemerintah/ Pemerintah
Daerah;
l. Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau
publik;
m. Cagar alam dan cagar budaya;
n. Kantor Pemerintah/ Pemerintah Daerah/ desa;
o. Penataan permukiman kumuh perkotaan dan atau
konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah dengan status sewa;
p. Prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/
Pemerintah Daerah;
q. Prasarana olahraga Pemerintah/ Pemerintah Daerah;
r. Pasar umum dan lapangan parkir umum.
Pasal 11
1) Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
diselenggarakan oleh Pemerintah dan tanahnya
selanjutnya dimiliki (dikuasai) Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
2) Dalam hal Instansi yang memerlukan Pengadaan Tanah
untuk Kepentingan Umum adalah Badan Usaha Milik
Negara, tanahnya menjadi milik Badan Usaha Milik
Negara (dikuasai oleh Negara).
Pasal 12
1) Pembangunan untuk Kepentingan Umum huruf b sampai
dengan huruf r wajib diselenggarakan Pemerintah dan
dapat bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, atau Badan Usaha Swasta.
2) Dalam hal pembangunan pertahanan dan keamanan
nasional huruf a, pembangunannya diselenggarakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum di selenggarakan
melalui tahapan:
a. Perencanaan;
b. Persiapan;
c. Pelaksanaan; dan
d. Penyerahan hasil.
Bagian Kedua
Perencanaan Pengadaan Tanah
Pasal 14
1) Instansi yang memerlukan tanah membuat
perencanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Perencanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum ayat (1) didasarkan atas Rencana Tata Ruang
Wilayah dan prioritas pembangunan yang tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah,
Rencana Srategis, Rencana Kerja Pemerintah instansi
yang bersangkutan.
Pasal 15
1) Perencanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
ayat (1) disusun dalam bentuk dokumen perencanaan
Pengadaan Tanah, yang paling sedikit memuat:
a. Maksud dan tujuan rencana pembangunan;
b. Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah dan
rencana pembangunan nasional dan daerah;
c. Letak tanah;
d. Luas tanah yang dibutuhkan;
e. Gambaran umum status tanah;
f. Perkiraan waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah;
g. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pem-bangunan;
h. Perkiraan nilai tanah; dan
i. Rancana penganggaran.
2) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah ayat
(1) disusun berdasarkan studi kelayakan yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
3) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah ayat
(2) ditetapkan oleh Instansi yang memerlukan
tanah.
4) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah ayat
(3) diserahkan kepada Pemerintah provinsi.
BAGIAN KETIGA
PERSIAPAN PENGADAAN TANAH
Pasal 16
Instansi yang memerlukan tanah bersama Pemerintah
provinsi berdasarkan dokumen perencanaan Pengadaan
Tanah melaksanakan:
a. Pemberitahuan rencana pembangunan;
b. Pendataan awal lokasi rencana pembangunan; dan
c. Konsultasi Publik rencana pembangunan.
Pasal 17
Pemberitahuan rencana pembangunan huruf a disampaikan
kepada masyarakat pada rencana lokasi pembangunan untuk
Kepentingan Umum, baik langsung maupun tidak langsung.
Pasal 18
1) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan huruf b meliputi
kegiatan pengumpulan data awal pihak yang Berhak dan Objek
Pengadaan Tanah.
2) Pendataan awal ayat (1) dilaksanakan dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan.
3) Hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan ayat (1)
digunakan sebagai data untuk pelaksanaan konsultasi publik
rencana pembangunan dalam pasal 16 huruf c.
Pasal 19
4) Konsultasi publik rencana pembangunan pasal 18 ayat (3)
dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana
pembangunan dari Pihak yang Berhak.
5) Konsultasi publik ayat (1) dilakukan dengan melibatkan Pihak yang
Berhak dan masyarakat yang terkena dampak serta dilaksanakan di
tempat rencana pembangunan Kepentingan Umum atau di tempat
yang disepakati.
3) Pelibatan Pihak yang Berhak ayat (2) dapat dilakukan melalui
perwakilan dengan surat kuasa dari dan oleh Pihak yang Berhak
atas lokasi rencana pembangunan.
4) Kesepakatan ayat (1) dituangkan dalam bentuk berita acara
kesepakatan.
5) Atas dasar kesepakatan ayat (4), Instansi yang memerlukan tanah
mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada gubernur.
6) Gubernur menetapkan lokasi ayat (5) dalam waktu paling lama
14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya
pengajuan permohonan penetapan oleh Instansi yang
memerlukan tanah. (Tugas Konsultasi Publik)+ Dasar Penetapan
Lokasi)
Pasal 20
1) Konsultasi Publik rencana pembangunan Pasal 19
dilaksanakan dalam waktu paling lama 60 (enam puluh)
hari kerja.
2) Apabila sampai dengan jangka jangka waktu 60 (enam
puluh) hari kerja pelaksanaan Konsultasi Publik rencana
pembangunan ayat (1) terdapat pihak yang keberatan
mengenai rencana pembangunan, dilaksanakan Konsultasi
Publik ulang dengan pihak yang keberatan paling lama 30
(tiga puluh) hari kerja.
Pasal 21
3) Apabila dalam Konsultasi Publik ulang Pasal 20 ayat (2)
masih terdapat pihak yang keberatan mengenai rencana
lokasi pembangunan, Instansi yang memerlukan tanah
melaporkan keberatan dimaksud kepada gubernur
setempat.
2) Gubernur membentuk tim penilai untuk melakukan atas
keberatan rencana lokasi pembangunan ayat (1).
3) Tim yg dimaksud ayat (2) terdiri atas: - TUGAS
a. Sekretaris daerah provinsi atau pejabat yang
ditunjuk sebagai ketua merangkap anggota;
b. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
sebagai sekretaris merangkap anggota;
c. Instansi yang menangani urusan di bidang
perencanaan pembangunan daerah sebagai anggota;
d. Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia sebagai anggota;
e. Bupati/ wali kota atau pejabat yang ditunjuk sebagai
anggota; dan
f. Akademisi sebagai anggota.
4) Tim ayat (3) bertugas: - TUGAS
a. Menginventarisasi masalah yang menjadi alasan
keberatan;
b. Melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak yang
keberatan; dan
c. Membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya
keberatan.
5) Hasil kajian Tim Penilai ayat (2) berupa rekomendasi
diterima atau ditolaknya keberatan rencana lokasi
pembangunan dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan oleh
gubernur.
6) Gubernur berdasarkan rekomendasi ayat (4) mengeluarkan
surat diterima atau ditolaknya keberatan atas rencana
lokasi pembangunan.
Pasal 22
1) Dalam hal ditolaknya keberatan atas rencana lokasi
pembangunan Pasal 21 ayat (6), Gubernur Menetapkan
Lokasi pembangunan.
2) Dalam hal diterimanya keberatan atas rencana lokasi
pembangunan Pasal 21 ayat (6), gubernur memberitahukan
kepada instansi yang memerlukan tanah untuk mengajukan
rencana lokasi pembangunan di tempat lain.
Pasal 23
3) Dalam hal setelah penetapan lokasi pembangunan Pasal 19
ayat (6) dan Pasal 22 ayat (1) masih terdapat keberatan,
Pihak yang Berhak terhadap penetapan lokasi dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
setempat paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
dikeluarkannya penetapan lokasi.
2) Pengadilan Tata Usaha Negara memutuskan diterima
atau ditolaknya gugatan ayat (1) dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya gugatan.
3) Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan Tata
Usaha Negara ayat (2) dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari kerja dapat mengajukan kasasi
kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.
4) Mahkamah Agung wajib memberikan putusan dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
permohonan kasasi diterima.
5) Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap menjadi dasar diteruskan atau tidaknya
Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan
Umum.
Pasal 24
Penetapan lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum
Pasal 19 ayat (6) atau Pasal 22 ayat (1) diberikan dalam waktu 2
(dua) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun.
Pasal 25
Dalam hal jangka waktu penetapan lokasi pembangunan untuk
Kepentingan Umum Pasal 24 tidak terpenuhi, penetapan lokasi
pembangunan untuk Kepentingan Umum dilaksanakan prosess
ulang terhadap sisa tanah yang belum selesai pengadaannya.
Pasal 26
1) Gubernur bersama Instansi yang memerlukan tanah
mengumumkan penetapan lokasi pembangunan untuk
Kepentingan Umum.
2) Pengumuman ayat (1) dimaksudkan untuk pemberitahuan
kepada masyarakat bahwa di lokasi tersebut akan
dilaksanakan pembangunan untuk Kepentingan Umum.
BAGIAN KEEMPAT
PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH
Paragraf 1
Umum
Pasal 27
1) Berdasarkan penetapan lokasi pembangunan untuk
Kepentingan Umum Pasal 26 ayat (1), Instansi yang
memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan Pengadaan
Tanah kepada lembaga pertanahan.
2) Pelaksanaan Pengadaan Tanah ayat (1) meliputi:
a. Inventaris dan identifikasi penguasaan, pemilik,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah;
b. Penilaian Ganti Kerugian;
c. Musyawarah penetapan Ganti Kerugian;
d. Pemberian Ganti Kerugian; dan
3) Setelah penetapan lokasi pembangunan untuk
Kepentingan Umum Pasal 26 ayat (1), Pihak yang
Berhak hanya dapat mengalihkan hak atas
tanahnya kepada Instansi yang memerlukan
tanah melalui lembaga pertanahan.
4) Beralihnya hak ayat (3) dilakukan dengan
memberikan Ganti Kerugian yang nilainya
ditetapkan saat nilai pengumuman penetapan
lokasi.
Paragraf 2
Inventaris dan identifikasi penguasaan, pemilikan,
penggunaan, serta pemanfaatan tanah
Pasal 28
1) Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah Pasal 27 ayat (2)
huruf a meliputi kegiatan:
a. Pengukuran dan pemetaan bidang perbidangan tanah;
dan
b. Pengumpulan data Pihak yang Berhak dan objek
Pengadaan Tanah.
2) Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah ayat (1) dilaksanakan
dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
Pasal 29
1) Hasil inventaris dan identifikasi penguasaan, pemilik,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah Pasal 28 wajib
diumumkan di kantor desa/ kelurahan, kantor
kecamatan, dan tempat Pengadaan Tanah dilakukan
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja.
2) Hasil inventarisasi dan identifikasi penguasaan,
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah pasal
28 wajib diumumkan secara bertahap, parsial, atau
keseluruhan.
3) Pengumuman hasil inventarisasi dan identifikasi ayat
(2) meliputi subjek hak, luas, letak, dan peta bidang
tanah Objek Pengadaan Tanah.
4) Dalam hal tidak menerima hasil inventarisasi ayat (3),
Pihak yang Berhak dapat mengajukan keberatan kepada
Lembaga Pertanahan dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari kerja terhitung sejak diumumkan hasil
inventarisasi.
5) Dalam hal terdapat keberatan atas hasil inventarisasi ayat
(4), dilakukan verifikasi dan perbaikan dalam waktu paling
lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
diterimanya pengajuan keberatan atas hasil inventarisasi.
6) Inventarisasi dan identifikasi dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 30
Hasil pengumuman atau verifikasi dan perbaikan pasal 29
ditetapkan oleh lembaga pertanahan dan selanjutnya menjadi
dasar penetuan Pihak yang Berhak dalam pemberian Ganti
Kerugian
Paragraf 3
PENILAIAN GANTI KERUGIAN
Pasal 31
1) Lembaga Pertanahan menetapkan penilaian dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Lembaga Pertanahan mengumumkan penilaian yang telah
ditetapkan ayat (1) untuk melaksanakan penilaian Objek
Pengadaan Tanah.
Pasal 32
3) Penilai yang ditetapkan Pasal 31 ayat (1) wajib
bertanggungjawab terhadap penilaian yang telah
dilaksakan.
4) Pelanggaran terhadap kewajiban penilai ayat (1)
dikenakan sanksi administratif dan/ atau pidana sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 33
Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh penilai Pasal 32 ayat (1)
dilakukan bidang per bidang tanah, meliputi:
a. Tanah;
b. Ruang atas tanah dan bawah tanah;
c. Bangunan;
d. Tanaman;
e. Benda yang berkaitan dengan tanah; dan/ atau
f. Kerugian lain yang dapat dinilai.
Pasal 34
1) Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh penilai Pasal 33 merupakan nilai
pada saat pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk
Kepentingan Umum Pasal 26.
2) Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian penilai ayat
(1) disampaikan kepada Lembaga Pertanahan dengan berita acara.
3) Nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian ayat (2) menjadi
dasar musyawarah penetapan Ganti Kerugian.
Pasal 35 - TUGAS
Dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena Pengadaan
Tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai
dengan peruntukan dan penggunaannya, pihak yang
berhak dapat meminta penggantian secara utuh atas
bidang tanahnya.
Pasal 36 - TUGAS
Pemberian Ganti Kerugian dapat diberikan dalam bentuk:
a. Uang;
b. Tanah pengganti;
c. Permukiman kembali;
d. Kepemilikan saham; atau
e. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
Paragraf 4
MUSYAWARAH PENETAPAN GANTI KERUGIAN
Pasal 37
1) Lembaga Pertanahan melakukan musyawarah dengan
Pihak yang Berhak dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak hasil penilaian dari penilai
disampaikan kepada Lembaga Pertanahan untuk
menetapkan bentuk dan/ atau besarnya Ganti Kerugian
berdasarkan hasil penilaian Ganti Kerugian Pasal 34.
2) Hasil kesepakatan dalam musyawarah ayat (1) menjadi
dasar pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang
Berhak yang dimuat dalam berita acara kesepakatan.
Pasal 38
1) Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/ atau
besarnya Ganti Kerugian, Pihak yang Berhak dapat mengajukan
keberatan kepada pengadilan negeri setempat dalam waktu paling lama
14 (empat belas) hari kerja setelah musyawarah penetapan Ganti
Kerugian Pasal 37 ayat (1).
2) Pengadilan Negeri memutus bentuk dan/ atau besarnya Ganti Kerugian
dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya
pengajuan keberatan.
3) Pihak yang keberatan terhadap putusan Pengadilan Negeri ayat (2)
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja dapat mengajukan
kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.
4) Mahakamah Agung wajib memberikan putusan dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
permohonan kasasi diterima.
5) Putusan Pengadilan Negeri/ Mahkamah Agung yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap menjadi
dasar pembayaran Ganti Kerugian kepada pihak yang
mengajukan keberatan.
Pasal 39
Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/ atau
besarnya Ganti Kerugian, tetapi tidak mengajukan
keberatan dalam waktu Pasal 38 ayat (1), karena hukum
Pihak yang Berhak dianggap menerima bentuk dan
besarnya Ganti Kerugian Pasal 37 ayat (1)
Paragraf 5
PEMBERIAN GANTI KERUGIAN
Pasal 40 TUGAS
Pemberian Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah
diberikan langsung kepada Pihak yang Berhak.
Pasal 41 TUGAS
1) Ganti Kerugian diberikan kepada Pihak yang Berhak
berdasarkan dalam musyawarah pasal 37 ayat (2) dan/ atau
putusan Pengadilan Negeri/ Mehkamah Agung Pasal 38 ayat
(5).
2) Pada saat pemberian Ganti Kerugian Pihak yang Berhak
menerima Ganti Kerugian wajib:
a. Melakukan pelepasan hak; dan
b. Menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan Objek
Pengadaan Tanah kepada Instansi yang memerlukan tanah
melakukan Lembaga Pertanahan.
3) Bukti ayat (2) huruf b merupakan satu-satunya alat
bukti yang sah menurut hukum dan tidak dapat
diganggu gugat di kemudian hari.  TUGAS
4) Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian
bertanggungjawab atas kebenaran dan keabsahan
bukti penguasaan atau kepemilikan yang diserahkan.
5) Tuntutan pihak lain atas Objek Pengadaan Tanah yang
telah diserahkan kepada Instansi yang memerlukan
tanah ayat (2) menjadi tanggung jawab Pihak yang
Berhak menerima Ganti Kerugian.
6) Setiap orang yang melanggar ketentuan ayat (4) dikenai
sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 42
1) Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/ atau
besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil musyawarah
Pasal 37, atau putusan Pengadilan Negeri/ Mahkamah
Agung Pasal 38, Ganti Kerugian dititipkan di Pengadilan
Negeri setempat.
2) Penitipan Ganti Kerugian selain ayat (1), juga dilakukan
terhadap:
a. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian tidak
diketahui keberadaanya; atau
b. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti
Kerugian:
1. Sedang menjadi objek perkara di pengadilan;
2. Masih dipersengketakan kepemilikannya;
3. Diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau
4. Menjadi jaminan di bank.
Pasal 43
Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan
pelepasan hak Pasal 41 ayat (2) huruf a telah dilaksanakan
atau pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di
Pengadilan Negeri Pasal 42 ayat (1), kepemilikan atau hak
atas tanah dari Pihak yang Berhak menjadi hapus dan alat
bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi
tanah yang dikuasai langsung oleh negara.
Pasal 44
1) Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian atau Instansi
yang memperoleh tanah dalam Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum dapat diberikan insentif perpajakan.
2) Ketentnuan lebih lanjut mengenai insentif perpajakan
diatur oleh pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya.
Paragraf 6
PELEPASAN TANAH INSTANSI
Pasal 45
1) Pelepasan Objek Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum yang dimiliki Pemerintah dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
2) Pelepasan Objek Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum yang dikuasai oleh Pemerintah atau
dikuasai/dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara/Badan
Usaha Milik Daerah dilakukan berdasarkan Undang-
undang ini.
3) Pelepasan Objek Pengadaan Tanah ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan oleh pejabat yang berwenang atau pejabat
yang diberi kelimpahan kewenangan untuk itu.
Pasal 46
1) Pelepasan Objek Pengadaan Tanah Pasal 45
ayat (1) dan (2) tidak diberikan Ganti Kerugian,
kecuali:
a. Objek Pengadaan Tanah yang telah berdiri
bangunan yang dipergunakan secara aktif
untuk penyelenggaraan tugas pemerintah;
b. Objek Pengadaan Tanah yang
dimiliki/dikuasai oleh Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah;
dan/atau
c. Objek Pengadaan Tanah kas desa.
2) Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah
ayat (1) huruf a dan huruf c diberikan dalam
bentuk tanah dan/atau bangunan atau
relokasi.
3) Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah
ayat (1) huruf b dapat diberikan dalam
bentuk Pasal 36.
4) Nilai Ganti Kerugian ayat (2) dan ayat (3)
berdasarkan atas hasil penilaian Ganti
Kerugian Pasal 34 ayat (2).
Pasal 47
1) Pelepasan Objek Pengadaan Tanah Pasal 45 dan
pasal 46 dilaksanakan paling lama 60 (enam puluh)
hari kerja sejak penetapan lokasi pembangunan
untuk Kepentingan Umum.
2) Apabila pelepasan Objek Pengadaan Tanah belum
selesai dalam waktu ayat (1) tanahnya dinyatakan
telah dilepaskan dan menjadi tanah negara dan
dapat langsung digunakan untuk pembangunan bagi
Kepentingan Umum.
3) Pejabat yang melanggar ketentuan ayat (1) dikenai
sanksi administratif sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
BAGIAN KELIMA
PENYERAHAN HASIL PENGADAAN TANAH
Pasal 48
1) Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil Pengadaan
Tanah kepada Instansi yang memerlukan tanah setelah :
a. Pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak
dan pelepasan hak Pasal 41 ayat (2) huruf a telah
dilaksanakan; dan/atau
b. Pemberian Ganti Kerugian telah dititipkan di Pengadilan
Negeri Pasal 42 ayat (1).
2) Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai
melaksanakan kegiatan pembangunan setelah
dilakukan serah terima hasil Pengadaan Tanah ayat (1).
Pasal 49
1) Pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum karena keadaan
mendesak akibat bencana alam, perang, konfilik sosial yang
meluas, dan wabah penyakit dapat langsung dilaksanakan
pembangunannya setelah dilakukan penetapan lokasi
pembangunan untuk Kepentingan Umum.
2) Sebelum penetapan lokasi pembangunan untuk Kepentingan
Umum ayat (1), terlebih dahulu disampaikan pemberitahuan
kepada Pihak yang Berhak.
3) Dalam hal terdapat keberatan atau gugatan atas pelaksanaan
Pengadaan Tanah, Instansi yang memerlukan tanah tetap dapat
melaksanakan kegiatan pembangunan ayat (1).
pasal 50
Instansi yang mempeproleh tanah wajib mendaftarkan tanah yang
telah diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAGIAN KEENAM
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 51
1) Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
Pasal 13 dilakukan oleh Pemerintah.
2) Pemantauan dan Evaluasi hasil penyerahan
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
yang telah diperoleh, Pasal 48 ayat (1)
dilakukan oleh Lembaga Pertanahan.
BAB V
SUMBER DANA PENGADAAN TANAH
Bagian kesatu
Sumber pendanaan
Pasal 52
1) Pendanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
besumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
2) Dalam hal Instansi yang memerlukan tanah Badan Hukum
Millik Negara/Badan Usaha Milik Negara yang
mendapatkan penugasan khusus, pendanaan bersumber
dari internal perusahaan atau sumber lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Penugasan khusus ayat (2) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 53
1) Dana Pengadaan Tanah Pasal 52 meliputi dana:
a. Perencanaan;
b. Persiapan;
c. Pelaksanaan;
d. Penyerahan hasil;
e. Administrasi dan pengelolaan dan
f. Sosialisasi.
2) Pendanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
dilakukan oleh Instansi dan dituangkan dalam dokumen
penganggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Ketentuan mengenai mekanisme pelaksanaan pendanaan
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diatur dengan
peraturan Presiden.
BAGIAN KEDUA
PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN PENDANAAN

Pasal 54
Jaminan ketersediaan pendanaan bagi
Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum
dialokasikan oleh Instansi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 55
Dalam penyelenggaraan Pengadaan Tanah, Pihak yang Berhak
mempunyai hak:
a. Mengetahui rencana penyelenggaraan Pengadaan Tanah;
dan
b. Memperoleh informasi mengenai Pengadaan Tanah.
Pasal 56
Dalam penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum, setiap orang wajib mematuhi ketentuan Pengadaan
Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Pasal 57
Dalam penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum, masyarakat dapat berperan
serta, antara lain:
a. Memberikan masukan secara lisan atau
tertulis mengenai Pengadaan Tanah; dan
b. Memberikan dukungan dalam
penyelenggaraan Pengadaan Tanah.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 58
Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku:
a. Proses Pengadaan Tanah yang sedang dilaksanakan sebelum
berlakunya Undang-undang ini diselesaikan berdasarkan
ketentuan sebelum berlakunya Undang-undang ini;
b. Sisa tanah yang belum selesai pengadaannya dalam proses
Pengadaan Tanah huruf a, pengadaannya diselesaikan
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang
ini; dan
c. Peraturan perundang-undangan mengenai tata cara
Pengadaan Tanah dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti dengan yang baru
berdasarkan ketentuan Undang-undang ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 59
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Pengadaan
Tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum diatur
dengan peraturan Presiden. (Keppres No.17/201
Pasal 60
Peraturan pelaksanaan Undang-undang ini harus ditetapkan
paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini
diundangkan.
Pasal 61
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-undang ini dengan penetapannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai