Anda di halaman 1dari 9

Kedudukan dan Strategi Public Relation

Pertemuan IV
Oleh : Raisha Annisa Hutapea M.I.Kom
Kedudukan PR dalam Korporat
Dalam manajemen korporasi, kedudukan PR Korporat memiliki 3 model :
• Model Function Staff.
Dalam model ini posisi Departemen PR terletak di leher pada struktur
organisasi tertinggi atau di bawah Dirut (Direktur Utama).
Misalnya pada posisi fungsi staff Dirut dengan nama Corporate Secretary
atau Corporate Communication yang tugas dan kewajibannya adalah
bertanggung jawab langsung kepada Dirut (top pimpinan) dan koordinasi
pelaksanaan operasional lapangan dengan jajaran departemen di bawahnya
(para direktur atau manajer departemen).

• Model Line Staff.


Dalam model ini PR sebagai staff pelaksana Line operasional dalam bentuk
Departemen, Divisi atau Biro Humas, yakni bertanggung jawab kepada
atasan yang sekaligus sebagai Pimpinannya yaitu Direksi atau General
Manajer dan Manajer PR yang melaksanakan fungsi serta tanggung-jawab
dan kewenangan sebagai pimpinan suatu divisi atau departemennya
masing-masing dalam menjalankan operasional kebijakan masing-masing
departemennya yang telah digariskan oleh top pimpinan perusahaan.
• Model Assistant Staff.
Dalam Model ini posisi PR dalam kedudukan terendah, dan di
bawah koordinasi Divisi atau Biro lainnya. Seperti staff pelaksana
pembantu teknis (assistant staff) kehumasan yang di bawah
naungan koordinasi devisi atau departemen tertentu.
Kedudukan Humas dalam Organisasi
Kedudukan humas dalam organisasi dan
kewenangan petugasnya tidak selalu dapat
dinyatakan dengan tegas. Menurut John
Tondowijojo, bila Humas diakui sebagai bagian
jajaran kebijakan pimpinan, maka humas harus
berada langsung di bawah direksi. Humas harus
mampu menyampaikan kebijaksanaan
pimpinan, sehingga ia harus langsung berada
dipihak yang berhubungan dengan pimpinan
seluruh jajaran manajemen.
Morissan menguraikan kedudukan Humas dala organisasi/perusahaan
terdapat tiga hal yang turut menentukan pada setiap perusahaan :
• Pertama, ukuran organisasi atau perusahaan itu sendiri.
Suatu perusahaan kecil mungkin tidak terlalu membutuhkan unit
humas tersendiri karena fungsi itu mungkin bisa dirangkap bagian lain.
Pada beberapa organisasi tertentu fungsi Humas langsung dirangkap oleh
salah seorang Direkturnya. Namun suatu perusahaan besar yang memiliki
hubungan dengan khalayak luas sudah cukup membutuhkan suatu
departemen Humas tersendiri dengan staf yang lengkap.

• Kedua, nilai atau arti penting fungsi Humas bagi manajemen.


Besar kecilnya departemen Humas terkadang dipengaruhi oleh
pengetahuan atau kebutuhan pimpinan perusahaan terhadap peran Humas
bagi kepentingan organisasi atau perusahaan.
Suatu perusahaan keluarga atau perusahaan milik pribadi yang cenderung
tertutup biasanya tidak merasa terlalu membutuhkan fungsi
Humas, kalaupun ada hanya kecil saja. Kondisi ini berbeda dengan
perusahaan terbuka yang sudah go public, yang harus lebih transparan,
sehingga membutuhkan fungsi humas yang lebih aktif. Disini, pemahaman
dan penghayatan pucuk pimpinan terhadap keberadaan Humas sebagai
pendukung lini strategis organisasi tentu menjadi sangat menentukan.
• Ketiga, karakteristik organisasi atau perusahaan.
Setiap perusahaan pasti memiliki kebutuhan tersendiri
yang tidak bisa diseragamkan dengan kebutuhan perusahaan lain.
Perusahaan pembuat produk konsumen seperti sabun, shampo atau
makanan, pasti lebih mengarahkan dana untuk keperluan
periklanan dan tidak terlalu mementingkan Humas.
Hal ini berbeda dengan perusahaan industri yang bersifat
teknis misalnya perusahaan yang membuat produk hasil teknologi
baru atau perusahaan yang bergerak di bidang asuransi, reksadana,
investasi dan sebagainya yang akan lebih mementingkan kegiatan-
kegiatan Humas demi mendidik pasar daripada beriklan semata-
mata.
Humas sebagai fungsi manajemen bagi organisasi tentu
diarahkan dalam rangka mencapai tujan organisasi. Ketiga hal ini,
bisa menjelaskan mengapa pada suatu organisasi/perusahaan tidak
ditemukan departemen Humas, sementara pada organisasi lainnya,
Humas menjadi suatu departemen yang sangat berpengaruh dan
penting.
Peran Ideal Praktisi Humas (public relations
practitioner) dalam Organisasi/Instansi

• Pertama, Menjelaskan tujuan-tujuan (clarifying goals) organisasi


kepada pihak publiknya. Tugas tersebut akan terpenuhi dengan baik
apabila PR/Humas bersangkutan lebih memahami atau meyakini
pesan/informasi yang akan disampaikan itu.

• Kedua, Bertindak sebagai radar tetapi juga harus mampu


memperlancar pelaksanaan public. Jangan sampai pesan atau
informasi tersebut membingungkan atau menghasilkan sesuatu yang
kadang-kadang tidak jelas arahnya, sehingga pesan-pesan akan
menjadi sulit untuk diterima oleh public; Ketiga, Pihak PR/Humas
harus memiliki kemampuan untuk melihat ke depan atau memprediksi
sesuatu secara tepat yang didasarkan kepada pengetahuan akan data
atau sumber informasi actual dan factual yang menyangkut
kepentingan organisasi maupun publiknya.
Peran PR Dalam Perusahaan
• Pertama, Communication Tehnician ialah beberapa praktisi memasuki
dunia PR ini sebagai teknisi. Pada tahap ini kemampuan jurnalistik dan
komunikasi sangat diperlukan. PR diarahkan untuk berperan menulis.
Biasanya praktisi dalam peran ini tidak hadir pada saat manajemen
menemui kesulitan. Mereka tidak dilibatkan dalam manajemen sebagai
pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan dan
mengimplementasikan program.

• Kedua, Communication Facilitator ialah PR sebagai pendengar setia dan


broker informasi. Mereka sebagai penghubung, interpreter dan mediator
antara organisasi dan publiknya. Mereka mengelola komunikasinya dua
arah dengan cara membuka rintangan komunikasi yang ada atau yang
terjadi. Tujuannya adalah untuk menyediakan kebutuhan informasi dua
belah pihak dan membuat kesepakatan yang melibatkan minat kedua
belah pihak.
• Ketiga, Problem Solving Facilitator ialah mereka berkolaborasi dengan
manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah.
Mereka menjadi bagian dalam manajemen strategi perusahaan dan
bergabung dengan konsultan mulai dari awal direncanakan program
hingga evaluasinya. Membantu manajemen menerapkan PR sebagai
tahapan fungsi manajemen yang sama dengan kegiatan manajemen
yang lain.
• Keempat, Expert Prescriber ialah praktisi PR sebagai pendefinisi
problem, pengembang program dan memiliki tanggungjawab penuh
untuk mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang pasif. PR
semacam ini dianugerahi kepercayaan tinggi tetapi karena tidak
adanya keterlibatan top manajemen dalam peran PR maka PR seolah
terisolir dari perusahaan. Di pihak manajemen mereka juga menjadi
sangat tergantung kepada PR nya dan komitmen dalam tugas-tugas PR
menjadi minim. Padahal seperti diketahui seharusnya tugas PR
harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada dalam sebuah
perusahaan

Anda mungkin juga menyukai