Anda di halaman 1dari 59

Media Massa dan Public Relations dalam

Membangun Citra Institusi

Dikumpulkan dari berbagai sumber oleh :


Dr. Ir. Firman Kurniawan S. MSi
Dr. Firman Kurniawan Sujono
Jember, 31 Januari 1969

Aktivitas saat ini :


Pengajar dan Peneliti di Program Pasca Sarjana Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia

Pendidikan
Doktor (S3) llmu Filsafat - Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia
Pendalaman Filsafat Teknologi Informasi dengan disertasi “”Manusia Dalam Masyarakat Jejaring
(Telaah Filsafat Pemikiran Manuel Castells Tentang Abad Informasi)

Magister (S2) Kekhususan Manajemen Komunikasi,


Program Studi Ilmu Komunikasi
Pasca Sarjana, Universitas Indonesia

Sarjana (S1) Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan


Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Aktivitas di luar kampus :


Pendiri dan Direktur Lembaga : Study for Digitalized & Globalized World (Stu#Digg)
Media Massa & Mekanisme Pembentukan Opini
Perkembangan Media Massa
Pengertian Media Massa
 Menurut Denis McQuail (2000) : “Media massa adalah
media yang memiliki sifat atau karakteristik yang mampu
menjangkau massa dalam jumlah besar dan luas
(universality of reach), bersifat publik dan mampu
memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di
media massa”.
 Karakteristik media tersebut memberikan konsekuensi bagi
kehidupan politik dan budaya masyarakat. Dari perspektif
politik, media massa telah menjadi elemen penting dalam
proses demokratisasi karena menyediakan arena dan
saluran bagi debat publik, menjadikan calon pemimpin
politik dikenal luas masyarakat dan juga berperan
menyebarluaskan berbagai informasi dan pendapat.
Bentuk-Bentuk Media Massa
 Media massa memiliki berbagai macam bentuk :
◦ Surat edaran Buku
◦ Surat Kabar Theater
◦ Film Televisi
◦ Radio Video
◦ Majalah Tabloid
◦ Media elektronik baru (videotron, sms blast)

 Masing masing media massa memiliki publik massa dan


cara pembentukan opini yang khas
Publik Media Massa

Publik dalam kaitan dengan


media massa adalah
“sekelompok masyarakat
yang dipengaruhi peta
mentalnya dengan citra,
asosiasi dan harapannya
oleh media massa” (Denis
McQuail 2000)
Media Massa mengapa dipelajari ?
 Media massa merupakan industri yang berubah dan
berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, jasa
serta menghidupkan industri lain yang terkait
 Media massa merupakan sumber kekuatan , alat kontrol,
manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat
digunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber
daya lainnya
 Media massa merupakan tempat (forum) yang berperan untuk
menampilkan peristiwa dalam kehidupan masyarakat
 Media sering berperan sebagai wahana pengembangan
kebudayaan masyarakat
 Media telah menjadi sumber yang dominan bukan saja bagi
individu, namun juga institusi, dalam memeroleh gambaran
realitas sosial
Media Massa sbg Kekuatan dan
Pembentuk Budaya
 Media massa sebagai sumber kekuatan dan pembentuk
budaya masyarakat, akibat kemampuannya membentuk
opini masyarakat
 Kemampuan media massa membentuk opini sering
dibahas dalam teori agenda setting
Agenda Setting Theory
• Teori ini menyatakan : “media massa merupakan pusat
penentu kebenaran, melalui kemampuannya mentransfer
dua elemen, yaitu kesadaran dan informasi ke dalam
agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik
serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting
oleh media massa.”
• Prinsip dasar teori ini dirumuskan oleh Water Lippmann
(1922) yang kemudian dibahas lebih dalam oleh Maxwell
McCombs, Donald Shaw (1968) dan Weaver
• Penggunaan Teor Agenda Setting :
• Political campaigns and debates
• Political advertising
• Legal systems
• Business influence on federal policy
• Public relations
Model Aliran Informasi Media dan Publik

A Broad View Scope of Agenda Setting Process


Atau : Model Aliran Informasi Media dan Publik
Mekanisme Pengaruh Media (1)
Level Pertama : Faktor saling ketergantungan 3 pihak :
◦ Audiens / Publik
◦ Isu
◦ Media
Level Kedua
◦ Framing
Mekanisme Psikologis
◦ Priming
Mekanisme Pengaruh Media (2)

McCombs, Shaw & Weaver :


First-Level Agenda Setting
- Berhubungan dengan objek yang berada dalam media dan
public agenda
- Media dipandang sebagai sarana untuk mempengaruhi dan
menentukan topik apa yang akan dimasukkan dalam public
agenda.
Second-Level Agenda Setting
- Media bukan hanya menyarankan apa yang harus
dipikirkan oleh publik tapi juga mempengaruhi apa yang
harus dipikirkan oleh publik terhadap suatu topik .
Prosesnya dilakukan dalam Framing dan Priming
 Framing : Proses dimana
media memberi
penekanan khusus
terhadap beberapa aspek
realitas dan mengurangi
keberadaan aspek lain.
 Priming : Efek yang
dihasilkan dari stimuli
yang hadir terlebih dahulu
yang dapat mempengaruhi
penafsiran seseorang
dalam memproses sebuah
informasi.
Pertimbangan Pembentukan Opini (1)
Pembentukan Opini Level Pertama : Jika audiens dianggap pasif
Audiens / Publik Isu Media
Asudiens dengan Karakteristiknya Sampaikan opini yang Media memuat opini dalam
akan dibentuk bentuk berita sesuai dengan isu
Contoh Pembentukan Opini Level Pertama
Badan Keamanan Laut Kerjasama dengan TNI AL dan Lembaga Lain untuk Operasi Laut
Kamis, 26 Mei 2016 20:07 oleh : RORRY NURMAWATI

SURYA.co.id | SURABAYA - Untuk menangani permasalahan keamanan dan keselamatan laut di


Indonesia, Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI bekerjasama dengan TNI AL. Bakamla bertugas menggelar
operasi keamanan laut yang didukung oleh sistem Peringatan Dini dan Unit Penindakan Hukum yang terpadu.
Bakamla memiliki tiga zona maritim yakni Manado, Batam, dan Ambon pada tahun 2015. Tahun 2016,
ditambah menjadi tujuh zona maritim yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, Cilacap, Makassar, Balikpapan,
Natuna, Sorong, dan Marauke. "Kami terus meningkatkan sistem keamanan dan terus mengkaji lokasi yang
baik untuk membangun zona maritim," kata Deputi Kebijakan & Strategi Bakamla RI Satria F Maseo di
Surabaya, Kamis (26/5/2016).
Bakamla menggelar rapat koordinasi di Hotel Swiss-Bel inn, Surabaya bersama TNI AL, Polair, Bea Cukai,
Imigrasi, Perhubungan Air, Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (PSDKP-KKP), dan beberapa instansi lainnya. Selain membangun pangkalan maritim, Bakamla juga
akan menambah sejumlah alat utama sistem keamanan laut (alutsiskamla), mengingat alutsiskamla yang
dimiliki masih terbatas. "Kita memerlukan kapal besar untuk operasi dalam setiap patroli. Hal ini untuk
mendukung operasional supay bisa mencapai ZEE dan laut lepas. Sehingga jangkauan semakin luas," jelas dia.
Semakin seringnya Bakamla bersama stakeholder lainnya berpatroli di laut, maka akan memimalisir
tindakan kejahatan seperti perampikan dan pembajakan kapal di laut.
Tidak hanya itu, untuk mengatasi terjadinya kejahatan di laut,Bakamla juga bekerjasama dengan negara lain.
"Untuk internasional, ada 22 negara yang sudah berkoordinasi. Namun baru tiga negara yang telah berMOU
dengan kita," jelas dia. Satria berharap, dengan adanya sinergitas dengan beberapa stakeholder, keamanan
diperairan laut bisa terjaga dan kondusif. Sehingga pandangan masyarakat terkait rawannya laut Indonesia bisa
dihilangkan. "Kita akan saling berkoordinasi dan terus berpatroli, sehingga tidak akan ada celah untuk
melakukan kejahatan," tegas dia.
Pertimbangan Pembentukan Opini (2)
Pembentukan Opini Level Kedua : Jika audiens dianggap aktif

Audiens / Publik Isu Media


Pro Kontra Dipandang Positif Dipandang Pro Kontra
negatif
Publik yang Publik yang Isu dibangun Isu dibangun Framing & Framing &
mendukung isu menolak isu untuk untuk Priming : Priming :
dan sumber dan sumber membentuk membentuk diberitakan diberitakan
berita berita penerimaan penolakan untuk untuk
publik publik membangun membangun
simpati publik kebencian
media publik media
Contoh :
 Kasus Pemindahan Warga Kampung Pulo : Pemerintah
Kota Jakarta Timur melakukan penertiban terhadap
perumahan warga di Kampung Pulo yang menghuni
sepanjang jalur normalisasi Ciliwung, Kamis (20/8/2015).
Mereka direlokasi ke rumah susun sewa yang letaknya tak
jauh dari Kampung Pulo.

Firman Kurniawan
Audiens / Publik

Pemindahan Warga
Kampung Pulo

Isu Media
Contoh Proses Pembentukan Opini Di Media Massa (1) :
Koran Sindo (Kontra Ahok)

Anak Kampung Pulo Trauma, DKI Harus Berikan Terapi


Rabu, 26 Agustus 2015 − 14:30 WIB (dok / SINDOnews) OLEH : KOMARUDDIN BAGJA ARJAWINANGUN

JAKARTA - Komnas Perlindung Anak (PA) meminta Pemprov DKI memberikan terapi untuk
anak-anak Kampung Pulo yang trauma dengan peristiwa bentrokan beberapa waktu lalu. Ketua
Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengatakan, proses penggusuran Kampung Pulo pada Kamis 20
Agustus 2015 lalu, menyisakan rasa traumatik pada anak, secepatnya harus disembuhkan. "Siapapun
(anak ) yang mengalami trauma dari dampak apapun termasuk penggusuran atau relokasi Kampung
Pulo maka anak-anak harus dapat terapi pemulihan dari dampak itu," kata Arist saat dihubungi
Sindonews, Rabu (26/8/2015).
Arist meminta Pemprov DKI Jakarta turun tangan menyelesaikan masalah seperti ini. Apalagi
rasa trauma pada anak bisa berdampak pada proses tumbuh kembang anak. “Pemprov DKI harus
menyiapkan pemulihan dari dampak itu. Maka Badan Perlindungan Perempuan dan Anak (BPPA) DKI
Jakarta atau kerja sama lintas lembaga bukan hanya Kampung Pulo kalau ada anak-anak trauma bisa
dirawat oleh pemerintah,” tambahnya.
Arist yakin Pemprov DKI sudah merencanakan dengan baik proses relokasi warga Kampung
Pulo. Dari sosialiasi pembongkaran, pembuatan rusunawa, hingga eksekusi pembongkaran hal
tersebut sudah terlebih dahulu dipikirkan.
Contoh Proses Pembentukan Opini Di Media Massa (2)
Koran Tempo (Pro Ahok)

Penggusuran Kampung Pulo, Ahok: Saya Subsidi Tujuh Turunan


KAMIS, 27 AGUSTUS 2015 | 10:54 WIB. OLEH :M IQBAL ICHSAN/ TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengeluhkan
warga Kampung Pulo yang meminta uang kerahiman. Ahok berkeras apa yang diberikannya lebih baik
dari sekadar uang pengganti. "Kalau saya bisa kasih mentahnya, saya lebih suka," kata Ahok saat
ditemui di Balai Kota, Kamis, 27 Agustus 2015.
Ahok menjelaskan bahwa rumah susun yang ia bangun untuk menampung warga Kampung Pulo
menghabiskan dana sekitar Rp 200 juta per unit di luar tanah. Belum lagi waktu satu setengah tahun
yang dibutuhkan untuk membangunnya. "Kalau Anda minta Rp 50 juta, gua kasih sekarang, langsung
gua usir.“ Namun Ahok menegaskan bahwa uang tidak akan membuat masalah banjir selesai. Ia
khawatir warga Kampung Pulo akan kembali menempati bantaran kali.
Ahok merasa rusun yang ia berikan sudah cukup. Warga hanya membayar uang pemeliharaan
Rp 10 ribu per hari dan tidak dipungut sewa. "Saya subsidi sampai tujuh turunan, sepuluh turunan. Di
kontrak ada disebutin, selama Anda masih tinggal dan bayar uang perawatan," ujar Ahok.
Warga Kampung Pulo pekan lalu direlokasi oleh Pemprov DKI Jakarta ke Rusun Jatinegara.
Relokasi ini bertujuan untuk normalisasi Kali Ciliwung yang menyempit karena hunian di bantaran kali.
Sebagian warga menolak rumah mereka dibongkar dan meminta uang kerahiman.
Membentuk Opini Melalui Media
Teori Lain Pembentukan Opini : Spiral of Silence
Contoh Pro- Kontra Hukuman Kebiri bagi Pemerkosa (1)

Davina Hariadi Setuju Hukum Kebiri untuk Pemerkosa


SABTU, 28 MEI 2016 | 05:10 WIB OLEH : TEMPO/Nurdiansah

TEMPO.CO, Jakarta - Model cantik sekaligus aktivis lingkungan, Davina Hariadi, menganggap
hukuman kebiri untuk pelaku kejahatan seksual sudah adil. Meskipun ada pro dan kontra, hukuman
tersebut dapat membuat pelaku kejahatan bisa merasakan sakitnya penderitaan perempuan yang
menjadi korban.

“I think it’s very enough, meski ada pro dan kontra juga. Menurut aku, itu fair sih, biar mereka
merasakan penderitaan atau sakit yang luar biasa, karena penderitaan itu enggak bisa dibayar dengan
apa pun,” kata Davina di Jambi, Kamis, 26 Mei 2016.

Menurut Davina, kejahatan seksual adalah kekejaman di atas batas kemanusiaan. Pemerintah, ucap
dia, harus tegas menindak pelaku kejahatan seksual. “Pemerintah harus tegas kepada pelaku karena
itu kekejaman terhadap manusia yang tidak bisa ditoleransi,” ujar Davina.

Davina pun mendukung langkah pemerintah meneken peraturan pemerintah pengganti undang-
undang tentang hukuman kebiri untuk pelaku kejahatan seksual. Melalui perpu tersebut, pemerintah
ingin memberi efek jera kepada pelaku dengan beberapa pidana pemberat, seperti pengumuman
identitas pelaku, kebiri kimia, dan pemasangan alat deteksi elektronik.
Contoh Pro- Kontra Hukuman Kebiri bagi Pemerkosa (2)
MUI: Hukuman Kebiri untuk Pemerkosa Bukan Solusi
Sumber Antara
Rimanews - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Ternate, Maluku Utara Usman Muhammad
mengatakan, untuk mengatasi kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak cukup hanya dengan
pemberatan hukuman kepada pelaku. "Pemberatan hukuman kepada pelaku kekerasan perempuan dan anak
memang perlu untuk memberi efek jera, tetapi tidak kalah penting dilakukan adalah upaya pencegahan sejak
dini," katanya di Ternate, Kamis. Menurut dia, upaya pencegahan dini itu harus difokuskan pada faktor-faktor
selama ini yang menjadi pemicu terjadinya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, seperti
pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang rendah dan ketidakpatuhan terhadap norma hukum dan
norma adat.
Selain itu, kata Usman Muhammad, lingkungan sosial di masyarakat yang memberi peluang terjadinya
kekerasan perempuan dan anak serta maraknya pornografi melalui jaringan internet yang bisa diakses secara
bebas oleh semua lapisan masyarakat. "Kalau faktor-faktor tersebut tidak ditangani secara tepat dan serius
dengan melibatkan semua pihak terkait maka kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak akan terus
terjadi walaupun pemerintah telah mengeluarkan regulasi yang mengatur pemberatan hukuman kepada pelaku
kekerasan terhadap perempuan dan anak," katanya.
Menurut Usman Muhammad, dari semua faktor yang dapat memicu terjadinya kekerasan terhadap
perempuan dan anak tersebut, yang harus menjadi perhatian utama adalah faktor pemaha, man dan
pengamalan ajaran agama, baik dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun hubungan dengan
masyarakat. Kalau setiap orang memiliki pemahaman dan pengamalan ajaran maka dia akan mampu
membentengi dirinya untuk tidak melakukan segala perbuatan yang melanggar ajaran agama atau hukum
negara seperti tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Ia mengatakan, untuk peranan keluarga,
masyarakat dan pemerintah sangat menentukan dalam upaya mendorong setiap orang untuk memiliki
pemahaman dan pengamalan terhadap ajaran agama, disamping dunia pendidikan baik formal maupun
nonformal."Khusus keluarga, yang harus selalu dilakukan adalah bagaimana mendidik seluruh anggota
keluarga, khususnya anak-anak mengenai ajaran agama sejak dini. Keteladanan orang tua sangat dibutuhkand
alam mewujudkan keluarga yang memiliki komitmen dalam mengamalkan ajaran agama," katanya
menambahkan.
Contoh Pro- Kontra Hukuman Kebiri bagi Pemerkosa (3)
Ini 9 Negara yang Terapkan Hukuman Kebiri Bagi Pemerkosa Anak
By Ardini Maharani 13 Mei 2016 at 08:14 WIB
Bintang.com, Jakarta Makin hari pelaku pemerkosaan terhadap anak-anak perempuan di bawah umur kian
merajalela. Para pedofil ini mungkin berpikir, wanita mahluk lemah yang kekuatannya masih di bawah pria.
Sebenarnya hukuman kebiri bukan hal baru di dunia. Zaman dulu sudah banyak pelaku kekerasan seksual diberi
sanksi dengan cara dipotong kelaminnya. Bahkan hingga kini masih ada saja negara yang menerapkan peraturan tersebut.
Negara mana saja yang melemahkan pedofilia dengan cara dikebiri? Simak uraian Bintang.com berikut ini.
1. Amerika Serikat. Sudah sejak 1996 Amerika Serikat menerapkan kebiri secara kimiawi bagi pelaku kejahatan seksual
terhadap anak-anak. Kebiri kimiawi tidak sampai memotong organ intim, namun testikel dipotong dan gairah seksual
mereka banyak dikurangi sehingga mereka tidak terlalu nafsu terhadap aktivitas seksual ini.
2. Polandia. Sejak 2009 Polandia resmi memberlakukan hukuman kebiri bagi pelaku pemerkosaan terhadap anak di
bawah umur. Kebiri dilakukan setelah tersangka dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Sebenarnya banyak warganya
yang tidak setuju namun disadari hukuman kebiri sungguh memberikan efek jera bagi pelakunya. Bahkan tindak
kejahatan seksual anak berkurang jauh sejak sanksi ini diterapkan.
3. Maldova. Pada 2012 Maldova sebagai negara pecahan Uni Sovyet memberlakukan hukuman kebiri. Meski mendapat
kecaman dari organisasi hak asasi dunia, mereka tetap menerapkannya. Kekerasan seksual sendiri cukup banyak di
Maldova. Meski demikian hukuman kebiri ini cukup efektif.
4. Estonia. Negara ini memberlakukan hukuman kebiri sejak 2012. Mereka memakai kebiri kimiawi demi menekan gairah
seksual pelaku pemerkosaan. Meski demikian kebiri dilakukan pada pedofilia saja. Untuk kasus kekerasan seksual pada
wanita dewasa dikurung penjara hingga seumur hidup.
5. Israel. Pemerintah Israel sudah mengebiri secara kimiawi pada mereka yang melakukan kejahatan seksual. Tak
diketahui pasti kapan Israel menerapkan hukuman ini. Pastinya sudah ada banyak pelaku pemerkosaan yang terkena
sanksi tersebut.
6. Argentina. Hukuman kebiri baru diberlakukan di satu negara bagian di Argentina. Negera bagian itu yakni Mendoza.
Hukuman kebiri yang digunakan yakni kimiawi.
7. Australia. Hanya berlaku di beberapa negara bagian saja. Tak semua wilayah Australia menerapkan sanksi ini.
8. Korea Selatan. Juli 2011 menjadi tonggak hukuman kebiri di Negeri Gingseng itu. Yang digunakan yakni kebiri kimiawi.
9. Rusia. Oktoober 2011, parlemen Rusia sepakat menandatangani perturan hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan
seksual anak.
Pengaruh Media

• Media memiliki pengaruh yang


besar dalam Spiral Of Silence.
• Media merupakan percakapan
satu sisi, di mana individu
merasa tidak bisa memberikan
respon terhadap informasi yang
ada pada media, sehingga
mengambil sikap diam.
• Media juga mempunyai
pengaruh yang besar untuk
mendorong individu berbicara
mengenai pendapat dan
pandangannya, jika pendapat
atau pandangannya dikonfirmasi
oleh media.
Karakerisik Media

1. Ubiquity, media dipercaya sebagai sesuatu yang


terdapat di semua tempat. Dengan keberadaannya yang
mencakup semua tempat, maka media menjadi wadah
bagi individu dalam mencari informasi.
2. Cumulativeness, media dipercaya sebagai sesuatu yang
bersifat berulang-ulang, menyampaikan informasi yang
sama dengan menggunakan program dan waktu yang
berbeda.
3. Consonance, media dipercaya sebagai sesuatu yang
memiliki persamaan atau kemiripan dalam sikap,
kepercayaan, dan nilai.
Kelemahan Media

Dual climates of opinion


Ada perbedaan antara persepsi yang ada di masyarakat
mengenai suatu isu, dengan cara media melaporkan
mengenai isu tersebut.
The Train Test
• Sebuah tes yang diciptakan oleh Noelle-Neumann untuk
mencari tahu sejauh mana individu akan
mengungkapkan pendapatnya.
• Dalam tes ini, responden diberi sebuah pertanyaan: jika
Anda berada di dalam sebuah kereta selama 5 jam dan
orang asing yang duduk di sebelah Anda memulai
diskusi mengenai suatu topik, apakah Anda akan
berpartisipasi dalam diskusi tersebut?
Temuan Uji Kereta Api
1. Individu yang mendukung opini mayoritas lebih berani dalam mengungkapkan
pendapatnya, dibandingkan dengan pendukung opini minoritas.
2. Pria yang berasal dari kota besar, berusia 45-59 tahun, cenderung lebih berani dalam
mengungkapkan pendapatnya.
3. Ada banyak cara untuk mengungkapkan pendapat, seperti dengan membuat poster,
stiker, flyer, dan lain sebagainya.
4. Individu cenderung lebih berani mengungkapkan pendapat apabila pendapatnya tersebut
diyakini benar oleh dirinya sendiri, serta sama dengan pendapat orang banyak.
5. Individu cenderung untuk berbagi pendapatnya dengan individu lain yang memiliki
pendapat yang sama.
6. Individu mendapat kekuatan bahwa pendapatnya adalah benar dari lingkungan
sekitarnya, seperti teman dan keluarga.
7. Individu bisa saja mengubah pendapatnya menjadi mengikuti pendapat mayoritas
masyarakat di menit terakhir diskusi (last minute swing) .
Peran Public Relations Dalam Pembentukan Opini
Public Relations
 PR adalah aktivitas komunikasi yang bersifat unik
dalam membangun goodwill maupun citra institusi /
organisasi di hadapan publiknya (Shimp,1997)
 Upaya PR terutama ditujukan pada audiens, internal
staff, mitra, pemberi mandat kerja, kalangan
pemerintah, masyarakat umum, kelompok aktivi
maupun kelompok pemerhati (kepentingan)
Siapa yang disebut PUBLIK ?
 Public dalam PR adalah setiap kelompok yang memiliki
kepentingan nyata, kepentingan di kemudian hari dan
memiliki pengaruh terhadap kemampuan organisasi
untuk mencapai tujuannya
 Public = MICE G, Media, Interest Group, Consumer,
Enviroment & Government
 Sehingga aktivitas PR melibatkan berbagai program yang
dirancang untuk mempromosikan dan menjaga citra
organisasi atau tiap kebijakan di hadapan publiknya
Mekanisme Media Membentuk Citra Organisasi
KONSTRUKSI REALITA KONSTRUKSI CITRA KONSTRUKSI TINDAKAN
r
e
a
Release Pemahaman k
Berita s
i
p
o
Pengulangan s
i
t
Penguatan i
Pembentukan f
Citra a
t
Pengulangan a
u
n
Penguatan e
g
Penyusunan a
Sikap t
i
f

PERAN MEDIA TANGGAPAN STAKEHOLDERS


Firman Kurniawan
Aktivitas dan Fungsi Public Relations
 Advice & Counsel : untuk aktivitas organisasi yang
berdampak luas pada masyarakat
 Publications : penerbitan brosur, pamflet, annual report
 Relations : mengadakan berbagai jenis relasi : media
berita, media audiens, government, interest group dll.
 Relations with Various Publics : dengan serikat
pekerja, pemegang saham, LSM
 Corporate image advertising : bekerjasama dengan
bagian pembentukan citra, mempromosikan citra
organisasi
 Public opinion : bekerjasama dengan bagian R&D,
mempengaruhi opini publik
 Berbagai tugas lain : juru bicara perusahaan,
koordinator sumbangan perusahaan, penghargaan dan bea
siswa dll
Bentuk Spesifik Public Relations
 PR memiliki tugas melakukan komunikasi
dengan dengan semua publik yang berhubungan
dengan organisasi
 PR terdiri dari :
◦ Proactive PR : aktivitas yang dilakukan organisasi
untuk mencapai tujuan tertentu, brand awareness,
membantu positioning statement
◦ Reactive PR : aktivitas yang dilakukan organisasi
untuk menanggapi pengaruh luar organisasi
Proactive PR
 Sebelum meluncurkan kebijakan barunya, organisasi
/institusi menyelenggarakan sosialisasi
 Tujuan Proactive PR ini, selain menciptakan awareness
juga berusaha memperoleh liputan media massa.
 Aktivitas PR difokuskan pada penciptaan peristiwa
bernilai berita
Karakteristik Proaktif PR
 Proactive PR umumnya berada pada area pengenalan
dan revisi kebijakan
 Aktivitas ini dilakukan terintegrasi dg kegiatan yang
bertujuan memberi tambahan terpaan informasi,
menaikkan nilai berita dan memunculkan kredibilitas
kebijakan
Pentingnya Reaktif PR

 Perkembangan situasi
masyarakat yang tidak
terprediksi, dapat
menempatkan suatu
organisasi pada situasi yang
tidak menguntungkan
 Situasi tersebut
membutuhkan sikap
organisasi yang disebut
sebagai reactive PR
Rumor : Kasus Khusus PR
 Rumors : adalah pernyataan yang tersebar luas, namun
belum jelas kebenarannya tentang organisasi / institusi
 Seringkali rumor merupakan persoalan yang rumit yang
harus dihadapi personal PR, sebab seringkali rumor cepat
menyebar seperti api liar
 Struktur rumor : adanya conspirasy ilegal dan
mengandung contamination
Penanganan Rumors
 Tidak melakukan apapun, dengan pertimbangan
kampanye anti rumor justru mengundang rumor baru
 Untuk mengendalikan rumor dapat dikembangkan
prosedur :
◦ Alert procedure : lokalisasi rumor berhembus pertama
kali, kumpulkan laporan, jika rumor meningkat kontak
jaringan organisasi untuk menentukan juru bicara rumor.
◦ Evaluation : check penurunan kredibilitas : monitor
personal yang berurusan dengan telepon dan surat,pelihara
moral staf agar tak terpengaruh, lakukan survey
kredibilitas, buat penilaian ttg ancaman potensial
◦ Launch media campaign : release untrue & unjust, pilih
juru bicara yang tepat dari kalangan luar organisasi
Teknik Menangani Wartawan
Berikut beberapa kiat yang dapat dipetimbangkan dalam menghadapi wartawan (sumber : http://
www.gdrc.org/ngo/media/) :
 Jangan gunakan istilah teknis organisasi. Setiap organisasi memiliki jargon khas organisasi, yang
mungkin tidak dipahami umum. Hindari penggunaannya, ketika menyampaikan keterangan dihadapan
wartawan. Jika tak dapat dihindari, tambah dengan keterangan yang memperjeklas
 Tidak diijinkan mengatakan “no comment”. Hal tersebut berimplikasi pada konfirmasi terhadap
kecurigaan yang dimiliki wartawan. Pembicara dianggap tahun tentang isu yang ditanyakan dan merasa
bersalah kemudian menutupinya dengan pernyataan tersebut. Maka cara yang dapat dipilih, misalnya
mengatakan “Hal tersebut berada di luar kewenangan saya untuk menjelaskannya”. Pernyataan tersebut
lebih dapat diterima.
 Pro aktif terhadap isu. Merespon pertanyaan wartawan saja tidak cukup. Bantu wartawan memahami isu
dan pengaruhi mereka agar menyampaikannya kepada publik.
 Hati-hati dalam menyatakan angka. Angka korban, angka pertumbuhan, angka kerugian adalah yang
menarik untuk dimuat dalam pemberitaan. Persoalannya penyampaian angka secara lisan seringkali
menimbulkan kesalahan tulis. Karenanya selain perlu menyediakan penyataan tertulis, terwawancara dapat
memperjelasnya dengan contoh maupun analogi.
 Positif dan secara Agresif menyampaikan posisi kebijakan. Berhadapan dengan wartawan adalah
sebuah kesempatan. Karenanya gunakan untuk menyampaikan secara agresif dan positif sesuatu yang
dianggap benar oleh organisasi.
 Pandanglah pertanyaan wartawan sebagai peluang. Menanggapi pertanyaan wartawan sebatas apa
yang ditanyakan merupakan suatu kerugian. Harusnya kesempatan tersebut dapat digunakan untuk
membentuk opini publik melalui pemberitaan di media.
 Lontarkan gurauan. Untuk suatu isu yang berat, kadangkala menyampaikan dengan santai dengan
diselingi anekdot, dapat mengefektifkan penanganan wartawan. Jadilah pencerita.
 Gunakan testimoni pihak lain. Lihatlah keluar organisasi, manfaatkan pernyataan-pernyataan pihak lain
yang mendukung suatu isu atau kebijakan yang disampaikan kepada wartawan, sehingga apa yg
disampaikan tidak dipandang sebagai klaim
Media Massa dan Public Relations di Era Teknologi Informasi
Media dan Masyarakat 2.0
Perkembangan Mutakhir Teknologi Informasi
Era I : Munculnya media-media berbasis internet yang
memiliki kemampuan real time dalam menampilkan suatu
berita / event (Web 1.0)
Era II : Media berbasis internet dapat menerima dan
menampilkan respon langsung dari pembaca, every
response counted and represent of community’s opinion
(Web 2.0)
Teknologi Informasi dan Komunitas Internet
Muncul juga media-media yang memfasilitasi internet
community untuk membuat media sendiri yang dapat di
share ke seluruh dunia.
Berbagai format media baru bermunculan seperti:
blogspot.com, digg.com, youtube.com,
www.yahoogroups.com (egroups.com), berpolitik.com,
multiply.com
Teknologi Informasi dan Berakhirnya Batas Ruang dan Waktu

Muncul juga wahana yang menyediakan tempat bersosialisasi,


membentuk kelompok-kelompok dunia maya yang sangat
interaktif, realtime dan mendorong berbagai bentuk hubungan
pertemanan yang baru.
Istilah public space menjadi makin kaya dengan adanya lokasi-
lokasi publik di internet, semua orang bisa saling berinteraksi,
berbagi apapun. Sharing menjadi kata kunci.
Bahkan cara baru ini memperbaiki pola komunikasi kelompok di
dunia nyata yang semakin kaku, formal jaim (jaga image).
Kemajuan Teknologi Informasi dan PR
 Hadirnya internet sebagai medium baru, akhirnya
berpengaruh pula pada tata cara menjalankan fungsi
PR.
 Personal PR tidak sebatas memproduksi informasi dan
menyebarluaskannya, namun juga harus mampu
berinteraksi langsung dengan khalayaknya, 2 arah.
PR 2.0
Istilah ini mengacu kepada bagaimana PR saat ini berintegrasi dengan
kondisi mutakhir, yang sangat dipengaruhi teknologi informasi.

Muncul istilah baru, yaitu social media release untuk mendampingi press
release. Social media release disebarkan melalui jalur komunitas sosial di
dunia maya. Bahkan ada perusahaan yang melakukan penyebaran dengan
seolah-olah sebagai “bocoran” dari industri mereka.

Social media is a direct-to-consumer approach that allows audiences to drive


the communication in their communities. PR professionals are beginning to
incorporate PR 2.0 into their strategy and planning as an effective way to
communicate directly to Web 2.0 audiences, to raise awareness and increase
overall brand exposure. http://deirdrebreakenridge.com/pr-20-defined/

Kelompok/komunitas maya ini memiliki semangat yang tinggi untuk berbagi


dan memperkenalkan semua pengetahuan baru yang didapatnya dari
berbagai sumber kepada seluruh anggota kelompoknya. Ingin menjadi
semacam trend setter yang memperkenalkan atau membagi pengetahuan
kepada sesama (early adopter)
Public Relations berperan lebih penting
• Fungsi media relations personal PR, bukan lagi sekedar
memelihara hubungan dengan pekerja media.
• Dengan terbukanya peluang masyarakat memanfaatkan
media baru, maka perlu redefinisi media relations, menjadi
mengelola para pelaku social media
Peluang Berubahnya Teori Pembentukan Opini

Public Media Policy


Peran Media Social dlm Membentuk Opini
Pembentukan Citra di Era PR 2.0

Sumber : Nukman Luthfie, 2015


Kasus – Kasus PR di era Teknologi Informasi
• Prita Mulyasari VS RS Omni Alam Sutra, Maret 2009
• KPK VS POLRI, Agt - Nov 2009
• Claim produk budaya Indonesia oleh Malaysia, 2009
• Terbongkarnya korupsi di institusi kepolisian Rusia melalui
YouTube oleh Mayor Alexey Dymovsky, Nov 2009
Keuntungan –Keuntungan PR 2.0
• Interaksi dengan publik makin luas dan segera
• Biaya menjangkau publik lebih rendah
• Suara bebas publik tentang organisasi dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki kredibilitas organisasi
• Terbitnya rasa turut memiliki suatu organisasi semakin
mudah terbentuk, di kalangan publik
Tantangan-Tantangan PR 2.0
• Performance buruk suatu organisasi lebih cepat menyebar
sebagai isu dan penangan yg kurang tepat dapat
mengantarnya pada situasi krisis
• Ekshalasi krisis dari pra krisis ke krisis yang tak dapat
ditangani berlangsung lebih cepat dan tersebar luas
• Pengendalian citra organisasi bukan lagi ada di tangan
organisasi, namun sangat dipengaruhi oleh suara publik.
Selamat Berkarya – Jalesveva Jayamahe

Anda mungkin juga menyukai