07 Penelaahan PPN
PERENCANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
• Yang termasuk pengertian penyerahan Barang Kena Pajak sesuai dalam Pasal 1A
ayat f UU PPN adalah penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak.
• Dalam hal PKP mempunyai lebih dari satu tempat usaha, baik sebagai pusat maupun
cabang-cabang perusahaan, dan PKP tersebut telah memperoleh ijin pemusatan
tempat pajak terutang dari Direktur Jenderal Pajak, maka pemindahan BKP dari satu
tempat usaha ke tempat usaha lainnya (pusat ke cabang atau sebaliknya, atau antar
cabang) dianggap tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP, kecuali
pemindahan BKP antar tempat-tempat pajak terutang.
• Sentralisasi tempat terutangnya PPN merupakan fasilitas yang dapat dimanfaatkan
PKP sehingga dapat menghemat biaya administrasi dan pengaturan arus kas
perusahaan yang lebih baik dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN
Alternatif 1 Alternatif 2
Penjualan 4.000 majalah @Rp20.000 = Rp80.000.000 Penjualan 4.100 majalah @Rp20.000 = Rp82.000.000
PPN 10% = Rp 8.000.000 Diskon = (Rp2.000.000)
Harga Faktur = Rp88.000.000 DPP = Rp80.000.000
PPN 10% = Rp 8.000.000
Jika pada Oktober 2021 perusahaan membagikan Harga Faktur = Rp88.000.000
secara cuma-cuma 100 eksemplar kepada pelanggan
maka akan dikenakan PPN tambahan sebesar 10% x ❑ Pemberian cuma-cuma majalah dianggap sebagai
100 x Rp10.000 (asumsi harga pokok) = Rp100.000. diskon.
❑ Alternatif ke 2 ini menyebabkan penjual tidak perlu
membayar PPN tambahan atas pemberian cuma-
cuma sehingga dapat mengurangi arus kas
pengeluaran perusahaan.
❑ Bagi pembeli tidak memiliki dampak karena tetap
membayar Rp8.800.000 dan tetap menerima 4.100
majalah.
❑ Segera mengajukan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) sehingga dapat
melakukan mekanisme pengkreditan PPN masukan dengan PPN keluaran.
❑ Mendirikan perusahaan di lokasi yang mendapatan fasilitas PPN, misalkan untuk
perusahaan yang berorientasi ekspor dapat mendirikan perusahaan di lokasi
Kawasan berikat dimana PPN masukan atas barang impor ditanggung pemerintah
dan PPN keluaran untuk ekspor 0%.
❑ Mengusahakan membeli bahan baku pada saat akan berproduksi agar PPN masukan
memiliki masa pajak yang sama dengan PPN keluaran.
❑ Mengajukan sentralisasi PPN bagi perusahaan yang memiliki kantor cabang.
❑ Penangan faktur pajak dengan baik sesuai dengan peraturan di bidang perpajakan
untuk menghindari sanksi dan PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan.